JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

*Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. 1

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN INDEKS PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 4 KLATEN. ABSTRAK Nur Wulan Agustina*

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi cross

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. impotensi, emfisema, dan gangguan kehamilan (Pergub DIY, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. desa pada umumnya mereka sudah kenal dekat dengan perilaku merokok. Bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

Transkripsi:

GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PROFILTEKANAN DARAH PADA MAHASISWA PEROKOK LAKI-LAKI USIA 18-22 TAHUN (Studi Kasus di Fakultas Teknik Jurusan Geologi Universitas Diponegoro Semarang) * ), Ari Udiyono** ), Lintang Dian Saraswati** ) * ) Alumnus FKM UNDIP, ** ) Dosen Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP ABSTRAK Perilaku merokok pada remaja semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok sehingga mengakibatkan ketergantungan. Merokok merupakan faktor risiko bagi beberapa penyakit tidak menular, diantaranya adalah penyakit jantung dan peredaran (tekanan) darah. Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Permasalahan mengenai rokok ini ditemukan pada mahasiswa laki-laki yang merokok di Fakultas Teknik Jurusan Geologi Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok dengan profil tekanan darah pada mahasiswa laki-laki usia 18-22 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Besar populasi adalah 142 mahasiswa. Sampel berjumlah 80 responden yaitu mahasiswa laki-laki perokok Fakultas Teknik Jurusan Geologi Universitas Diponegoro Semarang. Analisis uji statistik menggunakan uji korelasi rank spearman dan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan jumlah rokok yang dihisap dengan profil tekanan darah sistolik (p=0,0001 jadi p<0,05) dan tekanan (p=0,0001 jadi p<0,05) pada responden perokok. Sedangkan lama menghisap rokok, cara menghisap rokok, dan jenis rokok tidak terdapat hubungan dengan profil tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden (p>0,05). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah semakin banyak jumlah rokok yang dihisap dalam setiap hari maka aka berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. Dan dari penelitian tersebut peneliti menyarankan untuk mengurangi risiko timbulnya penyakit terutama hipertensi hendaknya para mahasiswa mengurangi konsumsi rokok. Kata Kunci : jumlah rokok, lama merokok, cara merokok, jenis rokok, tekanan darah PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. (1) Perilaku merokok pada remaja merupakan perilaku simbolisasi untuk menunjukkan kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis. Selain itu, perilaku merokok juga bertujuan untuk mencari kenyamanan karena

dengan merokok dapat mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi. (2) Jumlah perokok remaja di berbagai negara di dunia juga meningkat. Secara keseluruhan jumlah perokok di dunia adalah 41,6% dari jumlah total perokok di dunia. Penelitian yang dilakukan Global Youth Tobacco Surveys di Baghdad Irak tahun 2007, terhadap 269.990 dengan umur 13-15 tahun, menunjukkan bahwa 39,5% anak laki-laki dan 16,1% perempuan sudah mencoba merokok. Sehingga anakanak ini akan berpotensi menjadi perokok dalam waktu yang tidak lama. (3) Merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu secara terus-menerus diupayakan penanggulangannya. Seiring dengan hal tersebut hasil riset kesehatan Indonesia tahun 2010 memperlihatkan prevalensi perokok di Indonesia sebesar 34,7% dari jumlah penduduk dan 1,7% dari perokok mulai merokok saat berumur 5-9 tahun sedangkan 43,3% merokok sejak usia remaja yaitu 15-19 tahun. (4) Prevalensi hipertensi remaja di seluruh dunia sekitar 15 20% populasi. Berdasarkan data hasil pencatatan dan pelaporan Riskesdas Depkes RI Tahun 2007 prevalensi hipertensi remaja sekitar 6 15%. (5) Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya doseresponse effect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja, merokok dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Selain dari lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari. Seseorang yang merokok lebih dari 1 pak (12 batang) rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan untuk menderita hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. (6) Seiring meningkatnya jumlah perokok remaja pasti ada penyebabnya yang dapat mempengaruhi perilaku tersebut. Penyebab meningkatnya jumlah perokok remaja yang berkaitan dengan rokok itu sendiri yaitu jenis rokok tertentu. Jenis rokok yang dipilih para remaja adalah jenis rokok putih. Jenis rokok yang beredar di masyarakat saat ini ada dua, yang pertama rokok yang berfilter yang biasa disebut dengan rokok putih dan yang kedua rokok yang tidak berfilter atau biasa disebut oleh masyarakat sebagai rokok kretek. (6) Pada keadaan merokok, pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmhg dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit. (7) Rokok merupakan zat adiktif yang menyebabkan syndrome withdrawl atau ketagihan baik secara fisiologis maupun psikologis yang menyebabkan penurunan mental dan kualitas seseorang khususnya mahasiswa yang dikenal sebagai generasi penerus bangsa. Permasalahan mengenai rokok ini masih ditemukan pada mahasiswa yang merokok di Fakultas Teknik Jurusan Geologi Universitas Diponegoro Semarang. Mahasiswa teknik geologi memiliki tugas dan jadwal praktik yang padat, sehingga mereka dalam menyelesaikan tugastugas perkuliahan dengan

