STUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI PAKSA PADA NANOFLUIDA AIR-ZrO 2 DI DALAM SUB-BULUH VERTIKAL SEGIEMPAT. Ketut Kamajaya, Efrizon Umar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN PADA TUJUH SILINDER VERTIKAL DENGAN SUSUNAN HEKSAGONAL DALAM REAKTOR NUKLIR MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM FLUENT

STUDI ANALITIK POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU DINDING ELEMEN BAKAR SILINDER DI TERAS REAKTOR NUKLIR SMALL MODULAR REACTOR

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

Diterima editor 16 September 2013 Disetujui untuk publikasi 16 Oktober 2013

Diterima editor 22 September 2014 Disetujui untuk publikasi 14 Oktober 2014

KARAKTERISTIK TERMOHIDROLIK REAKTOR TRIGA 2000 UNTUK KONDISI 110 PERSEN DAYA NORMAL

STUDI TEORITIK KARAKTERISTIK ALIRAN PENDINGIN DI SEKITAR TERAS REAKTOR TRIGA 2000 MENGGUNAKAN CFD. Mahasiswa Pascasarjana Institut Teknologi Bandung 2

KAJIAN KESELAMATAN PENGOPERASIAN REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN BATANG KENDALI REAKTOR TRIGA 2000 TANPA BAHAN BAKAR (BKRTTBB)

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

PENGARUH PENAMBAHAN ALIRAN DARI BAWAH KE ATAS (BOTTOM-UP) TERHADAP KARAKTERISTIK PENDINGINAN TERAS REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN I.1.

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

Rancang Bangun Model Alat Uji Teras Reaktor Nuklir Small Modular Reactor (SMR) Dengan Fluida Pendingin H2O Untuk Kondisi Konveksi Paksa

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

RANCANG BANGUN MODEL ALAT UJI TERAS REAKTOR NUKLIR SMALL MODULAR REACTOR (SMR)

STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA RADIATOR PADA SUMBER ENERGI PANAS PADA RANCANG BANGUN SIMULASI ALAT PENGERING

SIMULASI KARAKTERISTIK ALIRAN DAN SUHU FLUIDA PENDINGIN (H 2 O) PADA TERAS REAKTOR NUKLIR SMR (SMALL MODULAR REACTOR)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure

KARAKTERISASI TEBAL LAPISAN BATAS FLUIDA NANO ZrO 2 DI PERMUKAAN PEMANAS PADA PROSES PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI ALAMIAH

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN SILINDER KONSENTRIS MODEL SUNGKUP AP1000. Nanang Triagung Edi Hermawan *

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PERPINDAHAN PANAS DAN TAHANAN TERMAL TERHADAP RANCANGAN TERMAL ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN SEKTOR ELLIPS MODEL SUNGKUP AP1000

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi

ANALISIS SUB-BULUH PADA MODEL REAKTOR SUSUNAN BAHAN BAKAR BUJURSANGKAR ATAU HEKSAGONAL

STUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN KALOR DI CELAH SEMPIT ANULUS SELAMA BOTTOM FLOODING BERDASARKAN VARIASI TEMPERATUR AWAL BATANG PANAS

Pemodelan Sistem Sirkulasi Alami pada Reaktor nuklir dengan Variasi Ketinggian Alat yang Berbeda

KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW

Kata kunci : PATS, PCM, TES, HTF, paraffin wax, proses charging

PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

PENGARUH TEMPERATUR DAN FRAKSI VOLUME TERHADAP KONDUKTIVITAS TERMAL FLUIDA NANO TiO 2 /OLI TERMO XT32

ANALISIS LAJU ALIR PENDINGIN DI TERAS REAKTOR KARTINI

KARAKTERISTIKA PERPINDAHAN PANAS TABUNG COOLER PADA FASILITAS SIMULASI SISTEM PASIF MENGGUNAKAN ANSYS

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGARUH FLUIDA KERJA CAMPURAN AIR ASETON TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA PIPA KALOR

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

Kata kunci : PATS, PCM, TES, HTF, paraffin wax, proses charging

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA COOLER TANK FASSIP - 01

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. KH. Soleh Iskandar KM.2 Bogor 16162

