BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

RANCANG BANGUN KONSTRUKSI HOOD DAN BED UNTUK INKUBATOR TRANSPORTASI TESIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III DESAIN PRODUK

Sistem Monitoring Suhu dan Kelembaban pada Inkubator Bayi Berbasis Mikrokontroler

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pengoperasian modul baby incubator adalah sebagai

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB III EKSPERIMENTAL

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses

BAB I PENDAHULUAN. kematian per 1000 kelahiran hidup, jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA

BAB III PERANCANGAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Sistem kendali suhu menggunakan sensor DS18B20 pada inkubator bayi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diulang-ulang dengan delay 100 ms. kemudian keluaran tegangan dari Pin.4 akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu suhu di dalam ruangan menjadi semakin panas dan tidak nyaman.

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB III METODOLOGI. 1.1 Lokasi dan Waktu. 1.2 Alat dan Bahan Alat Bahan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

III. METODE PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN SISTEM PEWAKTUAN DAN PENGONTROLAN TEMPERATUR PADA APLIKASI KAMAR TEMPERATUR DENGAN SENSOR LM35DZ BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. paling populer adalah mikroprosesor. Pada prinsipnya mikroprosesor adalah pusat

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

LAPORAN HARIAN KERJA PRAKTEK

METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Februari Instrumen dan komponen elektronika yang terdiri atas:

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM MONITORING DAN KONTROL OTOMATIS INKUBATOR BAYI DENGAN VISUAL BASIC 6.0 BERBASIS ARDUINO

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi sekarang sangat memegang peranan penting. Teknologi yang modern harus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

RANCANG BANGUN AUTOCLAVE MINI UNTUK UJI KOROSI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGERING KAIN OTOMATIS DENGAN MEMANFAATKAN MIKROKONTROLER ATMega8535 dan SENSOR SHT11

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kasus hingga mengalami kebangkrutan. termometer. Dalam proses tersebut, seringkali operator melakukan kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

Bab III. Metodelogi Penelitian

UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL

Pengaruh Jenis Sprayer Terhadap Efektivitas Pendinginan Evaporasi Kontak Langsung

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

LAMPIRAN I SIFAT UDARA PADA TEKANAN ATMOSFER

Optimasi Suhu Dalam Prototipe Kotak Inkubasi

BAB V ANALISA PERHITUNGAN DARI BEBERAPA ALAT. V.1 Hasil perhitungan beban pendingin dengan memakai TRACE 700

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER DILENGKAPI SISTEM TELEMETRI MELALUI JARINGAN RS 485

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian modul inkubator bayi dilakukan menggunakan alat pembanding

II. TINJAUAN PUSTAKA

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

A. JUDUL PROGRAM Desain Alat Sistem Kontrol Suhu dan Kelembaban Untuk Optimasi Proses Pembuatan Tempe Pada Skala Industri Rumah Tangga

PENGARUH LAJU ALIRAN AIR SISTEM EVAPORATIVE COOLING

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

P ( tekanan ) PRINSIP KERJA AIR CONDITIONER

Lampiran 2. Trainer dispenser hot and cool unit

JOB SHEET SISTEM KELISTRIKAN RTU

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB III PERANCANGAN GREEN MEDICAL BOX PORTABLE

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

Rancang Bangun Sistem Penyejuk Udara Menggunakan Termoelektrik dan Humidifier

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Bab III Metodelogi Penelitian

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

( ) Dosen Pembimbing Dr. Melania Suweni Muntini, M.T

Penyiapan Mesin Tetas

BAB IV MENGENAL FISIK LEMARI ES

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. termometer dengan hygrometer yang dinamakan Thermohygrometer. adalah derajat Celcius (C). Kemudian alat yang kedua yaitu hygrometer

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

SISTEM KENDALI SUHU DAN KELEMBABAN UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN TEMPE BERBASIS MIKROKONTROLER SKRIPSI. Disusun oleh : ADI KURNIAWAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Register your product and get support at Straightener HP8339. Buku Petunjuk Pengguna

