BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

dokumen-dokumen yang mirip
Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KERBAU YANG DIPELIHARA SECARA TRADISIONAL BERDASARKAN PELUANG DAN TANTANGAN

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

PENDAHULUAN. Hasil sensus ternak 1 Mei tahun 2013 menunjukkan bahwa populasi ternak

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

PROFIL PETERNAKAN KERBAU DI KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG, SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

ABSTRAK BAB 1. PENDAHULUAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN KLASIFIKASI PENGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kosong (empty body weight). Ternak telah berpuasa sejak diberi makan pada sehari

Elly Roza, Salam N. Aritonang, Arief. Fak. Peternakan Universitas Andalas ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

HASIL DAN PEMBAHASAN

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

KEGIATAN SIWAB DI KABUPATEN NAGEKEO

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

TANDA-TANDA ESTRUS DAN TINGKAH LAKU KAWIN KERBAU MURRAH (Bubalus bubalis) Nur Ari Murni Hasibuan

KAJIAN MENGURANGI KEMATIAN ANAK DAN MEMPERPENDEK JARAK KELAHIRAN SAPI BALI DI PULAU TIMOR

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

PERBAIKAN MANAJEMEN USAHA SAPI POTONG DI PETERNAKAN KOTOSANI KABUPATEN SOLOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sri Murni

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

RESPON MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN USAHA PETERNAKAN SAPI DI SULAWESI TENGAH ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

Transkripsi:

LAPORAN PENYULUHAN DALAM RANGKA MERESPON SERANGAN WABAH PENYAKIT NGOROK (Septicae epizootica/se) PADA TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SAMOSIR BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2011 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

MENGOPTIMALKAN POTENSI TERNAK KERBAU Oleh: Mangonar Lumbantoruan Disajikan sebagai bahan diskusi dalam rangka MERESPON SERANGAN WABAH PENYAKIT NGOROK (Septicae epizootica/se) PADA TERNAK KERBAU Kepada Warga Jemaat HKBP Resort Ambarita di HKBP Janji Martahan Kec. Tomok, 12 Oktober 2011 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 1. Kerbau sebagai Ternak Multiguna Kerbau merupakan salah satu jenis ternak penting di Indonesia, baik secara ekonomi, sosial maupun budaya. Secara ekonomi kegunaan kerbau sangat beragam mulai dari sumber tenaga (membajak sawah, menarik pedati), sebagai sumber daging dan susu, sebagai sumber pupuk organik, hingga sumber bahan sandang (kulit, tanduk). Secara sosial, terutama di daerah pedesaan, kerbau sering dikaitkan dengan status atau prestise sosial. Sedangkan secara budaya, antara lain pada suku Batak dan beberapa suku lain di Indonesia, kerbau merupakan bagian tak terpisahkan dari berbagai acara adat dan peristiwa budaya lainnya. Dengan posisi dan fungsi seperti itu maka ternak kerbau selalu memiliki nilai jual yang tinggi. 11

2. Beberapa Sifat Biologis Kerbau dan Implikasinya dalam Pemeliharaan Salah satu sifat biologis kerbau yang menonjol adalah daya tahannya yang rendah terhadap cuaca panas. Oleh sebab itu ternak kerbau sangat perlu mendapat kesempatan untuk berendam dalam air, kerbubang dalam lumpur atau dimandikan agar terhindar dari pengaruh cekaman cuaca panas. Selain itu, bila kerbau dipekerjakan sebaiknya hal tersebut dilakukan saat cuaca sedang sejuk (pagi hingga pukul 10 atau sore mulai pukul 16). Pada cuaca panas kerbau akan minimalkan aktivitas tubuhnya, termasuk makan. Oleh sebab itu, pemberian pakan pada cuaca panas tidak akan efektif. Pada kondisi seperti itu kerbau lebih membutuhkan air atau setidaknya tempat bernaung. Sifat biologis kedua dari kerbau yang penting mendapat perhatian berkaitan dengan reproduksi. Kerbau merupakan hewan yang lambat dewasa dengan masa bunting yang lebih lama dibanding sapi. Umumnya ternak kerbau baru mencapai pubertas pada umur 3 tahun. Kerbau betina memiliki kecenderungan menunjukkan birahi tenang (silence heat) yaitu masa birahi tidak diikuti oleh tanda-tanda kuat yang mudah diamati secara kasat mata. Selain itu, datangnya birahi biasanya terjadi pada subuh dan malam hari 12

