Diterima 16 Januari 2012, diterima untuk dipublikasikan 2 Februari 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, * korespondensi:

Keanekaragaman Lamun di Pantai Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Manado

Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(2), MEY 2015 ISSN:

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN:

ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Biomassa Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

VARIASI MORFOMETRIK BEBERAPA JENIS LAMUN DI PERAIRAN KELURAHAN TONGKEINA KECAMATAN BUNAKEN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

PENDAHULUAN. Memasukkan: Desember 2014, Diterima: April 2015

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh

Keanekaragaman Echinodermata di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara

KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

KARAKTERISTIK DAN STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI DAERAH INTERTIDAL PANTAI LITIANAK DAN PANTAI OESELI KABUPATEN ROTE NDAO NUSA TENGGARA TENGGARA TIMUR

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI.

BAB III METODE PENELITIAN

Community structure of seagrass beds in Arakan, South Minahasa Regency

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PULAU RAMBUT. Universitas Pakuan Bogor

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG

KERAGAMAN LAMUN DI TELUK BANTEN, PROVINSI BANTEN

Identifikasi Jenis dan Kerapatan Padang Lamun di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Percent cover standards

Struktur Komunitas Padang Lamun. Perairan Teluk Siantan. Kabupaten Kepulauan Anambas

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

AKUATIK. Volume 6. Nomor. 1. Tahun PENANGGUNG JAWAB Eddy Nurtjahya. REDAKTUR Eva Utami

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Lokasi pengambilan data

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

ANALISIS EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN PULAU RAMBUT KEPULAUAN SERIBU DIAN PURNAMASARI

Struktur Komunitas Lamun Di Perairan Pantai Kampung Enggros Distrik Abepura Kota Jayapura Provinsi Papua

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TELAAH EKOLOGI KOMUNITAS LAMUN (SEAGRASS) PERAIRAN PULAU OSI TELUK KOTANIA KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

JENIS DAN KERAPATAN PADANG LAMUN DI PANTAI SANUR BALI I Wayan Arthana Fakultas Pertanian Universitas Udayana

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau.

STRATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG HOLTEKAMP DISTRIK MUARA TAMI KOTA JAYAPURA PROVINSI PAPUA. Alfred Eryon Metekohy 1

PEDOMAN INVENTARISASI LAMUN. M. Husni Azkab 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang

PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN LAMUN (SEAGRASS) PADA ZONA INTERTIDAL DAN SUBTIDAL DI PERAIAN PANTAI DESA SULI. Prelly. M. J.

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

BAB III METODE PENELITIAN

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang. seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

Hasil dan Pembahasan

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN PULAU DUYUNG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

ANALISIS KECENDERUNGAN

ANALISIS TUTUPAN LAMUN BERDASARKAN JENIS DAN SUBSTRAT DI WILAYAH TRISMADES DESA MALANG RAPAT KECAMATAN KABUPATEN BINTAN ABSTRAK

KOMPOSISI DAN KERAPATAN JENIS SERTA POLA PENYEBARAN LAMUN DI PERAIRAN TELUK TOMINI DESA WONGGARASI TIMUR KECAMATAN WANGGARASI KABUPATEN POHUWATO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) di Padang Lamun di Perairan Teluk Awur dan Pantai Prawean Jepara

KEANEKARAGAMAN ECHINODERMATA DAN KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN DANGKAL PULAU PANDANG KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA

* korespondensi: Diterima 29 Juli 2013, diterima untuk dipublikasikan 9 Agustus Abstrak

Transkripsi:

