BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa dinilai dengan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Indikator kesehatan meliputi angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi dan usia harapan hidup. Menurut UNDP (2013), IPM Indonesia tahun 2012 berada di peringkat 121 dari 187 negara. Untuk meningkatkan hal tersebut maka dibutuhkan kesehatan gizi sebagai dasar untuk meningkatkan tiga aspek tersebut. Untuk meningkatkan aspek pendidikan dan aspek ekonomi dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Ketersediaan SDM yang berkualitas yakni memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas dapat membantu keberhasilan suatu bangsa. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aset yang mendukung keberhasilan pembangunan suatu negara dengan meningkatkan aspek ekonomi suatu negara, oleh sebab itu pemerintah bertanggungjawab akan SDM yang berkualitas. Untuk menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas dari peran gizi. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Asupan makanan dengan gizi yang tepat dan seimbang sangat dibutuhkan agar janin bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan SDM khususnya bagian kesehatan salah satunya adalah Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Hal ini merupakan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat yang prioritas pada seribu hari pertama kehidupan. Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah suatu gerakan percepatan perbaikan gizi yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk menjawab permasalahan gizi. Gerakan ini melibatkan berbagai sektor dan pemangku kepentingan untuk bekerjasama dalam menurunkan masalah gizi. Gerakan 1000 HPK ini sejalan dengan upaya global dalam penanganan masalah gizi melalui program scaling up nutrition movement (SUN Movement) yang diprakarsai oleh PBB. Tujuan global SUN Movement adalah menurunkan masalah gizi, dengan fokus pada 1000 HPK yang dimulai saat anak masih dalam kandungan hingga sampai usia 2 tahun. Para ahli menyatakan periode usia anak di bawah 2 tahun dikenal sebagai periode emas atau window of opportunity (Priyatna & Asnos, 2014). Perbaikan gizi yang baik selama periode 1000 hari dimulai awal kehamilan sampai ulang tahun kedua anak sangat penting untuk masa depan kesehatan, kesejahteraan dan kesuksesan anak. Gizi yang tepat pada periode ini memberi dampak besar pada kemampuan anak untuk tumbuh, belajar, dan bangkit dari keterpurukan. Periode 1000 HPK secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan yang sering disebut sebagai periode emas. 1000 HPK merupakan
periode sensitif karena dampak yang ditimbulkan akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasan, dan pada usia dewasa akan terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif berakibat pada rendahnya produktivitas dan ekonomi (Kemenko Kesra RI, 2012). Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 menyatakan bahwa gerakan 1000 HPK terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK yang sasarannya adalah ibu hamil. Intervensi sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan yang sasaranya seperti penyediaan air bersih dan jaminan kesehatan. Permasalahan gizi yang masih terjadi di Indonesia harus segera diatasi mengingat dampaknya yang sangat besar bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Masalah gizi yang terjadi pada kelompok 1000 HPK saat ini semakin memprihatinkan, baik masalah gizi pada ibu hamil maupun pada balita. Adapun masalah gizi yang sering terjadi pada ibu hamil adalah Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia. Berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi ibu hamil KEK usia 15-19 tahun adalah 38,5% dan prevalensi anemia pada ibu hamil yaitu 37,1%. Hal ini berbanding lurus dengan semakin meningkatnya masalah gizi pada balita yaitu terdapat 19,6 % balita gizi kurang dan 37,2% balita pendek (stunting). Permasalahan gizi di Kabupaten Humbang Hasundutan juga masih cukup tinggi hal ini terlihat dari
profil Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan (2013) bahwa terdapat 21,29% balita bawah garis merah dan 17,33% balita gizi kurang serta 21,2 % BBLR. Pada wilayah kerja puskesmas Saitnihuta cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 68%-83% (SPM 80%-90%), cakupan ibu hamil yang mendapat Fe 87% (SPM 95%), cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif 74,86% (SPM 80%) ketiga hal ini masih kurang. Masalah yang ditemukan di wilayah kerja puskesmas Saitnihuta yaitu kurangnya peran serta ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan karena mereka harus pergi ke ladang. Pekerjaan ibu hamil mayoritas petani yang merupakan mata pencaharian utama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, terdapat 9 desa pada wilayah kerja puskesmas Saitnihuta di Kecamatan Doloksanggul. Pada saat survey pendahuluan, peneliti juga melakukan wawancara kepada 5 orang ibu hamil di desa Saitnihuta. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa ibu hamil tidak mengetahui tentang gizi 1000 HPK, termasuk kebutuhan gizi untuk ibu hamil, dan batas pemberian ASI eksklusif pada bayi serta manfaat kolustrum. Ibu hamil juga tidak mengetahui tentang manfaat tablet fe dan asam folat sekalipun mereka mendapatkannya dari bidan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penyuluhan gizi yang berfokus pada gizi 1000 HPK kepada ibu hamil di desa Saitnihuta dan melihat pengaruh dari penyuluhan gizi tersebut terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil. Dengan adanya penyuluhan gizi ini diharapkan ibu hamil dapat memperbaiki konsumsi makanannya dengan gizi yang lebih baik dan dapat
menerapkan pola asuh yang baik terutama pada masa 1000 HPK yang sangat berperan dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah masih kurangnya pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pentingnya gizi 1000 HPK. Oleh sebab itu, penyuluhan gizi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil serta melihat apakah ada pengaruh penyuluhan gizi 1000 HPK terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan gizi 1000 HPK terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015. 1.4. Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Ada perbedaan pengetahuan ibu hamil tentang gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan antara kelompok yang diberi perlakuan dengan yang tidak diberi perlakuan.
2) Ada pengaruh penyuluhan gizi dengan ceramah menggunakan poster terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang gizi 1000 HPK di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. 1.5. Manfaat Penelitian Sebagai bahan informasi dan masukan untuk masyarakat tentang pentingnya 1000 hari pertama kehidupan untuk mengubah generasi yang lebih baik, sehingga masyarakat mengubah perilaku ke arah yang lebih baik terkhusus perilaku untuk makan makanan yang sehat dan bergizi.