SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut Teknologi Bandung (ITB). Abstrak Tujuan penulisa ini untuk membahas dan mendefinisikan gaya arsitektur pada Masjid Kasunyatan yang merupakan masjid pertama dan tertua di Propinsi Banten. Masjid ini dibangun pada masa kesultanan Sultan Maulana Yusuf yaitu antara tahun 1522-1570 M. Masjid ini termasuk ke dalam masjid kuno nusantara sehingga memiliki beberapa gaya arsitektur spesifik yang merupakan ciri khas dari masjid kuno nusantara seperti bentuk atap, bentuk bangunan, keberadaan masjid, kolam, menara, dan lain-lain. Gaya arsitektur ini memiliki beberapa kesamaan dengan masjid kuno lainnya seperti Masjid Agung Banten. Juga sebaliknya, memiliki beberapa perbedaan dengan masjid zaman sekarang. Analisis dilaksanakan dengan mencari literatur yang berada di internet. Kemudian pendefinisian lebih lanjut unsur-unsur masjid yan terdapat di Masjid Kasunyatan. Kata-kunci : masjid, kasunyatan, banten, kuno, modern. Pendahuluan Banten memiliki peran yang penting dalam sejarah perkembangan agama Islam khususnya di Jawa Barat karena letak geografisnya yang strategis sebagai kota pelabuhan. Di Banten berdiri kerajaan Islam atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Banten dengan sebutan Kesultanan Banten. Sultan Maulana Hasanuddin merupakan raja yang pertama kali menjadi penguasa di Kesultanan Banten. Setelah sebelumnya, Banten dikuasai oleh Fatahillah, seorang musafir Cina yang sebelumnya memperdalam agama Islam di Kerajaan Demak. Fatahillah pindah ke Cirebon karena putera penguasa Cirebon wafat sehingga kerajaan Banten dipegang oleh Sultan Maulana Hasanuddin yang merupakan putera dari Fatahillah. Setelah masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, selanjutnya kesultanan Banten dilanjutkan oleh Syekh Maulana Yusuf, putra dari Sultan Maulana Hasanuddin. Syekh Maulana Yusuf merupakan raja yang dikenal dengan sebutan Panembahan Yusuf. Pada masa pemerintahannya, Banten mengalami kemajuan. Masjid Kasunyatan merupakan masjid pertama dan tertua di Propinsi Banten dan berlokasi di Desa Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Propinsi Banten.Terdapat perbedaan pendapat dalam kapan pastinya masjid ini dibangun. Beberapa sumber informasi menyebutkan bahwa masjid ini dibangun pada masa kesultanan Hasanuddin, sebagian info lainnya menyebutkan bahwa masjid ini dibangun antara tahun 1552 sampai 1570 yaitu merupakan masa kesultanan Maulana Yusuf. Pada saat awal masjid ini berdiri, masjid ini diberi nama masjid Al-Fatihah yang berarti pembuka. Saat masjid pertama kali didirikan, daerah tersebut merupakan daerah kekuasaan kerajaan Hindu, maka masjid Al-Fatihah disimbolkan sebagai pembuka syiar agama Islam di Banten. Pada saat awal didirikan, masjid ini merupakan tempat para ulama atau para orang alim dari seluruh pelosok Indonesia untuk bertukar pikiran dan saling menimba ilmu pengetahuan. Sehingga dikatakan Perguruan Tinggi Islam pertama di Indonesia. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 311
Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Masjid ini disebut dengan nama Kasunyatan karena berlokasi di Desa Kasunyatan. Menurut pengurus panembahan Sultan Maulana Yusuf, nama Kasunyatan memiliki beberapa arti yaitu kasunyian (tempat menyepinya Sultan), kasunatan (tempat orang islam yang disunat), kanyataan (tempat yang nyata bagi sultan-sultan). Selain itu, nama Kasunyatan merupakan pemberian gelar kepada Kiyai Dukuh, hal ini merupakan bentuk penghormatan kepada sang guru yang merupakan pangeran Kasunyatan yang kini makamnya berada di kompleks masjid. Sebagai masjid pertama dan tertua di Propinsi Banten, juga sebagai simbol pembuka syiar agama Islam di Banten, masjid ini memiliki beberapa gaya arsitektur yang khas, merupakan pencampuran antara arsitektur Belanda dan Jawa yang selanjutnya akan dibahas dalam makalah ini. Kegiatan Lokasi Masjid Kasunyatan