BAB III USAHA PENANGKAPAN IKAN LAUT DAN ZAKATNYA DI KECAMATAN PEKALONGAN UTARA A. Sekilas Kecamatan Pekalongan Utara 1. Keadaan Geografi Kecamatan Pekalongan Utara, merupakan satu dari empat kecamatan yang ada di kota Pekalongan. Kecamatan Pekalongan Utara memiliki luas wilayah 77098,8297 Ha, yang terdiri dari 14670.63 Ha jalan, 200934 Ha sawah dan ladang, 8825.71 Ha bangunan umum, 235497.25 Ha empang, dan 354436.2945 Ha pemukiman. Suhu udara ratarata 28 0 C dan memiliki curah hujan 16024.408 mm/h dan berada di 12 m di atas permukaan laut Batas wilayah Kecamatan Pekalongan Utara: - Sebelah utara berbatasan dengan pantai utara. - Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Pekalongan Selatan. - Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Pekalongan Timur. - Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Pekalongan Barat. 2. Keadaan Demografi (Kependudukan) Wilayah Kecamatan Pekalongan berdasarkan keadaan demografinya terdiri dari 32770 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk 79122 orang yang terdiri dari 38767 orang penduduk laki-laki dan 40355 orang penduduk perempuan. 46
47 Dari 79122 penduduk tersebut di Kecamatan Pekalongan Utara dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu: a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama No Agama Jumlah (Jiwa) 1. Islam 75456 2. Kristen 1079 3. Katholik 976 4. Hindu 90 5. Budha 436 6. Penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa b. Jumlah penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) 1. PNS 1719 2. TNI / Polri 325 3. Karyawan swasta 10648 4. Wiraswasta/pedagang 4724 5. Tani 337 6. Pertukangan 3139 7. Buruh tani 4674 8. Pensiunan 663 9. Nelayan 2320 10. Pemulung 608 11. Jasa 1900 78 c. Jumlah penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Lulusan Pendidikan umum 1. Taman kanak-kanak 5445 2. Sekolah Dasar 18546 3. SMP/SLTP 14758
48 4. SMU/SLTA 14227 5. Akademi (D1 D3) 1789 6. Sarjana (S1-S3) 3047 Lulusan Pendidikan Khusus 1. Pondok Pesantren 485 2. Madrasah 897 3. Pendidikan keagamaan 647 4. Sekolah Luar Biasa 87 5. Kursus/keterampilan 432 B. Keadaan Nelayan di Pekalongan Semua orang tentu berjuang untuk meningkatkan taraf hidupnya dari yang masih rendah menuju taraf hidup yang lebih baik, dari yang berkecukupan menjadi yang lebih baik lagi. Demikan pula yang terjadi pada kaum nelayan yang senantiasa berjuang dalam meningkatkan taraf hidupnya yang masih rendah, terutama peningkatan penghasilan dan pendapatan. Kaum nelayan adalah tenaga kerja di bidang perikanan yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan. Oleh karena itu, kaum nelayan yang aktif serta terorganisir sangatlah diperlukan. Nelayan yang ada di pekalongan sebagian besar dihimpun dalam sebuah wadah nelayan sesuai dengan profesinya yang independent non politik, yang bernama Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, atau yang disingkat dengan HNSI. Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia sendiri berfungsi sebagai: 1. Wadah untuk perjuangan warga nelayan; 2. Mempunyai program untuk meningkatkan kesejahteraan warga nelayan
49 Keanggotaan HNSI telah terhimpun sebanyak 2.630 angota yang meliputi nelayan aktif dan pengusaha. Jumlah pengusaha penangkapan ikan laut yang ada di pekalongan sebanyak 90 orang yang masih aktif. Sedangkan armada yang dimiliki sekitar 319 kapal. Dari jumlah tersebut, perbandingan pengusaha muslim dengan non muslim adalah 21 orang pengusaha muslim dan 69 orang pengusaha non muslim. Mengenai tingkat pertumbuhan usaha penangkapan ikan laut di pekalongan, dapat diketahui melalui perkembangan hasil produksi dan nilai produksi usaha penangkapan ikan laut, yang berdasarkan data dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan pada tahun 2014-2015 adalah sebagai berikut: PRODUKSI