Bab 4 Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis pada kelas eksperimen dengan materi sakubun yang menggunakan metode Team Games Tournament, dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan metode TGT meningkatkan prestasi belajar responden, lebih tinggi dari pada metode konvensional atau metode pengajaran biasa. Sehingga metode TGT dapat dijadikan sebagai salah satu metode pengajaran yang efektif bagi pengajar. TGT dikatakan efektif karena metode ini membuahkan hasil berupa kenaikan pada nilai rata rata post test yang dicapai 19 dari 20 responden yang mendapat pengajaran dengan metode TGT dengan rata-rata nilai responden kelas eksperimen pada pre test adalah sebesar 73.80 dan nilai post test mereka sebesar 78.70. Dari nilai rata-rata (mean) ini dapat dilihat bahwa nilai responden mengalami kenaikan sebesar 5,90 poin. Sebaliknya pada kelas kontrol yang tidak diajarkan dengan menggunakan metode TGT, meskipun terdapat kenaikan nilai, namun tidak signifikan. Rata-rata nilai responden k e l a s k o n t r o l pada pre test adalah sebesar 69.70 dan nilai post test mereka sebesar 70.80. Dari nilai rata-rata (means) ini dapat dilihat bahwa nilai responden hanya mengalami kenaikan sebesar 1,1 poin saja. Selain itu dari hasil angket yang penulis sebarkan, dapat disimpulkan bahwa metode TGT membantu responden dalam mata kuliah sakubun. Hal ini diakui para 55
responden pada angket yang disebarkan, bahwa menurut mereka pengajaran dengan menggunakan metode TGT dirasa menarik, lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Belajar dengan games dan turnamen menciptakan suasana relaks dalam kelas, sehingga antar kelompok dapat membantu anggota kelompok lain dalam games sakubun yang diberikan. Kemudian, responden merasa dengan diadakannya games pada pengajaran sakubun membuat suasana belajar sakubun tidak tegang, karena sakubun dapat dikatakan sebagai mata kuliah yang cukup sulit dan membutuhkan tingkat konsentrasi dan keseriusan yang cukup tinggi. Sehingga pada saat responden mengerjakan post test yang diberikan pada pertemuan terakhir, responden paham, dan masih mengingat materi pelajaran yang diajarkan di beberapa pertemuan sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa metode TGT dapat digunakan sebagai salah satu media efektif dalam pengajaran bahasa Jepang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode TGT mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan metode TGT adalah sebagai berikut: - Membuat atmosfer kelas lebih menyenangkan dan tidak membosankan, sehingga responden dapat mengingat dengan baik materi yang diajarkan karena tidak merasa tegang atau tertekan dalam proses pembelajaran. - Menumbuhkan rasa saling menghargai antar siswa di dalam kelas, dan menumbuhkan rasa percaya diri yang memicu semangat dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas. Selain itu, penghargaan maupun 56
hadiah sederhana yang diberikan menumbuhkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar. Sedangkan kekurangan dari metode TGT adalah sebagai berikut: - Perlunya persiapan yang matang baik dari segi waktu, dana, dan peralatan pendukung. - Karena metode TGT merupakan bentuk dari pembelajaran kooperatif, fokus metode ini lebih kepada progres dan kemajuan siswa dalam kelompok. Sehingga TGT tidak secara otomatis menghasilkan skor yang dapat digunakan untuk menghitung nilai individual. - Games dan turnamen membutuhkan waktu yang lebih lama dan persiapan yang lebih kompleks daripada metode konvensional. Selain itu, penjelasan yang diberikan kepada siswa mengenai sistem games dan turnamen haruslah sejelas mungkin, jika tidak siswa akan mudah menjadi bingung dan justru menyebabkan antusiasme di dalam kelas berkurang. Oleh karena itu, strategi pembelajaran dengan menggunakan metode TGT dapat diterapkan oleh pengajar kepada para pemelajar sebagai salah satu metode pengajaran yang efektif. 57
4.2 Saran Penulis penyadari karena terbatasnya waktu dan data penelitian yang dapat diperoleh, tak dapat dipungkiri terdapat kendala yang dihadapi oleh peneliti pada pelaksanaan kelas eksperimen sakubun mengunakan metode Team Games Tournament. Pada pelaksanaan metode Team Games Tournament, treatment peneliti berikan kepada kelas eksperimen sebanyak 3 kali pertemuan diluar pre test dan post test. Hal ini telah memenuhi persyaratan dalam pelaksanaan metode Team Games Tournament, namun hasil akan menjadi lebih maksimal dan terlihat jika dilaksanakan lebih dari 3 kali pertemuan. Sehingga untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa, penulis menyarankan untuk memulai lebih awal, sehingga dapat melaksanakan penelitian dengan frekuensi pertemuan lebih banyak. Kendala lainnya adalah adanya responden yang tidak menghadiri pertemuan. Sehingga dari responden asli di awal pertemuan yang seharusnya dilakukan pada 25 responden untuk kelas eksperimen (06PAN), peneliti hanya dapat melakukan penelitian pada 20 responden saja. Selain itu karena penjelasan mengenai games dan turnamen selalu dilakukan pada awal pelajaran, jika terdapat responden yang terlambat memasuki kelas, akan merasa bingung dan pada akhirnya terlihat tidak antusias mengikuti games dan turnamen yang diberikan. Maka dari itu pengajar diharapkan dapat lebih memberikan arahan kepada kelompok untuk bekerja sama saling bertukar informasi. Untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa, dapat mencoba penerapan metode TGT pada mata kuliah yang berbeda, misalnya kanji atau kaiwa to 58
choukai, dimana materi games atau turnamen yang diberikan juga dapat lebih beragam. Selain itu peneliti dapat mencoba menerapkan metode pembelajaran kooperatif lainnya, seperti STAD (Student Teams Achievement Division), TAI (Team Accelerated Instruction) atau CIRC (Cooperative Integrated Reading and Compotition) sebagai alternatif pilihan tema skripsi yang yang dapat dipilih pada penelitian selanjutnya. 59