ini bukan berada pada jalan utama, melainkan di dalam perkampungan. Jalan menuju masjid seperti jalan perkampungan pada umumnya. Kondisi jalan cukup rusak dan sempit hanya bisa dilalui oleh satu kendaraan. Di berbagai penjuru masjid sudah terbangun banyak rumah dan bangunan sehingga Masjid seperti terkepung oleh bangunan. Ditambah lagi saat menuju masjid, tidak terdapat tanda atau petunjuk jalan menuju Masjid. Hal ini juga mungkin menjadi penyebab masjid sering sepi. Dahulu masjid dikenal dengan suasananya yang angker. Konon banyak diceritakan bahwa yang tidur di dalam masjid esok harinya akan terbangun di tempat lain seperti makam, hutan, dan tempat lain. Selain itu, suasana angker disebabkan oleh masjid yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar dan terdapat banyak burung hantu. Sehingga tidak banyak warga yang berani mendekati masjid. Namun, keadaan sekarang sudah berubah. Sekeliling masjid dipenuhi oleh bangunan dan rumah warga. Masjid sering digunakan oleh warga pada siang hari untuk tadarus. Masjid Kasunyatan ramai dikunjungi warga pada malam Jumat untuk melakukan ritual yang dilakukan di kolam pemandian, setelah itu warga akan berziarah. Masjid Kasunyatan dibangun diatas tanah wakaf [1] dengan luas bangunan 2544 m 2 dan memiliki kapasitas sekitar 2500 orang. Di sebelah utara, masjid berbatasan dengan lahan kosong, sebelah Selatan dan timur berbatasan dengan pemukiman, dan di sebelah barat berbatasan dengan sungai Cibanten. Komplek masjid ini terdiri dari beberapa bangunan seperti bangunan utama masjid berada di tengah komplek, bangunan menara berada di sisi barat daya masjid, kolam di sisi barat laut, makam di sisi utara dan sisi timur. Bangunan utama masjid Kasunyatan terletak di tengah komplek masjid dan memiliki bentuk yang massif yaitu persegi empat. Bangunan utama ini menghadap ke selatan dengan ukuran ±11,30 x 11,50 meter. Bangunan utama memiliki ciri khas yang berhubungan dengan ciri khas masjid kuno, yaitu, penggunaan atap jenis tumpang. Atap berbentuk tumpang tiga terbuat dari genteng dengan mamolo pada puncaknya. Masjid Kasunyatan tidak memiliki kubah seperti masjid-masjid pada umumnya. Atap masjid ini semakin ke atas semakin mengecil. Mamolo yang berada di puncak atap memiliki bentuk yang hampir sama dengan mamolo di puncak menara. Di ruang utama terdapat empat buah tiang penyangga berbentuk bulat dengan ukuran tinggi ± 5,12 meter, diameter ± 32 cm, berdiri di atas umpak setinggi ± 50 cm. Di bawah umpak terdapat lapik [2] berbentuk segi delapan. 312 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Alya Nadya Gambar 1. Interior Bangunan Utama Masjid. Sumber: bantenculturetourism.com Mihrab tempat imam memimpin shalat terletak di sisi barat berukuran 163 x 88 cm dengan tinggi 177 cm. Pada kiri kanan mihrab terdapat masing-masing dua buah tiang semu dengan tinggi 181 cm, lebar 24 cm dan tebal 8 cm. Pada bagian bawah tiang semu ini terdapat pelipit yang berfungsi sebagai pembatas dinding mihrab dengan lantai ruang utama. Bagian atas mihrab dihiasi dengan lengkungan-lengkungan yang menyerupai bujur panah. Tepat di tengah-tengah lengkungan tersebut terdapat hiasan berbentuk sulur-sulur. Mimbar terletak di sedikit ke samping kiri dan depan mihrab dan menghadap ke timur. mimbar terbuat dari kayu berbentuk kursi, berukuran panjang 260 cm, lebar 92 cm dan tinggi 240 cm mempunyai tiang penyangga sebanyak empat buah. Bagian bawah atau lapiknya terbuat dari semen yang dilapisi dengan porselen berwarna putih. Lapik ini tingginya 60 cm dari lantai kemudian terdapat empat buah anak tangga. Pada sebagian tiangnya terdapat ukiran berbentuk sulur-suluran pada bagian pinggiran atapnya dihias dengan bentuk ragam hias meander dan bagian belakang mimbar ditutup dengan kain. Gambar 2. Mimbar dan Mihrab di dalam bangunan utama. Sumber: bantenculturetourism.com Pada sisi barat daya masjid, terdapat menara dengan