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bidang yang modern didalam penggunaannya. Salah satu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE 4.1 EVALUASI PROTOTYPE Setelah selesai pembuatan prototype, maka dilakukan evaluasi prototipe untuk mengetahui apakah prototipe tersebut telah memenuhi SNI atau tidak. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan fungsinya sebagai inkubator ruangan terkontrol dengan acuan SNI. Setelah dilakukan evaluasi prototipe didapatlah perubahan-perubahan sampai akhirnya dapat memenuhi syarat sebagai inkubator ruangan terkontrol. 4.1.1 Prototype I Setelah di evaluasi, ada beberapa komponen yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, seperti : 1. Pintu Hood Pintu pada hood dari prototype I ini tidak sesuai dengan yang diharapkan, karena sulit dan tidak lancar saat membuka dan menutup pintu. Hal ini akan memperlambat proses memasukkan dan mengeluarkan bayi pada inkubator. Gambar 4.1 Pintu Hood Inkubator 63

2. Bagian sisi tepi dan sudut hood Bagian sisi tepi dan sudut dari hood masih tajam dan kasar sehingga dapat membahayakan dan bahkan melukai pengguna maupun pasien pada saat mengoperasikan maupun membersihkan inkubator. Permukaan dari bagian sisi tepi tersebut haruslah tumpul dan halus. Gambar 4.2 Bagian sisi tepi dan sudut hood yang tajam dan kasar 4.1.1.1 Pengujian Prototipe I Pada pengujian prototipe I ini hanya dilakukan pengujian tanpa mengontrol udara panas. Tujuan dari pengujian ini cuma untuk mencari karakteristik dari pemanasan ruang inkubator. Alat-alat yang di gunakan : Mengunakan termokopel type K Menggunakan Digital Temperature Recorder Kain Air di gelas Keterangan: Pengujian dilakukan dalam waktu 30 menit, untuk melihat karakteristik dari pemanas yang digunakan. Peletakkan termokopel 10 cm dari permukaan tempat tidur. 64

Skema Pengujian: Gambar 4.3 Peletakkan termokopel pengujian Gambar 4.4 Foto percobaan prototipe I Hasil Pengujian 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 termokopel 1 termokopel 2 termokopel 3 termokopel 4 wet-bulb temp. dry-bulb temp. Gambar 4.5 Grafik hasil pengujian prototipe I tanpa di kontrol 65

RELATIVE HUMIDITY 60 50 40 RH (%) 30 20 10 0 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 Waktu (menit) RH Gambar 4.6 Grafik RH prototipe I Pembahasan Pengujian Pengujian Prototipe I tersebut dilakukan untuk mengetahui bagaimana bekerjanya pemanas (heater) untuk memanaskan ruangan inkubator. Pada pengujian di dapat bahwa ruang inkubator tersebut mengalami pemanasan secara konstan selama 30 menit hingga suhu ruang inkubator mengalami kenaikan hingga 45 C (dapat di lihat dari grafik di atas). Sedangkan kelembaban di ruang inkubator mengalami penurunan secara perlahan hingga mencapai ± 30%. 4.1.2 Prototype II Prototipe II ini merupakan perbaikan dari prototipe I, perbaikan tersebut adalah : 1. Pintu Hood Perbaikan yang dilakukan terhadap pintu tersebut adalah dengan memasang roda pada bagian tepi dari pintu hood untuk mempermudah dan memperlancar proses membuka dan menutup pintu. Seperti terlihat pada gambar berikut ini: 66

Gambar 4.7 Pintu Hood Inkubator sebelum diperbaiki Perbaikan: Gambar 4.8 Pintu Hood Inkubator setelah diperbaiki 2. Bagian sisi tepi dan sudut hood Permukaan bagian sisi tepi dan sudut dari hood yang masih tajam dan kasar pada prototype I dilakukan proses pengikisan bagianbagian yang masih tajam dan penghalusan bagian-bagian yang masih kasar. Seperti terlihat pada gambar berikut: 67