DISTRIBUSI TEMPERATUR SAAT PEMANASAN DAN PENDINGINAN PER- MUKAAN SEMI-SPHERE HeaTING-03 BERDASARKAN TEMPERATUR AWAL

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Analisis Karakteristik Rewetting Dalam Celah Sempit Vertikal Untuk Kasus Bilateral Heating Berdasarkan Perubahan Temperatur Awal Plat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2108

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA SETYAWAN NIM. I

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

KARAKTERISTIK PIPA KALOR DENGAN FLUIDA KERJA ASETON, FILLING RATIO 60% PADA POSISI HORIZONTAL, KEMIRINGAN 45º DAN VERTIKAL

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR DUA FASA UDARA DAN AIR SEARAH DALAM PIPA VERTIKAL PADA DAERAH ALIRAN KANTUNG (SLUG FLOW)

Analisis Eksperimental Fluks Kalor pada Celah Sempit Anulus Berdasarkan Variasi Suhu Air Pendingin Menggunakan Bagian Uji HeaTiNG-01

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Jurnal ELEMENTER. Vol. 1, No. 2, Nopember Jurnal Politeknik Caltex Riau Mustaza Ma a

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PERUBAHAN LEBAR CELAH DALAM TERHADAP PERSAMAAN KORELASI EMPIRIS KONVEKSI BAGIAN SILINDER KONSENTRIS PADA PENDINGINAN MODEL SUNGKUP AP1000

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

Transkripsi:

ABSTRAK STUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI PAKSA PADA NANOFLUIDA AIR-ZrO 2 DI DALAM SUB-BULUH VERTIKAL SEGIEMPAT Ketut Kamajaya, Efrizon Umar Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan Jalan Tamansari 71, Bandung 40132 Telp/Fax: 022-2503996/022-2504081 kamajaya@batan.go.id Diterima: 26-01-2017 Diterima dalam bentuk revisi: 28-02-2017 Disetujui: 01-03-2017 STUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI PAKSA PADA NANOFLUIDA AIR-ZrO 2 DI DALAM SUB-BULUH VERTIKAL SEGIEMPAT. Saat ini sedang berkembang pemikiran para peneliti tentang pemanfaatan nanofluida sebagai pendingin alternatif, selain menggunakan air. Hasil kajian menunjukkan bahwa nanofluida sangat baik digunakan sebagai media pemindah kalor. Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk mengetahui karaktersitik sifat termofisika dari nanofluida air-zro2 pada aliran konveksi paksa. Data eksperimental yang diperoleh dalam eksperimen digunakan untuk menentukan besarnya koefisien perpindahan kalor dari pemanas ke fluida pendingin nanofluida air-zro2. Hasil penelitian ini juga telah dibandingkan dengan hasil penelitian yang menggunakan fluida-dasar atau air murni sebagai fluida kerja. Hasilnya menunjukkan bahwa nanofluida air-zro2 dengan konsentrasi sebesar 0,10 % dalam persen berat, mempunyai koefisien perpindahan kalor 20 % lebih besar dari koefisien perpindahan kalor menggunakan air-murni sebagai pendingin. Kata kunci: nanofluida, air-zro2, konveksi paksa, sub-buluh vertikal segiempat. ABSTRACT EXPERIMENTAL STUDY ON FORCED CONVECTION HEAT TRANSFER IN WATER- ZrO 2 NANOFLUIDS INSIDE A RECTANGULAR VERTICAL SUB-CHANNEL. Currently, it has been developed by researchers an idea of using nanofluids as an alternative coolant, instead of water. The results showed that nanofluids very well be used as a heat transfer medium. Therefore, this study was conducted to determine the properties characteristic of water-zro2 nanofluids in forced convection flow. The experimental data obtained in experiments are used to determine the heat transfer coefficient from the heater to the cooling fluid. The results of this study have also been compared with the results of studies using the fluid-basic or pure water as the working fluid The results show that water-zro2 nanofluids with a concentration of 0.10 % in weight percent, has a heat transfer coefficient of 20% greater than the coefficient of heat transfer using pure-water as a coolant. Keywords: nanofluids, water-zro2,forced convection, rectangular vertical sub-channel. 1. PENDAHULUAN Salah satu pemikiran yang banyak mendapat perhatian dan telah mulai diterapkan dalam perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) generasi baru adalah menerapkan nanofluida dalam sistem pendingin, baik untuk sistem pendingin primer maupun sistem pendingin teras darurat (1). Penerapan nanofluida untuk sistem pendingin reaktor nuklir tentu tidak terbatas pada PLTN saja tetapi berpotensi juga untuk diterapkan pada 49