tinggi ± 10,82 meter dan memiliki tiga tingkat. Di lantai pertama terdapat sebuah ruangan yang menghubungkan menara dengan serambi utara. Badan menara terdiri dari dua tingkat yaitu tingkat kedua dan tingkat ketiga. Terdapat tangga di tingkat kedua untuk naik ke tingkat ketiga. Pada sisi Selatan dan Utara terdapat masing-masing satu buah lubang menyerupai jendela, dan di bagian atas lubang ini terdapat lubang angin dengan hiasan geometris. Atap menara ini terbuat dari genteng yang dibentuk seperti payung terbuka. Pada bagian paling atas atau puncak menara terdapat memolo terbuat dari bahan terakota. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 313
Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Dahulu menara tersebut difungsikan sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan, seperti layaknya fungsi menara Masjid Agung Banten. Sekarang menara tidak lagi difungsikan sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan, kecuali ketika akan melaksanakan sholat Jum at, menara difungsikan seperti fungsinya dahulu, yaitu sebagai tempat mengumandangkan adzan. Gambar 3. Perspektif bangunan utama dan menara. Sumber: bantenculturetourism.com Di sisi barat laut terdapat kolam yang berdenah persegi empat. Bagian tengah setiap sisinya dibentuk menjorok keluar. Pada bagian ini terdapat tangga menuju kolam. Di bagian tengah dasar kolam, berdiri dua tiang yang terbuat dari pasangan bata, dengan tinggi ± 6,5 meter, berfungsi sebagai penyangga atap. Atap terbuat dari genteng berbentuk persegi empat dan berdiri di atas delapan belas tiang bata, termasuk dua tiang yang berada di kolam. Dahulu kolam tersebut tidak memiliki atap seperti yang sekarang. Kolam yang ada di Masjid kasunyatan merupakan kolam yang masih asli dan difungsikan masih seperti fungsi dulu, yaitu sebagai tempat untuk berwudhu. Air berasal dari sumber atau mata air dan tidak pernah kering. Gambar 4. Kolam sekarang menggunakan atap. Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten 314 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 Gambar 5. Kolam zaman dahulu, belum memiliki atap. Sumber: http://wikipedia
Alya Nadya Seperti halnya masjid-masjid kuno pada umumnya, di Masjid Kasunyatan juga terdapat area makam, yakni di sisi utara dan sisi timur. Di area makam ini terdapat beberapa makam, di antaranya makam Syekh Abdul Syukur, yaitu salah seorang tokoh masyarakat atau ulama yang sangat berperan pada masanya, dan makam Nyai Ratu Aisyah yang merupakan puteri Sultan Maulana Yusuf. Sekeliling Komplek masjid ini dibatasi tembok sekelilingnya yang mempunyai tiga buah gapura yang terletak di sisi barat, selatan, dan timur. Gapura di sisi barat merupakan pintu masuk ke halaman makam sisi utara dan sekaligus sebagai pembatas dengan makam di halaman timur. Pada bagian atas gapura terdapat ragam hias pola geometris. Pintu masuk berukuran tinggi ± 2,10 meter, lebar ± 1,25 meter bagian atas berbentuk melengkung. Gapura selatan merupakan pintu masuk menuju makam di halaman timur. Pintu masuk sama seperti gapura barat, yaitu berbentuk melengkung di bagian atasnya, dengan ukuran tinggi ± 1,85 meter, lebar ± 1,10 meter. Gapura sisi timur merupakan gapura untuk masuk ke halaman kompleks masjid. Panjang gapura ± 7,10 meter dan tingginya ± 3,10 meter, lebar pintu masuk ± 1,10 meter, tinggi ± 2,35 meter dengan bagian atas berbentuk melengkung dan terdapat hiasan berbentuk tonjolan sebanyak lima buah. Gambar 6. Gapura Pelajaran Masjid Kasunyatan merupakan masjid kuno di Indonesia. Secara gaya arsitektur, terdapat beberapa perbedaan dengan masjid-masjid di masa sekarang, dan terdapat beberapa persamaan dengan masjid kuno lainnya seperti Masjid Agung Banten, Masjid Kenari, Masjid Pacinan Tinggi, dan lain-lain. Persamaan dan perbedaan gaya arsitektur dilihat dari unsur-unsur masjidnya. Dalam bentuk denah bangunan, pada Masjid Kasunyatan memiliki bentuk persegi