LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2002 T E N T A N G PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG Menimbang : a. bahwa pengelolaan pasar di Kota Tangerang telah diatur dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Pengurusan Pasar Dan Tempat Perdagangan Umum dan Jasa; b. bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, serta dengan memperhatikan perkembangan pasar, maka untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan sekaligus dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat, maka dipandang perlu untuk merubah dan menyesuaikan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas; c. bahwa sehubungan dengan maksud tersebut di atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Tangerang. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, TLN Nomor 3209); 2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 18, TLN Nomor 3518); 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, TLN Nomor 3699);
2 4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, TLN Nomor 3685) yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, TLN Nomor 4048); 5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, TLN Nomor 3839); 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, TLN Nomor 3848); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, TLN Nomor 3952); 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Nomor 70 Tahun 1999); 9. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K-3); 10. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 11. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); 12. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah dan Sekretariat DPRD Kota Tangerang. Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN PASAR. BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 3 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Tangerang; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Tangerang; 3. Walikota adalah Walikota Tangerang; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang; 5. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku; 6. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Tangerang; 7. Pasar adalah tempat yang diasediakan dan/atau ditetapkan oleh Walikota sebagai tempat berjualan umum atau sebagai tempat memperdagangkan barang dan/atau jasa yang berdiri di atas lahan Pemerintah Daerah/Swasta; 8. Pasar Tradisional tempat yang disediakan oleh Pemerintah/Swasta untuk memperdagangkan barang dan/atau jasa dan dalam penentuan harga terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli; 9. Pasar Modern adalah tempat berjualan umum yang penggunaannya sebagai Shopping Center, Super Market, Pasar Swalayan, Toko Serba Ada, Pusat Jajan Serba Ada dan sejenisnya yang disediakan Pemerintah/Swasta untuk memperdagangkan barang dan/atau jasa; 10. Pasar Induk adalah pasar yang dalam kegiatannya merupakan pusat pengumpulan, pusat pelelangan dan pusat penyimpanan bahan-bahan pangan sementara untuk disalurkan pada pasar-pasar lain; 11. Tempat Penjualan Umum dan Jasa adalah tempat di luar pasar yang ditetapkan oleh Walikota untuk melaksanakan kegiatan perdagangan umum dan jasa; 12. Pasar Grosir adalah pasar yang dalam kegiatannya melakukan permintaan dan penawaran barang atau jasa dalam jumlah besar; 13. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah; 14. Pedagang adalah setiap orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan menawarkan barang dan/atau jasa di areal pasar; 15. Pedagang Tetap adalah pedagang yang melakukan kegiatannya secara tetap dengan mempergunakan tempat berjualan di areal pasar dan lingkungan pasar; 16. Pedagang Tidak Tetap adalah pedagang yang melakukan kegiatannya tidak mempergunakan tempat dagang permanen di areal pasar lingkungan pasar dan tempat penjualan umum; 17. Bangunan Pasar adalah semua bangunan beserta fasilitas lainnya yang berada dalam areal pasar; 18. Tempat Berjualan adalah bagian dari bangunan pasar baik yang beratap maupun terbuka yang dipergunakan untuk berdagang yang berupa Toko, Kios, Los, Pelataran, Gelaran, Roda Dorong dan sejenisnya; 19. Toko adalah tempat berjualan yang terletak diatas lahan pemerintah atau swasta yang dipergunakan untuk memberikan pelayanan dalam bentuk barang dan jasa; 20. Kios adalah ruang dagang yang dibatasi dengan dinding atau papan yang dapat ditutup/dibuka;
