BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam jenis salah satunya adalah pasar modal (capital market), pasar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang go public, nilai perusahaan dapat direfleksikan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh suatu. perusahaan yang didistibusikan kepada para pemegang sahamnya.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan-perusahaan. Apabila perusahaan-perusahaan ini dapat. mempengaruhi tingkat perekonomian di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal tersebut mendorong transaksi jual-beli yang dilakukan antara produsen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia otomotif kini semakin pesat khususnya di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang didapat dari dividen ataupun capital gain. Sedangkan manajemen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya


BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk)

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pihak manajemen (juga pemegang saham) pada posisi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang telah dilakukannya. Hal ini dikarenakan dividen merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan kebijaakn

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupangkan pasar untuk berbagai. lainya dan sarana bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji, 2001:1).

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berdirinya suatu perusahaan harus memiliki suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW

I. PENDAHULUAN. dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi. Perekonomian di Indonesia yang semakin membaik. menyebabkan timbulnya gairah bagi para pengusaha untuk mengelolah

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari investor

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah kegiatan bisnis, tidak akan mungkin terlepas dari apa

BAB I PENDAHULUAN. cara meningkatkan nilai perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan manajemen keuangan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama.kebijakan dividen

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan sebuah keputusan investasi. Karena hal ini mempunyai dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya, salah satu faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu aktivitas pengerahan dana jangka panjang dari

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendirian sebuah perusahaan bukanlah tanpa tujuan. Tujuan didirikannya

BAB I PENDAHULUAN. Pasar yang semakin luas menjadikan persaingan usaha semakin ketat. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini berkembang pesat, terlebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan, sedikit perusahaan yang mengalami hambatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman dan pertumbuhan jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. keuntungan yang dihasilkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan tentunya ingin terus berkembang dan tujuannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. dividen yang besarnya minimal sama dengan tingkat bunga deposito atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, tidak terkecuali Indonesia. Menurut Mumtaz (2010), di

BAB I PENDAHULUAN. luas. Banyak orang yang menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hanya dapat dinilai berdasar dampaknya pada harga saham biasa perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daya tarik bagi para investor, tidak hanya investor dalam negeri tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk dapat

PENGARUH DIVIDEN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB I PENDAHULUAN. investasi disebut return. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perusahaan dihadapkan pada suatu kondisi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. modal. Modal merupakan salah satu faktor terpenting untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur terutama pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan dalam persaingan di era globalisasi. Karena itu, perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pasar modal merupakan suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola. mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. terus tumbuh dan berkembang. Perusahaan harus memiliki strategi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Manajer perusahaan memiliki peran utama dan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Stice, at al, (Pasadena, 2013) Dividen adalah pembagian kepada

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB I PENDAHULUAN. memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham, kemudian tujuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin kompleksnya kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan mulai dari perusahaan skala kecil hingga perusahaan dengan skala global. Perusahaan-perusahaan yang bergerak diberbagai sektor ini berupaya untuk memenuhi berbagai kebutuhan akan barang dan jasa yang semakin bervariasi dan terus meningkat. Perusahaan-perusahaan berupaya memaksimalkan peluang yang ada dengan memaksimalkan pengelolaan segala sumber daya yang dimiliki untuk dapat bertahan dan berkembang ditengah persaingan bisnis yang semakin kompetitif. Iklim usaha yang bergerak dinamis dan sering sulit diprediksi membuat para investor lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya dan berupaya menghindarkan risiko ketidakpastian yang ditimbulkan dari investasinya. Sektor manufaktur merupakan salah satu sektor usaha yang tumbuh pesat dan memiliki prospek bisnis jangka panjang yang menjanjikan. Eksistensi perusahaan-perusahaan manufaktur sangat ditentukan oleh permintaan pasar sehingga tidak mengherankan jika perusahaan-perusahaan di sektor manufaktur senantiasa melakukan berbagai inovasi dari waktu ke waktu dengan melihat peluang pasar dan kebutuhan konsumen yang bergerak dinamis. 1

