BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Tujuan pendidikan kesehatan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

Paket 6 PERAN PSIKOLOGI DALAM PROMOSI KESEHATAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.40 tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara

BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan merupakan sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

Paket 7 PERAN PSIKOLOGI DALAM MENGEVALUASI ETIOLOGI SUATU PENYAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Batu ginjal didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras

Prilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek non Fisik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

PRINSIP PERUBAHAN PERILAKU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kedua adalah pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk pelayanan yang menurut Levey dan Loomba (1973) dalam Azwar (1999) adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah interaksi antara konsumen dengan provider (penyedia pelayanan).

Kuesioner Penelitian. Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada. Masyarakat Dusun V Desa Patumbak. Kabupaten Deli Serdang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. konsumen/pasien. Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making)

Pembagian Perilaku Berdasarkan teori S-O-R di atas perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

PENDIDIKAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR (SD) PERLU DIPRIORITASKAN. Oleh: Suryanto Staf Pengajar Prodi Ikora PKR, FIK, UNY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan merupakan hasil

KONSEP DASAR PENDIDIKAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

PENELITIAN PERILAKU KESEHATAN 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

HEALTH BELIEF MODEL. (Teori Kepercayaan Kesehatan)

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap risiko, terlalu percaya diri, kurang kesungguhan dan berkelakar di tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan meliputi pencegahan, pemeliharaan kesehatan, diagnosa, pengobatan baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tingkah laku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan. bukanlah tingakah laku yang acak, tetapi tingkah laku yang selektif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh nyamuk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 1. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Kajian Teori. a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh penyakit infeksi sekarang menuju ke angka kejadian penyakit tidak menular

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Kesehatan 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku dapat ditafsirkan sebagai kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai aktivitas yang dapat dibagikan menjadi dua kelompok yaitu aktivitas yang dapat dilihat oleh orang lain dan aktivitas yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Menurut seorang ahli psikologi, Skiner (1938), beliau mendapati bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh itu, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus Organisme Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori "S-O-R" (stimulusorganisme-respons). Teori skinner juga menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu: a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditunjukkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons yang relatif tetap misalnya makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan da sebagainya. Respondent respons juga mencakup perilaku emosional misalnya sedih apabila ditimpa berita musibah. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsangan yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons.

Perilaku manusia berdasarkan teori S-O-R tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Perilaku tertutup (Covert behavior) Perilaku ini adalah respons yang masih belum dapat dilihat oleh orang lain. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk "unobservable behavior" atau "covert behavior" yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. b. Perilaku terbuka (Overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau "observable behavior". 2.1.2. Ilmu-Ilmu Dasar Perilaku Menurut Notoatmodjo lagi, perilaku pada seseorang individu itu terbentuk dari dua faktor utama yaitu stimulus yang merupakan faktor eksternal dan respons yang merupakan faktor internal. Faktor eksternal seperti faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dan faktor internal pula adalah faktor dari diri dalam diri orang yang bersangkutan. Faktor eksternal yang paling berperanan dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, yaitu di mana seseorang tersebut berada. Sementara itu, faktor internal yang paling berperan adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga cabang ilmu yang membentuk perilaku seseorang itu yaitu ilmu psikologi, sosiologi dan antropologi (Notoatmodjo, 2005). 2.1.3. Perilaku Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2005), respons seseorang terhadap rangsangan atau objek-objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit adalah merupakan suatu perilaku kesehatan( healthy behavior ). Ringkasnya perilaku kesehatan itu adalah semua aktivitas seseorang yang

berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati( unobservable). Pemeliharaan kesehatan ini meliputi pencegahan dan perlindungan diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyenbuhan apabila sakit. Dengan demikian, perilaku kesehatan bisa dibagi dua, yaitu: 1. Perilaku orang sehat agar tetap sehat dan meningkat, sering disebut dengan perilaku sehat (healthy behavior) yang mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif). 2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang untuk memperoleh penyembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya. Pelayanan kesehatan yang dicari adalah fasilitas kesehatan moden (rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan sebagainya) maupun tradisional (dukun, sinshe, paranormal). Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2005), beliau membagikan perilaku kesehatan menjadi tiga, yaitu: 1.Perilaku sehat (healthy behavior) Perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, antara lain: a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet) b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. c. Tidak merokok serta meminum minuman keras serta menggunakan narkoba. d. Istirahat yang cukup.