4 21. Los adalah tempat berjualan yang memanjang dan beratap yang tidak dibatasi oleh dinding dan diisi oleh beberapa orang pedagang; 22. Pelataran adalah tempat milik Pemerintah Daerah di areal pasar; 23. Gelaran adalah tempat berjualan terbuka yang menempati areal pasar; 24. Roda Dorong adalah tempat berjualan yang memakai roda dan dapat berpindah-pindah; 25. Areal Pasar adalah lahan/tempat yang dipergunakan bangunan dan fasilitas pasar; 26. Lingkungan Pasar adalah tempat di sekitar pasar yang dipergunakan untuk berjualan dan/atau jasa baik yang berbentuk toko, kios, warung dan sejenisnya dalam radius 300 meter dari areal pasar; 27. Fasilitas Pasar adalah sarana dan prasarana penunjang yang ada di areal pasar; 28. Utilitas Pasar adalah sarana penunjang fasilitas pasar berupa saluran air, instalasi listrik, alat pemadam kebakaran, alat komunikasi, kantor pasar, kantor ketertiban, MCK, tempat peribadatan dan fasilitas penunjang lainnya di areal pasar; 29. Kebersihan adalah kegiatan penyapuan, pengumpulan dan pengangkutan sampah dari areal pasar ke Tempat Penampungan Sementara (TPS); 30. Hewan adalah segala jenis hewan yang diperjual belikan di areal dan lingkungan pasar. BAB II PENDIRIAN, PEMINDAHAN DAN PENGELOLAAN PASAR Pasal 2 (1) Pendirian, pemindahan, pengelolaan dan atau penghapusan pasar, tempat perdagangan umum dan jasa di Daerah ditetapkan oleh Walikota; (2) Pengelolaan pasar di Daerah dilaksanakan oleh Walikota yang diproses oleh dan atau melalui Dinas/Instansi terkait sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; BAB III PENGGOLONGAN DAN JENIS PASAR Pasal 3 (1) Pasar di Daerah dibagi menurut golongan dan jenis pasar; (2) Penggolongan pasar terdiri dari : a. Pasar Pemerintah Daerah adalah tempat yang disediakan dan/atau ditetapkan oleh Walikota sebagai tempat berjualan
5 umum atau sebagai tempat memperdagangkan barang dan/atau jasa; b. Pasar Swasta adalah tempat yang disediakan oleh perorangan atau badan hukum yang telah mendapatkan persetujuan Walikota sebagai tempat berjualan umum untuk memperdagangakan barang dan/atau jasa; (3) Jenis pasar terdiri dari : a. Menurut kegiatannya : - Pasar Eceran adalah pasar yang dalam kegiatannya melayani permintaan dan penawaran barang dan atau jasa secara eceran; - Pasar Grosir adalah pasar yang dalam kegiatannya melayani permintaan dan penawaran barang dalam jumlah besar; - Pasar Induk adalah pasar yang dalam kegiatannya merupakan pusat pengumpulan, dan pusat penyimpanan bahan-bahan pangan sementara untuk disalurkan ke pasarpasar lainnya. b. Menurut waktu kegiatannya : - Pasar siang hari adalah pasar yang dalam kegiatannya berlangsung pada siang hari; - Pasar malam hari adalah pasar yang dalam kegiatannya berlangsung pada malam hari; - Pasar siang malam adalah pasar yang dalam kegiatannya berlangsung pada siang dan malam hari. c. Menurut sifatnya : - Pasar Khusus adalah tempat berjualan sementara yang dipergunakan oleh pedagang tidak tetap dalam kegiatan keramaian (4) Pengaturan penetapan golongan dan jenis pasar diatur lebih lanjut oleh Walikota. BAB IV PEMAKAIAN TEMPAT BERJUALAN Pasal 4 (1) Penunjukan pemakaian tempat berjualan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Keputusan Walikota;
6 (2) Pengisian ruang dagang ditetapkan perblok berdasarkan jenis komoditi dagangan dicantumkan pada papan nama blok; (3) Blok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, terdiri dari toko, kios/los, veem, meja, pelataran, gelaran roda dorong dan sejenisnya. Pasal 5 (1) Setiap pedagang yang memakai tempat berjualan tetap di areal pasar diwajibkan memiliki Surat Ijin Pemakaian Tempat Berjualan (SIPTB) dari Walikota; (2) Untuk memperoleh ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, pemohon harus menyampaikan permohonan tertulis kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk; (3) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, berlaku untuk 3 (tiga) tahun dan harus diperbaharui setelah jangka waktu tersebut berakhir. Pasal 6 (1) Status ijin pemakaian tempat berjualan dalam pasar adalah hak pakai; (2) Hak pakai tempat berjualan dapat dipindahtangankan dan disewakan kepada pihak lain dengan persetujuan tertulis dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk; (3) Walikota berwenang untuk mencabut kembali Hak Pakai Tempat Berjualan apabila : a. Para pemakai tempat berjualan tidak mentaati ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini; b. Tempat berjualan dibutuhkan untuk kepentingan Pemerintah Daerah. BAB V I J I N B E R J U A L A N Pasal 7 (1) Setiap pedagang yang berjualan di lahan milik swasta yang berlokasi berbatasan langsung dengan areal pasar milik Pemerintah Daerah diwajibkan memiliki ijin berjualan yang dikeluarkan oleh Walikota. (2) Untuk memperoleh ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, harus menyampaikan permohonan tertulis kepada Walikota;
(3) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, berlaku untuk 3 (tiga) tahun dan harus diperbaharui setelah jangka waktu tersebut berakhir. Pasal 8 Syarat-syarat teknis, administrasi dan prosedur pemberian ijin sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7 ditetapkan oleh Walikota. 7 BAB VI R E T R I B U S I Pasal 9 (1) Setiap pedagang baik tetap maupun tidak tetap yang berjualan di areal dan lingkungan pasar dikenakan retribusi; (2) Jenis dan besarnya retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, ditetapkan dengan Peraturan Daerah; (3) Pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, dilaksanakan oleh dinas/instansi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII PASAR SWASTA Pasal 10 (1) Pendirian pasar swasta baik tradisional maupun modern harus mendapat ijin Walikota; (2) Syarat-syarat teknis, administrasi dan klasifikasi serta prosedur pemberian ijin dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Walikota; (3) Pembinaan pasar swasta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Walikota. BAB VIII KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 11 Setiap pedagang yang memakai tempat berjualan umum dan atau jasa milik Pemerintah Daerah, Swasta atau perorangan baik tetap maupun tidak tetap di areal dan lingkungan pasar berkewajiban :
