II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI

TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI)

ANTROPOMETRI PETANI WANITA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN GAGANG SABIT. Oleh: DAVID RADITYA PRATAMA F

III. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR SUDUT TANGAN DAN KAKI MANUSIA. (Studi Kasus Laboratorium Teknik Industri-UMS)

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI B. ANTROPOMETRI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2)

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

DESAIN YANG BAIK DAN BENAR oleh: Dwi Retno SA, M.Sn.

Anthropometry. the study of human body dimensions. TeknikIndustri 2015

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH

. II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANTROPOMETRI. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi

BAB II LANDASAN TEORI

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANTHROPOMETRI NURJANNAH

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pertemuan ke-13. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKOLOGI KEREKAYASAAN KODE / SKS : KK / 2 SKS

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB 9. 2D BIOMECHANICS

MODUL I DESAIN ERGONOMI

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

04/03/2013. Kebutuhan rancangan tempat kerja yang dapat mengakomodasi perbedaan dimensi tubuh manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

BAB I PENDAHULUAN I-1

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

BAB II TINJAUN PUSTAKA Pengertian Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI

Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB II LANDASAN TEORI

:Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN TEKNOLOGI ARLIK, ALAT PEMANEN PADI YANG ERGONOMIS DAN NYAMAN. Oleh:

BAB 6 HASIL PENELITIAN

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL SISTEM MANUSIA MESIN

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSATAKA

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANALISIS PERBAIKAN BENTUK ROMPI PELINDUNG TUBUH PENGENDARA SEPEDA MOTOR

STUDI ANTROPOMETRI PEMANEN KELAPA SAWIT DAN APLIKASINYA PADA RANCANG BANGUN ANGKONG BANI SHIDEK

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istilah "ergonomi" berasal dari bahasa Latin yaitu. ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai

Ketidaknyamanan sikap duduk berperan terhadap timbulnya keluhan rasa sakit yang dirasakan. Untuk itu diperlukan pengembangan produk yang dapat berfung

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAMPIRAN A Data Anthropometry Orang Dewasa Di Indonesia

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Menurut Nurmianto (2004), istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Secara harfiah kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani : ergo (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Jadi ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal antara manusia dengan lingkungan kerjanya, yang manfaatnya diukur dengan efisien dan kesejahteraan kerja (Zander 1972). Dengan demikian, ergonomi dapat diartikan sebagai ilmu atau aturan tentang bagaimana seharusnya melakukan suatu kerja. Secara umum, terdapat beberpa pengertian ergonomi, diantara lain : 1. Ergonomi adalah aplikasi dari informaasi ilmiah yang menitikberatkan pada hubungan manusia terhadap disain suatu alat, sistem, dan lingkungan untuk digunakan oleh manusia. Ergonomi adalah ilmu yang menyesuaikan antara pekerjaan dengan pekerja dan produk dengan penggunaannya (Pheasant 1991). 2. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi manusia, mesin, dan lingkungan yang bertujuan untuk menyesuaikan pekerjaan dengan mania (Bridger 1995). 3. Menurut Openshaw (2006), ergonomi adalah suatu ilmu pengetahuan yang terfokus mempelajari kecocokan/kesesuaian dengan manusia dan mengurangi kelelahan dan ketidaknyamanan melalui desain produk. Ergonomi dapat pula menjadi suatu bagian dari desain, pabrikasi, dan pendayagunaan. Pengetahuan tentang cara mempelajari antropometri, ukuran tubuh, gerakan berulang, dan desain ruang kerja menyebabkan pengguna (user) menjadi bersikap kritis dalam memahami lebih baik tentang ergonomi sesuai dengan kebutuhan pengguna (user). Sebagai contoh, ergonomi yang diaplikasikan pada desain furnitur kantor membutuhkan pertimbangan kita yaitu bagaimana produk yang didesain cocok dengan manusia yang menggunakannya. Keika di tempat kerja, sekolah, atau rumah, jika produk hasil desain cocok dengan pengguna (user), hasilnya akan lebih nyaman, produktivitas menjadi tinggi, dan mengurangi tingkat stress. 4. Menurut Bridger (2003), ergonomi adalah interaksi antara manusia dan mesin dan faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi mesin-manusia. Tujuannya adalah untuk memperbaiki/meningkatkan performa dari sistem dengan memperbaiki interaksi mesinmanusia. Hal ini dapat dilakukan dengan desain internal dari suatu interaksi mesin-manusia atau desain eksternal dari faktor-faktor yang ada di lingkungan kerja saat bekerja atau saat organisasi kerja menurunkan performa interaksi mesin-manusia. 5. Ergonomi merupakan ilmu yang lebih menitikberatkan penyesuaian pola kerja terhadap tenaga fisik dari tubuh pekerja untuk menyesuaikan dengan pekerjaan (OSHA 2000:1). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda-beda, seperti Human Engineering, Human Factor Engineering di Amerika, Arbeitswissenchaft di Jerman dan Biotteknologi di negara-negara Skandinavia. Menurut Bridger (1995) terdapat perbedaan antara ergonomi dan human factor, yaitu ergonomi lebih menekankan kepada faktor manusia sebagai sistem biologis, sedangkan human factor lebih menekankan kepada aspek psikologis ( psikologi eksperimental, terapan, dan psikologi teknik ) dan menekankan kepada integrasi pertimbangan faktor manusia di dalam total proses disain.

