III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini merupakan teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu: definisi dan perkembangan agroekologi, estimasi manfaat agroekologi terhadap ekonomi dan lingkungan, serta estimasi kesejahteraan petani agroekologi. 3.1.1. Definisi dan Perkembangan Agroekologi Pertumbuhan populasi yang semakin meningkat diprediksikan oleh Malthus akan menyebabkan krisis pangan di masa yang akan datang. Adanya prediksi tersebut, menyebabkan dorongan pada sektor pertanian untuk dapat meningkatkan produktivitas pertanian agar dapat memenuhi kebutuhan pangan. Sektor pertanian bergerak dengan penciptaan teknologi dan inovasi yang baru. Salah satu inovasi yang dilakukan dari sektor pertanian yaitu perbaikan sistem pertanian. Sistem pertanian yang diterapkan pada suatu tempat akan menentukan hasil pertanian yang dihasilkan dan mempengaruhi keadaan lingkungan. Sistem pertanian yang umum diterapkan oleh petani di Indonesia adalah sistem pertanian konvensional. Pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang menggunakan input eksternal untuk meningkatkan hasil produksi usahatani guna memaksimumkan keuntungan. Usaha memaksimumkan keuntungan ini secara tidak langsung dapat merusak lingkungan, karena petani lebih cenderung menggunakan input eksternal seperti pestisida, pupuk kimia, benih dan lain-lain. 20
Sistem pertanian konvensional ini diterapkan oleh 57% petani yang ada di Indonesia. Sistem pertanian ini juga terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi global. Namun, sistem pertanian konvensional diduga mempunyai dampak negatif, diantaranya: menyebabkan degradasi dan penurunan kesuburan tanah, merusak vegetasi yang ada di lingkungan, menyebabkan erosi, kerugian ekonomi, penggunaan air berlebihan, kerusakan sistem hidrologi, pencemaran lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan makanan, ketergantungan petani pada input-input eksternal dan lain-lain. Adanya dampak negatif akibat dari penerapan sistem pertanian konvensional, menyebabkan perlunya perkembangan atau inovasi baru dalam ilmu pertanian. Inovasi terdahulu dalam bidang pertanian yang bertujuan menjaga kondisi lingkungan yaitu sistem pertanian organik. Selain itu, sistem pertanian yang baru dikembangkan saat ini adalah sistem pertanian berkelanjutan yang juga dikenal dengan sistem Agroekologi, yang merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang berdasar pada pengetahuan tradisional dan pengalaman dalam pemenuhan pangan lokal. Agroekologi memperhatikan hubungan alam, sosial, ekologi, budaya, ekonomi, masyarakat, dan keadaan lingkungan. Penerapan pertanian agroekologi telah dilakukan di beberapa negara seperti: Mexico, Afrika, Amerika, Nicaragua, Honduras, Guatemala dan Indonesia. 3.1.2. Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi Agroekologi sedang banyak dibicarakan dan disosialisasikan penerapannya. Hal ini dilakukan karena terjadinya isu pencemaran lingkungan akibat kegiatan pertanian. Penerapan agroekologi dapat menjaga kualitas lingkungan karena penerapannya berdasar pada pengetahuan lokal, yang 21
memperhatikan hubungan antara alam, sosial, ekologi, masyarakat, dan lingkungan yang memiliki produktivitas tinggi. Sehingga penerapan agroekologi dapat menjadi salah satu alternatif solusi pertanian agar dapat menjaga kondisi lingkungan dan menghindari terjadinya krisis pangan. Penerapan agroekologi memiliki manfaat terhadap lingkungan yang dapat dilihat dari kemampuan penyerapan karbon yang dapat diketahui dengan melakukan perhitungan Ecological Footprint (EF) dan energi input yang digunakan dalam agroekologi. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agronomi Filipina menunjukkan bahwa energi yang digunakan dapat diestimasi melalui Fossil Fuel Based Energy Inputs (FFEI) dan Indirect Fossil Fuel Based Input (IFFEI). FFEI dihitung dengan pengukuran penggunaan minyak atau bahan bakar untuk traktor, pupuk kimia (urea), dan pestisida. Sedangkan IFFEI dihitung dari penggunaan benih dalam agroekologi. Penelitian ini telah melakukan perbandingan manfaat dari sisi input energi antara pertanian konvensional dan agroekologi. Perbandingan energi antara pertanian konvensional dan agroekologi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Perbandingan Input Energi pada Pertanian Konvesional dan Agroekologi Lokasi Energi Agroekologi (Mcal/ha) Konvensional (Mcal/ha) Infanta, Quezon FFEI IFFEI 1,338 496 1,793 504 Baco, Oriental Mindaro Total Energi FFEI IFFEI Total Energi 1,834 1,300 412 1,712 Sumber: Department of Agronomy, College of Agriculture, Philippines, 2002. Keterangan: FFEI: Fossil Fuel Based Energy Inputs IFFEI: Indirect Fossil Fuel Based Input 2,297 2,977 463 3,400 22
Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam pertanian konvensional membutuhkan energi input yang lebih tinggi dibandingkan dengan agroekologi. Pengukuran dilakukan dengan menghitung energi input yang digunakan. Secara matematis dapat dituliskan: Total Energi Input (TEI) = FFEI + IFFEI..(3.1) Dimana: FFEI = Bahan bakar minyak + Pupuk kimia + Pestisida...(3.2) IFFEI = Jumlah Benih....(3.3) Dimana: Minyak = M (kg) Pestisida = E (kg) Pupuk = P (kg) Jumlah Benih = B (kg) Sehingga Total Energi Input (TEI) dapat dijabarkan menjadi: TEI = M + E + P + B..(3.4) Rumus ini dapat digunakan untuk melihat energi yang digunakan dalam suatu sistem pertanian, khususnya dalam penelitian ini yaitu energi yang digunakan dalam agroekologi dan konvensional. Energi yang digunakan yaitu penggunaan bahan kimia dan penggunaan benih. Penerapan agroekologi juga memiliki manfaat ekonomi yang bagus, karena pertanian ini dapat meningkatkan produktivitas petani dengan meminimumkan penggunaan input eksternal. Berimplikasi pada pengurangan biaya yang harus dikeluarkan petani dalam proses produksi. Namun, masih banyak petani yang mengelola pertaniannya dengan sistem konvensional. Hal ini terjadi karena masih kurangnya penelitian yang mengkaji tentang manfaat 23
ekonomi dan lingkungan dari penerapan agroekologi. Namun, ada beberapa penelitian yang menyebutkan kelebihan agroekologi dibandingkan pertanian biasa (pertanian industri) salah satunya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Alteiri (1991). Tabel 2 di bawah ini menunjukkan perbandingan agroekologi dan pertanian biasa (pertanian industri). Tabel 2. Perbandingan Pertanian Industri dan Agroekologi Karakteristik Pertanian Industri Pertanian Agroekologi Tanaman panen Wilayah tanam Sistem tanam yang dominan Input dominan Dampak lingkungan Biaya keahlian dan sumberdaya yang dibutuhkan Sumber: Alteri (1991) Beras, gandum, jagung dan sedikit yang lainnya Tanah datar, area irigasi Monokultur, tanaman yang seragam Bahan kimia, mesin, dan eksternal input Sedang -tinggi (polusi kimia, erosi, ketahanan terhadap pestisida, dll) Relatif tinggi Tanaman konvensional dan satu disiplin ilmu dan keahlian Semua tanaman pangan Semua lahan Polikultur, tanaman yang beragam Penggunaan nitrogen, kontrol hama dengan biologikal, organik, bergantung pada alam. Rendah- sedang (nutrisi) Relatif rendah Ekologi dan banyak ilmu yang dikombinasikan Tabel 2 menunjukan bahwa agroekologi mempunyai keuntungan dalam beberapa hal salah satunya dapat dilihat dari sisi biaya. Biaya pada pertanian industri relatif lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pada agroekologi. Selain itu, penelitian yang dilakukan Departemen Agronomi, Filipina menunjukkan perbandingan pendapatan petani konvensional dengan petani Low External Input Suistanable Agriculture (LEISA) yang dikenal di Indonesia sebagai agroekologi. Hasil penelitian di dua tempat di Filipina tentang pendapatan petani dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. 24
Tabel 3. Perbandingan Pendapatan (dalam USD per ha) Pertanian Konvensional dan Agroekologi Tempat Agroekologi Konvensional Infanta, Quezon 382.20 198.02 Baco, Oriental 304.00 290.00 Mindoro Sumber: Department Agronomy, College of Agriculture (2002). Tabel di atas menunjukkan bahwa pertanian agroekologi dapat meningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani di Infanta, Quezon yang menerapkan agroekologi adalah $ 382.20/ha sedangkan di lokasi yang sama, dengan penerapan sistem pertanian konvensional hanya sebesar $ 198.02/ha. Penelitian ini dilakukan dengan metode penghitungan Net Revenue (Department Agronomy, College of agriculture, 2002), secara matematis dapat ditulis: Net Revenue (NR) = Gross Revenue (GR) Total Cost (TC) (3.5) Dimana: GR = Pg x Qg (USD/ton) TC = Cash Cost + Non cash cost (USD/ha) Pg = harga gabah (USD) Qg = jumlah gabah yang dihasilkan (ton/ha) Beberapa penelitian menunjukan potensi ekonomi dan manfaat dari penerapan agroekologi. Potensi ekonomi ini dapat ditunjukkan melalui Net Revenue, Pendapatan, dan analisis kelayakan usahatani. Namun, Penelitian mengenai estimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi masih jarang dilakukan. Sehingga, penelitian ini masih perlu dilakukan. 3.1.3. Estimasi Pendapatan Petani Agroekologi Pendapatan petani dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan harga jual terhadap output yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan petani dapat dipengaruhi oleh sistem pertanian yang digunakan yang berkaitan 25
