KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS Indra Gunawan, Wasrob Nasruddin, dan Rudi Hartono Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor Corr: rhartono69@gmail.com ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Desa Bangunsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat pada bulan Mei sampai Agustus 2015. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan petani dalam melaksanakan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan petani dalam pelaksanaan pengelolaan tanaman terpadu yang relatifmasih rendah adalah aspek pengendalian hama secara terpadu dan pemupukan berimbang. Kata Kunci:Kemampuan petani, pengelolaan tanaman terpadu ABSTRACT Research has been conducted in the village of Bangunsari, Pamarican District, Ciamis Regency, West Java Province in May until August 2015. The study aims to determine the ability of farmers to implement integrated crop management (ICM) of paddy. The results showed that the ability of farmers in the implementation of integrated crop management is relatively low in the aspects of integrated pest management and balanced fertilization. Key Word:Ability of farmer, integrated crop management PENDAHULUAN Komoditas pangan terpenting di Indonesia saat ini adalah beras.hampir seluruh masyarakat Indonesia saat ini menjadikan beras sebagai makanan pokok sehari-hari, sehingga tuntutan akan peningkatan produksi beras saat ini menjadi sangat tinggi. Oleh karena itukementerian Pertanian berusaha menggenjot produksi beras guna memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Salahsatu program yang bertujuan untuk meningkatkan produksi beras adalah program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi Sawah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produksi padi melalui penerapan dan perakitan teknologi yang dilaksanakan secara partisipatif dan sesuai dengan keadaan lingkungannya (spesifik lokasi). KegiatanSekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu(SL-PTT) Padi sawah dilaksanakan dibeberapa Provinsi di Indonesia, termasuk di Desa Bangunsari Kecamatan PamaricanKabupaten Ciamis. Di desa ini kegiatansekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu(SL-PTT) telah dilaksanakan sejak tahun 2011 hingga 2013.Kendati demikian evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut belum pernah digali secara lebih mendalam, terutama dalam aspek kemampuan petani yang meliputi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap.(Di Berdasarkan hal tersebut, dilakukan kajian untuk melihat kemampuan petani di Desa Bangunsari dalam melaksanakan kegiatan PTT Padi Sawah. METODE Penelitiandilaksanakan di Desa BangunsariKecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat pada bulan Mei sampaiagustus2015. Populasi penelitian adalah anggota kelompoktani di Desa Bangunsariyang telah mengikuti kegiatan SL-PTT padi sawah. Dari tujuh kelompoktani hanya dua kelompoktani yang sudah melaksanakan kegiatan SL-PTTpada tahun 2011-2013yakni kelompoktani Bina Mandiri dan Tani Mukti dengan jumlah total
anggota 50 orang. Sampel penelitian ditentukan berdasarkan rumus Slovin (50/1+[50x0,1 2 ]) yaknisebanyak 35 orang. Responden ditetapkan secara proporsional berdasarkan jumlah anggota di masingmasing kelompoktani (Sugiono, 2012). Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen berupa kuesioner tertutup (kuesioner yang sudah ada jawabannya). Alternatif jawaban disiapkan sebanyak empat pilihan yang diberi skor berdasarkan skala Likert 1-4 dengan kriteria: Skor 1 merupakan jawaban dari pernyataan Sangat Rendah; Skor 2 merupakan jawaban dari pernyataan Rendah; Skor 3 merupakan jawaban dari pernyataan Tinggi; dan Skor 4 merupakan jawaban dari pernyataan Sangat Tinggi. Variabel penelitian adalah kemampuan petani dengan indikator pengetahuan, keterampilan dan sikapnya dalam menerapkan aspek-aspek pengelolaan tanaman terpadu padi sawah (Tabel 1). Tabel1. Variabel, indikator, parameter dan skala pengukuran Variabel Indikator Parameter Kemampuan Pengetahuan 1. Pemahaman tentang VarietasUnggul Baru (VUB) Petani 2. Pemahaman tentang Pemupukan Berimbang 3. Pemahaman tentang Pengendalian OPT 4. Pemahaman tentang sistem tanam jajar legowo 5. Pemahaman tentang pengolahan tanah yang baik 6. Pemahaman tentang panen dan pasca panen Skala Pengukuran Pengetahuan: 1. Tidak Tahu 2. Kurang Tahu 3. Tahu 4. Sangat Tahu Sikap 1. Respons terhadap penggunaan VUB Sikap: 2. Respons terhadap penggunaan pemupukan berimbang dalam SL-PTT 3. Respons terhadap pengendalian OPT dalam SL-PTT 1. Tidak Setuju 2. Kurang Setuju 3. Setuju 4. Respons terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo dalam SL-PTT 4. Sangat Setuju 5. Respons dalam pengolahan tanah yang baik dalam SL-PTT 6. Respons terhadap penanganan panen dan pasca panen dalam SL-PTT Keterampilan 1. Identifikasi penggunaan benih VUB 2. Kemampuan melaksanakan pemupukan dengan tepat cara dan tepat dosis 3. Kemampuan mengidentifikasi OPT dan melakukan pengendalian 4. Kemampuan melakukan teknik dan cara tanam jajar legowo 5. Kemampuan melakukan pengolahan tanah yang sempurna 6. Kemampuan melaksanakan panen dan pasca panen dengan efisien Instrumen yang digunakan telah diuji reliabilitasnya menggunakan metode Alpha Cronbachdengan bantuan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Hasil pengujian diperoleh nilaicronbach s Alpa 0,759 yang artinya bahwa instrumen tersebut telah reliabel dan dapat digunakan (Arikunto, 1993 dalam Sugiyono, 2011). Data yang dikumpulkan dianalisis dengan pendekatan analisis non-parametrik, yaitu sebagai berikut: 1) Analisis deskriptifdengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Kemampuan petani yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap tentang PTT padi sawah dideskripsikan dengan kriteria sebagai berikut: Keterampilan: 1. Tidak terampil 2. Kurang terampil 3. Terampil 4. Sangat terampil
Tabel 2. Kriteria analisis deskriptif No Indikator Kategori Nilai 1. Pengetahuan Kurang Tinggi Sangat tinggi 2. Keterampilan Kurang Tinggi Sangat tinggi 3. Sikap Kurang Tinggi Sangat tinggi 1,5 >1,5 2,5 >2,5 3,5 >3,5 1,5 >1,5 2,5 >2,5 3,5 >3,5 1,5 >1,5 2,5 >2,5 3,5 >3,5 2) Analisis korelasional, dengan mengukur keeratan hubungan antar variabel dengan ujirankspearmanuntuk mengetahui hubungan kegiatan SL-PTT terhadap peningkatan kemampuan petani (pengetahuan, keterampilan, dan sikap)karena data yang akan dikumpulkan merupakan data berskala ordinal.data yang diperoleh diolah dalam bentuk tabulasi.selanjutnya pengujian dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 21 dengan rumus analisis statistik rankspearmansebagai berikut: 6 d 2 1 r s = 1 - ---------------- N ( N 2 1 ) Keterangan: r s = korelasi Spearman N = banyaknya pasangan data d 1 = jumlah selisih antara peringkat bagi X dan Y Nilai Koefesien korelasi rankspearman yang diperoleh dapat diinterpretasikan menggunakan interval koefisien korelasi yang terdapat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel3. Interval koefisien korelasi (Sugiono, 2011) Interval Koefisien 0,00 0,199 0,20 0,399 0,40 0,599 0,60 0,799 0,80 1,000 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diteliti terdiri dari umur, tingkat pendidikan, lama Tingkat Hubungan Sangat lemah Rendah Kuat Sangat kuat berusahatani dan luas lahan yang digarap.umur petaniresponden dominan usia produktif (Tabel 4).Dominasi petani berpendidikan rendah dan tidak ditemukan sarjana yang menjadi petani (Tabel 5). Petani sebagian besar merupakan petani tua dengan pengalaman bertani dominan antara 10-30 tahun atau berkisar setengah dari umurnya