mengkonsumsi rokok dengan tujuan untuk mengurangi tingkat stres. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis kebiasaan merokok dengan profil tekanan darah pada mahasiswa perokok laki-laki Fakultas Teknik Jurusan Geologi Undip Semarang. MATERI DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif analitik dengan desain cross sectional untuk mengetahui hubungan variabel bebas yang meliputi jumlah rokok yang dihisap, lama menghisap rokok, cara menghisap rokok, jenis rokok yang dihisap, terhadap variabel terikat yaitu tekanan darah pada mahasiswa perokok laki-laki usia 18-22 tahun Fakultas Teknik Jurusan Geologi Universitas Diponegoro Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa perokok laki-laki Fakultas Teknik Jurusan Geologi di Universitas Diponegoro Semarang sebanyak 142 mahasiswa perokok. Sampel dalam penelitian ini akan ditentukan menggunakan rumus sampel uji hipotesis untuk dua proporsi populasi dua arah Lemeshow, dan dihasilkan sampel sebanyak 80 responden. (8) Untuk mendapatkan sampel sebanyak 80 tersebut, maka akan dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, serta anggota populasi dianggap homogen Penelitian ini menggunakan kuesioner dan pengukuran tekanan darah yaitu bertujuan untuk sebagai alat dalam penelitian untuk mempermudah dalam melakukan penelitian dan memperoleh data yang akurat dari responden sehingga bisa menggambarkan kebiasaan merokok (jumlah rokok, lama merokok, cara menghisap rokok, jenis rokok) dengan profil tekanan darah pada mahasiwa perokok laki-laki Fakultas Teknik Jurusan Geologi Universitas Diponegoro Semarang. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, usia responden yang paling banyak 21 tahun (37,50%). Usia responden berkisar antara 18-22 tahun. Pada usia ini tergolong remaja akhir. Pada usia remaja awal sampai akhir yaitu dari usia 12-22 tahun dimana pada usia ini mereka mengalami beberapa perubahan yaitu perubahan biologis dan perubahan psikologi. Sebagian besar dari responden menyatakan bahwa alasan pertama kali merokok adalah berasal dari teman sebaya yang menjadikannya penasaran ingin mencoba untuk merokok. Setelah merasa terbiasa merokok, mereka sudah masuk dalam kondisi ketagihan dengan anggapan bahwa dengan merokok dapat merubah suasana hati dan mengurangi rasa stres akibat beban kuliah dan praktek di lapangan. Dari sebagian responden mengetahui bahwa dampak akan Tekanan Darah Sistolik Jumlah rokok Berat 25 96,13 1 3,87 Ringan 23 42,59 31 57,41 muncul dimasa mendatang namun mereka tidak menghiraukan kesan negatif yang muncul pada saat ini, mereka juga beranggapan pennyakit hipertensi bakal menyerang seseorang pada usia 40 ke atas, jadi mereka beranggapan bahwa usia