Keanekaragaman Lamun di Pesisir Pantai Molas, Kecamatan Bunaken Kota Manado (Biodiversity of Seagrass on Molas Seashore in Bunaken Subdistrict, Manado) Pience Veralyn Maabuat 1)*, Julius Sampekalo 2), H.E.I. Simbala 1) 1) Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi Manado 2) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado * E-mail korespondensi: Thealyn@yahoo.com Diterima 16 Januari 2012, diterima untuk dipublikasikan 2 Februari 2012 Abstrak Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif. Selain sebagai sumber produktifitas primer di perairan, ekosistem lamun juga memiliki arti penting bagi hewan yang hidup di area padang lamun. Penelitian ini dilaksanakan di Pesisir Pantai Molas dengan menggunakan metode garis transek kuadrat, yang dilakukan pada bulan Januari Juni 2011. Analisis data meliputi perhitungan dengan rumus Krebs dan Fachrul, identifikasi jenis lamun dan penentuan indeks keanekaragaman menggunakan Shannon Wiener. Ada lima jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan Syringodium isoetifolium. Lamun E. acoroides dan S. isoetifolium memiliki penyebaran terluas, karena ditemukan di seluruh transek pada lokasi penelitian. Jenis yang jarang dijumpai adalah H. ovalis. Jumlah individu yang ditemukan adalah 130 individu. Nilai indeks keanekaragaman di pesisir Pantai Molas memperlihatkan di wilayah ini keanekaragaman jenis lamun sedang dibandingkan 13 lokasi lainnya di Indonesia. Kata kunci: biodiversitas, Molas, rumput laut Abstract Seagrass ecosystem is one of the productive marine ecosystems. This ecosystem is a source of primary productivity in waters and it is significant for the animals that live in the seagrass areas. This study was conducted in the Molas coastal using the method of transect line squares, in January-June 2011. The analysis included calculation using the formula of Krebs and Fachrul, identification of seagrass species and determination Shannon Wiener diversity index. Five species of seagrass species were found, i.e. Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata and Syringodium isoetifolium. The total number of individual weres 130. Index value of diversity in the Molas coastal showed that the seagrass diversity in this region were medium compared with 13 other locations in Indonesia. Key Words : biodiversity, Molas, seagrass PENDAHULUAN Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif, selain sebagai sumber produktifitas primer di perairan juga memiliki arti penting bagi hewan yang hidup di area padang lamun, diantaranya menyediakan daerah perawatan (nursery area) bagi banyak spesies yang menyokong perikanan laut lepas, dan untuk habitat lainnya, seperti rawa payau, terumbu karang, dan hutan mangrove (Short dan Coles, 2003). Di wilayah perairan Indonesia tercatat ada 13 jenis lamun yang

Maabuat dkk., Keanekaragaman lamun. 21 telah teridentifikasi (Kiswara, 1994 dalam Susetiono, 2004), di dunia ada 58 jenis lamun ( Kuo dan McComb, 1989 dalam Kiswara dan Winardi, 1999). Pada tahun 2007 ditemukan jenis Halophila sulawesii oleh John Kuo di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan dan jenis ini masuk dalam daftar tumbuhan endemik. Hal ini menunjukkan bahwa di perairan Indonesia masih terkandung sumberdaya lamun yang belum tereksplorasi, sehingga perlu terus dilaksanakan pengkajian. Penelitian yang sama menyangkut lamun, telah di dilaksanakan di wilayah Propinsi Sulawesi Utara seperti di pesisir Tongkaina oleh Peuru ( 2007) menemukan lima jenis, Blonko lima jenis ( Abdullah 1996), Selat Lembeh (Susetiono 2004) menemukan delapan jenis lamun, perairan Tanjung Merah Bitung (Takendengan (2007) tujuh jenis, di Kabupaten Minahasa Selatan (Durand 2008) delapan jenis, Pulau Talise (Takaendengan dan Azkab 2010) tujuh jenis, Perairan Tandurusa sebanyak 4 jenis, Mokupa 4 jenis, dan Boyong Pante 3 jenis (Peuru 2007). Informasi ilmiah dari hasil pengkajian lamun merupakan hal yang penting, selain untuk menambah pengetahuan juga dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran untuk pengambilan keputusan dalam melaksanakan suatu langkah konservasi jenis. Sedikitnya informasi dan kurangnya kepedulian akan mempengaruhi keberadaan suatu spesies bahkan ekosistem yang ada. Salah satu wilayah di Kota Manado yang masih kurang informasinya adalah pesisir pantai Molas, Kecamatan Bunaken. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi jenis lamun yang tumbuh di Pesisir Pantai Molas, menganalisis kerapatan, frekuensi, penutupan dan Indeks Nilai Penting (INP) di Pesisir Pantai Molas,Kecamatan Bunaken, Kota Manado. Penelitian ini dilaksanakan di Pesisir Pantai Molas (Gambar 1) Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari Juni 2011 dengan memperhatikan waktu surut terendah. METODE Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode line transek kuadrat 1x1 meter dengan pengambilan sampel dilakukan secara acak (Random sampling) mengacu pada Krebs (1989) dan Fachrul (2007). Untuk substrat perairan, teknik pengambilan sampelnya mengacu pada Pinnot (1992). Lamun yang ditemukan dalam plot, diidentifikasi jenisnya dan dihitung jumlah tegakkannya dengan menggunakan kunci identifikasi menurut Den Hartog (1970), Philips dan Menez (1988) dalam Short dan Coles (2003), serta Azkab (2009). Analisis data yaitu identifikasi jenis lamun dilakukan secara insitu. Untuk mengetahui keanekaragaman digunakan perhitungan nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif, frekuensi dan frekuensi relatif, penutupan jenis dan penutupan relatif lamun, serta untuk menduga keseluruhan dari peranan suatu jenis lamun dilakukan dengan perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) mengacu pada Fachrul (2007). Untuk indeks keanekaragaman, karena data yang diambil pada penelitian ini secara acak maka menggunakan indeks Shannon- Wienner (Magurran 1988). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengukuran faktor fisika-kimia lingkungan perairan, suhu pada saat pengambilan data lamun di Pantai Molas berkisar 30-32 0 C. Tertinggi di transek tiga yaitu 30-32 0 C, terendah di transek 1 yaitu 30 0 C.