DAN NILAI PRODUKSI PERIKANAN LAUT TAHUN 2014 Produksi Nilai Penyetoran No Bulan (Kg) (Rp) (0,95%) 1. Januari 582.194 7.561.726.000 226.851.780 2. Februari 580.529 7.438.519.000 223.1155.570 3. Maret 1.141.043 14.209.538.000 426.286.140 4. April 1.509.477 18.173.911.000 545.217.330 5. Mei 1.807.250 19.084.786.000 572.543.580 6. Juni 837.262 7.243.438.000 217.303.140 7. Juli 1.310.764 13.353.578.000 400.607.340 8. Agustus 640.882 9.124.337.000 273.730.110 9. September 1.105.649 12.490.938.000 374.728.140 10. Oktober 2.176.064 18.455.086.000 553.652.580 11. November 1.867.809 18.474.102.000 554.223.060 12. Desember 1.802.285 19.822.192.000 594.665.760 Jumlah 15.361.208 165.432.151.000 4.962.934.530
50 No PRODUKSI DAN NILAI PRODUKSI PERIKANAN LAUT TAHUN 2015 Bulan Produksi (Kg) Nilai (Rp) Penyetoran (0,95%) 1. Januari 1.000.213 12.679.003.000 380.970.090 2. Februari 701.366 9200.794.006 276.023.820 3. Maret 1.121.099 15.228.197.000 456.845.910 4. April 1.203.337 16.047.558.000 481.426.740 5. Mei 1.175.412 17.533.732.000 526.011.960 6. Juni 1.120.274 13.956.933.000 418.707.990 7. Juli 1.002.618 13.279.403.000 398.382.090 8. Agustus 534.134 8.824.623.000 264.738.690 9. September 809.713 11.058.521.000 331.755.630 10. Oktober 11. November 12. Desember Jumlah 8.668.166 117.808.764.000 3.534.262.920 Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hasil usaha tangkapan ikan laut tidak dapat dipastikan. Hal ini berdasarkan data yang menunjukkan perbedaan hasil tangkapan di bulan yang sama pada tahun 2014 dan 2015. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor, seperti cuaca dan jumlah ikan laut. Dari data tersebut, jumlah produksi terendah terjadi pada tahun 2014 terjadi pada bulan Februari dengan hasil tangkapan 580.529 Kg, dan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Oktober dengan hasil yang mencapai 2.176.064 kg. Total produksi dalam satu tahun mencapai 15.361.208 kg. dengan nilai total Rp 165.432.151.000
51 Dalam sistem penjualan hasil ikan laut di TPI menggunakan sistem lelang, sehingga nilai hasil produksi ikan laut tidak ada patokan harga yang pasti, harga tergantung jumlah produksi dan permintaan pasar. C. Cara Penangkapan Ikan Laut Penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Peralatan dan bekal yang dibutuhkan dalam penangkapan ikan laut yaitu: 1. Kapal untuk berlayar 2. Jaring sebagai alat untuk menangkap ikan 3. Bahan bakar untuk kapal 4. Bahan baku untuk pengawetan ikan, seperti: es dan garam 5. Bahan pokok makanan selama perjalanan, seperti beras, sayur-sayuran, minyak tanah, gula, dan lain sebagainya. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam penangkapan ikan. Berikut cara penangkapan ikan berdasarkan kapal yang digunakan. 1. Penangkapan Ikan dengan Menggunakan Pursesaine Besar dan Pursesaine Mini Setelah alat-alat dan perbekalan siap, para nelayan berangkat menuju daerah penangkapan ikan di perairan lepas pantai sedalam kurang lebih 7,5-15 m. Setelah sampai di daerah penangkpan ikan, mereka menaburi jaring di sekitar daerah tersebut dengan bentuk setengah
52 lingkaran. Di tiga sudut jaring dijaga seorang nelayan. Rumpon-rumpon diletakkan di tengah sebagai umpan untuk memancing ikan masuk ke dalam jaring. Setelah ikan-ikan terkumpul rumpon diambil kemudian kalor/jaring (pukat) cincin ditarik dan pada waktu penarikan harus berhatihati dan jaring ditarik sedikit demi sedikit ke atas kapal. Selain menggunakan rumpon untuk menarik ikan juga bisa menggunakan lampu. Cara penangkapan dan pengambilannya ini terbatas pada ikan yang ada diatas dan waktu pelayarannya sekitar satu sampai dua bulan. 