Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA DI WASUPONDA, LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Anastasia Jessica Putri Larasati

GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando

GEREJA PAROKI KRISTUS RAJA UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Semarang dan sebagian masuk wilayah Kabupaten Kendal

REDESAIN KOMPLEKS GEREJA KATOLIK PAROKI SANTA THERESI BONGSARI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM. Redesain Kompleks Gereja Kristus Raja Semesta Alam di Kelurahan Tegalrejo, Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. dengan batas-batas tertentu. Keuskupan umumnya dibagi-bagi menjadi bagian yang kecil,

BAB I PENDAHULUAN. lebih khusus akan ditinjau adalah sejumlah bangunan peribadatan dari Gereja. maupun relokasi (pembangunan bangunan baru).

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL

dilatarbelakangi oleh bertambahnya di kawasan BSD dan sekitarnya, sehingga dibutuhkan sebuah bangunan gereja yang dapat mengakomodasi kegiatan Gereja

Pada proyek ini, gereja yang akan mengadaptasi budaya lokal adalah Gereja St. Maria Emaculata di Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Masalah utama yan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang meliputi sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan rohaniah. Kebutuhan

GEREJA HKBP DI SEMARANG

Redesain Gereja Khatolik Mater Dei Paroki lamper Sari di Semarang

GEREJA KATOLIK PAROKI SAMBIROTO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

PENGEMBANGAN KAWASAN ZIARAH CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN DI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Misa Setiap Akhir Pekan Gereja Katolik Santa Maria 1500 umat 5 kali 7500 umat

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

Gereja Menyediakan Persekutuan

Bab I Pendahuluan Latar Belakang. Tugas Akhir 122

TUGAS AKHIR 135. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan yang kedua, Gereja adalah umat Katolik itu sendiri. Perkembangan

PETUNJUK PELAKSANAAN. Kata Pengantar dari Pastor Paroki Santa Theresia (merangkap sebagai Ketua Dewan Paroki)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Ciputra News, 21 November Sumantri, Y, SJ. Akar dan Sayap, hal. 11, Kanisius Yogyakarta, 2002.

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

Gereja Katolik Paroki Rasul Barnabas di Tangerang BAB I PENDAHULUAN

ISLAMIC CENTER DI TUBAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLISM YANG BERFILOSOFI ISLAM LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

GPIB Immanuel Depok Minggu, 29 Mei 2016 TATA IBADAH HARI MINGGU II SESUDAH PENTAKOSTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. Buku Katekumen : Yang berisi tentang :

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BIARA KATOLIK ORDO TRAPPIST DI PURWOREJO

SPIRITUALITAS EKARISTI

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

TEMPAT DOA KRISTIANI DI SEMARANG

LINGKUNGAN ST URSULA WILAYAH X PAROKI ST BONAVENTURA JAKARTA, AGUSTUS 2015

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

LAMPIRAN 1 : LEGIO MARIA. memberikan pelayanan kepada umat Katolik. Namun, pada kenyataannya

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1:

KONSEP PERANCANGAN GEREJA WANGON KABUPATEN BANYUMAS. Oleh: C. Dwi Istiningsih. Abstraksi

KERANGKA NARASI PROGRAM KERJA DAN RANCANGAN ANGGARAN PENERIMAAN DAN BIAYA (RAPB)/ RANCANGAN ANGGARAN INVESTASI (RAI) PAROKI KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG

A.M. Hardjana dalam bukunya yang berjudul Penghayatan Agama: Yang Otentik & dengan Tuhan baik secara perorangan maupun secara bersama sebagai umat.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

Gambar 2 Peta Kelurahan Gondokusuman

KATA PENGANTAR. Penyusun

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. agama mempunyai rumah ibadah masing-masing.

GEREJA KRISTEN JAWA UNGARAN

RUMAH RETRET KHATOLIK DI TUNTANG DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR

Dikutip dari ALKITAB Terjemahan Baru (TB) LAI 1974

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

PROFILE LINGKUNGAN ST.YOHANES PEMANDI WILAYAH IX ST BONAVENTURA PULOMAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Kabupaten Malinau beragama Kristen yang menyebar di seluruh

PEMBEKALAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI ST. YAKOBUS. Jakarta, Agustus-September 2010

KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ

BAB I PENDAHULUAN. beribadah, gereja juga dijadikan sebagai tempat untuk melakukan ziarah.