Sektor manufaktur merupakan jenis perusahaan yang memproduksi berbagai jenis barang kebutuhan mulai dari makanan dan minuman, elektronik, peralatan rumah tangga, kimia, farmasi, kosmetik hingga barang-barang otomotif serta berbagai barang kebutuhan lainnya. Melihat prospek perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur mendorong para investor untuk menanamkan modalnya di sektor ini dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang stabil dan terus meningkat melalui pembayaran dividen. Namun disini mengingat banyaknya perusahaan yang bergerak disektor manufaktur, para investor berupaya menggali informasi sebanyak mungkin mengenai kinerja perusahaan-perusahaan manufaktur khususnya perusahaan yang telah go public agar tidak salah dalam mengambil keputusan investasi. Untuk itu, para investor umumnya akan melihat dan menilai kinerja perusahaan dari berbagai rasio keuangan perusahaan seperti profitabilitas, likuiditas, harga saham dan sebagainya yang akan dijadikan referensi dalam berinvestasi. Semakin banyak informasi yang diperoleh para investor tentang kinerja perusahaan-perusahaan manufaktur, maka para investor memiliki referensi yang semakin baik sebelum melakukan keputusan investasi sehingga para investor mendapatkan return dari investasinya. Kemajuan sektor ekonomi dan bisnis yang semakin baik memberi kemudahan bagi pihak perusahaan untuk menjual sahamnya ke publik maupun bagi investor yang ingin berinvestasi melalui pasar modal. Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan investor. 2

Melalui kegiatan pasar modal, perusahaan dapat memperoleh dana untuk membiayai kegiatan operasional dan perluasan perusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal Indonesia yang memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari investor yang ingin berinvestasi di pasar modal. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian oleh para investor. Untuk mengurangi kemungkinan risiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan, seperti analisis rasio keuangan. Sebagian besar aktivitas suatu perusahaan adalah kegiatan investasi. Dalam menginvestasikan sejumlah dana, hal utama yang diharapkan seorang investor adalah adanya keuntungan yang akan diperoleh di masa datang. Untuk itu investor perlu melakukan analisis untuk menentukan dasar yang dapat digunakan dalam menilai kelayakan investasi yang akan dilakukannya. Oleh karena itu, perusahaan akan berupaya untuk meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan dari berbagai indikator. Dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan, pihak manajemen perusahaan tentunya senantiasa berusaha meningkatkan pertumbuhan perusahaan serta berusaha meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham melalui kebijakan dividen. Sedangkan bagi para investor atau para pemegang saham tujuan utama menanamkan dana kedalam 3

perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi dalam bentuk penerimaan dividen. Investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil atau cenderung naik dari waktu ke waktu karena dengan stabilitas dividen tersebut dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan, sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi. Untuk itu, perusahaan-perusahaan manufaktur terus berupaya menjaga kestabilan pembayaran dividen kepada para pemegang saham bahkan semaksimal mungkin berupaya meningkatkannya dari waktu kewaktu agar dapat menarik dan memberi kepercayaan pada investor untuk berinvestasi. Besarnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham sangat bergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan. Oleh karenanya kebijakan deviden penting artinya bagi manajemen perusahaan guna memperhatikan berbagai kepentingan seperti kepentingan perusahaan, pemegang saham, masyarakat, dan pemerintah. Untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham, maka keputusannya diambil melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan berpedoman pada Undang- Undang No. 1/1995 pasal 62 ayat 1 dan 2. Sebagaimana ketentuan yang berlaku bahwa dividen pada dasarnya dibayar dari laba yang diperoleh oleh perusahaan pada tahun berjalan yang merupakan arus kas yang disisihkan untuk pemegang saham, sedangkan laba yang diperoleh pada tahun sebelumnya yang dimasukkan dalam pos laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. 4