Gambar 4.9 Bagian sisi tepi dan sudut hood sebelum diperbaiki Perbaikan: Gambar 4.10 Bagian sisi tepi dan sudut hood setelah diperbaiki 4.1.3 Prototype III Prototype III ini merupakan perubahan model desain dari prototype sebelumnya. Perubahan model disain dilakukan karena perbedaan temperatur udara di keempat titik dalam ruang inkubator terlalu besar. Disamping itu dari segi disain, pembuatan prototype II ini sulit sehingga membutuhkan waktu yang lama, biaya mahal dan model prototype ini belum dikenal oleh pengguna. Oleh karena itu model desain prototype III ini harus mencakup beberapa hal yang mendasar, yaitu: 68

1. Model desain ini harus mudah dibuat. 2. Pembuatan prototype ini tidak lama (sekitar 7 hari). 3. Ringan 4. Biaya pembuatannya murah. 5. Diminati konsumen. Perubahan model desain ini meliputi : 1. Hood Hood mempunyai bentuk yang sederhana dan pintu yang relatif mudah dalam membuka dan menutupnya serta mudah mengoperasikannya. Perubahan model desain hood tersebut terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 4.11 Model desain Hood sebelum mengalami perubahan Perubahan: Gambar 4.12 Model desain Hood setelah mengalami perubahan 2. Tempat tidur (bed) 69

Bahan dari tempat tidur bayi dirubah dari bahan semula Stainless Steel menjadi acrylic. Selain lebih ringan, mudah dibersihkan juga mudah pembuatannya. Perubahan tersebut terlihat pada gambar berikut: Gambar 4.13 Tempat tidur bayi sebelum mengalami perubahan Perbaikan: Gambar 4.14 Tempat tidur bayi sebelum mengalami perubahan 3. Pengatur bed Perubahan pengatur bed dilakukan berdasarkan atas kemudahan pemasangan dan penempatan pengatur bed yang posisinya berada di atas box pemanas (heater) serta penggunaanya seperti terlihat pada gambar berikut ini: 70

Gambar 4.15 Perubahan posisi pengatur bed Gambar 4.16 Perubahan bentuk pengatur bed Disain Prototipe III Gambar 4.17 Disain Prototipe III 71

Setelah evaluasi Prototipe pertama dan kedua, maka didapatlah disain prototipe ketiga yang telah di buat. Gambar ini menunjukkan bagaimana inkubator transportasi lengkap dengan trolly yang dirancang sesuai dengan fungsinya. 4.2 PENGUJIAN PROTOTYPE III Pengujian prototype yang dilakukan adalah prototype yang ketiga. Pengujian prototype ini mengacu pada SNI (Standar Nasional Indonesia) 16-4942-1998 tentang inkubator transportasi yang sepenuhnya dirujuk sesuai yang dimaksudkan standar IEC 601-2-20 tentang Medical Electrical Equipment. Adapun pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Pengujian Temperatur Ruang Hood Prototype dikembangkan dan diuji, tanpa bayi di dalam inkubator, pada kondisi yang berbeda di lapangan. Temperatur ruang hood diseting berkisar antara 30 38 o C. Pengujian ini menggunakan heater 300 watt dan terdapat kontrol type TZ4ST yang dapat mengontrol 2 karakter, dimana yang dimaksud dengan 2 karakter adalah bahwa selain mengontrol hidup matinya pemanas, dapat juga mengontrol matinya power (suplai arus) secara automatis jika temperatur di dalam ruangan inkubator melebihi temperatur yang dikawatirkan. Sensor temperatur ditempatkan pada tiap-tiap sudut seperti pada skema diagram di bawah ini [8]; B D C E Gambar 4.18 Titik-titik pengukuran temperature 72

Penempatan titik-titik pengukuran temperatur inkubator transportasi pada titik 10 cm di atas kompartemen bayi. Pembukaan pintu menyebabkan penurunan temperatur di dalam inkubator transportasi. Perbedaan nilai maksimum dan minimum temperatur udara diantara keempat titik-titik temperatur dikalkulasikan setiap menitnya. Pengujian inkubator ini merupakan pengujian suhu terkontrol yang dilakukan di tiga tempat dengan kondisi yang berbeda di lapangan, yaitu di ruang tak ber AC, di ruang ber AC dan di ruang pendingin (Cool Storage). Pada inkubator tidak dilakukan pengujian kelembaban udara pada ruang inkubator, tetapi hanya dilakukan pengukuran untuk mengetahui nilai kelembaban udaranya saja. Ilustrasi aliran udara panas Gambar 4.19 Ilustrasi aliran udara panas dalam hood Gambar di atas menunjukan bagaimana arah aliran udara panas yang terjadi pada inkubator prototipe III. 73