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 18, No 1, Februari 2017; 49-59 reakotr nuklir penelitian seperti reaktor nuklir TRIGA 2000 yang ada di Indonesia. Terlebih lagi, studi perpindahan kalor pada teras reaktor nuklir penelitian TRIGA 2000 yang merupakan subbuluh vertikal dan menggunakan air sebagai pendinginnya sudah dilakukan secara luas (2-7), demikian juga untuk beberapa fasilitas eksperimental perpindahan kalor pendukungnya (8,9) sehingga studi komparatif terhadap penerapan nanofluida sangat menarik untuk dilakukan. Berdasarkan alasan-alasan ini, penelitian penerapan nanofluida dalam analisis perpindahan kalor pada sub-buluh vertikal menjadi penting karena penerapannya tidak saja dalam bidang nuklir seperti teras reaktor riset, juga dibidang sistem konversi energi lainnya. Penelitian yang telah dilakukan oleh Syarif dkk (10) menunjukkan konduktivitas termal nanofluida air-zro2 lebih tinggi daripada konduktivitas fluida pendingin konvensional. Hasil penelitian Buongiorno (1) menjelaskan bahwa nanofluida air-zro2 dapat meningkatkan batas fluks panas kritis dan meningkatkan perpindahan kalor pada proses pendinginan mendadak pada bahan bakar ketika terjadi kecelakaan hilangnya pendingin di dalam teras reaktor.nanofluida dengan komposisi tertentu dapat memberikan nilai koefisien perpindahan kalor optimum, keadaan ini akan sangat baik diterapkan dalam sistem pendinginan secara umum. Menurut Maheshwary (11), dengan metode ultrasonication akan terjadi peningkatan konduktivitas termal nanofluida air-zro2 sekitar 5 % dibandingkan fluida dasar, yaitu air. Hasil kajian eksperimental maupun analisis teoritis Umar dkk (12-14) menunjukkan bahwa nanofluida air-zro2 dapat meningkatkan koefisien perpindahan kalor pada perpindahan kalor konveksi alamiah. Demikian juga hasil telaahan Kakaç (15), bahwa pendingin nanofluida dapat meningkatkan koefisien perpindahan kalor konveksi suatu sistem. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan numerik dan eksperimental. Data eksperimen yang didapatkan digunakan untuk menentukan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi pada sub-buluh vertikal dengan geometri segi empat dan menggunakan nanofluida air-zro2 sebagai fluida kerja. Sementara itu, sebelumnya Kamajaya dkk. (16,17) telah melakukan eksperimen menggunakan nanofluida air-zro2 dan air-al2o3 dalam sub buluh vertikal dan korelasi empiris perpindahan kalor konveksi alamiahnya sudah pula didapatkan. Demikian pula Rea dkk. (18) telah dapat menentukan nilai koefisein perpindahan kalor dari nanofluida campuran air-zro2. Contoh-contoh studi teoritis dan eksperimen ini menunjukkan bahwa nanofluida air-zro2 mempunyai prospek yang sangat baik digunakan sebagai fluida pendingan dalam suatu sistem perpindahan kalor. 2. TEORI Mekanisme perpindahan kalor konveksi paksa pada bidang datar vertikal maupun silinder vertikal konsentrik sebenarnya telah diteliti sejak lama dan berbagai korelasi untuk memprediksi koefisien perpindahan kalornya juga sudah banyak diusulkan. Namun eksperimen 50