22 JURNAL BIOSLOGOS, FEBRUARI 2012, VOL. 2 NOMOR 1 Sumber : Bakosurtanal Pusat (2006) yang dimodifikasi Gambar 1. Lokasi Penelitian Pada transek 3 plot 5 yang memiliki suhu mencapai 32 0 C, tidak ditemukan lamun. Oksigen terlarut (DO) di Pantai Molas berkisar 5.70 5.72 mg/l, tertinggi di transek satu yaitu 5,71-5,72 mg/l, sedangkan terendah di transek dua yaitu 5,70-5,71 mg/l. ph di lokasi penelitian Pantai Molas berkisar 7,40-7,50, tertinggi di transek satu yaitu 7,46-7,50 dan terendah transek tiga yaitu 7,40-7,45. Salinitas di lokasi penelitian berkisar antara 31,0-33,70 0 / 00. Pantai Molas berkisar 31,0-33,1 0 / 00, tertinggi di transek satu yaitu 32,0-33,1 0 / 00, sedangkan terendah di transek tiga yaitu 31,0-32,0 0 / 00. Kecerahan pada lokasi penelitian Pantai Molas berkisar 0,12-0,52 m, tertinggi di transek satu yaitu 0,25-0,52 m, sedangkan terendah di transek tiga yaitu 0,12-0,47 m. Pantai Molas memiliki komposisi pasir halus tertinggi yaitu 33,69 %, terendah adalah debu 2,46 %. Pada lokasi ditemukan lima jenis lamun yang tersebar di pesisir pantai MolasJenis lamun yang ditemukan masuk dalam dua famili yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceaceae. Termasuk famili Hydrocharitaceae adalah Enhalus acoroides (Linnaeus f.) Royle, Thalassia hemprichii (Ehrenberg) Ascherson, dan Halophila ovalis (R.Brown) Hooker f. Famili Cymodoceaceae yaitu Cymodocea rotundata (Ehrenberg & Hemprich) ex Ascherson dan Syringodium isoetifolium (Ascherson) Dandy. Jenis yang memiliki penyebaran terluas adalah E. acoroides dan S. isoetifolium. Dua jenis lamun tersebut ditemukan tersebar pada seluruh transek di lokasi penelitian. Jenis yang jarang ditemukan adalah H. ovalis. Jenis lamun yang ditemukan merupakan jenis yang secara umum ditemukan pada perairan tropis namun tidak ada jenis yang masuk kategori endemik. 1. E. acoroides (Linnaeus f.) Royle Daun berdiri tegak, panjang dan seperti pita, memiliki 2-5 helai yang menyerupai pita dengan panjang berkisar 12 30,2 cm sedangkan lebar kisaran 1,3 1,5 cm. Pada rimpang terdapat akar- akar