Bagi para pemegang saham atau investor, dividen kas merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa kepemilikan saham yang diterbitkan perusahaan. Bagi pihak manajemen dividen kas merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan. Pemberian dividen tentunya akan menarik minat investor untuk menanamkan sahamnya disuatu perusahaan yang senantiasa membagi dividen setiap tahunnya karena dinilai menguntungkan. Sedangkan perusahaan yang tidak membayarkan dividen pada para pemegang saham umumnya karena kas digunakan untuk melunasi hutang perusahaan atau meningkatkan investasi. Menurut Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No.23 paragraf 4 (2004: 23) tentang pendapatan, mendefinisikan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Sedangkan menurut Rusdin (2006: 73) menyatakan bahwa dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dividen adalah bagian keuntungan bersih setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. Karena dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham. Persentase pembayaran dividen pada pemegang saham di ukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu perbandingan antara dividen per share dengan earning per share atau jumlah dividen yang dibagikan dibagi dengan jumlah laba per saham. 5

Dalam menentukan kebijkan dividen, tentunya pihak manajemen akan memperhatikan berbagai faktor penting diantaranya adalah profitabititas, leverage dan harga saham. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri (Rodoni dan Ali, 2010: 123). Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Return on Equity (ROE). Semakin tinggi profitabilitas maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak. Namun terkadang meskipun profitabilitas tinggi, dividen yang dibayarkan bisa saja rendah atau bahkan tidak dilakukan pembayaran dividen pada periode tersebut karena keuntungan digunakan untuk membayar hutang maupun meningkatkan laba ditahan. Dengan cara ini sumber dana internal meningkat sehingga perusahaan dapat menunda penggunaan utang atau investasi perusahaan. Tingkat profitabilitas sangat berhubungan dengan kebijakan dividen karena profitabilitas menjadi indikator seberapa besar perusahaan mampu menghasilkan laba seperti dikemukakan oleh Martono dan Harjito (2007: 253) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagai kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Dengan demikian terlihat bahwa 6

kebijakan dividen akan sangat dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan. Faktor penting lainnya adalah keputusan pendanaan berhubungan dengan alternatif pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). Sebagian perusahaan menganggap bahwa penggunaan hutang dirasa lebih aman daripada menerbitkan saham baru. Kebijakan hutang yang akan diambil perusahaan juga berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutangnya. Kemampuan perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan para kreditur untuk meminjamkan dana kepada perusahaan sehingga kebijakan pendanaan perusahaan yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) tentunya menjadi pertimbangan dalam kebijakan dividen. Alternatif pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat berasal dari beberapa sumber seperti yang dijelaskan oleh Keown et al. (2011: 39) pembiayaan datang dari dua sumber utama yaitu hutang dan ekuitas. Hutang adalah uang yang telah dipinjam dan harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan, sedangkan ekuitas disisi lain menunjukkan investasi pemegang saham dalam perusahaan. Hal ini yang menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan dividen, karena dengan keputusan pendanaan yang baik, maka akan menghasilkan nilai perusahaan yang baik yang tentunya berdampak pada pembayaran dividen bagi para pemegang saham. Namun disisi lain, dengan tingginya tingkat hutang (leverage) perusahaan, maka perusahaan akan membatasi dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan fokus untuk melunasi hutang perusahaan kepada kreditur. Rodoni dan Ali (2010: 123) 7

menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen salah satunya adalah leverage (DER), karena rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri. Sehingga tingkat leverage (DER) tentunya akan menjadi pertimbangan penting bagi perusahaan dalam kebijakan dividen. Selanjutnya, Harga pasar saham adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain (Halim, 2005: 16). Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatat di bursa. Harga Saham menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004: 151) adalah merupakan nilai sekarang (Present Value) dari penghasilan yang akan diterima oleh pemodal di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Jogiyanto (2008: 143) harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal. Dengan demikian, semakin tinggi harga saham perusahaan yang di ukur dengan Price Earing Ratio (PER), akan mengindikasikan bahwa saham berisiko rendah yang akan membuat investor tertarik dengan pengembalian yang rendah (risk aversion). Investor yang seperti ini menginvestasikan dananya pada saham dengan resiko rendah sehingga permintaan akan saham ini akan meningkat yang menyebabkan harga saham tersebut naik maka kemungkinan dividen yang dibagikan juga tinggi karena harga saham yang tinggi menunjukkan tingginya permintaan terhadap saham perusahaan karena para investor menilai bahwa perusahaan dengan harga saham yang tinggi menggambarkan kinerja perusahaan dalam menciptakan nilai perusahaan yang tinggi. Sebaliknya disisi lain, jika 8

dividen yang dibagikan tinggi, maka akan meningkatkan harga saham. Dengan demikian, terdapat hubungan yang kuat antara harga saham dengan kebijakan dividen. Pada pra penelitian yang dilakukan Penulis, pada beberapa perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia terlihat bahwa rata-rata pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan di sektor manufaktur pada periode 2010-2014 seperti terlihat pada Gambar 1.1 berikut: Sumber: www.idx.co.id 2015 Gambar 1.1 Rata-Rata Dividend Payout Ratio beberapa perusahaan manufaktur 2010-2014 Pada Gambar 1.1 terlihat bahwa rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR) pada beberapa perusahaan manufaktur pada tahun 2010 sebesar 39,74% dan meningkat menjadi 45,50% di tahun 2011 kemudian kembali meningkat menjadi 48,82 % pada tahun 2012, namun mengalami penurunan ditahun 2013 menjadi 39,79% dan kembali turun menjadi 31,02% di tahun 2014. Kondisi ini tentunya disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pembayaran dividen pada beberapa perusahaan manufaktur tersebut diantaranya seperti profitabiltas, leverage, dan harga saham. 9

Berikut dapat dilihat data keuangan yang berhubungan dengan rasio profitabilitas (ROE), rasio leverage (DER), harga saham, dan dividen tunai beberapa perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Data Keuangan Beberapa Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013 Perusahaan Tahun Laba Bersih (dalam jutaan rupiah) Total Equitas (dalam jutaan rupiah) Jumlah Hutang (dalam jutaan rupiah) Harga Saham (Rp) Dividen Tunai (Rp) 2010 1,286,330 5,771,917 1,260,361 4,100 70 KLBF 2011 1,539,721 6,515,935 1,758,619 3,400 95 2012 1,772,035 7,371,644 2,046,314 1,060 19 2013 2,004,244 8,499,958 2,815,103 1,250 17 2010 2,952,858 16,784,671 22,423,117 4,875 133 INDF 2011 4,891,673 31,610,225 21,975,708 4,600 175 2012 4,779,446 34,142,674 25,181,533 5,850 185 2013 3,416,635 37,891,756 39,719,660 6,600 142 2010 4,146,282 21,320,276 9,544,517 40,000 880 GGRM 2011 4,958,102 24,550,928 14,537,777 62,050 1,000 2012 4,068,711 26,605,713 14,903,612 56,000 800 2013 4,383,932 29,416,271 21,353,980 42,000 800 2010 14,366,000 58,803,000 63,547,000 5,455 160 ASII 2011 21,077,000 75,838,000 78,481,000 7,400 198 2012 22,742,000 89,814,000 92,460,000 7,600 216 2013 22,297,000 106,188,000 107,806,000 6,800 216 2010 43,723 505,798 998,356 420 70 ALMI 2011 54,784 588,059 1,274,907 455 50 2012 13,949 587,883 1,293,685 325 20 2013 26,119 657,342 2,094,737 300 20 Sumber: www.idx.co.id 2015 10

Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa laba bersih, equitas, jumlah hutang, harga saham, dan dividen tunai beberapa perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 cenderung fluktuatif. Pada perusahaan Kalbe Farma, Tbk. selama periode 2010-2013 terlihat bahwa jumlah laba bersih, jumlah equitas, dan hutang mengalami peningkatan secara bersamaan disetiap tahunnya, sedangkan harga saham relatif mengalami penurunan namun dividen cenderung fluktuatif dengan jumlah terbesar di tahun 2011 yaitu Rp. 95 per lembar saham dan terendah di tahun 2013 sebesar Rp. 17. Dengan demikian pada PT Kalbe Farma, Tbk. terlihat bahwa meningkatnya laba bersih, equitas, dan hutang secara berturut-turut tidak searah dengan jumlah dividen yang dibayarkan disetiap tahunnya, namun fluktuasi yang terjadi pada harga saham relatif searah dengan jumlah dividen yang dibayarkan. Selanjutnya pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. pembayaran dividen relatif searah dengan fluktuasi yang terjadi pada laba bersih dan equitas namun tidak searah dengan fluktuasi yang terjadi pada hutang, dan harga saham. Seperti terlihat pada laba bersih dan equitatas terendah terjadi di tahun 2010 jumlah dividen terendah juga terjadi di tahun 2010 Dengan demikian, terlihat bahwa meningkat atau menurunnya pembayaran dividen pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. tidak selalu searah dengan meningkat atau menurunnya nilai laba bersih, equitas, hutang, dan harga saham. Pada PT Gudang Garam, Tbk. jumlah dividen per lembar saham secara umum searah dengan meningkat atau menurunnya laba bersih dan harga saham. Laba bersih dan harga saham tertinggi dicapai di tahun 2011 searah dengan 11

jumlah dividen terbesar di tahun yang sama meningkat dibanding tahun 2010, namun di tahun 2012 dan 2013 jumlah dividen tetap meskipun laba bersih, equitas, hutang dan harga saham fluktuatif. Dengan demikian, pada PT Gudang Garam, Tbk. terlihat bahwa fluktuasi yang terjadi pada laba bersih dan equitas berdampak pada fluktuasi yang terjadi pada jumlah dividen, sedangkan meningkat atau menurunnya jumlah hutang dan harga saham tidak searah dengan fluktuasi yang jumlah dividen tunai yang dibayarkan per lembar saham di setiap tahunnya. Sedangkan pada PT Astra International, Tbk. dan PT Alumindo Light Metal Industry, Tbk. fluktuasi yang terjadi pada ROE, DER, dan harga saham turut mendorong terjadinya fluktuasi pada Divident Payout Ratio, Dengan demikian, secara umum pada beberapa perusahaan yang mengalami peningkatan ROE, DER, maupun harga saham tidak selalu diikuti oleh peningkatan DPR, demikian sebaliknya beberapa perusahaan yang mengalami penurunan ROE, DER, dan Harga Saham juga tidak selalu diikuti oleh penurunan nilai DPR. Meskipun pada beberapa perusahaan terlihat adanya hubungan yang searah antara ROE, DER, dan Harga Saham terhadap DPR namun kondisinya masih fluktuatif sehingga sulit diprediksi. Berdasarkan uraian tersebut, Penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut bagaimana pengaruh Profitabilitas (ROE), Leverage (DER), dan Harga Saham terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Oleh karena itu Penulis memilih judul Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham Terhadap Dividen Tunai Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014. 12

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Profitabilitas (ROE), Leverage (DER), dan Harga Saham berpengaruh signifikan terhadap Dividen Tunai pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas (ROE), Leverage (DER), dan Harga Saham terhadap Dividen Tunai pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai profitabilitas, leverage, dan harga saham serta kebijakan dividen. 2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk bahan kajian dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan kebijakan dividen. 13

3. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dalam pengambilan keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian yang diperoleh melalui dividen. 4. Bagi Akademisi dan Peneliti Lanjutan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk kepentingan ilmu pengetahuan maupun penelitian selanjutnya. 14