BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wayang wong merupakan suatu khasanah budaya yang penuh dengan nilai-nilai

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB V PENUTUP. kebaikan serta mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Teater Wadas

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

MATA PELAJARAN : Seni Teater JENJANG PENDIDIKAN : Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang terdapat di Indonesia,

BAB V PENUTUP. Punakawan merupakan tokoh dalam wayang yang merupakan bagian dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang paling awal atau pra sekolah. Pendidikan anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB IV MEDIA DAN TEKNIK PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TATA RIAS WAJAH PUNAKAWAN WAYANG ORANG SRIWEDARI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 5. DRAMALatihan Soal 5.5. Pembahasan Teks : Orang yang mengatur jalannya pertunjukan drama disebut sutradara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai budaya masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan turun

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

RESUME MEDIA PETUNJUKAN PRIYATIN NIM.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARAKTER KERJA KERAS DAN PERCAYA DIRI PADA PEMAIN SENI WAYANG ORANG (Studi Kasus Pada Pemain Seni Wayang Orang di Gedung Wayang Orang Sriwedari)

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan Teknologi diiringi dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masa sekarang tempat dan waktu bukan lagi penghalang untuk

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kecerdasan emosi telah diakui sebagai salah satu aspek yang

1. Bagaimana radio Gema Surya FM berupaya melestarikan kesenian Jawa. 2. Apa tujuan dari program acara kesenian jawa di RGS?

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

PENGARUH DONGENG TERHADAP PEMBENTUKAN MORAL DAN KARAKTER ANAK. Oleh : TUTI SILAWATI, SPd

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA DAERAH (JAWA) SMP/ MTs

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang mementaskan cerita tentang Ramayana dan Mahabarata yang dimainkan oleh aktor dengan memerankan tokoh yang berbeda-beda merupakan budaya jawa yang penuh dengan nilai-nilai luhur kesopanan dan gambaran suatu kehidupan pada manusia. Wayang wong tidak hanya menyajikan hiburan dalam pementasanya namun juga menyampaikan pesan-pesan moral untuk dapat diserap oleh para penonton yang menikmati sajian acara tersebut, karena pementasan wayang wong berbeda dengan pementasan seni drama yang lainya. Masingmasing pemain wayang wong mempunyai ciri-ciri estetis tersendiri yang menggambarkan peran yang dibawakanya serta di cirikan pada sebuah gerakan, tari, tata rias, serta busana yang dikenakanya. Keseluruhan tokoh di dalam wayang wong dipilahkan ke dalam beberapa bagian pokok sesuai dengan karakteristiknya (Sutterheim dalam Burger, 1983). Wayang wong telah hidup beribu tahun, seseorang dapat membuktikan bahwa ajaran dan nilai-nilai itu telah dipakai oleh masyarakat Indonesia dari zaman sebagai ajaran dan nilai-nilai yang luhur yang dapat dipakai bangsa Indonesia dalam melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya (Amir, 1994). Wayang wong adalah suatu kesenian tradisional yang sangat multifungsi dan universal semua kalangan masyarakat dapat menikmati dalam pementasan 1

2 wayang wong. Para penikmat pewayangan sependapat apabila pementasan wayang wong merupakan kesenian tradisional yang mempunyai nilai-nilai luhur yang tinggi. Wayang wong mengajarkan ajaran dan nilai-nilai itu tidak secara teoritis saja (berupa ajaran dan nilai-nilai) melainkan secara konkret dengan menghadirkan kehidupan tokoh-tokohnya yang konkret sebagai teladan. Dalam pertunjukan wayang wong banyak sekali ajaran dan nilai-nilai yang diserap dalam wayang wong. Wajarlah kalau orang jawa atau bangsa Indonesia menganggap wayang wong sebagai ensiklopedi hidup. Kelengkapan ajaranajaran dan nilai-nilai yang ada dalam wayang wong ini dapat dilihat dari ajaran dan nilai-nilai wayang wong tentang manusia, alam dan tuhan serta tentang bagaimana manusia dapat mencapai kesempurnaan hidupnya Wayang wong bukan merupakan salah satu wahana untuk sumber pencarian nilai-nilai luhur yang diperlukan namun wayang wong merupakan salah satu alat pendidikan yang baik sekali melalui sebuah pementasan. Pertunjukan wayang wong itu sendiri merupakan metode pendidikan yang menarik, karena wayang wong mengajakan ajaran nilai-nilai tidak secara indoktrinasi namun ajaran yang disampaikan di pementassan wayang wong bersifat menawarkan bagi individu yang menontonya. Ajaran yang di pentaskan dalam pementasan wayang wong merupakan suatu ajaran yang konkret dengan menghadirkan tokoh-tokoh yang yang diperankan oleh pemeran dengan karakteristik masing-masing tokoh. (Amir, 1994). Dalam pementasan wayang wong aktor yang memerankan tokoh salah satu karakter yang akan dibawakanya harus dapat membawakan sesuai