(Tabel 6). Pemilikan lahan petani dominan tergolong berlahan Sempit (< 0,5 ha)(tabel 7). Tabel4. Klasifikasiumur responden Indikator Kajian Umur Kategori (tahun) Jumah Muda < 26 0 0 26-52 21 60 Tua > 52 14 40 Tabel 5. Klasifikasi pendidikan responden Indikator Kajian Kategori Jumlah Pendidikan Tabel6. Klasifikasilama berusahatani responden Indikator Kajian Lama berusahatani Dasar (SD) 24 69 Menengah (SLTP) 6 17 Tinggi SLTA 5 14 Kategori (tahun) Jumlah Baru < 10 3 9 10-31 29 82 Lama > 31 3 9 Tabel7. Klasifikasi luas lahan responden Indikator Kajian Luas lahan Tabel 4 hingga Tabel 7 menunjukkan karakteristik petani Kecamatan Pamarican tergolong sudah sangat berpengalaman meskipun tingkat pendidikan dan pemilikan lahannya relatif rendah. Karakteristik ini merupakan tantangan dalam diseminasi inovasi (van den Ban & Hawkins, 1999). Seperti ditemukan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, sebagian besar pemuda lebih tertarik bekerja pada sektor non pertanian di perkotaan. Hal ini Tabel8. Distribusi skor jawaban responden Kategori (hektar) Jumlah Sempit <0,5 19 54 0,5-1 14 40 Luas > 1 2 6 mengakibatkan petani yang ada rata-rata sudah berumur lanjut. Kemampuan Petani menerapkan PTT Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap petani dalammenerapkan PTT di Desa Bangunsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis terendah pada aspek pemupukan berimbang dan PHT (Tabel 8). No Indikator Kategori Jumlah Kisaran Rata-
Nilai rata Pengetahuan 1. Varietas Unggul Rendah 2 0 0 Baru (VUB) 2,1-3,0 9 26 Tinggi 3,1 26 74 2. Pemupukan Rendah 2 12 34 Berimbang 2,1-3,0 18 51 Tinggi 3,1 5 14 3. Pegendalian HPT Rendah 2 0 0 2,1-3,0 19 54 Tinggi 3,1 16 46 4. Sistem Tanam Rendah 2 0 0 Jajar Legowo 2,1-3,0 3 9 Tinggi 3,1 32 91 5. Pengolahan Tanah Rendah 2 0 0 2,1-3,0 3 9 Tinggi 3,1 32 91 6. Panen dan Rendah 2 0 0 Pasca Panen 2,1-3,0 14 40 Tinggi 3,1 21 60 Sikap 1. Varietas Unggul Tidak Setuju < 1,5 0 0 Baru (VUB) Kurang Setuju 1,5-2,5 9 26 Setuju >2,5 26 74 2. Pemupukan Tidak Setuju < 1,5 0 0 Berimbang Kurang Setuju 1,5-2,5 19 54 Setuju >2,5 16 46 3. Pegendalian Tidak Setuju < 1,5 0 0 OPT Kurang Setuju 1,5-2,5 21 60 Setuju >2,5 14 40 4. Sistem Tanam Tidak Setuju < 1,5 0 0 Jajar Legowo Kurang Setuju 1,5-2,5 3 9 Setuju >2,5 32 91 5. Pengolahan Tidak Setuju < 1,5 0 0 Tanah Kurang Setuju 1,5-2,5 4 11 Setuju >2,5 31 89 6. Panen dan Tidak Setuju < 1,5 1 3 Pasca Panen Kurang Setuju 1,5-2,5 12 34 Setuju >2,5 22 63 Keterampilan 1. Varietas Unggul Tidak Terampil < 1,5 0 0 Baru (VUB) Kurang Terampil 1,5-2,5 3 9 Terampil >2,5 32 91 2. Pemupukan Tidak Terampil < 1,5 0 0 Berimbang Kurang Terampil 1,5-2,5 24 69 Terampil >2,5 11 31 3. Pegendalian Tidak Terampil < 1,5 0 0 OPT Kurang Terampil 1,5-2,5 24 69 Terampil >2,5 11 31 4. Sistem Tanam Tidak Terampil < 1,5 1 3 Jajar Legowo Kurang Terampil 1,5-2,5 5 14 Terampil >2,5 29 83 5. Pengolahan Tidak Terampil < 1,5 0 0 Tanah Kurang Terampil 1,5-2,5 2 6 Terampil >2,5 33 94 6. Panen dan Tidak Terampil < 1,5 0 0 Pasca Panen Kurang Terampil 1,5-2,5 3 9 Terampil >2,5 32 91 1,5-4 2,9 1,2-4 2,5 1,7-4 2,5 2,2-4 3,2 2,5-4 3,2 2,0-4 2,8 2,3-4 3,0 1,5-4 2,7 2,5-4 2,7 2,5-4 3,3 2,5-4 3,3 1,0-4 2,8 2,3-4 3,1 1,8-4 2,9 1,8-4 2,5 1,3-4 3,2 1',0-4 3,2 2,5-4 3,1 Rendahnya pengetahuan petani pada aspek pemupukan berimbang (Tabel 8) dikarenakan petani melakukan pemupukan tidak didasarkan pada kebutuhan dari tanaman namun ditentukan oleh ketersediaan modal yang dimiliki oleh petani. Jika modal mencukupi maka kebutuhan pupuk dipenuhi secara optimal.namun sebaliknya, jika modal yang digunakan tidak mencukupi maka pemupukan tidak optimal dilakukan. Secara