e. Pengendalian atau manajemen stress. f. Perilaku atau gaya hidup pasitif. 2. Perilaku sakit ( Illness behavior) Perilaku sakit adalah tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya. Tindakan yang muncul pada orang sakit atau anaknya sakit adalah: a. Didiamkan saja, dan tetap menjalankan aktivitas sehari-hari. b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment) melalui cara tradisional atau cara moden. c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan moden atau tradisional. 3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior) Becker mengatakan hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit antara lain: a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan. b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan. c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses pnyembuhannya. e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya. 2.1.4. Domain Perilaku Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005), beliau mendapati terdapat tiga domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ahli

pendidikan di Indonesia kemudian menterjemahkan ketiga domain ini ke dalam cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri rasa, dan peri tindak. Untuk kepentingan pendidikan praktis, tiga tingkat ranah perilaku telah dikembangkan sebagai berikut: 1. Pengetahuan(knowledge) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia. Terdapat intensitas yang berbeda-beda pada setiap pengetahuan sesorang terhadap objek. Tingkat pengetahuan dapat dibagi dalam 6 tingkat, yaitu; a. Tahu (know). Tahu diartikanhanya hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (comprehension). Memahami sesuatu objek bukan sekadar tahu objek tersebut, tetapi orang itu harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksudkan dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkompenen yang terdapat dalam sebuah masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis (syntesis) Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki. Umumnya, analisis adalah kemampuan untuk menghasilkan formulasi baru dari formulasiformulasi yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu, yang berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau yang sedang berlaku dalam masyarakat. 2. Sikap (Attitude) Menurut Campbell (1950), sikap dapat didefinisikan dengan sederhana, yakni :" An individual's attitude is syndrome of response consistency with regard to object." Dengan kata lain, sikap itu adalah kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Sementara itu, Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005), pula merumuskan bahwa sikap terbentuk dari 3 komponen utama,yaitu : 1 Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. 2 Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. 3 Kecenderungan untuk bertindak. Sikap bisa dibagi menurut tingkat intensitasnya, yaitu: a. Menerima Menerima diartikan individu atau subjek mau menerima stimulus atau objek yang diberikan. b. Menanggapi Menanggapi diartikan subjek memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. c. Menghargai

Menghargai diartikan apabila subjek dapat memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. d. Bertanggung jawab Bertanggung jawab diartikan subjek tersebut berani mengambil resiko terhadap apa yang diyakininya. 3. Tindakan atau Praktik( Practice) Faktor-faktor misalnya adanya fasilitas atau sarana dan prasarana perlu supaya sikap meningkat menjadi tindakan. Praktik atau tindakan dapat dikelompokkan menjadi 3 tingkatan mengikut kualitasnya, yaitu: a. Praktik terpimpin (guide response). Subjek telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. b. Praktik secara mekanisme (mechanism). Subjek telah melakukan sesuatu hal secara otomatis tanpa perlu kepada panduan. c. Adapsi (adoption). Tindakan yang sudah berkembang yaitu tindakan tersebut tidak sekadar rutinitas tetapi sudah merupakan perilaku yang berkualitas. 2.1.5. Pengukuran dan Indikator Perilaku Kesehatan 1. Pengetahuan kesehatan (health knowledge) Pengetahuan kesehatan adalah pengetahuan seseorang mengenai cara- cara menjaga kesehatan, yakni: a. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular b. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhi kesehatan. c. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan moden maupun tradisional. d. Pengetahuan untuk menghindari kecelakan.

2. Sikap terhadap kesehatan (health attitude) Sikap terhadap kesehatan adalah penilaian individu terhadap hal-hal yang mencakupi pemeliharaan kesehatan, yaitu: a. Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular. b. Sikap tentang faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhi kesehatan. c. Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan moden maupun tradisional. d. Sikap untuk menghindari kecelakan. 3. Praktik kesehatan Praktik kesehatan adalah tindakan seseorang untuk menjaga kesehatan, yaitu: a. Tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular. b. Tindakan tentang faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhi kesehatan. c. Tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan moden maupun tradisional. d. Tindakan untuk menghindari kecelakan. 2.2. Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang berpenyakit dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) pasti tidak akan berbuat apa-apa mengenai penyakitnya. Ini berbeda apabila seseorang itu berpenyakit dan merasakan sakit, maka baru timbul berbagai macam perilaku dan usaha, misalnya: 1) Tidak melakukan apa-apa tindakan (no action). Ini disebabkan oleh kondisi yang sakit tersebut tidak menganggu kegiatan mereka sehari-hari. Selain itu, ada juga yang beralasan bahwa kesehatan bukan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya. Alasan yang lain adalah fasilitas kesehatan jauh, para petugas kesehatan tidak simpatik, takut pergi ke rumah sakit, tidak sanggup biaya dan sebagainya.