Udara di kipaskan ke arah belakang dari hood, tujuannya agar tidak banyak panas yang terbuang jika pintu hood di buka oleh pengguna. Diantara saluran keluar udara panas ke hood dengan nampan/tempat tidur diberikan sekat/dinding pemisah, tujuannya agar udara panas dari pemanas tidak langsung ke tubuh bayi jika sewaktu-waktu anggota tubuh bayi menutupi lubang keluar udara panas. Tujuan : Pengujian prototype ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda dengan tujuan untuk mengetahui apakah incubator dapat dioperasikan di tiga tempat yang berbeda dengan kondisi yang berbeda pula. Pengujian dengan mengunakan kontrol Autonics type TZ4ST 1. Ruangan Tak Ber-AC Pengujian prototype III di ruangan tak ber AC dilakukan dengan tanpa sirip dan dengan menggunakan sirip pada saluran udara masuk ruang inkubator. Hasil pengujian (lihat lampiran) dengan tanpa sirip menunjukkan bahwa temperature ruang incubator lebih dari 40 o C, hal ini tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Selanjutnya dilakukan pengujian prototype III lanjutan dengan menggunakan sirip. Adapun pengujian prototype III di ruangan tak ber AC ini dilakukan dengan beberapa setting kontrol yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besar perbedaan temperatur yang ditunjukkan keempat termokopel di dalam ruang hood untuk setingan control yang berbeda. a. Setting control : Posisi termokopel saat pengujian : Suhu yang dikontrol : 32 ºC Alarm hidup pada : + 2 2 3 Emergency power : + 3 Mati-hidup heater : ± 0,2 H 1 4 in 74

Kondisi awal (sebelum heater dihidupkan) : Suhu luar ruang inkubator : 26,5 ºC T 1 = 27,5 ºC T 2 = 27,5 ºC T 3 = 27,5 ºC T 4 = 27,5 ºC T in = 29,6ºC T H = 27,5 ºC Data hasil pengujian : terlampir Grafik hasil pengujian : 1. Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel pada posisi 1, 2, 3, dan 4 yang berada di ruang inkubator. Gambar 4.20 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 1 Analisa : Udara panas dari heater dengan daya 300 watt dialirkan oleh dua buah kipas ke ruang incubator. Dari Digital Temperature Recorder menunjukkan bahwa pada 5 menit awal setelah heater dihidupkan, temperature pada termokopel posisi 1 mengalami kenaikkan suhu hingga mencapai maksimum 75

37 ºC. Selanjutnya secara perlahan-lahan turun setelah heater mati dan temperature pada termokopel posisi 1 ini cenderung stabil pada nilai 31,8 ºC selama periode waktu 60 menit pengujian. Selama waktu 60 menit pengujian ini heater tidak hidup kembali. Gambar 4.21 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 2 Analisa : Pada 5 menit awal setelah heater dihidupkan, temperature pada termokopel posisi 1 mengalami kenaikkan suhu hingga mencapai maksimum 35,7 ºC. Selanjutnya secara perlahan-lahan turun setelah heater mati dan temperature pada termokopel posisi 2 ini cenderung stabil pada nilai yang sama dengan termokopel posisi 1 yaitu 31,8 ºC selama periode waktu 60 menit pengujian. Gambar 4.22 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 3 76