Walaupun demikian, human factor dan ergonomi mempunyai banyak persamaan dan tetap diasumsikan sama. Sedangkan menurut Suma mur (1987), agar seorang tenaga kerja dalam keseharian sebaik-baiknya, yang berarti dapat terjamin keadaan dan produktivitas kerja setinggitingginya, maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja, dan kapasitas kerja. B. Antropometri Pengukuran antropometri pada dimensi tubuh manusia merupakan salah satu bagian dalam mewujudkan kondisi yang ergonomis. Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya. Pemakaian data antropometri mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan disain (design-induced error). Secara umum, terdapat beberapa pengertian Antropometri, diantara lain : 1. Menurut Bridger (1995), antropometri adalah pengukuran tubuh manusia. Kata ini berasal dari Bahasa Yunani yaitu anthropos (manusia) dan metron (pengukuran). Data antropometri digunakan untuk mengetahui dimensi fisik ruang kerja, alat-alat, furnitur, dan pakaian agar terjadi kesesuaian antara manusia dan alat, untuk memastikan terhindarinya ketidakcocokan antara dimensi alat dengan dimensi pengguna. 2. Menurut Mc. Cormick (1970), antropometri adalah pengukuran fisik tubuh yang meliputi dimensi, berat, dan volume. Sedangkan menurut Kroemer (1978) dalam Sanders (1982) bahwa engineering anthropometry adalah ilmu fisik terapan dalam metode pengukuran fisik manusia untuk pengembangan standar desain alat-alat teknik. Antropometri meliputi pengukuran statik dan dinamik (fungsional), dimensi dan karakteristik fisik ruang dan gerak, dan pemakaian energi sebagai fungsi dari jenis kelamin, umur, pekerjaan, etnik, asal, dan demografi. 3. Antropometri merupakan istilah yang digunakan dalam pengukuran sifat fisik tubuh manusia yang mengenai panjang, tebal, berat, atau volume maupun faktor lain yang berkaitan dengan rancangan suatu alat. Pengukuran antropometri dibedakan menjadi 2 tipe yaitu struktural atau statik dan tipe dinamik. Tipe statik menghasilkan data dimensi tubuh dalam keadaan diam, seperti tinggi badan atau tinggi bahu. Sedangkan pada tipe dinamik, pengukuran lebih memperhatikan kemampuan gerak manusia dalam melakukan aktivitas (Sanders 1982). 4. Data antropometri tergantung dari rata-rata ukuran tubuh suatu populasi yang diukur. Perbedaan ukuran tubuh pada masing-masing populasi tidak mengikuti perbandingan yang baku, karena adanya perbedaan spesifik untuk tiap anggota tubuh. Data mengenai ukuran antropometri tergantung pada rata-rata populasi yang diukur karena rata-rata ukuran tubuh manusia di Benua Eropa misalnya akan mempunyai perbedaan dengan ukuran rata-rata orang di Benua Asia. Demikian juga perbedaan jenis kelamin akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Ukuran-ukuran tubuh sangat diperlukan dalam suatu ruang kerja yang baik sehingga dapat menurunkan beban kerja. Pergerakan tubuh yang dapat dilakukan oleh manusia normal mempunyai batas tertentu, karena keterbatasan gerakan manusia maka ada daerah yang paling optimum untuk melakukan kerja sesuai antropometri operatornya (Dianti 1998). 3

