Affan Arif Nurfarhan /

dokumen-dokumen yang mirip
GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

Foto Singkapan batulempung-batupasir, batulempung dalam kondisi menyerpih. Lintasan Kali Bluncong (KB-3). Affan Arif Nurfarhan /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH PARSEH DAN SEKITARNYA, KECAMATAN KLABANG, KABUPATEN BONDOWOSO, PROVINSI JAWA TIMUR. SKRIPSI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar Singkapan batulempung I (gambar kiri) dengan sisipan batupasir yang tersingkap pada dinding Sungai Cipaku (gambar kanan).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Ciri Litologi

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Batupasir-Batulempung berdasarkan hasil analisis foraminifera kecil yaitu N17-N20 atau Miosen

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

A. Perlapisan batupasir batulempung dengan ketebalan yang homogen B. Antara batupasir dan batu lempung memperlihatkan kontak tegas

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

Batulempung (Gambar 3.20), abu abu kehijauan, lapuk, karbonan, setempat terdapat sisipan karbon yang berwarna hitam, tebal ± 5 30 cm.

BAB V SINTESIS GEOLOGI

Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

// - Nikol X - Nikol 1mm

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Transkripsi:

Foto 3.23. Atas: Singkapan batupasir breksian, berlapis sedang, bersusun tingkat, terdiri dari bioklastika. Lintasan Kali Pacalan (SP-5). Bawah: Batas perlapisan batupasir breksian yang menunjukkan sifat tegas. Lintasan Kali Pacalan (KP-5a). Foto 3.24. Gejala Flamestructuresebagai penunjuk intesitas sedimentasi turbidit yang cukup tinggi.perlapisan batupasir breksian. Lintasan Kali Pacalan (SP-5) Affan Arif Nurfarhan / 12006022 41

Pada bagian atas satuan, perkembangan stratigrafi ditandai dengan batupasir tufan perselingan tuf (Foto 3. 25-26). Pemerian batupasir tufan secara megaskopis terdiri dari detritus litik vulkanik, semen karbonatan, matriks pasir halus, warna putih kelabu, terpilah baik, menyudut-menyudut tanggung, kemas tertutup, mineral sedikit piroksen, porositas baik, dapat diremas, serta ukuran pasir sedang-halus. Singkapan tersebut ditemukan di ujung Lintasan Kali Pacalan bagian timur (Foto 3. 25).Lapisan ini kemudian ditutup oleh litologi breksi vulkanik secara erosional yang menjadi penanda batas atas satuan batupasir dengan satuan di atasnya (Kolom PPS-KP). Foto 3.25. Singkapan batupasir perselingan tuf (atas) dan batupasir tufan (bawah). Lintasan Kali Bluncong (JB-1,2) Foto 3. 26. Singkapan batupasir perselingan tuf, berlapis tipis dengan sekuen menipis keatas. Desa Parseh (KB-13). Affan Arif Nurfarhan / 12006022 42