BAB 1 PENDAHULUAN. manfaat penelitian, dan tujuan penelitian.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

Tahun C Hari Minggu Biasa XIII LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Raj. 19 : 16b Bersiaplah Elisa, lalu mengikuti Elia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh

PROFILE LINGKUNGAN ST.YOHANES PEMANDI WILAYAH IX ST BONAVENTURA PULOMAS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Dalam buku Gereja yang Melayani dengan Rendah Hati bersama Mgr Ignatius Suharyo, editor E. Martasudjita menuliskan, Perjanjian Baru selalu berbicara mengenai Gereja di tempat tertentu contoh itu jemaat Allah di Korintus (1 Kor 12), jemaat orang-orang Tesalonika (1 Tes 13), ataupun jemaat-jemaat di Galatia (Gal 13). Setiap realitas jemaat itu merupakan realitas gereja. Namun semuanya dibangun atas dasar iman yang sama. Roh yang sama menyatukan paguyuban-paguyuban Gereja itu, maka Gereja merupakan persekutuan paguyuban-paguyuban. Dalam keseharian kita, orang selalu menghubungkan bahwa gereja itu adalah gedung gerejanya. Akan tetapi menurut penjelasan di atas, gereja yang sesungguhnya bukanlah gedung yang secara fisik terlihat, tetapi gereja adalah perkumpulan dari orang-orang yang beriman kepada Kristus. Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda, merupakan gereja yang berada di Stasi Wasuponda dalam wilayah Paroki Maria Immaculata Soroako, Keuskupan Agung Makassar. Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda dalam menjalankan fungsinya memiliki beberapa kegiatan yang rutin dilaksanakan yaitu Misa Ekaristi dan Ibadah Sabda pada hari Minggu, Pembinaan Iman Muda-mudi, dan Pembinaan Iman Anak. Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda berdiri pada tahun 1976. Pembangunan gereja pada masa itu didasarkan pada perpindahan penduduk ke daerah Wasuponda yang baru saja dibuka. Perpindahan penduduk ini tak lepas dari peran sebuah perusahaan pertambangan nickel yang ingin membangun perumahan bagi para karyawannya. Dalam perpindahan penduduk itu, terdapat beberapa umat Katolik yang kemudian memprakarsai pembangunan Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda. Pada saat itu umat Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda baru terdapat 17 kepala 1

keluarga. Gedung gereja pada masa awal itu masih merupakan bangunan nonpermanen. Pada tahun 1985, jumlah umat mulai berkembang. Pada saat itu telah terdapat 50 kepala keluarga. Pembangunan gedung gereja permanen pun dicanangkan. Dibangun di atas lahan seluas 6236,64 m 2, maka pada tahun itu pula berdirilah bangunan gedung gereja dengan kapasitas 200 orang. Dengan semakin berkembangnya perusahaan pertambangan nickel yang ada, pada awal tahun 90-an mendorong banyak pencari kerja dari luar daerah mendatangi desa Wasuponda ini. Para pendatang ini juga membawa pengaruh besar pada perkembangan jumlah umat Katolik yang ada. Setiap ibadah pada hari Minggu gereja mulai terlihat penuh hingga diluar gedung gereja. Hingga pada tahun 2003 dilakukan renovasi pada gereja dengan menambah daya tampung 100 orang, sehingga daya tampung yang ada sampai saat ini adalah 300 orang. Daya tampung ini masih terlalu kecil untuk menampung jumlah umat yang hingga bulan Mei 2010 telah mencapai jumlah 973 orang. Berikut ini adalah pertumbuhan umat 5 tahun terakhir hingga akhir Mei 2010: t 1000 a 950 m U 900 h 850 la 800 m u 750 J Perkembangan Jumlah Umat Perkembangan Jumlah Umat Keterangan : 2006 : 842 Jiwa 2007 : 860 Jiwa 2008 : 895 Jiwa 2009 : 921 Jiwa 2010 : 973 Jiwa Grafik 1.1 Perkembangan Jumlah Umat Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda tahun 2006-2010 (Sumber: Data Sensus Umat Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda tahun 2010) 2