5. Dul dan Weerdmeester (2008), mengatakan bahwa dalam mendesain pekerjaan dan situasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari, fokus ergonomi adalah manusia. Situasi yang tidak aman, tidak sehat, tidak nyaman atau tidak efisien dalam bekerja atau dalam kehidupan sehari-hari dihindari dengan membuat perhitungan kemampuan fisik dan psikologi serta keterbatasan manusia. Sejumlah faktor memainkan peran dalam ergonomi; terdiri dari faktor ukuran tubuh dan gerakan-gerakan tubuh (duduk, berdiri, mengangkat, mendorong, dan menekan), faktor lingkungan (kebisingan, getaran, pencahayaan, iklim, zat kimia), faktor informasi dan operasi (informasi ditingkatkan secara visual atau melalui indera lain, kontrol, hubungan antara tampilan dan kontrol), organisasi kerja (tugas yang tepat, pekerjaan yang menarik). Faktor-faktor tersebut menjelaskan secara luas tingkat keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan performa yang efisien dalam bekerja dan dalam kehidupan sehari-hari. Ergonomi menggambarkan ilmu pengetahuan dari berbagai bidang iptek, termasuk antropometrika, biomekanika, psiologi, psikologi, toksikologi, teknik kimia, teknik industri, teknologi informasi dan manajemen. Hal tersebut dikumpulkan, diseleksi, dan diintegrasikan ke dalam ilmu pengetahuan yang relevan dengan bidang-bidang tersebut. Menurut Sanders (1987), pengukuran antropometri dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions) Pengukuran manusia pada posisi diam atau yang dibakukan. Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi standart dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Pengukuran antropometri statis menjadi penting karena pengukuran ini menjadi dasar dalam perancangan produk dan lingkungan kerja yang digunakan. 2. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions) Yang dimaksud Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis. Hal lain yang perlu diamati adalah seperti berat dan pusat massa dari bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar dari tangan dan kaki, dan lain-lain. Selain itu harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasikan pada data perseorangan. Akan tetapi, semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar variasinya antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun persegmen-nya (Nurmianto 1998). Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain (Nurmianto 2003) : 1. Umur Penggolongan atas beberapa kelompok umur yaitu: balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Antropometri tubuh manusia akan cenderung meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah mencapai usia dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk menurun yang antara lain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (invertebral discs). 2. Jenis Kelamin Secara distribusi statisktik terdapat perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar 4