menggunakan perangkat uji sub buluh belum banyak dilakukan. Untuk kasus ini, fluks panas yang dihasilkan oleh pemanas berbentuk silinder vertikal dan ditransfer ke fluida pendingin dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 1. Adapun sifat-sifat termofisika khususnya konduktivitas termal nanofluida air-zro2 dirumuskan oleh Hosseini (19) dalam bentuk Persamaan 4. (1) Untuk menentukan nilai koefisien perpindahan kalor (h) pada konveksi paksa dibutuhkan bilangan tak berdimensi seperti bilangan Nusselt yang perhitungannya melibatkan panjang karakteristik diameter hidrolik dari sub buluh. Bentuk umum bilangan Nusselt (Nu) pada sub buluh dapat dituliskan dalam bentuk Persamaan 2. (2) Bentuk diamater hidrolik Dh susunan sub buluh vertikal segiempat yang terdapat pada Persamaan 2 dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3: Konduktivitas termal nanofluida air-zro2 telah dilakukan pula oleh Diah dkk (20,21), hasilnya menunjukkan nilai konduktivitas termal nanofluida air-zro2 sangat bergantung dari konsentrasi partikel nanofluida di dalam air. Pengaruh konsentrasi nano partikel dalam nanofluida sebagai pendingin juga telah dilakukan oleh Sudjatmi dkk (22), hasilnya menunjukkan kenaikan konsentrasi partikel nanofluida di dalam air juga akan menaikkan nilai koefisien perpindahan kalor konveksinya. Selanjutnya untuk menentukan nilai koefisien perpindahan kalor pada posisi tertentu dari pemanas ke fluida pendingin di dalam sub buluh dapat digunakan Persamaan 5. (3) (5) Gambar 1. Geometri daerah sub-buluh segiempat Daftar simbul q = fluks panas (W/m 2 ) h = koefisien perpindahan kalor konveksi (W/m 2. o C) Ts = suhu permukaan pemanas ( o C) Tf = suhu fluida pendingin ( o C) Nu = bilangan Nusselt, tak berdimensi Dh D = diamater hidrolik sub buluh (m) = diameter pemanas (m) 51

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 18, No 1, Februari 2017; 49-59 P = pitch, jarak antarpusat pemanas (m) = konduktivitas termal nanofluida (W/m. o C) = konduktivitas termal air murni (W/m. o C) = konduktivitas termal nanopartikel (W/m. o C) = fraksi nanofluida dalam air 3. TATA KERJA 3.1. Bahan dan Peralatan Telah dirancang dan dibuat sebuah peralatan eksperimen untuk sub buluh vertikal segiempat. Peralatan ini dirancang untuk aliran konveksi alamiah dan konveksi paksa. Disamping itu, peralatan ini juga telah dilengkapi dengan alat penukar kalor tipe plat, tangki pendingin primer untuk nanofluida dan untuk air murni serta pompa primer dan pompa sekunder. Dalam kajian eksperimental ini, sebagai fluida kerja digunakan nanofluida air-zro2 bahan lokal dengan konsentrasi 0,1 % berat dengan ukuran partikel rata-rata 20 nm. 3.2. Pelaksanaan Eksperimen Pengukuran suhu di sepanjang dinding pemanas dan fluida pendingin pada subbuluh dilakukan pada saat tercapai kondisi tunak. Sebelum pengujian sesungguhnya, dilakukan uji karakteristik untuk dapat memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi tunak tersebut. Fluida pendingin primer yang masuk pada seksi uji dibuat bervariasi dengan laju alir konstan sebesar 6, 8, 10, 12, dan 14 liter/menit sedangkan laju alir sekunder konstan 20 liter/menit. Kalor dari sistem pendingin primer ditransfer ke sistem pendingin sekunder melalui sebuah alat penukar kalor tipe plat. Untai uji eksperimen menggunakan daya pemanas mulai dari 250 W, 350 W, 500 W, 650 W, 750 dan 850 W, perpemanas. Selanjutnya besar daya listrik yang dibutuhkan untuk setiap pengujian diukur secara langsung menggunakan wattmeter dan nilainya dijaga konstan untuk setiap tahap pengujian. Dalam menentukan nilai Dh, data yang digunakan D = 25,4 mm dan P = 29,5 mm, sehingga (P/D) = 1,16. Suhu fluida kerja saat eksperimen berkisar antara 30 50 o C, untuk itu dalam menentukan nilai knf digunakan konduktivitas termal air kair = 0,6 W/m. o C, konduktivitas termal partikel nano kp = 3,0 W/m. o C dan fraksi nanofluida ZrO2dalam air = 0,1 % = 0,001. Untuk setiap pengujian dilakukan pencatatan suhu fluida pendingin dan suhu permukaan pemanas pada 5 titik pengukuran dengan ketinggian yang berbeda. Pencatatan suhu untuk setiap pengujian dilakukan setelah pemanas dijalankan selama 3 jam sehingga telah dicapai kondisi tunak. Termokopel yang digunakan untuk pengukuran suhu ini disambungkan secara langsung pada data akusisi sehingga nilai suhunya dapat langsung direkam. Data input yang digunakan dan data output yang akan dihasilkan dapat dibuat dalam bentuk tabel. 52