2) Tindakan berobat sendiri (self treatment). Alasannya juga sama seperti di atas (1). Perkara lain yang bisa dijadikan tambahan untuk tindakan mengobat sendiri ini adalah mereka percaya kepada diri sendiri karena pengalaman yang lalu di mana pengobatan sendiri mendatangkan kesembuhan. 3) Tindakan berobat ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy). Bagi masyarakat desa, pengobatan tradisional ini masih menjadi pilihan utama. Sementara itu, bagi masyarakat sederhana pula, pencarian pengobatan lebih cenderung ke arah sosial-budaya masyarakat berbanding hal-hal yang dianngap masih asing. 4) Tindakan berobat melalui pembelian obat-obat di warung obat (chemist shop) dan sejenisnya. Obat-obat yang dibeli umumnya obat-obat yang tidak memakai resep dan belum mengakibatkan masalah kesehatan yang serius. 5) Tindakan berobat ke fasilitas-fasilitas pengobatan moden seperti balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit. 6) Tindakan berobat ke dokter praktik (private medicine). Menurut Lewin dalam Notoatmodjo (2007), apabila individu bertindak untuk mengobati sesuatu penyakit, ada empat variable yang penting dalam tindakan tersebut. Variable-variabel tersebut adalah: 1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) Merupakan suatu tindakan pencegahan terhadap penyakit apabila seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan pada penyakit tersebut. 2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness) Merupakan suatu tindakan mencari pengobatan dan pencegahan penyakit karena didorong oleh keseriusan penyakit tersebut pada dirinya atau masyarakat. 3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benefits and barriers) Apabila seseorang merasakan dirinya rentan untuk suatu penyakit, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung pada

manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. 4. Isyarat atau tanda-tanda (cues) Faktor-faktor seperti pesan-pesan pada media massa, nasihat kawan-kawan atau individu lain perlu supaya pasien mendapatkan tingkat penerimaan yang benar mengenai kerentanan, kegawatan dan keuntungan sesuatu tindakan. 2.2.1. Faktor-faktor yang mempegaruhi pencarian pelayanan kesehatan atau pengobatan Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencarian pelayanan kesehatan ini misalnya jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien, mahalnya biaya pengobatan, ketidakpuasan terhadap hasil pengobatan, sikap meremehkan suatu penyakit dan maraknya kasus-kasus malpraktek medis akhir-akhir ini. Menurut Cockroft dkk. (2004), faktor yang paling berperan dalam pemilihan sarana pengobatan adalah mahalnya biaya pengobatan. Selain itu, faktor seperti etnik, usia, tingkat pendidikan, jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien juga berperan dalam menentukan sarana pengobatan (Ahmed, 2005). Sementara itu, Shaikh dan Hatcher (2004) pula membagikan faktor determinan pencarian pelayanan kesehatan pada negara membangun kepada beberapa komponen yaitu faktor demografi, gender, ekonomi, ketersediaan sarana pengobatan dan tingkat keparahan penyakit. Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2005, mendapati persentase penduduk Indonesia yang berobat ke Puskesmas adalah sebesar 37, 26 persen (21,9 juta jiwa); ke praktik dokter sebesar 24,39 persen (14,3 juta jiwa); ke poliklinik sebesar 3,86 persen (2,27 juta jiwa); rumah sakit pemerintah sebesar 6,01 persen (3,5 juta jiwa); dan ke rumah sakit swasta sebesar 3,32 persen (1,95 juta jiwa) (Ikatan Dokter Indonesia, 2007). Daripada Depkes RI (2009), didapati 62,65% penduduk Indonesia yang sakit melakukan pengobatan sendiri dan sisanya ke pengobatan medis, pengobat tradisional dan tidak berobat. Menurut data yang diperoleh dari Susenas (2001),

persentase penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri cenderung menurun, dalam hal ini penggunaan obat menurun, tetapi penggunaan obat tradisional dan cara tradisional meningkat. Persentase penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat lebih tinggi pada kelompok usia kerja, pendidikan tamat SD, bekerja, pengeluaran sebulan per orang sampai dengan Rp 300.000, jenis keluhan sakit gigi, sakit kepala, batuk, pilek, dan demam, lama sakit tak lebih dari 3 hari, persepsi sakit ringan, dan biaya pengobatan tidak lebih dari Rp 2.000 (Supardi, 2002). 2.2.2. Model sistem kesehatan (health system model) Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2007), membagikan tiga kelompok utama dalam pelayanan kesehatan yaitu: 1. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics) Karakteristik ini bertujuan untuk menggambarkan bahwa setiap invidu mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena adanya cirri-ciri individu yaitu: a. Ciri-ciri demografi seperti jenis kelamin dan usia b. Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan sebagainya. c. Manfaat-manfaat kesehatan seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. 2. Karakterisrik pendukung (enabling characteristics) Karakteristik ini menggambarkan seseorang tidak akan bertindak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali bila ia mampu untuk menggunakannya misalnya kesanggupan untuk membayar biaya. 3. Karakteristik kebutuhan (need characteristics) Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu sudah ada.

Kebutuhan dibagi menjadi dua yaitu dirasa atau perceived (subject assessment) dan evaluated (clinical diagnosis).