PERBANDINGAN TINGKAT REDUKSI LUMPUR LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN CACING AKUATIK Tubifex sp. DAN Lumbriculus sp.

dokumen-dokumen yang mirip
BIOKONSENTRASI LOGAM Fe OLEH CACING AKUATIK DALAM PROSES REDUKSI LUMPUR LIMBAH

PENGARUH PENAMBAHAN CACING AKUATIK TERHADAP KONSENTRASI NITROGEN DAN FOSFOR DALAM PROSES REDUKSI LUMPUR LIMBAH

BIOAKUMULASI LOGAM Fe OLEH CACING AKUATIK DALAM PROSES REDUKSI LUMPUR

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

PRAKATA. Semarang, Januari Penyusun. iii

PENGOLAHAN AIR LIMBAH COLD STORAGE MENGGUNAKAN PROSES ELEKTROKOAGULASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

EFEKTIFITAS SISTEM RBC PADA IPAL PEKAPURAN RAYA PD.PAL BANJARMASIN TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

Natalina 1 dan Hardoyo 2. Surel : ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

SKRIPSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PROSES FITOREMEDIASI

METODE Persiapan tempat

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

Dosen Pembimbing: Ir. Mas Agus Mardyanto, ME., PhD

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN PROSES ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PEMBEKUAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PLASMA

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

Effect of Aeration and Natural Light in Capability of High Rate Algae Reactor (HRAR) for Organic Matter Removal of Domestic Urban Wastewater

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

ANALISIS KUALITAS LIMBAH CAIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (IPLC) RUMAH SAKIT UMUM LIUN KENDAGE TAHUNA TAHUN 2010

PENGARUH SINAR ULTRA VIOLET (UV) UNTUK MENURUNKAN KADAR COD,TSS DAN TDS DARI AIR LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT T E S I S

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Kata Kunci : Waktu Aerasi, Limbah Cair, Industri Kecap dan Saos

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI ELECTROPLATING

PENGOLAHAN AIR LIMBAH KADAR GARAM TINGGI DENGAN SISTEM LUMPUR AKTIF (The Treatment Of High Salinity Waste Water With Activated Sludge System

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus )

PENURUNAN SENYAWA ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN PROSES BIOFILTER AEROB

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

STUDI INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN ANAEROBIC BAFFLED REACTOR

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

CAIR DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN LAHAN BASAH BUATAN MENGGUNAKAN RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIOFOLIUS) Oleh :

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Limbah Cair Hotel. Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya

PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI JAMU DENGAN SEQUENCING BATCH REACTOR

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PENGARUH AERASI DAN PENCAHAYAAN ALAMI TERHADAP KEMAMPUAN HIGH RATE ALGAE REACTOR (HRAR) DALAM PENURUNAN NITROGEN DAN FOSFAT PADA LIMBAH PERKOTAAN

Tembalang, Semarang

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Lumpur Aktif (Activated Sludge)

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #6 Genap 2014/2015. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c.

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER

PENGOLAHAN AIR LINDI (LEACHATE) TPA BENOWO DENGAN PROSES BIOLOGI MENGGUNAKAN SISTEN STEP AERATION

OXIDATION DITCH ALGA REACTOR DALAM PEGOLAHAN ZAT ORGANIK LIMBAH GREY WATER

ANALISIS KINERJA AERASI, BAK PENGENDAP, DAN BIOSAND FILTER SEBAGAI PEREDUKSI COD, NITRAT, FOSFAT DAN ZAT PADAT PADA BLACK WATER ARTIFISIAL

PENGOLAHAN AIR LIMBAH KADAR GARAM TINGGI DENGAN SISTEM LUMPUR AKTIF

PENGANTAR PENGOLAHAN AIR LIMBAH (1) Prayatni Soewondo, Edwan Kardena dan Marisa Handajani Prodi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung 2009

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc

KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN, SURABAYA

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014

Transkripsi:

PERBANDINGAN TINGKAT REDUKSI LUMPUR LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN CACING AKUATIK Tubifex sp. DAN Lumbriculus sp. COMPARISON OF WASTEWATER SLUDGE REDUCTION USING AQUATIC WORM Tubifex sp. AND Lumbriculus sp. Rifda Rahman 1), Atiek Moesriati 2), dan Alfan Purnomo 3) Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jalan Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonoesia Email: rifdarahman@gmail.com Abstrak: Lumpur hasil pengolahan air limbah memiliki kandungan bakteri pathogen, sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut yang menelan biaya hingga 60% dari total biaya operasional IPAL. Dibutuhkan alternatif pengolahan agar volume lumpur yang harus diolah dapat diminimalisasi. Di identifikasi golongan Oligochaeta memiliki kemampuan dalam mereduksi lumpur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat reduksi lumpur yang dapat dilakukan oleh cacing akuatik golongan Oligochaeta, Tubifex sp. dan Lumbriculus sp. menggunakan parameter TSS dan COD. Penelitian dilakukan skala laboratorium dengan reaktor cacing sistem batch. Lumpur yang digunakan berasal dari unit bangunan slugde drying bed outlet pipa lumpur bak pengendap II (secondary sludge). Lumpur yang diamati dimasukkan dalam reaktor dan ditambahkan cacing akuatik sesuai penggunaan variasi. Rasio perbandingan antara worm:sludge dan jenis cacing digunakan sebagai variasi dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang telah didapatkan hasil bahwa reaktor cacing memiliki kemampuan mereduksi TSS hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan reaktor tanpa cacing. Reduksi tertinggi berada pada rasio perbandingan w/s. Reduksi tersebut dikarena cacing memanfaatkan kandungan organik pada lumpur sebagai sumber nutrisi. Disisi lain terjadi peningkatan kandungan organik pada reaktor cacing Hal tersebut dikarenakan pemisahan antara fases dan lumpur tidak terjadi secara sempurna. Kata kunci: Cacing akuatik, COD, Reduksi lumpur, TSS. Abstract: In general, sludge from wastewater treatment still contains pathogens, so that require further treatment which spent cost up to 60% of total operating WWTP costs. Treatment alternatives are needed in order to minimize the volume of sludge which processed. Some studies said that class of Oligochaeta natural predators have ability to reduce sludge. This research aims to determine the level of sludge reduction that can be performed by an aquatic worm Oligochaeta class with Tubifex sp. and Lumbriculus sp. using TSS and COD parameters. The research was conducted in a laboratory-scale batch reactor worms system. Sludge used is sludge in slugde drying bed unit derived from the settling basin outlet pipe mud II (sedondary sludge). The sludge that observed, inserted in the reactor and addedappropriate variations of aquatic worms. The ratio of the worms: sludge (w/s) and worms are used as a variation in this research. The research result showed that the worm has the ability to reduce the TSS is almost twice higher than the reactor without worms. The highest reduction capabilities are in the ratio w/s. The reduction occur because the worms exploit the organic content which contained in the sludge as a source of nutrients for themselves. However, an increase in the organic content in the reactor worms and this condition occur because the separation between feces and the sludge happened with imperfect. Keywords: Aquatic worm, COD, Sludge reduction, TSS. PENDAHULUAN Proses pengolahan limbah secara umum menghasilkan lumpur yang mengandung bahan organik maupun anorganik (Setiawan, 2005). Menurut Basim et al., (2012) lumpur yang mengandung berbagai kontaminan tersebut jika tidak ditangani dengan baik atau dibuang secara langsung akan menyebabkan gangguan pada lingkungan. Pengolahan lumpur dengan cara fisik dan kimia membutuhkan biaya mencapai 50-60% dari total keseluruhan biaya