empat atau bujur sangkar. Hal ini juga ditemukan di denah kolam yang juga berbentuk persegi empat. Seiring perkembangan zaman, bentuk masjid tidak melulu massif dan persegi empat. Terdapat masjid-masjid masa sekarang yang telah mengeksplorasi bentuk seperti masjid berbentuk perahu di Jakarta Selatan. Dalam bentuk atap, masjid Kasunyatan memiliki bentuk atap tumpang tiga yang semakin ke atas semakin mengecil. Diatas atap atau puncak atap terdapat mustaka. Bentuk atap seperti ini juga ditemukan pada masjid kuno lainnya seperti Masjid Agung Banten yang hanya berjarak 2km dari Masjid Kasunyatan. Masjid Agung Banten memiliki bentuk atap tumpang lima dan dibangun oleh seorang arsitek Belanda bernama Cardel yang kemudian menjadi mualaf. Pada masa sekarang, umumnya tipologi masjid menggunakan kubah, namun seiring berjalannya waktu terdapat banyak masjid yang tidak menggunakan kubah seperti masjid Al-Irsyad, Kota Baru Parahyangan, Bandung. Namun, masjid tumpang ini merupakan ciri khas masjid kuno dan sudah jarang ditemukan dalam arsitektur masjid masa sekarang. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 315
Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Masjid di masa sekarang sudah jarang ditemukan keberadaan menara. Dalam masjid kuno, selain sebagai ciri khas, menara juga berfungsi untuk mengumandangkan adzan. Unsur masjid yang lain yaitu kolam. Kolam berfungsi sebagai tempat untuk berwudhu. Pada zaman dulu kala, di masjid Kasunyatan, kolam sedalam 4m ini berfungsi untuk memandikan mualaf yang hendak memasuki agama Islam. Pada masa sekarang, masjid-masjid sudah jarang ditemukan yang menyediakan kolam sebagai tempat untuk berwudhu. Berwudhu menjadi lebih praktis dengan menggunakan kran air dan berada di area yang sudah ditentukan. Ciri khas lain dari masjid kuno yaitu sekeliling komplek terdapat gerbang dengan menggunakan gapura. Kesimpulan Masjid Kasunyatan merupakan masjid pertama dan tertua di Propinsi Banten. Masjid ini disimbolkan sebagai pembuka syiar agama Islam di Banten. Masjid ini berdiri pada masa kesultanan Maulana Yusuf. Diperkirakan oleh arkeolog sekitar tahun 1522 1570 M. Terdapat beberapa unsur masjid yang merupakan ciri khas Masjid Kasunyatan sebagai masjid kuno (Heritage) yaitu bentuk atap tumpang tiga dilengkapi mustaka di puncaknya, bentuk bangunan berupa persegi empat dan massif, terdapat menara untuk mengumandangkan adzan, terdapat kolam untuk berwudhu dan pemandian mualaf, terdapat makam orang-orang terhormat, dan gapura di sekeliling komplek masjid. Unsur-unsur masjid tersebut yang membedakan masjid kuno Kasunyatan dengan masjid-masjid di masa sekarang. Kekhasan unsur-unsur yang berada di masjid kuno menyimpan cerita dan makna dibalik itu, juga sebagai saksi bisu sejarah perkembangan Islam, di masjid Kasunyatan ini, terkhusus sejarah perkembangan Islam di Banten. Menurut saya menjaga kenangan arsitektural masjid yang terbentuk dahulu kala adalah penting. Untuk bisa dipelajari kemudian dikembangkan desainnya menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Bangunan-bangunan seperti Masjid Kasunyatan menyuguhkan cerita sejarah perkembangan agama islam lewat gaya arsitekturalnya. Daftar Pustaka Zein, A.B. (1999). Masjid-masjid bersejarah di Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press. Iriyani, D. (2013). Masjid Kasunyatan Serang, Banten. http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1411/masjid-kasunyatan-serang-banten. Hamly. (2012). Masjid Kasunyatan. Indonesia. http://hamlybloger.blogspot.co.id/2012/03/masjidkasunyatan.html. (2014). Masjid Kasunyatan Masjid Pengguna Islam di Banten. http://www.bantenraya.com/component/content/article/3-serang-raya/6723--masjid-kasunyatan-masjidpembuka-islam-di-banten. Catatan 1 Tanah negara yang tidak bisa diserahkan kepada siapapun dan digunakan untuk tujuan amal. 2 Alas 316 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017