Tabel 1. Data pengamatan Nama variabel Daya listrik, Q (watt) Per pemanas Fluks kalor permukaan, q (kw/m 2 ) Jenis Nilai variable input variabel Input 250 350 500 650 750 850 Input 9 12,5 18 23.3 27 30,5 Jarak, x (cm) Input 5 12,5 20 27.5 35 Suhu permukaan, Ts Output - Suhu fluida pendingin, Tnf Output - Koefisien perpindahan kalor, h Output - Gambar 2. Posisi pengukuran suhu Berikut ditampilkan cara pengukuran suhu pada dinding pemanas dan pada fluida pendingin. Dilakukan pengukuran pada lima posisi ketinggian yang berbeda, pengukuran pertama, posisi 1, pada posisi bawah, 5 cm dari ujung bawah pemanas, pengukuran posisi 5 paling atas. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Pengukuran Hasil pengujian dengan berbagai daya dan kecepatan aliran menunjukkan bahwa pada semua keadaan pengujian konveksi paksa, suhu fluida pendingin menunjukkan kecenderungan meningkat 53

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 18, No 1, Februari 2017; 49-59 seiring kenaikan tinggi titik pengukuran secara linier. Begitu pula dengan suhu silinder pemanas, makin keatas semakin tinggi suhunya, hal ini disebabkan makin keatas titik pengukuran, suhu fluida pendingin makin tinggi, sehingga kemampuan fluida pendingin dalam memindahkan kalor dari silinder pemanas juga semakin berkurang. Dengan naiknya suhu dinding pemanas menyebabkan koefisien perpindahan kalor pada permukaan pemanas ke nanofluida semakin berkurang. Telah dilakukan pengukuran suhu permukaan pemanas dan suhu fluida pendingin pada lima posisi dengan berbagai daya pemanas dan laju alir. Berikut ditunjukkan contoh hasil pengukuran suhu dinding pemanas dan pendingin nanofluida air-zro2 untuk laju aliran 6 liter/menit dan 8 liter/menit. Gambar 3. Grafik suhu dinding pemanas dengan laju aliran 6 liter/menit. Gambar 4. Grafik suhu nanofluida air-zro2 dengan laju aliran 6 liter/menit 54 Gambar 5. Grafik suhu dinding pemanas dengan laju aliran 8 liter/menit.

Gambar 6. Grafik suhu nanofluida air-zro2 dengan laju aliran 8 liter/menit Semua grafik di atas menunjukkan kecendrungan terjadi kenaikan suhu pada posisi yang lebih atas secara linier, baik untuk suhu dinding pemanas maupun suhu fluida pendingin. 4.2 Penentuan koefisien perpindahan kalor Pada penelitian ini, harga koefisien perpindahan kalor rata-rata antara permukaan luar pemanas dengan fluida pendingin dalam sub-buluh ditentukan secara tidak langsung. Suhu permukaan pemanas dan suhu pendingin pada subbuluh serta pengukuran daya pemanas merupakan data input untuk menghitung nilai koefisien perpindahan kalor fluida pendingin. Dalam perhitungan itu diasumsikan tidak ada perpindahan kalor dalam arah tutup pemanas dan tidak ada pengaruh aliran dari atau ke kanal yang bersebelahan (aliran satu dimensi). Agar asumsi ini dapat berlaku maka dalam pemanas listrik ditempatkan isolator dalam arah tutup kelongsongnya sehingga kerugian kalor dalam arah aksial dapat diminimumkan. Gambar 7 menunjukkan grafik hubungan anatara koefisien perpindahan kalor (h) terhadap posisi, mulai dari posisi paling bawah 0,05 m dari ujung bawah pemanas ke atas sampai pada ketinggian 0,3 m. Dari grafik pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa semakin tinggi posisi pengukuran, nilai koefisien perpindahan kalor makin menurun. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan suhu antara permukaan pemanas dan fluida pendingin makin besar. Jadi dengan meningkatnya ketinggian, terjadi penurunan koefisien perpindahan kalor. Terlihat pula jika daya pemanas dibesarkan koefisien perpindahan kalor cenderung mengalami peningkatan. Ini berarti jika daya diperbesar maka kalor yang dipindahkan juga semakin besar karena potensi perpindahan kalornya juga semakin besar. Namun pada peningkatan daya dari 750 W ke 850 W, nilai koefisien perpindahan kalornya hampir tidak mengalami peningkatan. Ini menunjukkan pada daya operasi yang cukup tinggi, perpindahan kalornya tidak mengalami peningkatan yang berarti. Koefisien perpindahan kalor rararata untuk daya 850 W sedikit lebih kecil 55