operasional instalasi pengolahan air limbah (Basim et al., 2012). Disebutkan Wei et al., (2003) pada Elissen et al., (2006) dalam melakukan pengolahan lumpur lebih banyak penelitian yang menyarankan untuk menggunakan pendekatan biologi, karena dapat memanfaatkan predator alamiah sebagai reduktor lumpur. Ditambah lagi dengan keuntungan yang didapatkan dengan penggunaan pendekatan biologis yakni rendahnya kebutuhan konsumsi energi namun tetap mampu mengurangi polutan. Hal tersebut membuat metode ini mulai diminati (Basim et al., 2012). Cacing akuatik golongan Oligochaeta, Lumbriculidae, Aeolosomatidae, Tubificidae, dan Naididae diidentifikasi memiliki kemampuan dalam mereduksi lumpur (Elissen et al.,2006 dan Buys et al., 2008). Pada peneletian yang telah dilakukan Elissen et al.,(2006) proses reduksi lumpur dengan menggunakan cacing akuatik Lumbriculus variegates menunjukkan bahwa laju reduksi Total Suspended Solid (TSS) lumpur hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan pengolahan tanpa menggunakan cacing akuatik. Menurut Hendrickx et al., (2010a) Penambahan cacing akuatik dalam lumpur juga dapat mereduksi Chemical Oxygen Demand (COD) dalam lumpur sebesar 42% yang digunakan sebagai pembentukan biomassa. Berdasarkan hal tersebut reduksi lumpur dengan menggunakan cacing akuatik memiliki potensi tinggi untuk digunakan dalam pengolahan lumpur skala besar (Elissen et al., 2006 dan Basim et al., 2012) Tubifex sp.atau cacing sutera dan Lumbriculus sp. merupakan salah satu cacing akuatik yang mudah ditemui pada perairan dangkal dengan tingkat resisten terhadap polutan dan senyawa organik cukup tinggi (Zhang et al., 2012). Dalam taksonomi cacing akuatik Tubifex sp.merupakan golongan dari kelas Oligochaeta dengan Family Tubificidae (Yulianingsih et al., 2012) sehingga diidentifikasi bahwa cacing tersebut memiliki kemampuan dalam mereduksi lumpur. Berdasarkan penjabaran yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap tingkat reduksi lumpur yang dapat dilakukan oleh cacing akuatik Tubifex sp. dan Lumbriculus sp. METODE Konsep reaktor secara skematik tersaji pada Gambar. 1 terdiri dari kompartemen lumpur berisi lumpur limbah dan cacing serta kompartemen air. pada kompatemen lumpur digunakan material pembawa berbahan nilon berfungsi sebagai media cacing menggantungkan ekornya. Aerasi diberikan pada kompartemen air untuk memberikan pasokkan oksigen yang diperlukan cacing. Hal tersebut membuat cacing akan memposisikan ekornya menggantung pada bahan pembawa. Akibatnya, cacing menjaga kepala mereka di kompartemen lumpur dan menonjol ekor mereka ke dalam kompartemen air. Bahan pembawa, oleh karena itu, bertindak baik sebagai bahan pendukung untuk cacing dan lapisan pemisahan antara lumpur limbah dan kotoran cacing. Gambar 1. Reaktor cacing Dalam lumpur mengandung sebagian besar partikel tersuspensi, sehingga Total Suspended Solid (TSS) digunaknan sebagai parameter untuk mewakili berkurangnya konsentrasi padatan dalam lumpur. Terdapat 60% kandungan organik dalam lumpur hasil dari pengolahan limbah domestik sehingga Chemical Oxygen Demand (COD) digunakan untuk mengetahui kandungan bahan organik pada lumpur. Metode dan prosedur analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini mengacu pada APHA, (2005). Langkah-langkah kerja yang dilakukan pada tahap pelaksanaan dalam penelitian ini, adalah dimulai dengan melakukan pencucian terhadap cacing pada air yang mengalir selama 24 jam. Perlakuan tersebut bertujuan untuk menghilangkan parasit yang menempel pada cacing. Pengambilan sampel lumpur yang digunakan sebagai objek