muda tidak bakal terkena penyakit hipertensi. Efek langsung yang dialami oleh orang yang merokok Tekanan Darah Diastolik Jumlah rokok Berat 19 73,08 7 26,92 Ringan 13 24,07 41 75,93 misalnya : aktivitas otak dan sistem saraf yang mula-mula meningkat lalu kemudian menurun, merasakan relaks, mengurangi rasa gugup, meningkatkan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, berkurangnya indra pengecap dan pembau. Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja maka dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. (6) Pada penelitian ini ditemukan tekanan darah sistolik tertinggi yaitu 162 mmhg, dalam teori menyebutkan bahwa tekanan darah sistoilik normal yaitu 120mmHg. Sedangkan tekanan paling tinggi 105 mmhg, dalam teori menyebutkan bahwa tekanan normal yaitu 80mmHg. Perbedaan ini karena banyaknya jumlah rokok yang dihisap oleh responden berbeda. Pada penelitian ini ditemukan beberapa responden menghisap rokok per harinya 2 bungkus (24 batang). Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10 25 mmhg dan menambah detak jantung 5 20 kali per menit. (9) Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap semakin berpengaruh juga terhadap peningkatan tekanan darah. Tabel 1 Analisis hubungan jumlah rokok yang dihisap dengan tekanan darah sistolik Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan uji rank spearman hubungan jumlah rokok yang dihisap dengan tekanan darah sistolik diperoleh nilai p=0,0001 yang berarti p<0,05 (Ho ditolak dan Ha diterima), sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan tekanan darah sistolik pada Tabel 2 Analisis hubungan jumlah rokok yang dihisap dengan tekanan Tekanan Darah Sistolik Lama merokok 3tahun 32 65,31 17 34,69 <3tahun 16 51,61 15 48,39 Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil Dari hasil analisis bivariat dengan uji rank spearman hubungan jumlah rokok yang dihisap dengan tekanan diperoleh nilai p=0,0001 yang berarti p<0,05 (Ho ditolak dan Ha diterima), sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan tekanan pada Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian adibah yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang dihisap dengan tekanan darah (p=0,045; r=0,523). (10) Dan juga penelitian lain menunjukkan faktor yang berhubungan dengan tekanan darah adalah jumlah rokok yang dihisap (p= 0,0001) yaitu ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan tekanan darah. (11) Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebagian besar

responden dengan kategori perokok ringan yaitu menghisap rokok kurang dari 10 batang per hari (67,50%), sedangkan dengan kategori perokok berat yaitu menghisap rokok antara 10-20 atau lebih batang per hari (32,50%). Orang yang sudah kecanduan rokok maka semakin hari kebutuhan dosis rokok akan semakin meningkat. Untuk menaikkan dosis tersebut maka perokok akan menambah jumlah rokok yang dikonsumsi pada setiap harinya. Pada penelitian ini terdapat hubungan antara jumlah rokok dengan tekanan darah, sehingga semakin banyak rokok yang dihisap setiap harinya maka semakin tinggi pula tekanan darah dan dapat menjadi faktor risiko terkena penyakit darah tinggi sehingga dapat menyebabkan kematian. Biasanya jumlah rokok bisa bertambah ketika responden sedang begadang bersama teman dan juga banyaknya aktifitas yang berupa praktikum serta praktek lapangan. Hasil penelitian jumlah rokok yang dihisap ini sesuai dengan pendapat peneliti terdahulu yang menyatakan bahwa mengkonsumsi satu batang rokok dapat terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah selama 15 menit, selain itu merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25mmHg dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit. (9) Tabel 3 Analisis hubungan lama menghisap rokok dengan tekanan darah sistolik Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan uji rank spearman hubungan lama menghisap rokok dengan tekanan darah sistolik diperoleh nilai p=0,448 yang berarti p>0,05 (Ho diterima dan Ha ditolak), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara lama menghisap rokok dengan tekanan darah sistolik pada Tabel 4 Analisis hubungan lama menghisap rokok dengan tekanan Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan uji rank spearman hubungan lama menghisap rokok dengan tekanan diperoleh nilai p=0,86 yang berarti p>0,05 (Ho diterima dan Ha ditolak), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara lama menghisap rokok dengan tekanan pada Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,191). (12) Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sesuai penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama merokok dengan tekanan darah (p=0,000). (11) Hasil tersebut berbeda dengan pernyataan bahwa adanya dampak lama merokok terhadap hipertensi sangat beralasan, sebab semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja, merokok dapat berhubungan dengan Tekanan Darah Diastolik Lama merokok 3tahun 23 46,94 26 53,06 <3tahun 9 29,03 22 70,97 tingkat arterosclerosis. Risiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya rokok yang dihisap dan usia awal merokok yang