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 18, No 1, Februari 2017; 49-59 dibandingkan dengan koefisien perpindahan kalor rara-rata untuk daya 750 W. Pada Gambar 8 ditunjukkan grafik hubungan antara koefisien perpindahan kalor (h) terhadap daya pemanas, mulai dari pemasan dengan daya 250 W sampai 850 W. Gambar 7. Grafik hubungan antara h terhadap posisi dengan laju aliran 6 liter/menit Gambar 8. Nilai h nanofluida air-zro2 rata-rata untuk setiap daya pemanas Gambar 9. Perbandingan nilai h dari nanofluida air-zro2 dan air-murni rata-rata untuk setiap daya pemanas 56

Gambar 9 memperlihatkan perbandingangn nilai koefisien perpindahan kalor dari nanofluida air-zro2 dan air-murni rata-rata untuk setiap daya pemanas. Nilai koefisien perpindahan kalor dari nanofluida air-zro2 rara-rata lebih besar sekitar 20% dari koefisien perpindahan kalor air-murni. 4. KESIMPULAN Peningkatan koefisien perpindahan kalor konveksi nanofluida air-zro2 tidak berbanding lurus dengan daya pemanas yang diberikan. Peningkatan koefisien perpindahan kalor relatif besar untuk daya yang lebih rendah. Hasil eksperimen menunjukkan untuk peningkatan daya dari 750 kw ke 850 kw tidak menghasikan peningkatan koefisein perpindahan kalor sehingga daya operasi maksimum peralatan uji dibatasi sampai 750 W untuk setiap pemanas. Nilai koefisien perpindahan kalor rata-rata dari nanofluida air-zro2 20 % lebih besar daripada koefisien perpindahan kalor rata-rata air murni untuk konsentrasi nanopartikel sebesar 0,1% berat, sehingga dapat digunakan sebagai fluida pendingin pada berbagai sistem perpindahan kalor. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih disampaikan kepada Bapak Dani Gustaman Syarif dan Bapak M. Yamin yang telah menyediakan nanofluida air-zro2 untuk eksperimen ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada penyelia Bidang Teknofisika yaitu Bapak Budy Darmono dan Bapak Tata Kusmayadi serta Brain Aulia Biandika Jurusan Fisika Universitas Pajajaran Bandung yang ikut berkontribusi dalam pencatatan data eksperimen. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Buongiorno J, Hu LW. Nanofluid heat transfer enhancement for nuclear reactor application. Journal of Energy and Power Engineering 2010; 4 (6(31)): 1-8. 2. Umar E. Prediction of mass flow rate and pressure drop in the coolant channel of the TRIGA 2000 reactor core, Atom Indonesia 2001; 27(1): 67-84. 3. Umar E. Studi termohidrolik pada reaktor nuklir penelitian berbahan bakar silinder, Disertasi Program Dioktor, Institut Teknologi Bandung, Bandung 2007. 4. Fiantini R, Umar E. Fluid Flow Characteristics Simulation on the Original TRIGA 2000 Reactor Core Design Using Computational Fluid Dynamics Code, AIP Conference Proceedings 201; 1244 (1): 215-223. 5. Umar E, Kamajaya K. Redesign, Construction and Operation Characteristics of the Primary Cooling System of TRIGA 2000 reactor, Pacific Basin, Nuclear Conference Australian Nuclear Association 2006; p. 472. 6. Umar E, Fiantini R. Modification of the Core Cooling System of TRIGA 2000 Reactor, AIP Conference Proceedings 2010;1244 (1): 224-231. 7. Umar E, Kamajaya K, Tandian NP, Hardianto T, Suwono A. An Experimental Study of Natural Convection in the Hottest Channel of TRIGA 2000 kw, Pacific Basin Nuclear Conference 57