Berdasarkan pengamatan sayatan tipis (lampiran-a), sampel batupasir umumnya, terdiri dari fragmen vulkanik dengan beragam jenis batuan (basalt, andesit, piroklastik), yang memiliki tekstur porfiritik dan tekstur alir pada massadasar (70%), fragmen kristal piroksen, hornblend dan olivine (8%), kalsit (20%), dan porositas (2%). Berdasarkan klasifikasi Gilbert (1982), batupasir ini dinamai pebbly lithic arenite sandstone. Berdasarkan analisis mikropaleontologi sampel satuan (Lampiran-A), kandungan foraminifera planktonik Globigerina Venezuelana dan Globorotalia Tumidadalam sampel, menunjukkan kisaran umur N16-N19 atau sekitar Miosen akhir-pliosen awal (Blow, 1958), sedangkan kehadiran foraminifera bentonik Cibicides sp. mengindikasikan lingkungan pengendapanzona batial atas. Berdasarkan analisis urutan vertical batupasir berlapis sedang, batupasir dengan fragmen coral, serta batupasir tufan, satuan ini diinterpretasikan sebagai endapan turbidit kipas bawah laut bagian kipas tengah menurut model pengendapan arus turbidit pada kipas bawah laut oleh Walker (1978). Berdasarkan kandungan material vulkanik yang tercampur dengan material lainnya di dalam matriks, lokasi pengendapan satuan diinterpretasikan berdekatan dengan kaki gunung api serta paparan karbonat yang diperkirakan sebagai coral-reef. Satuan ini diendapkan secara selaras diatas satuan batulempung dan batugamping dengan batas tegas (Pendowo & H. Samodera, 1997).Berdasarkan hasil pengamatan ciri litologi di lapangan serta hasil analisis sampel di laboratorium, satuan batupasir disetarakan dengan Formasi Leprak (Pendowo & H. Samodera, 1997). 4. Satuan Breksi Vulkanik Satuanini merupakan satuan batuan kuarter termuda yang tersingkap di daerah penelitian. Satuan ini tersebar pada bagian utara daerah penelitian, relatif memanjang pada TL-BD, meliputi 25% luas daerah penelitian, dan ditandai dengan warna coklat pada peta geologi.satuan ini tersingkap di sepanjang jalan setapak Desa Bringin, barat daya daerah penelitian, dan berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan nya diketahui paling tidak sebesar 300 m. Satuan ini terdiri dari litologi breksi vulkanik dengan sisipan batugamping koral (Foto 3. 28, 29). Singkapan-singkapan litologi breksi banyak dijumpai di sepanjang lintasan Bukit Tambakukir dan Pacalan bagian utara, serta timurlaut daerah Affan Arif Nurfarhan / 12006022 43

penelitian.adapun, sisipan batugamping koral ditemukan secara setempat pada Lintasan Kali Pinang. Foto 3.27. Singkapan breksi vulkanik. Lintasan Desa Menoran, bagian baratdaya daerah penelitian (SM-3) Secara megaskopis breksi vulkanik berlapis baik dengan ketebalan 30-50 cm (Foto 3. 30), aneka bahan, terdiri dari andesit dan basalt, semen silikat, gelasan, warna abu-abu tua, terpilah buruk, menyudut menyudut tanggung, kemas terbuka, kandungan mineral piroksen dan olivin, porositas buruk, kompak, serta ukuran butir < 20 cm. Pada bagian tengah satuan ditemukan sisipan berupa batugamping terumbu setebal sekitar 1 m. Singkapan ditemukan menerus secara setempat pada lintasan Kali Pinang (Foto 3. 29), berwarna putih terang, relatif telah terlapukkan dan membentuk fragmen klastika, ditandai dengan kehadiran head coral, branching coral, semen kalsit, serta tingkat kekerasan yang relatif tinggi. Dari analisis mikroskopis pada sayatan tipis sampel satuan diatas, diketahui fragmen penyusun breksi umumnya ialah basalt, dengan tekstur hipokristalin, porfiritik, serta memiliki kandungan piroksen (30%), olivine (10%), dan massadasar yang berupa plagioklas, piroksen, material gelas opak, sedikit olivine dan biotit bertekstur intergranular, serta sedikit mineral alterasi olivine, iddingsite (58%).Dari Affan Arif Nurfarhan / 12006022 44