Analisa : Pada 5 menit awal setelah heater dihidupkan, temperature pada termokopel posisi 3 mengalami kenaikkan suhu hingga mencapai maksimum 33,2 ºC. Selanjutnya secara perlahan-lahan turun setelah heater mati dan temperature pada termokopel posisi 3 ini cenderung stabil pada nilai yang sama dengan termokopel posisi 1 dan 2 yaitu 31,8 ºC selama periode waktu 60 menit pengujian. Gambar 4.23 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 4 Analisa : Pada 5 menit awal setelah heater dihidupkan, temperature pada termokopel posisi 1 mengalami kenaikkan suhu hingga mencapai maksimum 34,9 ºC. Selanjutnya secara perlahan-lahan turun setelah heater mati dan temperature pada termokopel posisi 4 ini cenderung stabil pada nilai yang sama dengan termokopel posisi 1, 2 dan 3 yaitu 31,8 ºC selama periode waktu 60 menit pengujian. 2. Grafik nilai kelembaban (relative humadity) terhadap waktu lamanya pengujian 77

Gambar 4.24 Grafik nilai kelembaban (relative humadity) terhadap waktu lamanya pengujian 2. Ruangan Ber-AC a. Setting control : Posisi termokopel saat pengujian : Suhu yang dikontrol : 31 ºC Alarm hidup pada : ± 3 2 3 Emergency power : ± 4 H Mati-hidup heater : ± 0,2 1 4 in Kondisi awal (sebelum heater dihidupkan) : Suhu luar ruang incubator : 22,2 ºC T 1 = 25,3 ºC T 2 = 25,4 ºC T 3 = 25,2 ºC T 4 = 25,2 ºC T in = 26.6 ºC T H = 24,4 ºC Data hasil pengujian : terlampir 78

Grafik hasil pengujian : 1. Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel pada posisi 1, 2, 3, dan 4 yang berada di ruang inkubator. Gambar 4.25 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 1 Analisa : Dari Digital Temperature Recorder menunjukkan bahwa heater hidup selama 6 menit awal, dimana temperature pada termokopel posisi 1 mengalami kenaikkan suhu hingga mencapai maksimum 38,6 ºC. Selanjutnya heater mengalami mati-hidup dalam periode waktu berkisar 10 menit dimana temperature pada termokopel posisi 1 ini cenderung stabil pada nilai 31,5 ºC selama periode waktu 60 menit pengujian. Gambar 4.26 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 2 79

Analisa : Pada 6 menit awal setelah heater dihidupkan, temperature pada termokopel posisi 2 mengalami kenaikkan suhu hingga mencapai maksimum 36,1 ºC. Selanjutnya heater mengalami mati-hidup dalam periode waktu berkisar 10 menit dimana temperature pada termokopel posisi 2 ini cenderung stabil pada nilai 31,3 ºC selama periode waktu 60 menit pengujian Gambar 4.27 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 3 Analisa : Pada termokopel posisi 3, 6 menit awal setelah heater dihidupkan temperature mengalami kenaikkan suhu hingga mencapai maksimum 33,2 ºC. Selanjutnya heater mengalami mati-hidup dalam periode waktu berkisar 10 menit dimana temperature pada termokopel posisi 3 ini cenderung stabil pada nilai 30,1 ºC selama periode waktu 60 menit pengujian Gambar 4.28 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 4 80

Analisa : Pada termokopel posisi 4, 6 menit awal setelah heater dihidupkan temperature mengalami kenaikkan suhu hingga mencapai maksimum 34,6 ºC. Selanjutnya heater mengalami mati-hidup dalam periode waktu berkisar 10 menit dimana temperature pada termokopel posisi 4 ini cenderung stabil pada nilai 30,0 ºC selama periode waktu 60 menit pengujian 2. Grafik nilai kelembaban (relative humadity) terhadap waktu lamanya pengujian Gambar 4.29 Grafik nilai kelembaban (relative humadity) terhadap waktu lamanya pengujian 3. Pengujian di Ruangan Pendingin Sebelum dilakukan pengujian inkubator di ruangan pendingin, terlebih dahulu dilakukan pengujian awal ruangan pendingin (cool storage) tanpa inkubator berada di dalam ruangan. Hal ini dilakukan untuk menentukan dimana posisi yang baik dalam pengujian inkubator. Pengujian ini dilakukan beberapa kali dengan beberapa variasi bukaan pintu ruangan yaitu 0 o, 18 o, 36 o, 54 o, 72 o, dan 90 o. Perbedaan nilai maksimum dan minimum temperatur udara diantara keempat titik-titik temperatur dikalkulasikan setiap 5 menit. 81