3 dengan karakter tokoh yang akan dibawakanya. Pentingnya kemampuan untuk membawakan karakter akan terwujud dalam pementasan wayang orang. Dalam memerankan suatu tokoh yang akan dimainkan di wayang wong dibutuhkan empati yang dapat mendukung seorang pemain memerankan tokoh yang akan dibawakan. Misalnya karakter tokoh Punakawan yang terdiri dari tokoh Semar, tokoh Gareng, tokoh Petruk, dan tokoh Bagong. Karakter tokoh Gareng adalah selalu berhati-hati dalam bertindak, mengupayakan kerukunan para saudarannya saja, dan benci kejahatan. Tokoh Petruk memiliki karakter sopan santun dan baik budi pekertinya, tidak suka mencari musuh, cinta damai. Sedangkan tokoh bagong memiliki karakter sering bersikap lancang, suka memotong pembicaaan orang lain, dan bila berbicara sambil bercanda. Karakter dari tokoh Semar adalah penyabar, sikap mengalah, dan mencintai sesama manusia (Susilo, 1993). Berperilaku empati terhadap orang lain dimungkinkan untuk bisa memahami orang lain karena seseorang masuk dan menjadi sama dengan orang lain, sehingga empati justru dianggap sebagai salah satu cara yang efektif dalam usaha mengenali, memahami dan mengevaluasi orang lain. Seseorang bisa benar-benar merasakan dan menghayati sebagai orang lain termasuk cara seseorang mengamati dan menghadapi masalah dan keadaannya (Gunarsa, 2002). Kemampuan berempati merupakan suatu ketrampilan sosial, oleh karena itu dapat dipelajari atau dilatih. Dasar kemampuan untuk berempati pada orang lain adalah adanya sikap hati terbuka, terbuka artinya mau mengerti perasaan orang lain dan mau dimengerti oleh orang lain. Seseorang dapat dimengerti atau

4 memahami orang lain dan dipahami orang lain, individu perlu memahami dirinya sendiri terlebih dulu (Pratidarmanastiti, 2009). Dalam setiap pemain wayang wong dibutuhkan kecerdasan emosi di antaranya dalam memahami perasaan orang lain. Empati adalah pemahaman terhadap pikiran dan perasaan orang lain dengan cara menempatkan diri dalam kerangka pedoman psikologis orang tersebut tanpa sungguh-sungguh merasakan apa yang dialami orang yang bersangkutan. Definisi empati menurut Koetsner dan Franz (dalam Taufiq, 2000) adalah suatu kemampuan seseorang untuk menempatkan diri dalam perasan ataupun pikiran orang lain tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan atau tanggapan orang tersebut. Menurut Joewono (1989), empati berarti perasaan dimana seseorang ikut merasakan dan memahami orang lain, atau lebih gampangnya empati berarti menempatkan diri seolah-olah menjadi orang lain. Mempunyai rasa empati adalah suatu keharusan seorang manusia, karena disana terletak nilai kemanusiaan seseorang. Diartikan juga empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Empati yang dilakukan oleh aktor wayang wong di Sriwedari merupakan rasa berempati terhadap karakter tokoh yang akan dimainkan pada saat mendalami karakter tokoh. Aktor wayang wong Sriwedari sering kali mendapatkan peran yang berbeda dalam setiap pementasanya namun ada juga yang hanya memerankan satu karakter tokoh yang sama dengan yang sebelumnya, tetapi hanya terdapat beberapa orang saja yang mendapatkan tokoh yang sama. Setiap