hasil analisis tersebut disimpulkan fragmen breksi pada sampel SM-3, ialah Basalt Porphyry. Foto 3.28. Sisipan batugamping koral setebal sekitar 1 meter pada bagian tengah satuan breksi. Lintasan Kali Pinang (SM-2). Litologi breksi vulkanik satuandiduga berasal dari erupsi gunung Ringgit Purba di sebelah baratlaut daerah penelitian dengan umur sekitar Pliosen Akhir berdasarkan hasil pentarikhan unsur radioaktif K-Ar pada fragmen basalt batuan (2 jtl, Soeria-Atmadja, 1996 dalam Pendowo & H. Samodera, 1997). Berdasarkan tekstur batuan berupa berupa fragmen yang tertanam umumnya secara floating dalam massa dasar, sedimentasi satuan diinterpretasikan terjadi dengan mekanisme mass wasting (aliran laharik, Foto 3. 30, Thornbury, 1969). Berdasarkan kehadiran sisipan batugamping koral pada bagian tengah, lingkungan sedimentasi satuan ini ditafsirkan merupakan laut dangkal yang dekat dengan kaki gunungapi.perubahan stratigrafi di bagian atasnya menjadi breksi kembali ditafsirkan sebagai perubahan lingkungan pengendapan yang disebabkan oleh kenaikan dasar cekungan, penurunan muka laut ataupun aktivitas vulkanik yang lebih intensif dari fase sebelumnya (Pleistosen Awal). Satuan ini diendapkan secara selaras diatas satuan batupasir.hal ini tampak dari kesamaan kedudukan lapisan satuan ini dengan satuan-satuan lain yang lebih tua Affan Arif Nurfarhan / 12006022 45

di daerah penelitian, sedangkan batasnya adalah bidang erosional (Pendowo & H. Samodera, 1997). Foto 3.29. Singkapan breksi vulkanik dengan floating fragments. Lintasan Kali Pacalan (SP- 4). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap cirri litologi di lapangan serta hasil analisis sampel di laboratorium, satuan batuan ini disimpulkan setara dengan formasi Ringgit (Pendowo & H. Samodera, 1997). 5.Satuan breksi tufan Satuan ini merupakan satuan terluas dengan luas cakupan 40% daerah penelitian, tersebar pada bagian timur, tenggara serta barat daya daerah penelitian, ditandai dengan warna merah muda pada peta geologi, serta tersingkap dengan cukup baik di sepanjang lintasan Desa Pandak-Cangkring, Desa Bringin, dan Desa Menoran. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi ketebalan satuan ini mencapai sekitar 50 m. Satuan ini tersusun atasperselingan sedang breksi dan batupasir tufan dengan batas tegas, struktur sedimenyang relatif masif, serta kondisi singkapan yangrelatif lapuk. Berdasarkan pengukuran kemiringan lapisan pada singkapan, kedudukan satuan umumnnya relatif datar (Foto 3. 32).Secara megaskopis breksi tufan, bersifat batuapungan, bersemen non-karbonatan, terpilah buruk, menyudut, berkemas terbuka, Affan Arif Nurfarhan / 12006022 46

berfragmen gelasan, dengan porositas baik, serta ukuran butir krakal-pasir kasar (<4cm, Foto 3. 31).Batupasir tufan, terdiri dari detritus litik vulkanik, semen karbonatan, matriks pasir halus, putih kelabu, terpilah baik, menyudut-menyudut tanggung, berkemas tertutup, mengandung piroksen, dengan porositas baik, dapat diremas, serta berukuran pasir sedang-halus. Foto 3. 30Singkapan breksi tufan lapuk sedang (JK-6) Berdasarkan analisis sayatan tipis (Lampiran-B), breksi tufan, terpilah buruk, angular subrounded, berukuran pasir kasar krakal (<1cm), dengan fragmenterdiri dari piroklastik, pumice, beku basalt-andesit, litik piroklastik berupa tuf vitrik dengan flow structure serta tekstur intergranular (40%). Fragmen kristal dengan mineral dominan plagioklas (4%), serta mineral opak (1%). Matriks didominasi litik vulkanik, pecahan gelas, serta mineral mafik sebesar 45%, adapun porositas sebesar 10%.Berdasarkan klasifikasi Fisher (1981), litologi breksi tufan pada titik JK-4, dinamakan Vitric lithic lapili tuff. Berdasarkan analisis ketiadaan fosil mikroplanktonpada satuan serta kandungan mineral vulkanik yang melimpah, satuan ini ditafsirkan terbentuk pada lingkungan pengendapan darat dengan sumber vulkaniklastik berupa erupsi gunung api. Berdasarkan analisis studi literatur terhadap peneliti terdahulu, satuan disimpulkan berumur Holosen (van Bemmelen, 1949). Berdasarkan kehadiran perbedaan kedudukan antara satuan ini dan satuan sebelumnya satuan ini disimpulkan diendapkan secara tidak selaras diatas seluruh satuan batuan sebelumnya, dengan batas bawah berupa bidang erosional (foto 3.32). Affan Arif Nurfarhan / 12006022 47