Adapun posisi pengambilan temperatur di dalam ruangan pendingin adalah : Gambar 4.30 Posisi pengambilan temperatur Yang perlu di perhatikan: Ruangan di control untuk mendapatkan temperature 12 C Pembacaan temperature di dalam ruangan di saat kontrol pada refrigerator menunjukkan 13 C Alat yang digunakan untuk pengukuran hydro-termometer Yang didapat dari pengukuran adalah suhu dan RH Keterangan: Setelah temperature yang kita inginkan sesuai dengan sensor yang di dalam ruangan, maka refrigerator mati kira-kira 5 menit dan hidup kembali selama 30 menit sebelum alarm hidup. Pencatatan suhu pada temperature 13 C, di lakukan setelah refrigerator tersebut hidup kembali. a. Setting refrigerator : 12 C Bukaan pintu : 18 o 82

Kondisi awal (sebelum refrigerator dihidupkan) : T 1 = 27,3 ºC Posisi termokopel saat pengujian : T 2 = 26,9 ºC T 3 = 27,2 ºC T 4 = 27,8 ºC 2 3 T 5 = 27.2 ºC 1 4 T L = 29,0 ºC in T CS Pengujian Karakteristik Ruangan Pendingin Data hasil pengujian : terlampir Grafik hasil pengujian : 1. Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel pada posisi 1, 2, 3, 4 dan 5 yang berada di ruang pendingin. Gambar 4.31 Grafik suhu untuk tiap-tiap titik bukaan pintu 18 o Gambar 4.32 Grafik suhu rata-rata untuk bukaan pintu 18 o 83

Analisa : Dari hasil pengujian didapat temperatur di ruangan pendingin cenderung turun hingga mencapai nilai berkisar 18 C dan akan naik kembali disaat refrigerator mati selama 5 menit. Ketika refrigerator hidup kembali, temperatur akan turun secara perlahan-lahan hingga konstan. Pengujian Inkubator di Ruangan Pendingin Pengujian di ruangan pendingin ini dilakukan dengan menggunakan kontrol yang berbeda. Hal ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh temperatur yang stabil dalam ruang inkubator. Setting mesin : 12 ºC Setting control : Suhu yang dikontrol : 32 ºC Kondisi awal (sebelum heater dihidupkan) : Temperatur luar ruangan : 32 ºC Suhu ruangan pendingin (T CS ) : 22,4 ºC T 1 = 25,4 ºC Posisi termokopel saat pengujian : T 2 = 25,5 ºC T 3 = 25,3 ºC T 4 = 24,9 ºC T in = 25 ºC Data pengujian : terlampir 1. Grafik hasil pengujian : Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel pada posisi 1, 2, 3, 4 dan kontrol yang berada diruangan pendingin dengan temperatur ruangan 22 o C 2 3 H 1 4 in T CS 84

Gambar 4.33 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 1 Analisa : Pada pengujian Inkubator tersebut, 5 menit awal setelah heater dihidupkan, termokopel posisi 1 menunjukkan kenaikkan suhu hingga mencapai maksimum 31,8 ºC. Kemudian secara perlahan-lahan turun dan cenderung stabil hingga 1 jam pengujian. Gambar 4.34 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 2 Analisa : Pada 5 menit awal setelah heater dihidupkan, termokopel posisi 2 menunjukkan kenaikkan suhu hingga maksimum 30,8 ºC, kemudian secara perlahan-lahan turun dan cenderung stabil hingga 1 jam pengujian. 85

Gambar 4.35 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 3 Analisa : Pada 5 menit awal setelah heater dihidupkan, termokopel posisi 3 menunjukkan kenaikkan suhu hingga maksimum 29,0 ºC dan cenderung stabil hingga 1 jam pengujian. Gambar 4.36 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 4 Analisa : Pada 5 menit awal setelah heater dihidupkan, termokopel posisi 3 menunjukkan kenaikkan suhu hingga maksimum 29,3 ºC, kemudian secara perlahan-lahan turun dan cenderung stabil hingga 1 jam pengujian. 86