lebih dini. Namun, dampak rokok yang berupa penyakit akan terasa setelah beberapa tahun digunakan. (6) Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebagian besar responden merokok 3 tahun (61,30%), sedangkan responden merokok <3 tahun (38,80%). Ratarata lama merokok pada responden 3,5 tahun dan usia mulai merokok adalah pada usia 15 tahun. Hal ini dikarenakan banyak orang disekitar responden memiliki kebiasaan merokok, sehingga secara tidak langsung responden terpengaruh oleh orang disekitarnya dan ingin mencoba merasakan rokok. Dan pada akhirnya merokok menjadi suatu keharusan yang harus dikonsumsi. Pada penelitian ini tidak terdapat berhubungan antara lama merokok dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik kemungkinan karena dosis (banyaknya) rokok yang dihisap oleh responden per hari lebih signifikan dampaknya dari pada lama terpapar asap rokok. (13) Tabel 5 Analisis hubungan cara menghisap rokok dengan tekanan darah sistolik Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan uji chisquare hubungan cara menghisap rokok dengan tekanan darah sistolik diperoleh nilai p=0,913 yang berarti p>0,05 (Ho diterima dan Ha ditolak), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara cara menghisap rokok dengan tekanan darah sistolik pada Tabel 6 Analisis hubungan cara menghisap rokok dengan tekanan Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan uji chisquare hubungan cara menghisap rokok dengan tekanan diperoleh nilai p=0,080 yang berarti p>0,05 (Ho diterima dan Ha ditolak), Tekanan Darah Sistolik Cara menghisap Dalam 37 59,67 25 40,32 Mulut 11 61,11 7 38,89 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara cara menghisap rokok dengan tekanan pada Sebagian responden meyakini bahwa menghisap rokok itu adalah sebuah kesenangan tersendiri, sebagian mengaku merasakan nikmatnya merokok saat sedang merasakan bosan, santai, setelah setelah makan, serta saat merasakan gugup. Sebagian juga responden mengaku bahwa mereka lebih memillih menghisap rokok daripada makan. Jadi pada responden Tekanan Darah Diastolik Cara menghisap Dalam 28 45,16 34 54,84 Mulut 4 22,22 14 77,78 meyakini bahwa rokok dapat menimbulkan ketenangan dan terasa tanpa beban. Cara menghisap rokok dengan kategori isapan dalam yaitu menghisap asap rokok sampai ke kerongkongan merupakan cara yang paling disukai oleh responden karena mereka dapat merasakan kenikmatan saat merokok. Rata-rata dalam sebatang rokok responden menghisap sebanyak 15 hisapan. Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara cara menghisap rokok dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik kemungkinan karena kurangnya pemahaman pada responden tentang kategori cara menghisap rokok (hisapan dalam dan hisapan mulut). Dari hasil dapat dilihat bahwa dengan kategori hisapan mulut memiliki