8 a. Tempat berjualan harus dipakai dan dipergunakan sesuai fungsinya; b. Jenis barang yang diperdagangkan harus sesuai dengan jenis yang telah ditetapkan berdasarkan tempat berjualan yang dipergunakan; c. Mengatur penempatan barang agar tampak rapih dan tidak membahayakan keselamatan umum serta tidak melebihi batas tempat berjualan yang menjadi haknya; d. Menjaga dan memelihara ketentraman, ketertiban, kebersihan dan keindahan di sekitar tempat berjualan; e. Menyediakan alat pemadam kebakaran, tempat sampah dan alatalat kebersihan; f. Membuang sampah ke tempat pembuangan dan penampungan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah; g. Membayar jenis retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Peraturan Daerah ini, sesuai dengan ketentuan yang berlaku; h. Langganan listrik, air dan fasilitas lainnya bagi mereka yang mempergunakannya sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 12 (1) Setiap pedagang yang memakai tempat berjualan umum dan atau jasa milik Pemerintah Daerah, Swasta atau perorangan baik tetap maupun tidak tetap di areal dan lingkungan pasar, tanpa seijin Walikota dilarang : a. Mendirikan, merubah bentuk/konstruksi serta menambah/ merubah bentuk/konstruksi serta memperkecil tempat berjualan dan merubah jenis barang dagangan; b. Menempatkan atau mempergunakan mesin diesel/generator, sumur bor di dalam dan sekitar tempat berjualan; c. Menjual, menyimpan barang-barang lain yang mengganggu kesehatan; d. Menjual/memindahtangankan, menjaminkan atau menggadaikan tempat berjualan kepada siapapun; e. Menggunakan alat-alat pembangkit api antara lain kompor, tungku api dan sejenisnya; f. Melakukan penyambungan, penambahan serta pemasangan data listrik dan air. (2) Setiap orang atau Badan Hukum dilarang : a. Bertempat tinggal di pasar;
9 b. Mengotori tempat/bangunan pasar atau barang inventaris pasar; c. Melakukan perbuatan yang melanggar norma kesopanan dan kesusilaan di pasar; d. Melakukan usaha atau kegiatan dalam pasar yang dapat mengganggu atau membahayakan keamanan dan ketertiban umum. BAB IX KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN Pasal 13 (1) Barang siapa melanggar Pasal 5, Pasal 6 ayat (2) dan (3), Pasal 7, Pasal 9 ayat (1), Pasal 11 dan Pasal 12 Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. Pasal 14 Selain sanksi tersebut pada Pasal 13 ayat (1) Peraturan Daerah ini, dikenakan juga sanksi administrasi berupa : a. Tempat berjualan ditutup dan disegel apabila pemakai tidak mempergunakan atau menelantarkan tempat berjualan selamalamanya 3 (tiga) bulan berturut-turut; b. Dikenakan denda sebesar 100% (seratus persen) tiap kelambatan 1 (satu) bulan apabila pemakai/pedagang tidak melaksanakan kewajiban membayar retribusi pada tanggal yang ditetapkan; c. Ijin pemakai tempat berjualan dicabut apabila kelambatan pada huruf b berlangsung selama 3 (tiga) bulan berturut-turut; d. Dalam hal pemakaian listrik dan air apabila ada/terdapat keterlambatan pembayaran selama 3 (tiga) bulan berturut-turut aliran listrik dan air diputus; e. Walikota dapat mencabut ijin pemakaian tempat berjualan apabila pemakai tidak mengajukan perpanjangan ijin selama 3 (tiga) bulan setelah habis masa berlakunya. Pasal 15
10 Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Umum dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang Pengangkatannya ditetapkan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 16 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada pasal 15 Peraturan Daerah ini, mempunyai wewenang dan kewajiban melaksanakan penyidikan sebagai berikut : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum tidak tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa penyidik umum memberikan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya, kepada penuntut umum sesuai yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Walikota. Pasal 18 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Pengurusan Pasar Dan Tempat Perdagangan Umum dan Jasa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi
11 Pasal 19 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tangerang. Ditetapkan di T a n g e r a n g. Pada tanggal 18 Maret 2002. WALIKOTA TANGERANG Cap / Ttd Drs. H. MOCHAMAD THAMRIN Diundangkan di T a n g e r a n g. Pada tanggal 25 Maret 2002. SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG Cap/Ttd Drs. H. ACHMAD SUDJAI, M.Si Pembina Utama Madya NIP. 010 047 670 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2002 NOMOR 1 SERI C C :/Produk.Huk/Perda.2002/Perda.Ret Pengelolaan.Pasar/Com.A-Huk/02