Dari perkembangan jumlah umat tersebut maka pertumbuhan jumlah umat pertahun terhitung dari tahun 2006-2010 adalah : Tahun 2006-2007 : 18 jiwa Tahun 2007-2008 : 35 jiwa Tahun 2008-2009 : 26 jiwa Tahun 2009-2010 : 52 jiwa Dengan pertumbuhan yang sedemikian maka kita dapat memperkirakan jumlah umat 10 tahun kedepannya melalui rata-rata petumbuhan umat pertahun selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010). Rata-rata pertumbuhan jumlah umat pertahun yang dihasilkan adalah 32.75 jiwa. Dengan demikian dapat diperkirakan perkembangan jumlah umat hingga 10 tahun kedepan adalah: (32.75 x 10) + 973 = 1300.5 (1300 jiwa) Setiap hari Minggu, ibadah diadakan sebanyak dua kali pagi dan sore hari. Dalam kenyataanya jumlah umat yang datang pada pagi hari, lebih besar dari sore hari. Jika pada pagi hari umat bisa sampai di luar gedung gereja, sedangkan pada sore hari yang terisi hanya setengah dari kapasitas. Melihat kondisi ini, dapat dikaitkan dengan mata pencaharian umat sehubungan dengan kesempatan mereka mengikuti jadwal ibadah yang ada. Melihat mata pencaharian dari kepala keluarga, maka komposisi umat yang ada di Stasi Wasuponda ini terdiri dari kelompok karyawan swasta, kelompok pegawai negeri sipil, kelompok pertanian dan kelompok pengusaha. Berikut merupakan grafik perbandingan presentasi komposisi umat menurut mata pencahariannya : 3

Grafik 1.2 Perbandingan Komposisi Mata Pencaharian Kepala Keluarga Umat Katolik Stasi Wasuponda (Sumber: Data Sensus Umat Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda tahun 2010) Berdasarkan komposisi mata pencaharian kepala keluarga, terlihat kelompok petani memiliki jumlah yang paling besar. Kemudian disusul oleh kelompok karyawan swasta, pegawai negeri sipil dan kelompok pengusaha. Lebih banyaknya jumlah petani ini berpengaruh pada lebih banyaknya jumlah umat pada hari Minggu yang datang ibadah pada pagi hari. Terjadi demikian karena sebagian besar petani tetap pergi ke ladang pada hari Minggu. Pada hari-hari biasa, mereka berada di ladang hingga dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00 atau 18.00. Pada hari Minggu mereka akan berada di ladang setelah ibadah pagi pukul 10.00 dan pulang ke rumah pukul 17.00. Hal ini yang menyebabkan lebih banyak umat yang memilih untuk mengikuti jadwal ibadah pada pagi hari dan selepas ibadah pagi, mereka tetap dapat ke ladang hingga sore hari. Pada ibadah pagi hari tentunya bukan hanya kelompok petani dan keluarganya yang ada, tetapi para keluarga karyawan swasta yang sedang libur 4

keluarga pegawai negeri sipil serta keluarga pengusaha juga banyak terlihat. Pada ibadah sore hari yang banyak terlihat adalah hanya keluarga karyawan yang tidak sedang libur atau yang pada pagi hari sedang bekerja. Keadaan yang demikian membuat jumlah umat pada pagi hari tidak seimbang dengan sore hari. Walaupuin jadwal ibadah di bagi dalam dua kesempatan, jumlah umat yang ada belum dapat terfasilitasi secara keseluruhan di dalalm gedung gereja. Umat Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda terbagi dalam beberapa kelompok yaitu kelompok anak-anak, kaum muda dan orang tua. Untuk menghidupkan kegiatan menggereja, umat memiliki beberapa kegiatan yang diadakan bersama di gereja, baik berupa kegiatan kerohanian, maupun kegiatan nonkerohanian. Berikut ini merupakan tabel pengelompokan kegiatan umat : Tabel 1.1 Pengelompokan Kegiatan Umat Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda KEGIATAN KEROHANIAN U Rutin dilaksanakan Misa Ekaristi Ibadah Sabda Pendampingan Iman Anak Kumpulan Muda-Mudi Katolik N Diadakan Saat tertentu Pendalaman Kitab Suci Latihan Koor Bimbingan Perkawinan Sumber : wawancara penulis dengan tokoh umat KEGIATAN NON-KEROHANIAN Rapat Dewan Stasi Rapat Dewan Paroki Keorganisasian Rapat Pembimbing Anak-anak Rapat Muda-Mudi Katolik Rapat Wanita Katolik Voli dan Takraw Olahraga Untuk memfasilitasi semua kegiatan yang ada, fasilitas yang tersedia saat ini adalah sebuah gedung gereja yang di dalamnya juga terdapat ruang sakaristi serta ruang pengakuan dosa. Sebuah bangunan pastoran berukuran 8mx10m yang di dalamnya terdapat tempat istirahat Imam dan penjaga gereja, ruang tengah yang juga dimanfaatkan untuk ruang rapat serta ruang belakang sebagai tempat penyimpanan 5