persentase lebih besar daripada hisapan dalam. Padahal secara teori tekanan darah lebih besar apabila menghisap rokok dengan hisapan dalam dibanding dengan hisapan mulut. (6) Tabel 7 Analisis hubungan jenis rokok kretek dengan tekanan darah sistolik Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan uji chi-square hubungan jenis rokok kretek dengan tekanan darah sistolik diperoleh nilai p=1,000 yang berarti p>0,05 (Ho diterima dan Ha ditolak), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis rokok kretek dengan tekanan darah sistolik pada Jenis Tekanan Darah Sistolik Kretek Sering 1 50,00 1 50,00 Tabel 8 Analisis hubungan jenis rokok kretek dengan tekanan Tabel 8 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan uji chi-square hubungan jenis rokok kretek dengan tekanan diperoleh nilai p=1,000 yang berarti p>0,05 (Ho diterima dan Ha ditolak), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis rokok kretek dengan tekanan pada 47 60,26 31 39,74 Jenis Tekanan Darah Diastolik Kretek Sering 1 50,00 1 50,00 31 39,74 47 60,26 Tabel 9 Analisis hubungan jenis rokok filter dengan tekanan darah sistolik Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan uji chisquare hubungan jenis rokok filter dengan tekanan darah sistolik diperoleh nilai p=1,000 yang berarti Jenis Tekanan Darah Sistolik Filter Sering 42 60,00 28 40,00 6 60,00 4 40,00 p>0,05 (Ho diterima dan Ha ditolak), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis rokok filter dengan tekanan darah sistolik pada Tabel 10 Analisis hubungan jenis rokok filter dengan tekanan Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan uji chi-square hubungan jenis rokok filter dengan tekanan diperoleh nilai Jenis Tekanan Darah Diastolik Filter Sering 30 42,86 40 57,14 2 20,00 8 80,00 p=0,301 yang berarti p>0,05 (Ho diterima dan Ha ditolak), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis rokok filter dengan tekanan pada Tabel 11 Analisis hubungan jenis rokok cerutu dengan tekanan darah sistolik

Jenis Rokok Cerutu Tekanan Darah Sistolik Sering 0 0 0 0 48 60,00 32 40,00 Tabel 12 Analisis hubungan jenis rokok cerutu dengan tekanan Jenis Tekanan Darah Diastolik Cerutu Sering 0 0 0 0 32 40,00 48 60,00 Tabel 13 Analisis hubungan jenis rokok linting dengan tekanan darah sistolik Jenis Tekanan Darah Sistolik Linting Sering 0 0 0 0 48 60,00 32 40,00 Tabel 14 Analisis hubungan jenis rokok linting dengan tekanan Jenis Tekanan Darah Diastolik Linting Sering 0 0 0 0 32 40,00 48 60,00 Menurut jenisnya rokok dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu kretek, filter, cerutu, dan linting (rokok buatan sendiri). Hasil analisa data menunjukkan bahwa hampir semua responden lebih menghisap rokok filter (97,22%), dibanding dengan rokok non filter seperti kretek, cerutu, linting. Responden lebih memilih rokok filter karena menurut mereka rokok filter lebih aman karena terdapat gabus (penyaring), dan menurut responden rokok filter lebih aman dibanding rokok non filter. Terdapat beberapa responden iseng menghisap rokok cerutu dan linting. Pada uji hubungan jenis rokok dengan tekanan darah sistolik dan diastolik, jenis rokok cerutu dan linting tidak bisa dilakukan uji hubungan dikarenakan tidak ditemukan pada responden menghisap jenis rokok cerutu dan linting dengan kategori. Dari hasil uji hubungan jenis rokok kretek dan filter didapat nilai p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis rokok dengan tekanan darah pada Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang menunjukkan ada hubungan antara jenis rokok dan kejadian hipertensi (p=0,011). (12) Dari hasil analisa data menunjukkan bahwa hampir semua responden lebih menghisap rokok filter yaitu sebanyak 97,22%, dibanding dengan rokok non filter seperti kretek, cerutu, linting. Menurut sebagian besar responden rokok filter merupakan rokok yang lebih aman daripada jenis rokok lain, karena dalam rokok filter terdapat gabus penyaring. Mereka beranggapan bahwa gabus tersebut dapat menyaring kandungan yang terdapat dalam asap rokok sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit. Harga rokok filter dan kretek relatif murah dan banyak tersedia di warung-warung di lingkungan sekitar. Akan tetapi juga tidak dipungkiri responden juga kadang menghisap rokok jenis kretek, responden mengatakan bahwa rokok kretek lebih terasa. Responden yang menghisap rokok cerutu hanya beberapa saja selain harganya yang mahal rokok cerutu