dengan penggunaan input. Berdasarkan hasil penelitian terdahalu oleh The International Assessment of Agricultural Knowledge, Science and Technology for Development (IAASTD) yang menunjukan bahwa pertanian agroekologi dapat meningkatkan produksi dan produktivitas per unit area dengan penggunaan input eksternal yang rendah. Proses produksi pada pertanian agroekologi sama halnya dengan pertanian lainnya. Produksi suatu output melibatkan hubungan antara faktor produksi (input) dan jumlah hasil produksi yang dihasilkan. Faktor produksi dalam penerapan pertanian agroekologi meliputi sarana dan prasarana produksi. Estimasi pendapatan petani dapat dilakukan dengan melihat faktor produksi yang digunakan dan jumlah output yang dihasilkan (Gittinger, 1986). Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut: Π = TR TC.. (3.6) dimana: Π = pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) Sedangkan TR = (Yi* PYi) TC = Total Biaya (Rp) TC = (TFC + TVC) dimana: Yi = Jumlah output yang dijual (unit) TVC = Total biaya variabel (Rp) PYi = Harga output yang dijual (Rp/unit) TFC = Total biaya tetap (Rp) Lebih lanjut dapat dijabarkan menjadi: Π = (Yi* PYi) - (TFC + TVC) (3.7) kriteria yang digunakan: Π = 0 ; maka titik impas, Π > 0 ; maka untung, Π < 0 ; maka rugi Analisis manfaat-biaya juga dapat dilakukan untuk mengetahui keuntungan ekonomi yang diperoleh petani ketika menerapkan agroekologi. Penerapan agroekologi dikatakan menguntungkan ketika nilai B/C rasionya lebih 26
besar dari satu (Gittinger, 1986). Rumus B/C rasio dapat dituliskan sebagai berikut: B/C =.(3.3) dimana: Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp) 1/(1+i) = discount factor n = umur proyek (tahun) kriteria yang digunakan: B/C 1 ; menunjukan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan manfaat yang lebih besar atau sama dengan satu. B/C <1 ; menunjukan bahwa setiap penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan tambahan manfaat kurang dari satu atau sama dengan satu. Manfaat yang diperoleh petani dalam hal ini bisa merupakan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung berupa hasil yang bisa menghasilkan nilai berupa pendapatan petani dan langsung dirasakan oleh petani. Sedangkan manfaat tidak langsung yaitu manfaat pada lingkungan dan peningkatan kesehatan masyarakat dengan hasil pertanian yang dihasilkan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik hipotesa yang sesuai dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Agroekologi dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan mengurangi biaya. 2. Penurunan biaya produksi akan meningkatkan pendapatan petani. 3. Agroekologi dapat meningkatkan kesejahteraan petani. 27
3.2. Kerangka Operasional Adanya pertumbuhan populasi yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produktivitas pangan, maka dapat diprediksikan akan terjadi krisis pangan di masa mendatang. Populasi penduduk yang meningkat di Indonesia menyebabkan kebutuhan pangan Indonesia meningkat. Sehingga diperlukan peningkatan pertanian terutama pertanian pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini menggambarkan tahapan pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian pertama yaitu mengkaji perkembangan agroekologi dan mengetahui pemahaman masyarakat atau petani tentang manfaat agroekologi. Tujuan kedua mengestimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi, dengan melakukan penghitungan Ecological Footprint yang merupakan indikator dampak terhadap lingkungan akibat dari aktivitas manusia. Selanjutnya, mengestimasi pendapatan petani agroekologi sebagai proksi kesejahteraan petani, dengan melihat konsep usahatani, konsep pendapatan, dan konsep pemasaran. Kemudian setelah melakukan tahapan di atas, dapat dirumuskan rekomendasi bagi para penggerak sektor pertanian dalam hal ini stakeholder sehingga penerapan pertanian agroekologi dapat dilaksanakan guna mengurangi kerusakan lingkungan dan pemenuhan kebutuhan pangan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka untuk mencapai tujuan penelitian, berikut tersaji pada Gambar 3. 28
Peningkatan Populasi Kebutuhan Pangan Pertanian Konvensional Kerusakan Lingkungan Agroekologi Estimasi Manfaat agroekologi Terhadap Lingkungan Estimasi Kesejahteraan Petani Agroekologi Perkembangan agroekologi Rekomendasi Penerapan Agroekologi Sumber: Penulis (2010) Gambar 3. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian 29