4. Perbedaan nilai temperatur udara di keempat titik-titik dalam ruang Inkubator Perbedaan nilai temperatur udara di keempat titik-titik dalam ruang inkubator yang dilakukan adalah untuk mengetahui selisih nilai maksimum dengan minimum temperatur udara pada keempat titik-titik di dalam ruang inkubator Pengujian untuk ruang tak ber-ac yang dikalkulasikan pada setiap 10 menit pengukuran. (data hasil pengujian terlampir) Gambar 4.37 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 1 Gambar 4.38 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 2 87

Gambar 4.39 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 3 Gambar 4.40 Grafik suhu terhadap waktu untuk termokopel 4 Tabel 4.1. Tabel suhu terhadap waktu untuk termokopel pada posisi 1, 2, 3, 4 setiap 10 menit pengukuran. Titik WAKTU (menit) Pengukuran 10 20 30 40 50 60 T1 34,2 32,7 32,2 31,9 31,8 31,7 T2 34,2 32,7 32,3 31,9 31,8 31,7 T3 33,2 32,4 32,1 31,8 31,8 31,7 T4 33,3 32,4 32,1 31,8 31,8 31,7 Sumber : Data hasil pengujian (lihat lampiran) Besar perbedaan nilai maksimum dan minimum temperatur udara diantara keempat titik-titik dalam ruang inkubat setiap 10 menitnya adalah: 88

Tabel 4.2. Tabel selisih nilai maksimum dan minimum temperatur udara diantara keempat titik-titik temperatur setiap 10 menit Selisih nilai maksimum WAKTU (menit) dan minimum 10 20 30 40 50 60 T1-T2 0 0 0,1 0 0 0 T1-T3 1,0 0,3 0,1 0,1 0 0 T1-T4 0,9 0,3 0,1 0,1 0 0 T2-T3 1,0 0,3 0,2 0,1 0 0 T2-T4 0,9 0,3 0,2 0,1 0 0 T3-T4 0,1 0 0 0 0 0 Analisa : Perbedaan nilai maksimum dan minimum temperatur udara di keempat titik-titik yang dikalkulasikan setiap 10 menit dalam ruang inkubator, mula-mula selisih nilainya 1,0 o C. Selanjutnya selisih nilai maksimum dan minimumnya di keempat titik-titik tersebut terus mengecil dan cenderung sama selama 60 menit pengujian. Kecepatan udara maksimum dalam selungkup: Pada penggunaan normal kecepatan udara di atas kasur tidak lebih dari 0,35 m/detik. Kebenaran dicek dengan pengukuran pada empat titik yang ditetapkan dalam uji 20.1.2, yaitu : Uji 20.1.2 Dengan incubator transportasi diset sebagai incubator transportasi bayi terkontrol, thermostat tidak berfungsi dan sensor suhu kulit diatur tersendiri di bawah suhu control. Pada waktu alarm berbunyi, suhu incubator transportasi harus tidak melebihi suhu yang disebutkan di atas dan pencatuan ke pemanas terputus. Catu daya ke pemanas harus tidak tersambung kembali sampai : a. Alat pemutus panas diatur kembali secara manual, atau b. Suhu incubator tranportasi turun di bawah 39 o C 89

Eksperimental validity : Hasil dari pada pengujian incubator transportasi ini tidak dapt dipergunakan bilamana : 1. Terjadi suatu penyimpangan pada incubator transportasi atau dilakukan penelitian ulang/lanjutan terhadap incubator transportasi pada masa yang akan datang. 2. Terjadinya perubahan pada Standar Nasional Indonesia tentang Inkubator Transportasi dalam hal ini SNI 16-4942-1998. Selama tidak terjadi hal-hal yang disebutkan di atas, maka hasil penelitian inkubator transportasi ini valid dan layak dipergunakan, incubator transportasi ini mempunyai kinerja yang baik di Indonesia kecuali di pegunungan Brawijaya. 90