disbanding wanita. Oleh karenanya data antropometri untuk kedua jenis kelamin selalu disajikan terpisah. 3. Suku bangsa Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa negara Barat pada umumnya berukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur. 4. Jenis Pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawannya. Misalnya pekerjaan buruh mengharuskan orang-orang yang berpostur lebih besar dibanding pekerja kantoran. Sedangkan menurut Wignjosoebroto (2003) dimensi tubuh manusia juga dipengaruhi oleh tingkat sosio ekonomi. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang. 5. Posisi Tunuh Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survey pengukuran. Selain faktor tersebut, adapula beberapa faktor lain yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia (Nurmianto 2003), yaitu : 1. Cacat tubuh Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat. 2. Tebal atau tipisnya pakaian yang dipakai Faktor iklom yangberbeda akan memberi variasi yang berbeda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang pun akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang lain. 3. Kehamilan Kondisi ini mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh dan memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang. Secara umum data antropometri yang diterapkan untuk hal-hal yang khusus, cukup diambil dari persentil ke-5, ke-50, ke-95 atau antara persentil ke-5 sampai persentil ke-95. Persentil ke-100 hanya diterapkan pada rancangan yang digunakan oleh semua orang contoh perlengkapan di rumah-rumah sakit. Untuk alat yang dapat diatur sesuai dengan operatornya, misalnya posisi tempat duduk, posisi pegangan kendali, desain sebaiknya dirancang agar dapat memenuhi selang persentil ke-5 sampai ke- 95 (Zander 1972). Populasi manusia memiliki variasi bentuk dan ukuran tubuh yang tinggi. Dengan menggunakan sebaran normal, persentil dalam data antropometri menunjukkan bila suatu ukuran adalah rata-rata, di atas atau di bawah rata-rata. Jika kita membuat grafik tinggi tubuh (atau dimensi lainnya) dari sebuah populasi, gambar tersebut akan terlihat seperti pada Gambar 1. 5

Gambar 1. Sebaran normal tinggi tubuh suatu populasi Pada penetapan data antropometri, pemakaian distribusi normal umum diterapkan. Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata dan simpangan standarnya dari data yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal. Jika diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai batas-batasnya. Persentil menunjukkan jumlah bagian per-seratus orang dari suatu populasi yang memiliki ukuran tubuh tertentu. Tujuan penelitian, dimana sebuah populasi dibagi-bagi berdasarkan kategori-kategori dengan jumlah keseluruhan 100% dan diurutkan mulai dari populasi terkecil hingga terbesar berkaitan dengan beberapa pengukuran tubuh tertentu. Sebagai contoh bila dikatakan persentil ke- 95 dari suatu pengukuran diameter genggaman tangan berarti bahwa hanya 5% data diameter genggaman tangan merupakan data yang bernilai lebih besar dari suatu populasi dan 95% populasi merupakan data diameter genggaman tangan yang bernilai sama atau lebih rendah pada populasi tersebut. Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan persentil. Pertama, suatu persentil Antropometri dari tiap individu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memiliki persentil yang sama, ke-95, atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi. C. Desain Peralatan Tangan Menurut Pheasant (2003), ahli anatomi telah membuat sejumlah upaya untuk mengklasifikasikan secara bebas jenis-jenis gerakan yang mampu dilakukan oleh tangan manusia. Perbedaan paling mendasar adalah antara gerakan genggaman atau menggenggam (dengan naluri seperti hewan) dengan berbagai jenis gerakannya, dan bukan-gerakan menggenggam (seperti mencolek, mendorong, memukul/menyambar/menyoret/mengelus, dll). Dalam suatu gerakan menggenggam, tangan membentuk suatu rantai kinetik tertutup yang meliputi objek yang digenggam; dalam suatu gerakan bukan-menggenggam, tangan digunakan dalam bentuk rantai terbuka. Beberapa kebiasaan gerakan sehari-hari terletak di antara dua kategori ini, yaitu pada rantai tertutup gerakan tangan seperti pada hal yang telah disampaikan sebelumnya, sebagai contoh, gerakan mengait pada saat membawa barang yang berat dan gerakan menyendok/mengeduk barang yang kecil dengan hati-hati. Tangan manusia memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai macam aktivitas, mulai dari aktivitas yang memerlukan kontrol penuh hingga yang memerlukan tenaga besar. Secara garis besar terdapat 3 tipe kebutuhan penggunaan tangan (Kroemer et al 2001) yaitu untuk ketepatan, perpindahan, dan kekuatan. 6