2. Penangkapan ikan menggunakan kapal Geile Net (Sopek) Perbekalan dan alat-alat yang dibawa dalam pelayaran sama dengan pursesien yang membedakan adalah cara penangkapannya. Dalam sistem penangkapannya tidak perlu menanam rumpon, cukup ujung jaring layang diikat di kapal dan ujung jaring satunya diikatkan di tonggak yang berbendera kemudian ditancapkan bisar jaring itu terbentang dan sambil menunggu ikan-ikan itu menempel pada jaring-jaring, setelah itu dibiarkan beberapa saat dengan kapal jalan mengikuti arus, kemudian jaring itu ditarik ke kapal dan sistem penangkapan ini mengambil ikan di dasar laut. Waktu pelayarannya sekitar lima belas hari. 3. Penangkapan ikan dengan menggunakan kapal cantrang Cara penangkapan ikan dengan kapal cantang hampir sama dengan gaile net. Perbedaan terletak pada bentuk jaringnya. Ketika sampai di daerah penangkapan ikan, juru arus memanjat tiang layar untuk melihat
53 gerombolan ikanyang timbul di permukaan laut. Apabila juru arus tersebut melihat kawanan ikan, maka temali selambar muka dilepaskan ke laut, perahu berjalan mengelilingi sambil melepaskan kaki jaring dengan teratur sedikit demi sedikit. Waktu penarikannya harus berhati-hati, jaring ditarik dan pada bagian kantongnya harus dikipas-kipaskan agar ikan bekumpul di ujung kantong maka penarikannya mulai berhenti dan jaring di angkat ke perahu. Lama waktu pelayaran sekitar tujuh sampai dengan lima belas hari. D. Usaha Pengkapan Ikan Laut Dan Hasilnya Usaha penangkapan ikan laut bukanlah usaha tanpa modal. Selain musim sebagai faktor banyak atau tidaknya tangkapan, sarana dan prasarana pelayaran juga sangat mempengaruhi hasil tangkapan para pengusaha ikan laut. Pemenuhan sarana dan prasarana ini tentunya membutuhkan modal. Untuk mendapatkan data tentang mekanisme penangkapan ikan laut beserta hasilnya, penulis melakukan wawancara dengan enam pengusaha penangkapan ikan laut, yaitu: H. Alimin, Heri Irawan, H. Apong, H. Maksum, H. Nastan, dan fahmi aditia AMP Group, memberikan keterangan bahwa modal untuk mengadakan bahan-bahan perbekalan yang dibawa ketika berlayar diperoleh dari KUD Makaryo Mino, dengan pembelian secara kontan maupun tempo.
54 Menurut penjelasan dari masing-masing narasumber, kapal yang mereka miliki adalah kapal purseseine. Perbekalan yang dibawa antara lain: solar sebanyak 16000 liter, 250 liter oli, 600 liter minyak tanah, es, garam, beras, sayur-sayuran dan lain-lain. Total biaya perbekalan sekitar Rp 100.000.000,00 sampai dengan Rp 120.000.000,00. Penghasilan setiap kali berlayar akhir-akhir ini tidak dapat dipastikan, akan tetapi untuk memudahkan penghitungan diambil rata-rata sebesar Rp 200.000.000,00 setiap kali berlayar. Hasil usaha dari penangkapan ini dijual dengan cara lelang yang ditangani langsung oleh pegawai perikanan Kota Pekalongan. Dengan sistem lelang, ikan tidak memiliki standarisasi harga yang pasti untuk per kilogramnya. Dari hasil penangkapan ikan yang telah dilelang, diambil retribusi untuk daerah sebesar 3%. Hasil tangkapan dibagi antara pemilik kapal dengan nelayan dengan ketentuan 8% untuk juru mudi dari laba bersih, 30% untuk jaring dan biaya perawatan kapal. Sisanya dibagi dua antara pemilik kapal dengan ABK setelah dikurangi biaya perbekalan dan jaring. Hasil yang didapat oleh pengusaha penangkapan ikan laut berbedabeda, tergantung kapal yang dimiliki. Heri Irawan menyatakan laba yang didapatkan dalam satu tahun rata-rata mencapai Rp 300.000.000,00 laba kotor atau sekitar Rp 100.000.000,00 laba bersih. 1 Sedangkan H. Maksum mendapatkan Rp 230.000.000,00 laba kotor atau sekitar Rp 75.000.000,00 laba bersih setiap tahunnya, 2 H. Nastan mendapatkan rata-rata Rp 10.000.000.000,00 laba kotor atau Rp 1.500.000.000,00 laba bersih setiap 1 Wawancara dengan Bapak Heri Irawan pada tanggal 5 September 2015 2 Wawancara dengan Bapak H. Maksum pada tanggal 5 September 2015