penelitian kemudian dilakukan pemberian nama pada masing masing reaktor sesuai rencana. Memasukkan air sebanyak ±3,9 L pada kompartemen air. Menimbang cacing akuatik sesuai dengan rencana dan memasukkannya pada kompartemen lumpur. Disisi lain dipersiapkan pula reaktor tanpa diberikan penambahan cacing sebagai kontrol. Dilakukan analisis TSS dan COD pada sampel dari kompartemen lumpur dan air. Dilakukan pula analisis DO, ph, dan suhu guna menjaga kondisi reaktor sesuai dengan kriteria habitatnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Total Suspended Solid (TSS) Didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan kandungan TSS hampir dua kali lipat dalam lumpur baik pada variasi cacing Tubifex sp. dan Lumbriculus sp. Cacing Tubifex sp. memiliki potensi reduksi yang lebih besar jika dibandingkan dengan Lumbriculus sp pada rasio w/s. Tubifex sp. memiliki potensi dapat mereduksi TSS lumpur dari 85977,48 mg/l menjadi 21739,13 mg/l dan cacing Lumbriculus sp. dapat mereduksi TSS lumpur dari 73327,96 mg/l menjadi 38499,51 mg/l. Hal tersebut dikarenakan dalam berat perbandingan w/s yang sama terdapat lebih banyak jumlah predator pada Tubifex sp. Gambar 2. akan menyajikan penurunan kandungan TSS yang terjadi pada lumpur. 100000 90000 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 0 Gambar 2. Kosentrasi TSS lumpur var Tubifex sp. Kosentrasi TSS lumpur var Lumbriculus sp. Produk lain yang dihasilkan selama proses reduksi lumpur adalah fases yang dikeluarkan oleh cacing akibat proses metabolisme (Elissen., 2007). Berdasarkan hal tersebut terdapat pula hasil metabolisme cacing yang terlepas dalam kompartemen air. Dalam hal ini terdapat peran kain pembawa juga bertujuan untuk dapat memisahkan lumpur dengan hasil metabolisme cacing (Elissen et al., 2006). Dikarenakan ekor cacing berada pada kompartemen air, sehingga analisis ini mengetahui besar pelepasan TSS rata-rata per hari akibat hasil dari metabolisme cacing. Data analisis kandungan TSS dalam air untuk variasi cacing Tubifex sp. tersaji pada Gambar 3. 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 25 20 15 10 5 Gambar 3. Kosentrasi TSS air var Tubifex sp. Kosentrasi TSS air var Lumbriculus sp.

Rata-rata pelepasan TSS dalam air adalah 0,00275 mg TSS/mg Tubifex sp. per hari dan 0,00197 mg TSS/mg Lumbriculus sp. per hari pada rasio w/s. Secara garis besar reduksi lumpur yang dilakukan oleh cacing merubah senyawa kompleks dalam lumpur menjadi senyawa yang lebih sederhana. Senyawa tersebut kemudian dapat dimanfaatkan oleh cacing sebagai sumber makanan serta nutrisi dalam melakukan pembentukan biomassa baru dan sebagian dirubah menjadi fases (Hendrickx et al., 2010). Menurut Buys (2005) dalam Elissen et al., (2007), menemukan sebanyak 20-40% dari keseluruhan total lumpur yang dicerna oleh cacing diubah menjadi biomassa cacing. Gambar 4. menjelaskan ditemukannya beberapa telur cacing yang terbungkus kokon pada saat pengambilan sampel lumpur sebelum dianalisis. Gambar 4. Telur cacing yang terbungkus kokon Chemical Oxygen Demand (COD) Analisis kandungan COD digunakan sebagai cerminan dari kualitas lumpur hasil reduksi cacing, karena nilai COD dapat menunjukkan kandungan zat organik yang terdapat di dalam lumpur. Nilai COD juga digunakan untuk mengetahui berapa besar kandungan substrat dalam lumpur yang dapat dimanfaatkan oleh cacing. Substrat bagi cacing memiliki fungsi penting yakni sebagai sumber energi, bahan pembentuk sel dan produk metabolisme. Selain itu nilai COD juga bermanfaat untuk mengetahui berapa besar pelepasan hasil dari metabolisme cacing dalam bentuk feses selama proses reduksi. Gambar 5 dan 6 menyajikan kecenderungan kenaikan nilai COD yang terjadi dalam lumpur dan air. Hal tersebut dapat dikarenakan hasil sisa metabolisme cacing lebih banyak tertahan pada kompartemen lumpur. 25,000 1400 20,000 15,000 10,000 1200 1000 800 600 400 5,000 200 - Gambar 5. Kosentrasi COD lumpur var Tubifex sp. Kosentrasi COD lumpur var Lumbriculus sp.