Dari jari-jari yang ada, ibu jari merupakan jari terkuat dan kelingking merupakan jari terlemah. Kombinasi dari jari-jari tersebut dapat menghasilkan bermacam-macam bentuk pencengkraman dengan kekuatan yang berbeda-beda. Suatu cengkraman dan genggaman seluruh tangan akan memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan cengkraman dan genggaman beberapa jari, tetapi hal ini juga dipengaruhi oleh handle yang digenggam oleh tangan. Beberapa jenis kopling atau grip antara tangan dan handle dijelaskan oleh Kroemer et al (2001) seperti pada Gambar 2, sebagai berikut : Gambar 2. Kopling atau grip antara tangan dan handle (Kroemer et al 2001) 7

D. Batas Pergerakan Tubuh Manusia Menurut Openshaw (2006), tubuh manusia memiliki suatu selang alami gerakan (SAG). Gerakan dalam SAG yang baik memperbaiki sirkulasi darah dan fleksibilitas sehingga dapat mencapai gerakan yang lebih nyaman dan produktivitas yang lebih tinggi. Meskipun syarat untuk mencapai gerakan tersebut pengguna sebaiknya mencoba untuk menghindari gerakan berulang dan ekstrim dalam SAGnya selama periode waktu yang lama. Masih menurut Openshaw (2006), ada 4 zona berbeda yang mungkin dihadapi manusia ketika duduk dan berdiri, yaitu 1. Zona 0 (Zona Hijau/Green Zone). Zona yang palinh dianjurkan untuk sebagian besar gerakan-gerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. 2. Zona 1 (Zona Kuning/Yellow Zone). Zona yang dianjurkan untuk sebagian besar gerakangerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. 3. Zona 2 (Zona Merah/Red Zone). Banyak posisi yang ekstrim pada anggota-anggota tubuh. Terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi. 4. Zona 3 (Melewati Zona Merah/Beyond Red Zone). Posisi paling ekstrim pada anggotaanggota tubuh, sebaiknya dihindari jika memungkinkan, terutama ketika mengangkat beban berat atau kegiatan yang berulang-ulang. Untuk lebih rinci, Tabel 1 dan Gambar 3 menyajikan selang gerakan dari beberapa zona gerakan : Tabel 1. Selang gerakan dari beberapa zona gerakan Gerakan Selang dari zona gerakan (dalam ) Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona 3 Fleksi (flexion) 0 10 11 25 26 50 51+ Ekstensi (extension) 0 9 10 23 24 45 46+ Deviasi Radial (radial deviation) 0 3 4 7 8 14 15+ Deviasi Ulnar (ulnar deviation) 0 5 6 12 13 24 25+ Fleksi (flexion) 0 19 20 47 48 94 95+ Ekstensi (extension) 0 6 7 15 16 31 32+ Aduksi (adduction) 0 5 6 12 13 24 25+ Abduksi (abduction) 0 13 14 34 35 67 68+ Fleksi (flexion) 0 10 11 25 26 45 46+ Ekstensi (extension) 0 5 6 10 11 20 21+ Berputar (rotational) 0 10 11 25 26 45 46+ Menbengkok ke samping (lateral bend) 0 5 6 10 11 20 21+ Fleksi (flexion) 0 9 10 22 23 45 46+ Ekstensi (extension) 0 6 7 15 16 30 31+ Berputar (rotational) 0 8 9 20 21 40 41+ Menbengkok ke samping (lateral bend) 0 5 6 12 13 24 25+ Sumber : Chaffin (1999) dan Woodson (1992) dalam Openshaw (2006) Pergelangan Tangan Punggung Tulang Belakang Leher 8