sehingga sulit diamati. Untuk itu pengamatan secara rutin pada pagi hari perlu dilakukan agar betina yang berahi segera terdeteksi dan dicarikan pejantan untuk mengawininya. Cara lain adalah menggabungkan ternak betina dengan pejantan dalam satu kandang. Dengan lama kebuntingan 10.5 bulan maka kerbau betina umumnya baru beranak pertama kali setelah berumur 4 tahun. Bila pakannya memadai, 3-4 bulan setelah melahirkan induk sudah dapat dikawinkan kembali. Dengan kisaran waktu tersebut maka jarak beranak kerbau umumnya adalah 21 bulan. Namun bila dikelola dengan baik maka jarak beranak dapat dipersingkat lagi, terutama dengan penyediaan pakan yang memadai. Di tingkat pedesaan, jarak beranak 18 bulan sudah tergolong baik (dalam 3 tahun beranak 2 kali). Kerbau memiliki kemampuan mencerna pakan bermutu rendah yang lebih efisien daripada sapi. Di padang penggembalaan, kerbau merumput lebih telaten dibanding sapi; areal yang sudah ditinggalkan oleh sapi masih bisa ditoleransi oleh kerbau. Dengan kemampuan seperti ini, selain rerumputan, penyediaan pakan ternak kerbau dapat diandalkan pada berbagai jenis limbah pertanian seperti jerami, batang jagung, ampas tebu, limbah sagu, onggok, daun dan pelepah sawit dan lain-lain. Yang diperlukan adalah teknik pengolahan sederhana agar bahan-bahan tersebut meningkat palatabilitas (rasa enak) dan daya cernanya. Secara fisik, kerbau memiliki kaki yang kokoh dengan teracak yang lebar dan tenaga yang kuat. Walau jalannya lambat namun kerbau mampu menarik beban yang berat serta menempuh medan berat seperti dakian, areal yang becek bahkan berlumpur. Oleh karena itu kerbau potensil bekerja di lahan sawah atau sebagai pengangkut produksi pertanian di lokasi-lokasi yang sulit dilalui oleh kendaraan lainnya. Sayangnya, potensi ini sudah kurang diminati dengan alasan lebih praktis menggunakan traktor. Pada hal, traktor memerlukan biaya investasi, operasional dan perawatan yang jauh lebih mahal dibanding kerbau. 13

Sebagai hewan mamalia (berkelenjer susu) kerbau juga memiliki sifat menghasilkan air susu. Walau kapasitas produksi susunya jauh dibawah sapi, umumnya hanya 1 2 liter perhari, namun bila diolah menjadi dadih (Bhs Batak: dali) yaitu 1 liter air susu kerbau dapat diolah menjadi 3 baskom kecil dadih dengan nilai jual Rp 8.000 Rp 10.000 per baskom. Bila dibarengi dengan pemberian pakan (termasuk pakan tambahan atau konsentrat) dan air minum yang cukup maka produksi air susu kerbau dapat ditingkatkan menjadi 3 liter/hari. Dengan tingkat produksi seperti itu, seorang ibu pedagang dadih dari Sipoholon mengatakan bahwa nilai jual dadih yang dihasilkan seekor induk kerbau tidak jarang sama dengan nilai jual anak yang dilahirkannya (Rp 5 jutaan/ekor pada umur 6 8 bulan). Pada hal pakan tambahan yang beliau berikan hanya berupa dedak, ubi dan garam. Hebatnya lagi, induk-induk kerbau yang beliau pelihara selama ini rata-rata melahirkan anak sebanyak 10 kali baru diafkir. 3. Pengembangan Usaha Ternak Kerbau Pemeliharaan kerbau umumnya dilakukan secara ekstensif (dibiarkan bebas di padang penggembalaan) sehingga sering menimbulkan ekses negatif seperti konflik dengan usaha pertanian dan kehutanan, meningkatnya pencurian dan sulitnya pengendalian kesehatan ternak. Khusus untuk pembibitan, kendala yang umum terjadi adalah kurangnya pejantan. Sering terjadi keterlambatan untuk menjadi bunting dan lamanya jarak beranak bukan semata-mata karena rendahnya kondisi induk, namun lebih sering karena terbatasnya ketersediaan pejantan. Kendala berikutnya adalah makin terbatasnya lahan penggembalaan sehingga pola pemeliharaan ekstensif tidak cocok lagi dipertahankan melainkan perlu diubah paling tidak menjadi pola semi intensif, dimana kerbau digembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari. Pola semi intensif yang paling cocok diterapkan adalah dengan menyediakan padang penggembalaan terbatas. Guna mencukupi jumlah dan mutu pakan yang terbatas dari padang penggembalaan maka peternak perlu memberi pakan tambahan berupa hijauan dan sedapat mungkin juga konsentrat (a.l. dedak, ubi-ubian dan garam). Perbaikan penyediaan bahan pakan dapat juga ditempuh antara lain melalui penanaman tanaman leguminosa pohon yang selain berfungsi sebagai sumber hijauan bergizi tinggi juga akan berperan sebagai tanaman konservasi dan sumber kayu bakar. Merubah kebiasaan yang semula hanya melepaskan ternak menjadi harus menyediakan pakan dan mengawasi ternaknya setiap hari tentu membutuhkan waktu dan upaya rekayasa sosial (social engineering). Dalam pelaksanaannya, hal ini tidak saja membutuhkan penyuluhan intensif dalam rangka peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengubahan sikap, akan tetapi juga perlu disertai dengan pengorganisasian dan penguatan Kelompok Peternak. SELAMAT BETERNAK 14