400 350 300 250 200 150 100 16 14 12 10 8 6 4 50 2 0 Gambar 6. Kosentrasi COD air var Tubifex sp. Kosentrasi COD air var Lumbriculus sp. Dari data diatas diketahui bahwa terjadi penambahan kandungan nilai COD dalam lumpur hingga 17% pada cacing Tubifex sp. dan 53% pada cacing Lumbriculus sp. Tingkat pelepasan kandungan nilai COD dalam air 0,00168 mg COD/mg Tubifex sp. dan 0,00185 mg COD/mg Lumbriculus sp. setiap harinya. Penambahan kandungan tertinggi pada rasio w/s. KESIMPULAN Reaktor dengan penambahan cacing memiliki potensi dalam mereduksi konsentrasi TSS hampir dua kali lipat dibandingkan dengan reaktor kontrol dan reduksi TSS tertinggi berada pada rasio w/s. Hal tersebut berbanding terbalik dengan peningkatan kandungan organik akibat akivitas reduksi yang dilakukan oleh cacing. Semakin tinggi rasio w/s yang digunakan maka semakin tinggi pula penambahan zat organik yang diberikan oleh cacing. Saran Perlu dilakukan pengkajian lebih dalam terhadap penggunaan reaktor dengan sistem batch mengenai penggunaan material pembawa dengan perilaku yang dimiliki cacing. Perlu dilakukan pengkajian terhadap perkembangan cacing selama proses reduksi dengan tujuan untuk dapat memantau bagaimana laju perkembang biakan cacing yang memanfaatkan zat organik dalam lumpur. Perlu dilakukan pengkajian terkait penerapan pada skala lapangan. Ucapan Terimakasih Ibu Ir. Atiek Moesriati, M.Kes, dan Bapak Alfan Purnomo, ST., MT. selaku dosen pembimbing tugas akhir, Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE.,M.Sc.,Ph.D., Ir. Didik Bambang S, MT., dan Prof. Dr. Ir. Nieke Kaningroem, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran. Serta Pimpinan dan karyawan salah satu instalasi pengolahan limbah konvensional di Surabaya. Daftar Pustaka Basim. Y., Farzadkia. M., Jaafarzadeh. N. Hendrickx. T. Sludge reduction by Tubifex sp.in Ahvas wastewater treatment plant. Iranian Journal of Environmental Health Sciences & Engineering. 2012. Vol. 9. No 4. Buys. B., Klapwijk. A., Elissen. H., Rulkens. W.H. Development of a test method to assess the sludge reduction potential of akuatik organisms in activated sludge. Bioresource Technology. 2008. Vol. 99. pp. 8360-8366. Elissen. H.J.H., Hendrickx. T.L.G., Temmink. H., Buisman. C.J.N. A new reactor concept for sludge reduction using akuatik worms. Water Research. 2006. Vol. 40. pp. 3713-3718. Ellisen. H.J.H. Sludge reduction by aquatic worms in wastewater treatment with emphasis on the potential application of Lumbriculus variegatus [thesis]. Doctor of Philosophi.Wageningen University Netherlands. 2007. Degaard. H. Sludge minimization technologies an over view. Water Sci. 2004. Vol 49. No 10. Hendrickx. T.L.G., Temmink. H., Elissen. H.J.H., Buisman. C.J.N. Mass balances and processing of worm faeces. Journal of Hazardous Materials. 2010. Vol. 177. pp 633-638.

Setiawan. Edy. Tugas Akhir : Studi kinerja instalasi pengolahan air limbah di PT. SIER. Jurusan teknik lingkungan FTSP-ITS. Surabaya. 2005. Yulianingsih. T., Yuliani. A., Luluk. H. Budidaya cacing sutra (Tubifex sp) menggunakan media dari kotoran ayam. Pendidikan biologi fakultas sains dan teknologi. UIN Sunan kalijaga. Yogyakarta. 2012. Zhang. X. Tian. Y., Wang. Q., Chen. L., Wang. X. Heavy metal distribution and specificarion during sludge reduction using aquatic worms. Bioresource Technology.2012. Vol. 126. pp. 41-47.