Breksi tufan Batupasir tufan Foto 3.31. Singkapan perselingan breksi dan batupasir tufan pada Satuan Breksi Tufan, menunjukkan kedudukan lapisan horizontal (JB-15). Breksi tufan Breksi vulkanik Foto 3.32Kontak antar satuan breksi dengan breksi tufan berupa bidang erosional (SM-2). Berdasarkan hasil pengamatan cirri litologi yang tampak pada singkapan di lapangan serta hasil analisis pada sampel di laboratorium, satuan ini disetarakan dengan Formasi Bagor (Pendowo & H. Samodera, 1997). Affan Arif Nurfarhan / 12006022 48

6. Satuan Aluvial Satuan ini menempati 5% luas total daerah penelitian dan terletak pada bagian tenggara-selatan daerah penelitian. Satuan ini tersingkap di sepanjang aliran Kali Bluncong yang mengalir dengan arah timur-barat, dan juga sebagian Kali Sampeyan yang mengalir pada arah barat daya- timur laut. Satuan ini merupakan satuan termuda yang terdapat di daerah penelitian, dan hingga kini secara aktif masih terus mengalami proses pengendapan dan pembentukan. Satuan ini tersusun dari material lepas fragmen batuan beku dan sedimen, berupa basalt, andesit, batupasir, dan breksi yang tertransport dan terendapkan dari hulu sungai akibat arah aliran dan diferensiasi kuat arus pembawanya.material penyusun berukuran bongkah hingga krakal, dan tertanam dalam massa dasar pasir yang belum terlitifikasi sempurna (Foto 3. 33).Satuan ini menindih secara tidak selaras semua satuan batuan pada daerah penelitian dengan batas erosional pada umur resen. Kali Bluncong Foto 3.33.Endapan alluvial, berupa material lepas pasir-bongkah yang terdiri dari basalt, andesit, batupasir, batugamping, dan breksi. Lintasan Kali Bluncong(KB-19). 3. 3. Struktur Geologi Daerah Penelitian Struktur geologi daerah Klabang merupakan bagian dari satu jalur antiklinorium antara Besuki dan Situbondo di sebelah selatan Gunungapi Kuarter, Ringgit-Beser.Struktur antiklinorium dengan arah barat-timur ini berbentuk sirkuler, Affan Arif Nurfarhan / 12006022 49

dengan puncak-puncak antiklin yang intinya ditempati oleh satuan batuan Tersier batulempung, batupasir dan batugamping (lihat Bab I, Gambar 1. 2). 3. 3. 1. Hipotesis Awal Gambar 3.9. Citra SRTM daerah penelitian dengan pola kelurusan bukit (garis kuning), dan lembah (garis hitam), serta diagram roset distrbusi jurus kelurusan bukit dan lembah daerah penelitian (kiri). Berdasarkan analisis geomorfologi, daerah penelitian memiliki pola kelurusan utama berarah timurlaut-baratdaya & baratlaut-tenggara yang dipengaruhi oleh tegasan utama yang bekerja pada arah timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara.pola Affan Arif Nurfarhan / 12006022 50

timurlaut-tenggara tersebut ditafsirkan sebagai jalur lipatan, sedangakan pola baratlaut-tenggara ditafsirkan sebagai sesar geser. 3. 3. 2. Struktur Geologi Daerah Klabang Berdasarkan pengamatan terhadap gejala struktur yang terdapat di lapangan, struktur geologi di daerah Klabang disimpulkan terdiri dari (Gambar 3. 9): 1. Antiklin Klabang 2. Sinklin Klabang 3. Sesar Normal Menoran 4. Sesar Geser Kali Bluncong 2 3 1 4 Gambar 3.10. Peta struktur geologi daerah Klabang. Affan Arif Nurfarhan / 12006022 51