5 pemain dituntut untuk selalu siap dalam memerankan karakter tokoh yang berbeda dalam setiap pementasan. Memerankan suatu tokoh yang akan dimainkan di wayang wong dibutuhkan empati yang dapat mendukung seorang pemain memerankan tokoh yang akan dibawakan. Misalnya karakter tokoh Punakawan yang terdiri dari tokoh Semar, tokoh Gareng, tokoh Petruk, dan tokoh Bagong. Karakter tokoh Gareng adalah selalu berhati-hati dalam bertindak, mengupayakan kerukunan para saudarannya saja, dan benci kejahatan. Tokoh Petruk memiliki karakter sopan santun dan baik budi pekertinya, tidak suka mencari musuh, cinta damai. Sedangkan tokoh bagong memiliki karakter sering bersikap lancang, suka memotong pembicaaan orang lain, dan bila berbicara sambil bercanda. Karakter dari tokoh Semar adalah penyabar, sikap mengalah, dan mencintai sesama manusia (Susilo, 1993). Berperilaku empati terhadap orang lain dimungkinkan untuk bisa memahami orang lain karena seseorang masuk dan menjadi sama dengan orang lain, sehingga empati justru dianggap sebagai salah satu cara yang efektif dalam usaha mengenali, memahami dan mengevaluasi orang lain. Seseorang bisa benar-benar merasakan dan menghayati sebagai orang lain termasuk cara seseorang mengamati dan menghadapi masalah dan keadaannya (Gunarsa, 2002). Berdasarkan data dokumentasi obersvasi lapangan yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan data pemain wayang wong di sriwedari secara keseluruhan sebanyak 72 pemain dengan 36 pemain karawitan dan crew serta 36 pemain wayang. Didalam penelitian ini mengkhususkan pada pemain wayangnya

6 saja, untuk penelitian ini yang digunakan untuk informan, hanya pemain wayang sudah menjadi pemain tetap atau yang sudah di angkat menjadi PNS pemain wayang wong di Sriwedari. Jumlah pemain tetap atau yang sudah diangkat menjadi PNS pemain wayang wong di sriwedari berjumlah 23 personil Pada umumnya pemain wayang wong dalam memerankan karakter tokoh wayang biasanya memerankan tokoh yang berbeda-beda dalam setiap lakon pementasan. Para aktor dituntut untuk dapat memerankan karakter tokoh yang dibawakanya dengan baik pada saat pementasan dan para aktor harus dapat mempunyai kesiapan dalam menjalankan peran yang harus di bawakanya. Pemain wayang wong yang sering berganti tokoh peran yang dimainkan dalam pementasan mempunyai kesiapan dalam mendalami karakter tokoh wayang yang akan dimainkan dan mempelajari karakter tokoh serta manghayatinya. Pemain biasanya sebelum pementasan diberi pengarahan terlebih dahulu oleh sutradara dan diberi bagian peran yang akan dimainkan. Setiap pemain wayang wong di sriwedari mempunyai keahlian di salah satu karakter tokoh yang dimainkan. Salah satunya pemain wayang wong yang berinisial G yang sangat ahli dalam membawakan karakter tokoh semar dalam pementasan wayang wong. Meskipun setiap pemain mempunyai keahlian dalam memerankan salah satu tokoh wayang, namun pemain tersebut harus mempunyai kesiapan dalam memerankan tokoh wayang yang berbeda dengan keahlianya dalam pementasan yang berbeda pula.