Maabuat dkk., Keanekaragaman lamun. 23 a b c d e Gambar 2.Jenis Lamun di Pesisir Pantai Molas (a. E. acoroides, b. T. Hemprichii, c. H. ovalis, d. C. rotundata, e. S. isoetifolium yang banyak. Pada saat pengamatan tidak ditemukan bunga, buah dan biji (Gambar 2a). 2. T. Hemprichii (Ehrenberg) Ascherson Nama lokal galamu sama seperti empat jenis lainnya, daunnya berbentuk lurus sampai melengkung seperti pita, tepian daun tidak menonjol atau rata dan ujung daun agak tumpul, panjang 5-10 cm. Lebar daun 1 cm, memiliki rimpang yang keras tanpa rambut-rambut kaku (Gambar 2b). 3. Halophila ovalis (R.Brown) Hooker Daun berbentuk oval dengan tangkai daun, panjang 1-4 cm, dan garis-garis tulang daun jelas terlihat sebanyak 10 25 pasang (Gambar 2c). 4. Cymodocea rotundata (Ehrenberg & Hemprich) ex Ascherson Lamun yang memiliki ujung daun halus dan licin, pertulangan daun 9 15. Daun melengkung dan tidak mengecil ke arah bagian ujungnya. Panjang daun 5 7 cm, lebar 1,5-3 cm (Gambar 2d). 5. Syringodium isoetifolium (Ascherson) Dandy Memiliki daun pipih, bulat seperti lidi dengan ujung meruncing. Tumbuhan kecil atau berukuran pendek, daun berbentuk silindris dan agak panjang berkisar 7 12 cm (Gambar 2e). Penelitian sebelumnya oleh Peuru (2007) menemukan 5 jenis di pesisir Tongkaina dan Blonko yaitu 5 jenis ( Abdullah 1996), masih lebih sedikit dibandingkan di Selat Lembeh (Susetiono 2004) telah menemukan delapan jenis lamun yaitu E. acoroides, T. hemprichii, C. rotundata, C. serrulata, S. isoetifolium, H. ovalis, Halodule pinifolia, dan Ha. Unninervis, sedangkan di Perairan Tanjung Merah Bitung oleh Takendengan (2007) menemukan tujuh jenis yaitu E. acoroides, T. hemprichii, C. rotundata, S. isoetifolium, H. ovalis, Halodule pinifolia, dan Ha. Unninervis. ovalis, Halodule pinifolia, dan Ha. Unninervis. Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian, jenis lamun yang ditemukan lebih sedikit, akan tetapi

24 JURNAL BIOSLOGOS, FEBRUARI 2012, VOL. 2 NOMOR 1 keanekararagamannya masih lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditemukan oleh Peuru (2007) di Perairan Tandurusa sebanyak 4 jenis, Mokupa yaitu 4 jenis, Boyong Pante yaitu 3 jenis. Hasil analisis data lamun jenis S. isoetifolium memiliki nilai kerapatan tertinggi yaitu 82 individu/m 2 dengan kerapatan relatif 63,08%, terendah adalah T. hemprichii yaitu 4 individu/m 2 dengan kerapatan relatif 3,08%. Berbeda dengan nilai kerapatan, frekuensi kehadiran E. acoroides lebih tinggi yaitu 0,53 dengan frekuensi relatif 40%, dan terendah adalah H. ovalis yaitu 0,07 dengan nilai frekuensi relatifnya 5%. Penutupan dan INP tertinggi diwakili oleh S. isoetifolium yaitu berturutturut 63,08% dan 156,15%. Lamun T. hemprichii memiliki nilai penutupan dan INP terendah dibanding empat jenis lainnya yaitu 3,08 % dan 16,15 % (Tabel 1). Tabel 1. Kerapatan, Frekuensi, Penutupan dan INP Lamun di Molas No Jenis Lamun K Hydrocharitaceae KR (%) F FR (%) P PR (%) INP 1 Enhalus acoroides 25 19,23 0,53 40,00 6,25 19,23 78,46 2 Halophila ovalis 8 6,15 0,07 5,00 2,00 6,15 17,31 3 Thalassia hemprichii 4 3,08 0,13 10,00 1,00 3,08 16,15 Cymodoceaceae 1 Cymodocea rotundata 11 8,46 0,20 15,00 2,75 8,46 31,92 Syringodium 2 isoetifolium 82 63,08 0,40 30,00 20,50 63,08 156,15 Total 130 100,00 1,33 100,00 32,50 100,00 300,00 Keterangan : K = Kerapatan, KR = Kerapatan Relatif, F = Frekuensi, FR = Frekuensi Relatif, P = Penutupan, PR = Penutupan Relatif, INP = Indeks Nilai Penting Tabel 2. Indeks Keanekaragaman Lamun di Molas No Jenis Lamun Jumlah Ni pi ln Pi Pi ln Pi 1 Enhalus acoroides 25 25 0,19-1,66-0,32 2 Halophila ovalis 8 8 0,06-2,81-0,17 3 Cymodocea rotundata 11 11 0,08-2,53-0,20 4 Thalassia hemprichii 4 4 0,03-3,51-0,11 5 Syringodium isoetifolium 82 82 0,63-0,46-0,29 N= 130 1,00-1,09 H = 1,09 Ket : ni = jumlah individu suatu jenis, pi = jumlah total individu seluruh jenis