1. Antiklin Klabang Antiklin ini terentang dengan arah timurlaut baratdaya daerah penelitian, dan merupakan bagian sebelah selatan dari Antiklinorium Melengkung Besuki-Situbondo di sebelah utara, yang persebaran sayapnya melewati wilayah desa Pacalan, Desa Parseh, dan Desa Leprak. Antiklin ini melibatkan batuan dari inti ke puncaknya: batulempung, batugamping, batupasir, dan breksi vulkanik. Kehadiran struktur ini disimpulkan dari perbedaan kedudukan lapisan batuan yang berlwanan arah dengan sumbu yang berarah relatif timurlaut-baratdaya (Gambar 3. 9). Kedudukan sumbu antiklin ini tidak diketahui secara persis karena tidak tersingkap di daerah penelitian. Dari observasi di lapangan, kedudukan rata-rata dip sayap lipatan bagian utara, adalah sebesar N 190 0 S, dengan dip sebesar 50 0. Sedangkan sayap antiklin sebelah selatan memiliki rataan jurus sebasar N 30 0 E, dan dip sebesar 40 0, sehinggaantiklin ini disimpulkan sebagai antiklin asimetris dengan sayap yang lebih terjal pada bagian selatan. Berdasarkan bentukan punggungan homoklin serta bentuk amphitheatre pada bagian timurlaut daerah penelitian (Bab 3, Geomorfologi Daerah Klabang), struktur antiklin Klabang disimpulkan menunjaman ke arah timurlaut (Lampiran D-1).Pada bagian utara, (lintasan Kali Pacalan), sumbu antiklin memotong satuan batugamping yang menjari dengan batulempung.pada bagian selatan, sayap sebelah selatan lipatan tertutup oleh satuan breksi tufan secara tidak selaras, sehingga sayap antiklin yang berupa satuan batupasir sebelah selatan sumbu tidak tersingkap di lapangan (Lampiran D-3).Sumbu antiklin ini membelok ke arah selatan pada bagian tengah sehingga ditafsirkan terbentuk oleh dua fase gaya. Menurut Van Bemmelen (1949), antiklin ini pertama-tama terbentuk akibat gaya kompresif berarah Utara-Selatan yang terjadi pada Kala Plio-Pleistosen, kemudian mengalami pelengkungan akibat tektonik gelinciran, dengan arah tegasan utama relatif tenggara-baratlaut yang terjadi akibat aktivitas vulkanik (Bab II, sruktur regional Cekungan Jawa Timur Utara), yang terjadi pada Gunung Raung hingga Gunung Ijen di selatan. Antiklin ini memiliki struktur pasangan berupa Sinklin. Affan Arif Nurfarhan / 12006022 52