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 18, No 1, Februari 2017; 49-59 Australian Nuclear Association 2006; p.480. 8. Kamajaya K, Umar E, Sudjatmi. K.S. The Study and Development of the Empirical Correlations Equation of Natural Convection Heat Transfer on Vertical Rectangular Sub Channels, AIP Conference Proceedings 2012; New York, 1488 (1): 261-269. 9. Tandian NP, Umar E, Hardianto T, Febriyanto C. Experimental Study of Natural Convective Heat Transfer in a Vertical Hexagonal Sub Channel, AIP Conference Proceedings, 2012; New York, 1488 (1): 252-260. 10. Syarif DG, Prajitno DH. Characteristic of water-zro2 nanofluid made from solgel synthesized ZrO2 nanoparticle utilizing local zircon. Journal of Material Science and Engineering 2013; 3 (2): 124-129. 11. Maheshwary PB, Nemede KR. Enhancement in heat transfer performance of ZrO2/H2O nanofluid via ultrasonication time. International Journal on Recent and Innovation Trends in Computing and Communication 2015; 3 (2): 35-37. 12. Umar E, Kamajaya K, Tandian NP. Experimental study of natural convective heat transfer of water-zro2 nanofluids in vertical sub channel. Contemporary Engineering Scineces, 2015; 8(33): 1593-1605. 13. Sukarno DH, Tandian NP, Suwono A, Umar E. A new theoretical model for predicting the thermal conductivity of nanofluids, Contemporary Engineering Sciences 2015; 8(33): 1583-1592. 58 14. Hidayanti D, Tandian NP, Suwono A, Umar E. Mixed convective heat transfer of low concentration ZrO2-Water nanofluid in a seven vertical rod bundle, Proceedings of Regional Conference in Mechanical and Manufacturing Engineering (RCMME) 2014; Hanoi. 15. Kakaç Sadik, Anchasa Pramuanjaroenkij. Review of convective heat transfer enhancement with nanofluids, International Journal of Heat and Mass Transfer (Elsevier) 2009; (52): 3187 3196. 16. Kamajaya K, Umar E, Sudjatmi KS. The empirical correlation for natural convective heat transfer of water-zro2 nanofluid in vertical sub channel. The 6 th International conference and exhibition on cooling and heating technologies 2012; China, 2012: 9-12. 17. Kamajaya K, Umar E. The empirical correlations for natural convective heat transfer Al2O3 and ZrO2 nanofluid in vertical sub channel, IOP Conference Series; Materials Science and Engineering 2015; 88 (1): 012053. 18. Rea U, McKrell T, Hu LW, Buongiorno J. Laminar convective heat transfer and viscous pressure loss of alumina-water and zirconia-water nanofluids, International Journal of Heat and Mass Transfer 2009; (52): 2042-2048. 19. Hosseini SSH, Shahrjerdi A, Vazifesheres Y. A review of relations of physical properties of nanofluids. Australian journal of basic and applied science 2011; 5(10): 417-435. 20. Hidayanti D, Tandian NP, Suwono A, Umar E. Investigation on modeling the

thermal conductivity of zirconia-water based nanofluids. Proc. 3 rd Appl. Sci. for tech. Applications- ASTECHNOVA 2014; Yogyakarta. 21. Hidayanti D, Tandian NP, Suwono A, Umar E. A theory model for predicting the thermal conductivity of zirconia-water based nanofluids. Proceeding of regional conference on mechanical and manufacturing engineering 2014. 22. Sudjatmi KS, Kamajaya K, Umar E. Pengaruh konsentrasi ZrO2 terhadap korelasi perpindahan panas nanofluida air-zro2 untuk pendingin reaktor, Jurnal Teknologi Nuklir TRI DASA MEGA, Oktober 2015; 15(3): 171-181. 59