barang inventaris gereja. Serta terdapat lapangan Voli dan Sepak Takraw untuk berolah raga yang sekaligus juga di gunakan sebagai lahan parkir. Dengan melihat keadaan jumlah umat sekarang sudah tampak jelas bahwa kapasitas daya tampung gedung gereja sudah melewati daya tampungnya. Dengan mempertimbangkan pekiraan jumlah umat hingga 10 tahun ke depan maka gedung gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda perlu dilakukan pengembangan agar fungsinya dapat mengakomodasi jumlah umat yang ada. Pembangunan gedung baru akan di fokuskan pada pembangunan gedung gereja yang dapat menampung 1000 orang, Pastoran yang sekaligus dapat menampung kegiatan rapat dan kegiatankegiatan pertemuan lainnya. Ketersediaan Ruang parkir yang memadahi serta ruang terbuka untuk berolahraga bersama. 1.2. Latar Belakang Permasalahan Gereja merupakan sebuah tempat beribadah umat Kristen di mana jemaat berdoa dan bersembahyang. Sebagai tempat untuk beribadah dan berdoa, gereja termasuk ke dalam kelompok bangunan religius yang memiliki fungsi dasar sebagai tempat beribadah dan berdoa. Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda merupakan salah satu gereja stasi yang merupakan bagian dari Paroki Maria Immaculata Sorowako, Keuskupan Agung Makassar. Pembangunan proyek gedung gereja yang baru ini akan didirikan di atas lahan gedung gereja yang ada saat ini yang berokasi di desa Wasuponda, Kecamatan Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Berdasarkan Arah Dasar Keuskupan Agung Makassar visi yang diemban adalah Persaudaraan Sejati. Sejalan dengan visi itu maka setiap anggota gereja Katolik yang berada dalam wilayah Keuskupan Agung Makassar berpegang pada visi Persaudaraan Sejati tersebut. Setiap anggota diharapkan mampu membawa dan menciptakan rasa persaudaraan dengan semua orang tanpa melihat latar belakang yang ada. Demikian halnya dengan umat Katolik yang berada di Stasi Wasuponda ini, 6

juga diharapkan dapat membawa serta menciptakan persaudaraan dengan semua kalangan. Berangkat dari visi Keuskupan Agung Makassar ini maka desain bagunan gedung gereja yang baru nanti dapat mentransformasikan rasa persaudaraan sejati itu dalam tampilan fasadnya serta karakteristik ruang yang mencerminkan rasa persaudaraan umat yang multi kultur dengan memperhatikan kebudayaan-kebudayaan daerah umat setempat yang ada. Melihat dari aspek religiusnya, desain yang ingin dicapai adalah penataan ruang dalam gedung gereja yang dapat mengantarkan umat ke dalam suasana yang hening untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Untuk mencapai desain yang diharapkan serta menyelesaikan masalah-masaah desain yang nanti di hadapi maka pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan vernakular. Hal ini berkaitan dengan pengangkatan budaya-budaya umat setempat serta penyesuaian dengan lingkungan sekitar yang masih alami yang akan diangkat dalam desain Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda nantinya. 1.3. Rumusan Permasalahan Bagaimana wujud rancangan gedung Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda yang mencerminkan rasa persaudaraan umat multi kultur dan memberikan suasana sakral, melalui rancangan tata ruang dalam berdasarkan simbolisasi hirearki rumah Toraja dan tampilan fasad dengan pendekatan inkulturasi arsitektur vernakular Toraja dan Flores? 1.4. Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum Mewujudkan rancangan gedung Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda yang mencerminkan rasa persaudaraan umat multi kultur dan memberikan suasana sakral, melalui rancangan tata ruang dalam berdasarkan simbolisasi hirearki rumah 7