7 Namun ada juga pemain yang kurang setuju diberi peran yang berbeda dengan karakter tokoh wayang yang sudah didalami dan sering dibawakan pada saat pementasan wayang wong dan itu hanya terdapat beberapa pemain saja. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang mementaskan cerita tentang Ramayana dan Mahabarata yang dimainkan oleh aktor dengan memerankan tokoh yang berbeda-beda merupakan budaya jawa yang penuh dengan nilai-nilai luhur kesopanan dan gambaran suatu kehidupan pada manusia. Wayang wong tidak hanya menyajikan hiburan dalam pementasanya namun juga menyampaikan pesan-pesan moral untuk dapat diserap oleh para penonton yang menikmati sajian acara tersebut, karena pementasan wayang wong berbeda dengan pementasan seni drama yang lainya. Masingmasing pemain wayang wong mempunyai ciri-ciri estetis tersendiri yang menggambarkan peran yang dibawakanya serta di cirikan pada sebuah gerakan, tari, tata rias, serta busana yang dikenakanya. Keseluruhan tokoh di dalam wayang wong dipilahkan ke dalam beberapa bagian pokok sesuai dengan karakteristiknya (Sutterheim dalam Burger, 1983). Wayang wong telah hidup beribu tahun, seseorang dapat membuktikan bahwa ajaran dan nilai-nilai itu telah dipakai oleh masyarakat Indonesia dari zaman sebagai ajaran dan nilai-nilai yang luhur yang dapat dipakai bangsa Indonesia dalam melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya (Amir, 1994). Wayang wong adalah suatu kesenian tradisional yang sangat multifungsi dan universal semua kalangan masyarakat dapat menikmati dalam pementasan wayang wong. Para penikmat pewayangan sependapat apabila pementasan

8 wayang wong merupakan kesenian tradisional yang mempunyai nilai-nilai luhur yang tinggi. Wayang wong mengajarkan ajaran dan nilai-nilai itu tidak secara teoritis saja (berupa ajaran dan nilai-nilai) melainkan secara konkret dengan menghadirkan kehidupan tokoh-tokohnya yang konkret sebagai teladan. Dalam pertunjukan wayang wong banyak sekali ajaran dan nilai-nilai yang diserap dalam wayang wong, untuk itu banyak sekali orang jawa atau bangsa Indonesia menganggap wayang wong sebagai ensiklopedi hidup. Kelengkapan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang ada dalam wayang wong ini dapat dilihat dari ajaran dan nilai-nilai wayang wong tentang manusia, alam dan tuhan serta tentang bagaimana manusia dapat mencapai kesempurnaan hidupnya Wayang wong bukan merupakan salah satu wahana untuk sumber pencarian nilai-nilai luhur yang diperlukan namun wayang wong merupakan salah satu alat pendidikan yang baik sekali melalui sebuah pementasan. Pertunjukan wayang wong itu sendiri merupakan metode pendidikan yang menarik, karena wayang wong mengajakan ajaran nilai-nilai tidak secara indoktrinasi namun ajaran yang disampaikan di pementassan wayang wong bersifat menawarkan bagi individu yang menontonya. Ajaran yang di pentaskan dalam pementasan wayang wong merupakan suatu ajaran yang konkret dengan menghadirkan tokoh-tokoh yang yang diperankan oleh pemeran dengan karakteristik masing-masing tokoh. (Amir, 1994). Dalam pementasan wayang wong aktor yang memerankan tokoh salah satu karakter yang akan dibawakanya harus dapat membawakan sesuai dengan karakter tokoh yang akan dibawakanya. Pentingnya kemampuan untuk membawakan karakter akan terwujud dalam pementasan wayang orang.

9 Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses empati pada pemain wayang wong pada informan. Berdasarkan rumusan masalah tesebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PROSES EMPATI PADA PEMERANAN TOKOH WAYANG OLEH PEMAIN WAYANG WONG DI SRIWEDARI B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah memahami proses empati pada pemeranan tokoh wayang oleh pemain wayang wong di Sriwedari. C. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang berjudul proses empati pada pemeranan tokoh wayang oleh pemain wayang wong Sriwedari antara lain : 1. Untuk pemain wayang wong, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk dapat melakukan proses empati yang lebih baik terhadap karakter tokoh yang akan dimainkan sehingga pemain dapat mementaskan tokoh dengan lebih baik. 2. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi sosial