55 tahunnya, 3 H. Apong mendapatkan hasil Rp 2.250.000.000,00 laba bersih setiap tahunnya, 4 dan H. Alimin mendapatkan rata-rata Rp 16.000.000.000,00 laba kotor atau Rp 4.000.000.000,00 laba bersih setiap tahunnya. 5 E. Pelaksanaan Zakat Hasil Usaha Penangkaan Ikan Laut di Kecamatan Pekalongan Utara Usaha penangkapan ikan laut sudah menjadi salah satu usaha yang menjanjikan. Seiring perkembangan zaman, alat-alat penunjang pelayaran telah mendukung para pengusaha untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan setiap kali berlayar. Sebagai umat Islam, para pengusaha memilik kewajiban menunaikan zakat. Pengusaha penangkapan ikan laut menjalankan kewajiban ini setiap tahunnya. Dari penelitian yang dilakukan, penulis memperoleh data-data dan keterangan tentang pelaksanaan zakat usaha penangkapan ikan laut yang dilakukan oleh para pengusaha. 1. Mekanisme penghitungan zakat hasil usaha penangkapan ikan laut di Kecamatan Pekalongan Utara Berdasarkan keterangan dari H. Nastan, pengusaha ikan laut memngeluarkan zakat sebagaimana zakat harta perdagangan. Hasil usaha penangkapan ikan laut dipandang sebagai sumber harta yang berdiri sendiri sehingga pengeluaran zakatnya dihitung secara terpisah dari 3 Wawancara dengan Bapak H. Nastan pada tanggal 6 September 2015 4 Wawancara dengan Bapak H. Apong pada tanggal 6 September 2015 5 Wawancara dengan Bapak H. Alimin pada tanggal 7 September 2015
56 kekayaan lain. Karena setiap usaha membutuhkan modal yang berbeda sesuai dengan jenis usahanya. 6 Menurut penjelasannya, zakat usaha penangkapan ikan laut dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Dengan perhitungan seluruh hasil selama satu tahun dikurangi hutang-hutang dan hasil selisih tersebut lah yang terkena kewajiban zakat dengan kadar 2,5 % ( 1 / 40 ) jika sudah mencapai satu nishab. Berikut adalah contoh perhitungan zakat dari hasil usaha penangkapan ikan laut: Bahan-bahan perbekalan untuk setiap pemberangkatan: Jenis Bahan Jumlah Harga satuan (Rp) Total (Rp) Solar 13.000 liter @ 7.000 91.000.000 Minyak tanah 200 liter @ 12.000 2.400.000 Es 15 ton @ 400.000 6.000.000,00 Garam 30 ton @ 2.000.000 60.000.000,00 Konsumsi (40 orang) 50.000.000 50.000.000 Lain-lain Surat-surat 8.000.000 8.000.000 Total 217.400.000 Hasil yang didapat satu kali pelayaran : Rp 800.000.000(a) Biaya perbekalan Hasil pemilik kapal : hasil keseluruhan (a)-perbekalan (b) Pendapatan bersih (c) / 3 x 2 : Rp 800.000.000 Rp 217.400.000 6 Wawancara dengan H. Maksum pada tanggal 5 September 2015 : Rp217.400.000 (b) Rp 582.600.000(c)
57 Rp 582.600.000 / 3 : 194.200.000 x 2 : 388.400.000 Hasil pemilik kapal : Rp 388.400.000 ABK : Rp 194.200.000 Dari hasil tersebut pemilik kapal mendapatkan penghasilan sebesar Rp 388.400.000 Hasil tersebut dijadikan sebagai sampel rata-rata dalam setiap satu kali berlayar. Menurut keterangan H. Nastan, dalam satu tahun rata-rata melakukan tiga kali pelayaran. Jika dalam setahun berlayar sebanyak tiga kali, maka hasilnya: 3 xrp 388.400.000 (n) = Rp1.165.200.000(p). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa harta yang dimiliki pengusaha sebesar Rp Rp1.165.200.000 (j) Dalam kekayaan sebesar Rp (j), perhitungan zakatnya haitu dikkurangi hutang-hutang yang ada, kemudian hasilnya setelah ada setahun dikeluarkan zakat sebesar 2,5 % : Rp 29.130.000 2. Pendistribusian Zakat Menurut keterangan H. Alimin, Heri Irawan, H. Apong, H. Maksum, H. Nastan, dan fahmi aditia AMP Group, zakat usaha penangkapan ikan laut ini diberikan kepada fakir miskin dan sabilillah. Namun cara yang dilakukan berbeda-beda. H. Nastan dan fahmi aditia AMP Group menyalurkannya langsung, sedangkan H. Alimin, Heri Iran, H. Apong dan H. Maksum mendistribusikannya melalui badan amil zakat. Sedangkan untuk waktu pelaksanaan zakat, keenam narasumber melaksanakan zakat usaha penangkapan ikan laut ini setiap satu tahun sekali pada hari-hari menjelang idul fitri.