Gambar 3. Macam-macam selang gerakan (Chaffin 1999 dan Woodson 1992 dalam Openshaw 2006) Menurut Hignett (1998), selang gerak lengan bawah (siku) hanya terdiri dari gerakan fleksi, sebagaimana disajikan pada gambar 4. Hignett membagi gerakan lengan bawah menjadi 3, yaitu : 1. Zona 1 (<60 ) adalah zona yang dianjurkan untuk gerakan fleksi lenagan bawah, terdapat tekanan minimla pada otot dan sendi. 2. Zoan 2 (60-100 ) adalah zona yang ekstri, untuk gerakan fleksi lengan bawah (siku), terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi, sebaiknya dihindari ketika melakukan kegiatan yang berulang-ulang. 3. Zona 3 (>100 ) adalah zona yang paling ekstrim pada gerakan fleksi lengan bawah, sebaiknya dihindari terutama ketika mengangkat beban berat dan melakukan kegiatan yang berulang-ulang Gambar 4. Macam macam selang gerakan lengan bawah (Hignett, S 1998) 9

E. Sabit Alat dan mesin panen terdiri dari banyak macam dan jenisnya yang digolongkan menurut jenis tanaman dan tenaga penggerak, juga menurut cara tradisional maupun semi-mekanis sampai yang modern. Cara pemanenan padi dapat dibagi dua macam cara, yaitu cara tradisional dan cara mekanis. Dengan cara tradisional alat yang digunakan adalah ani-ani atau sabit. Alat panen tradisional dari sejak jaman dahulu hingga kini masih tetap digunakan oleh para petani untuk memanen padi. Alat ini sangat sederhana, yaitu ani-ani dan sabit yang digunakan dengan tenaga tangan. Oleh karena itu, di samping ada beberapa keuntungan, juga terdapat beberapa kerugian alat ini (Rizaldi 2006). Kelemahan-kelemahan dari penggunaan alat ini adalah : 1. Kebutuhan tenaga orang per hektar yang banyak. 2. Kehilangan gabah pada waktu panen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat mekanis. 3. Kenyamanan bekerja yang rendah. 4. Kapasitas kerja yang rendah. 5. Biaya panen per hektar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat mekanis, tetapi biaya awal tidak ada. Sedangkan keuntungannya adalah : 1. Memberikan kesempatan kerja yang banyak kepada buruh panen. 2. Harga alat panen sangat murah, dapat dimiliki oleh setiap petani. Kapasitas kerja panen secara tradisional diukur dengan jumlah orang-jam yang dibutuhkan tiap hektar. Sebagai contoh panen dengan sabit, kebutuhan orang jam adalah 148 orang jam/ha untuk memotong dan mengikat padi. Ini berarti bila panen dengan sabit dilakukan oleh satu orang pria akan membutuhkan waktu 148 jam, atau sebaliknya 148 orang yang memanen dengan sabit, hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk memanen satu hektar. Effendy (1983) berpendapat bahwa alat-alat tradisional masih tetap digunakan untuk jangka waktu panjang, oleh karena itu studi yang mendalam mengenai alat-alat tersebut perlu terus dikembangkan. Hal ini diperlukan agar dalam melaksanakan atau melakukan pekerjaan dimana digunakan peralatan tradisional dapat dicapai efisien kerja yang tinggi, disamping keselamatan dan kenyamanan kerjanya tetap terjamin. Arit, atau sabit merupakan alat pertanian untuk memanen padi yang mudah dijumpai dan sering digunakan (BPS 1996). Selain itu, sabit termasuk alat pertanian yang murah harganya dan mudah dalam pemakaiannya. Sarman (1979), menyatakan bahwa tujuan penggunaan alat pertanian pada umumnya adalah mempercepat waktu kerja atau memperpendek jangka waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu pekerjaan, mengurangi biaya pengerjaan, dan mencapai hasil kerja yang lebih tinggi atau baik. Tersedianya beraneka ragam jenis sabit di pasaran yang penggunaannya dengan gerakan tangan serta dalam sikap-sikap tubuh, cara-cara kerja, bentuk dan berat bilah serta tangkai yang secara ergonomis dapat diperbaiki untuk meningkatkan produktifitas kerja, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan dalam bekerja. Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan. Sabit adalah alat pertanian berupa pisau melengkung menyerupai bulan sabit. Sabit terdiri dari 2 bagian, yaitu tangkai sabit yang terbuat dari kayu yang keras, tahan air, dan halus sehingga nyaman untuk digunakan dan berfungsi sebagai alat untuk memegang. Selain itu sabit mempunyai mata sabit yang terbuat dari baja, ukuran dan bentuknya bervariasi sesuai karakteristik daerah. 10

Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri dari 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjurkan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 %. Pemotongan pai dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong aas, potong tengah, dan potong bawah. Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan bila perontokan dengan cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher. Pemotongan dengan cara potong atas atau tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher. Berikut ini adalah cara panen padi dengan sabit : 1. Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman (20-30 cm di atas permukaan tanah). 2. Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah, tengah, atau atas tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami putus. (Damardjati et al, 1988; Nugraha et al, 1990). Umumnya pemanenan padi dengan menggunakan sabit lebih baik tetapi memerlukan tenaga manusia dan waktu yang lebih banyak (Aak 1990). Cara pemanenan padi dengan menggunakan sabit atau arit dapat menurunkan kehilangan hasil gabah dibandingkan pemanenan dengan menggunakan ani-ani (Damardjati et al, 1988; Nugraha et al, 1990). Gambar sabit atau arit dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut : Gambar 5. Gambar sabit F. Koefisien Korelasi Menurut Higgins (2005), koefisien korelasi adalah suatu ukuran hubungan antara dua variabel. Jika dihubungkan hanya berarti dua peubah yang terhubung. Anda tidak dapat berkata bahwa salah satu dari dua peubah adalah penyebab dari peubah lain. Korelasi memberitahu anda bahwa jika suatu peubah berubah, maka peubah lain tampak berubah pada suatu teknik peramalan. Masih menurut Higgins (2005), koefisien korelasi (r) dinyatakan dengan bilangan, bergerak antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. Jika variabel-variabel keduanya memiliki hubungan linier sempurna, koefisien korelasi itu akan bernilai 1 atau -1. Berikut adalah hubungan variable menurut koefisien korelasi : a. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (r = 0), berarti hubungan kedua variable yang diuji tidak ada. b. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r = +1.00) artinya kenaikan nilai variable yang satu diikuti variable yang lain dan kedua variable memiliki hubungan positif. c. Koefisien korelasi yang diperoleh negative (r = -1.00) artinya kedua variable negative dan menunjukkan meningkatnya variable yang satu diikuti menurunnya variable yang lain. Suatu koefisien korelasi yang nilainya lebih besar (mendekati +/- 1.00) menunjukkan hubungan yang lebih kuat sedangkan koefisien korelasi yang nilainya lebih kecil (mendekati 0.00) menunjukkan 11

hubungan yang lebih lemah. Nilai koefisien korelasi sebesar 0.00 berarti tidak ada hubungan sedangkan nilai koefisien +/- 1.00 berarti hubungan erat atau sempurna. Menurut Hasan (2003), untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang, atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interpretasi angka sebagai berikut.: 1. r = 0, tidak ada korelasi 2. 0 < r 0.2, korelasi sangat rendah/lemah sekali 3. 0.2 < r 0.4, korelasi rendah/lemah tapi pasti 4. 0.4 < r 0.7, korelasi yang cukup berarti 5. 0.7 < r 0.9, korelasi yang tinggi, kuat 6. 0.9 < r < 1.0, korelasi sangat tinggi, kuat sekali, dapat diandalkan 7. r = 1.0, korelasi sempurna 12