Maabuat dkk., Keanekaragaman lamun. 25 Hasil analisis keanekaragaman lamun dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner seperti yang ditunjukkan pada tabel 2 diatas, menurut Magurran (1988) tergolong sedang karena nilai H = 1 H 3 yaitu 1,09. Secara umum hasil yang diperoleh di lokasi penelitian seperti kerapatan sampai keanekaragaman, jenis S. isoetifolium mewakili jumlah individu tertinggi. Histogram di bawah (Gambar 2), menunjukkan bahwa jumlah individu lamun di setiap transek juga bervariasi. Di di Pantai Molas jumlah individu S. isoetifolium tertinggi di transek 2 yaitu 41 individu dan terendah di transek 1 yaitu 16 individu. Jenis E. acoroides tertinggi di transek 2 yaitu 12 individu dan terendah 4 individu di tansek 1, diikuti oleh C. rotundata tertinggi di Molas 6 individu, sedangkan T. hemprichii hanya ditemukan di transek 1 dan 2 yaitu masing-masing 2 individu. Tidak jauh berbeda dengan H. ovalis meskipun memiliki jumlah lebih banyak dari T. hemprichii, namun hanya ditemukan pada transek 2 saja. Nilai kerapatan terendah ada di transek 1 yaitu 2-16 individu/m 2, dan tertinggi di transek 2 yaitu 2-41 individu/m 2. Apabila dihubungkan dengan letak lokasi yang lebih mendekati pusat kota dan berada dekat pemukiman penduduk, tentunya aktivitas manusia lebih tinggi. Transek 1 ini berdekatan dengan tempat wisata Baracuda, nampak dari beberapa kali pengamatan aktivitas manusia ramai di lokasi ini, baik datang dengan tujuan rekreasi, atau nelayan menjadikan tempat ini sebagai tambatan perahu untuk mencari ikan dan mengantar wisatawan yang datang. Aktivitas manusia tersebut diduga ikut mempengaruhi keberadaan lamun di lokasi ini. Kerapatan tertinggi di Molas di transek 2, meskipun berada didalam kawasan pemukiman, namun aktivitas masyarakat telah dibatasi untuk masuk ke lokasi ini karena merupakan milik pribadi. Pada transek 3, didapati menjadi tempat keluar masuknya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, serta menjadi tempat tambatan perahu. Vegetasi padang lamun yang ada di lokasi ini tersusun atas 1-3 jenis, jenis E. acoroides merupakan jenis lamun yang cenderung membentuk vegetasi tunggal, yang kadang dijumpai bersama dengan S. isoetifolium dan yang membentuk asosiasi tiga jenis terdiri dari E. acoroides, T. hemprichii, dan S. isoetifolium. Menurut Holmlud et al. (1990) dalam Susetiono (2004) semakin padat vegetasi padang lamun akan semakin menguntungkan bagi beberapa hewan dari serangan pemangsa (predator) untuk melakukan deteksi, pengejaran dan menangkap mangsa menjadi lebih rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang arti penting ekosistem ini, selain itu pemerintah setempat dan instansi terkait masih kurang melakukan monitoring di pesisir Pantai Molas, Meras dan Bahowo, dapat menjadi sumber pelanggaran terhadap aturan yang sebelumnya telah ada, terutama terkait peraturan daerah perlindungan laut dan batasan untuk zona pariwisata.