2. Sinklin Pacalan Struktur ini merupakan titik kulminasi terendah dari sayap Antiklin Klabang sebelah selatan, memiliki, dengan melibatkan satuan batulempung, batugamping, batupasir dan breksi vulkanik,serta genesa yang sama dengan Antiklin Klabang.Sayap sebelah tenggaranya ditutup secara tidak selaras oleh satuan breksi tufan yang berumur lebih muda (Lampiran D-3). Sinklin ini memiliki kedudukan sumbu relatif timurlaut-baratdaya, ditemukan berupa bukit terjal dari breksi vulkanik yang pada bagian bawahnya ditemukankedudukan satuan batupasir dengan arah dip-nya saling berhadapan (gambar 3. 9).Gejala ketidakteraturan stratigrafitersebut disimpulkan sebagai lipatan sinklin. Sayap baratlaut sinklin memiliki rataan kedudukan N 10 0 E/40 0 SE, sedangkan sayap sebelah timur laut memiliki nilai sebesar N 10 0 E/45 0 SE, sehingga disimpulkan struktur sinklin ini memiliki bentuk relatif simetris (Lampiran D-3, penampang). Struktur sinklin ini terbentuk pada periode Plio-Pleistosen akibat gaya tektonik yang berarah utara selatan. Struktur ini lalu mengalami deformasi sekunder yang berupa pelengkungan sumbu akibat peristiwa tektonik gelinciran yang terjadi pasca periode tektonik tersebut. Peristiwa ini melibatkan blok masif vulkanik gunungapigunungapi yang terdapat di sebelah selatannya, dan berpengaruh secara lokal (Van Bemmelen, 1949). 3. Sesar GeserKali Bluncong Struktur ini merupakan struktur penyerta lipatan dan melibatkan seluruh satuan batuan yang selaras, dengan arah relatif TG-BL, dan dengan dip bidang yang tidak diketahui besar nilainya. Gejala struktur ini tampak pada peta SRTM berupa kelurusan berarah TG-BL (gambar 3. 8), yang tampak cukup signifikan di sepanjang lembah aliran Kali Bluncong. Di lapangan gejala struktur ini ialah berupa pergeseran batas satuan batuan di penghujung lintasan Kali Bluncong, yang ditafsirkan sebagai offset (gambar 3. 10). Pergeseran batas ini diketahui terjadi antara satuan batupasir dan breksi vulkanik yang lebih muda.kedua satuan tersebut mengalami pergeseran batas di penghujung bagian barat kelurusan.berdasarkan pengukuran pada peta geologi pergeseran sesar ini memiliki panjang 250 meter.berdasarkan arah pergeseran batas Affan Arif Nurfarhan / 12006022 53

antar kedua satuanbatuan, sesar ini bergerak relatif ke kanan.oleh karena itu struktur ini dinamakan Sesar Geser Menganan Kali Bluncong dengan jurus N 120 0 E. Gambar 3. 11. Kelurusan lembah pada Kali Bluncong yang diinterpretasikan sebagai manifestasi sesar. Gambar 3. 12. Gejala pergeseran batas satuan batuan batupasir dan breksi vulkanik padalintasankali Bluncong, (JB-1& KP-1), diinterpretasikan sebagai sesar geser. Affan Arif Nurfarhan / 12006022 54

Sesar ini terjadi akibat gaya kompresi yang bekerja pada saat pembentukan struktur lipatan Klabang oleh deformasi berarah utara-selatan selama periode Plio- Pleistosen terhadap satuan batuan daerah penelitian (Van Bemmelen, 1949). 4. Sesar Normal Menoran Gejala struktur ini tampak, pada sepanjang Kali Pinang dan Gunung Menoran, Pada daerah sekitar gunung menoran gejala struktur yang teramati berupa hilangnya urutan stratigrafi batupasir dan bersinggungannya satuan batulempung dengan satuan breksi yang jauh lebih muda (Lampiran D-2). Gejala ketidakteraturan stratigrafi ini diinterpretasikan sebagai akibat dari kehadiran sesar normal pada daerah tersebut dengan jurus bidang baratdaya-timurlaut (Gambar 3. 11,12). Gambar 3. 13. Gejala sesar normal berupa hilangnya satuan batupasir (berwarna kuning) yang terjadi pada sayap sebelah selatan struktur Antiklin Klabang. Gambar 3. 14. Gejala ketidakteraturan stratigrafi berupa hilangnya satuan batupasir (warna kuning) diantara satuan batulempung (hijau) dan satuan breksi (coklat) yang lebih muda. Barat daya daerah penelitian (Lampiran D-2). Affan Arif Nurfarhan / 12006022 55

Berdasarkan geologi regional, struktur sesar normal menoran terbentuk akibat perngaruh gaya gravitasi pasca periode tektonik Plio-Pleistosen yang membentuk struktur lipatan antiklin dan sinklin pada daerah penelitian dengan arah tegasan utama utara-selatan. Affan Arif Nurfarhan / 12006022 56