umum petani mengetahui dampak pada tanaman jika dilakukan pemupukan secara berimbang, namun petani kurang paham terhadap waktu pemupukan serta dosis yang tepat sesuai dengan luas lahan mereka. Petani beranggapan alat ukur kebutuhan pupuk BWD dan PUTS tidak tersedia dan sulit untuk diterapkan sehingga tidak ada manfaat dari alat tersebut. Petani tidak paham cara menggunakannya. Begitupun dalam pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, petani ditemukan kurang memperoleh informasi dan penyuluhan tentang pengendalian HPT. Pada tanaman padinya yang sedang terserang hama putih, petani menggunakan pestisida yang biasa digunakan di periode tanam sebelumnya yang setelah diaplikasikan ternyata tidak berpengaruh terhadap penurunan tingkat serangan hama putih; namun mereka tetap menggunakannya. Dalam pelaksanaan PTT, skor terendah pada aspek pemupukan berimbang. Petani belum menerapkan pengaturan dosis dan waktu pemupukan yang tepat sesuai dengan fase tanaman dan cenderung hanya melakukan pemupukan jika diperlukan. Pemupukan hanya dilakukan apabila tanaman terlihat kuning terserang penyakit atau dimakan ternak. Identifikasi terhadap tingkat serangan HPT pada tanaman tidak dilakukan sedini mungkin. Kebanyakan petani melakukan pengendalian setelah melihat tingkat serangan yang tinggi. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan petani dalam mengenal jenis serangan hama dan penyakit. Petani enggan jika harus menggunakan pestisida tertentu untuk jenis hama dan penyakit yang berbeda dengan alasan rumit dan tidak paham. Oleh karena itu petani sering menggunakan pestisida yang sama untuk mengendalikan hama atau penyakit yang berbeda. Rendahnya kemampuan petani dalam melakukan pemupukan berimbang terlihat pada identifikasi kebutuhan pupuk urea. Dalam penggunaan pupuk urea petani tidak berpedoman pada Bagan Warna Daun (BWD), karena tidak ada BWD di daerah setempat. Petani sudah memberikan pupuk urea berdasarkan kehijauan daun padi akan tetapi tanpa menggunakan BWD. Petani responden cenderung melakukan pengendalian OPT dengan langsung menyemprot tanaman tanpa melihat dulu sejauh mana serangan yang ada. Penggunaan musuh alami juga tidak digunakan dan ketika mengidentifikasi gejala serangan hama dan penyakit di lapangan petani tidak dapat membedakan antara hama dan penyakit. Hasil analisis korelasi rank Spearman, aspek pengetahuan berhubungan signifikan dengan penerapan sistem tanam jajar legowo, sementara aspek sikap berhubungan sangat signifikan dengan penerapan panen dan pasca panen. Sementara itu keterampilan berhubungan signifikan dengan penggunaan varietas uanggul baru (Tabel 9). Tabel 9. Kemampuan Petani Analisis korelasi rankspearmanantara kemampuan petani dengan pelaksanaan SL-PTT Komponen PTT dalam SL-PTT VUB Pemupukan Pengendalian Sistem Tanam Pengolahan Panen & Berimbang HPT Jajar Legowo Tanah Pasca Panen Pengetahuan 0,719 ** 0,582 ** 0,429 * 0,778 ** 0,605 ** 0,598 ** Sikap 0,717 ** 0,623 ** 0,509 ** 0,685 ** 0,718 ** 0,754 ** Ketrampilan 0,743 ** 0,619 ** 0,464 ** 0,631 ** 0,615 ** 0,592 ** Keterangan : *menunjukkan taraf kepercayaan 0.05 **menunjukkan taraf kepercayaan 0.01 SIMPULANDAN SARAN Simpulan Kemampuan petani dalam pelaksanaan pengelolaan tanaman terpadu, dari keenam aspek yang relatif masih
rendah adalah aspek pengendalian hama secara terpadu dan pemupukan berimbang. Saran Diperlukan peningkatan penerapan pemupukan berimbang dan PHT melalui upaya sosialisasi penggunaan dan distribusi alat Bagan Warna Daun (BWD) serta SL PHT. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Kuatitatif R&D. Bandung [ID]: Alfabeta.. 2012. Statistik Untuk Penelitian.Bandung [ID]: Alfabeta. Van Den Ban&Hawkins H.S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta [ID]: Kanisius. DAFTAR PUSTAKA [Ditjen] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2013. Pedoman Teknis SL- PTT 2013. Jakarta [ID]: Ditjen Tanaman Pangan, Kementan RI.