26 JURNAL BIOSLOGOS, FEBRUARI 2012, VOL. 2 NOMOR 1 Gambar 2. Jumlah Individu Lamun di Molas Penerapan peraturan yang benar-benar terealisasi perlu diadakan di masa yang akan datang, melalui kegiatan monitoring pada lokasi pesisir ini oleh pemerintah dan instansi terkait di wilayah ini, sehingga dapat meminimalisir gangguan pada ekosistem padang lamun. KESIMPULAN Ada lima jenis lamun yang telah ditemukan di pesisir pantai Molas. Jenis yang ditemukan yaitu dari famili Hydrocharitaceae yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Halophila ovalis. Famili Cymodoceaceae yaitu Cymodocea rotundata dan Syringodium isoetifolium. vegetasi lamun di Pesisir Pantai Molas didominasi oleh jenis S. Isoetifolium. Hasil analisis data lamun jenis S. isoetifolium memiliki nilai kerapatan tertinggi yaitu 82 individu/m 2 dengan kerapatan relatif 63,08%, terendah adalah T. hemprichii yaitu 4 individu/m 2 dengan kerapatan relatif 3,08%. Berbeda dengan nilai kerapatan, frekuensi kehadiran E. acoroides lebih tinggi yaitu 0,53 dengan frekuensi relatif 40%, dan terendah adalah H. ovalis yaitu 0,07 dengan nilai frekuensi relatifnya 5%. Penutupan dan INP tertinggi diwakili oleh S. isoetifolium yaitu berturutturut 63,08% dan 156,15%, sedangkan T. hemprichii terendah yaitu 3,08 % dan 16,15 %. Indeks keanekaragaman pada tiga lokasi ini sedang dengan nilai 1.09. DAFTAR PUSTAKA Abdullah RM (1996) Tinjauan tentang komunitas lamun laut (seagrass) di pesisir Pantai Tongkaina Kotamadya manado. Skripsi. Fakultas Perikanan Unsrat. Manado Azkab MH (1999) Pedoman inventarisasi lamun. Oseana 24(1):1-16 Fachrul MF (2007) Metode sampling bioekologi. Edisi ke-2. Bumi Aksara, Jakarta. Kiswara, W., Winardi (1999). Sebaran Lamun di Teluk Kuta dan teluk Gerupuk, Lombok Prosiding]. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta. Kiswara W (1992) Vegetasi lamun (seagrass) di rataan terumbu Pulau Pari, Pulau-pulau Seribu, Jakarta. Oseanologi Indonesia 25:31-49 Krebs CJ (1989) Ecological methodology.tapsco Inc, New York Lintong, O (2010) Potensi ekowisata di kawasan pesisir Arakan- Wawontulap Propinsi Sulawesi Utara.Tesis. Program Pascasarjana Unsrat. Manado Magurran AE (1988) Measuring biological diversity. Blackwell Publishing Peuru G (2005) Studi morfologi lamun (seagrass) di pesisir perairan Semenanjung

Maabuat dkk., Keanekaragaman lamun. 27 Minahasa dan sekitarnya. Tesis. Program Pascasarjana Unsrat. Manado Philips CR, EG Menez (1988) Seagrass. Smith Sonian Institutions Press, Washington DC Pinnot PP (1992) Beberapa teknik yang lazim digunakan dalam penelitian geomorfologi dan penataan litoral (terjemahan G. Mamuaya) Susetiono (2004) Fauna padang lamun Tanjung Merah Selat Lembeh. Edisi ke-1. Pusat Penelitian Oseanografi- LIPI, Jakarta Short FT, R Coles (2003) Global seagrass research method. Elsevier Science, Amsterdam Takaendengan K (2007) Kajian ekonomi fauna yang berasosiasi dengan lamun di perairan Tanjung Merah Bitung Sulut. Tesis. Program Pascasarjana Unsrat.