Toraja dan tampilan fasad dengan pendekatan inkulturasi arsitektur vernakular Toraja dan Flores. 1.4.2. Tujuan Khusus Merancang gedung gereja yang dapat menampung jumlah umat Gereja Katolik Kristus Raja saat beribadah serta sarana-sarana pendukung yang dapat menampung kegiatan menggereja umat Katolik Kristus Raja. 1.5. Sasaran Untuk mewujudkan tampilan fasad gedung gereja yang mencerminkan rasa persaudaraan umat muti kultur serta mampu membawa umat dalam suasana khusuk dilakukan beberapa analisis meliputi : Menganalisis tipologi bangunan gereja Menganalisis bentuk arsitektural bangunan tradisional Toraja dan Flores serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, terkait dengan inkulturasi arsitektur vernakular Toraja dan Flores yang menjadi pendekatan masalah. Menganalisis tapak terkait dengan arah orientasi bangunan disesuaikan dengan prinsip arsitektur Toraja dan Flores. Menganalisis hirearki tata ruang dalam rumah Toraja dan dikaitkan dengan tipologi gereja untuk menemukan rancangan tata ruang dalam gereja. Menganalisis kebiasaan atau budaya apa yang menonjol yang memperlihatkan persaudaraan dari umat setempat Menganalisis kegiatan umat dalam beraktivitas dalam lingkungan gereja untuk menghasilkan pengelompokan ruang. 8

1.6. Metode Pembahasan 1. Pengumpulan data melalui studi pustaka dari buku-buku literatur, internet, serta wawancara, dengan mempelajari perkembangan umat, segala budaya yang ada di tengah-tengah umat serta nilai-nilai filosofi yang dipegang oleh umat. 2. Analisa perkembangan gereja pada masa lalu hingga saat ini, untuk mengetahui bangaimana tren perkembangan umat dari tahun ke tahun, serta pengaruh keberadaan gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda dengan kehidupan sosial masyarakat sekitar. 3. Analisa pola kegiatan umat untuk menentukan ruang-ruang yang dibutuhkan serta besarannya. 4. Analisa bentuk arsitektural bangunan tradisional Toraja dann Flores yang terkait dengan nilai-nilai persaudaraan yang terkandung dalam filosofi bangunannya untuk memperlihatkan aspek-aspek arsitektur vernakular yang akan dikembangkan. 5. Mengambil inti dari masing-masing analisa untuk dijadikan kata kunci yang akan dikembangkan dalam desain arsitektur bangunan. 6. Menyusun konsep dasar yang akan diterapkan pada perancangan Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda. 9

1.7. Kerangka Pola Pikir Gambar 1.1. Bagan Pola Pikir Penulis 10

1.8. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang pengadaan proyek, latar belakang permasaalahan, rumusan permasaalahan, tujuan, sasaran, metode pembahasan, sistematika pembahasan serta alur pola pikir perancang. BAB II TINJAUAN GEREJA KATOLIK Berisi tentang pengertian Gereja Katolik, sejarah perkembangan Gereja Katolik di dunia dan di Indonesia, perkembangan arsitektur Gereja Katolik serta kegiatan liturgi dan non-liturgi dalam Gereja Katolik. BAB III TINJAUAN GEOGRAFIS, SOSIAL, BUDAYA, DAN EKONOMI UMAT GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA WASUPONDA Berisi tentang pemaparan keadaan geografis wilayah Wasuponda, kehidupan sosial budaya serta ekonomi masyarakat Wasuponda, secara khusus umat Gereja Katolik Kristus Raja. BAB IV TINJAUAN ARSITEKTUR VERNAKULAR Berisi tentang pemaparan arsitektur vernakular di Indonesia terkait tentang sejarah dan perkembangannya serta pandanganpandangan kosmologi yang dipercaya. Secara khusus pembahasan mengenai arsitektur vernakular Toraja dan Flores. BAB V ANALISIS PERANCANGAN GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA WASUPONDA Berisi tentang analisa-analisa yang dilakukan terkait dengan upaya mendapatkan kata kunci yang akan dikembangkan dalam perancangan Gereja Katolik Kristus Raja Wasuponda. 11

BAB VI KONSEP PERANCANGAN GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA WASUPONDA Berisi tentang penentuan konsep yang akan digunakan berdasarkan kata-kata kunci yang telah didapatkan dari kajian analisis-analisis yang telah diakukan. 12