juga jarang ditemukan di sekitar kita. Sedangkan untuk jenis rokok linting hanya beberapa responden yang mencoba menghisapnya. Rokok non filter memiliki kandungan nikotin dan tar lebih besar dari pada rokok filter sehingga risiko yang ditimbulkan juga kebih besar. Kandungan kadar nikotin pada rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan kandungan kadar tar pada rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg. Dengan kandungan nikotin dan tar yang lebih besar serta tidak disertai penyaringan pada pangkal batang rokok (filter), maka potensi masuknya nikotin dan tar ke dalam paru-paru dari rokok non filter akan lebih besar daripada rokok filter sehingga dapat berdampak buruk pada pemakainya dan salah satunya akan terkena risiko hipertensi. (14) SIMPULAN Setelah melakukan penelitian tentang gambaran kebiasaan merokok dan menganalisis hubungan jumlah rokok, lama menghisap rokok, cara menghisap rokok dan jenis rokok yang dihisap dengan tekanan darah dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut : 1. Sebagian besar responden (67,50%) menghisap rokok dengan ketegori jumlah rokok ringan yaitu antara 1-9 batang per hari, sebanyak (32,50%) menghisap rokok dengan kategori jumlah rokok berat yaitu 10-20 batang atau lebih peh hari. Rata-rata respenden menghisap rokok per harinya yaitu sebanyak 8 batang. 2. Sebanyak (61,30%) responden menghisap rokok dengan kategori lama menghisap 3 tahun, sedangkan responden sebanyak (38,80%) menghisap rokok dengan kategori kurang dari 3 tahun. Rata-rata lama menghisap rokok pada responden yaitu 42 bulan dan mulai merokok pada usia SMP. 3. Sebagian besar responden (77,50%) menghisap rokok dengan kategori cara menghisap rokok dengan isapan dalam, sedangkan (22,50%) menghisap rokok dengan isapan mulut. 4. Hampir semua responden (97,22%) lebih menghisap jenis rokok filter, urutan selanjutnya yaitu jenis rokok kretek, linting dan cerutu. ada responden yang menghisap jenis rokok cerutu dan linting dengan kategori hisapan. 5. Sebanyak (60,00%) responden memiliki tekanan darah sistolik di atas normal, dan (40,00%) memiliki tekanan darah sistolik normal. Rata-rata tekanan darah sistolik pada responden yaitu 133,96 mmhg dan tekanan darah sistolik tertinggi yaitu 162,00%. Sebanyak (40,00%) responden memiliki tekanan diastolik diatas normal, dan (60,00%) responden memiliki tekanan normal. Rata-rata tekanan pada responden yaitu 80,71 mmhg dan tekanan darah diastolik tertinggi yaitu 105,00 mmhg. 6. Ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap setiap hari dengan tekanan darah pada mahasiswa (sistolik p=0,0001, r=0,744), (diastolik p=0,0001, r=0,451). Jadi semakin banyak rokok yang dihisap semakin tinggi pula tekanan darahnya. 7. ada hubungan antara lama menghisap rokok dengan tekanan darah pada mahasiswa (sistolik p=0,448, r=0,86), (diastolik p=0,86, r=0,193).

8. ada hubungan antara cara menghisap rokok dengan tekanan darah pada mahasiswa (sistolik p=0,913), (diastolik p=0,080). 9. ada hubungan jenis rokok kretek dan filter dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada mahasiswa. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa dengan kebiasaan merokok, maka ada beberapa saran yang dapat disampaikan : 1. Bagi mahasiswa perokok a. Untuk mengurangi risiko timbulnya penyakit tidak menular akibat rokok (tekanan darah tinggi) hendaknya para mahasiswa mengurangi konsumsi rokok. b. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin sebagai upaya preventif terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi. 2. Bagi peneliti lain a. Perlu dilakukan penelitian yang mencakup faktor-faktor risiko kejadian tekanan darah terutama pada mahasiswa. b. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kebiasaan merokok dengan tekanan darah menggunakan sampel yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA 1. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. 2. Komasari, D., Helmi A. Faktorfaktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Yogyakarta: Univeristas Gadjah Mada Press, 2008. 3. Abdullah., Naseem A., Qureshi. The Global Younth Tobacco Survey. Saudi Arabia, 2007. Diakses melalui http://www.satcp.com/newsite/user/arabic_new s/12gyts.pdf 4. Kementerian kesehatan Republik Indonesia. Standar Pertumbuhan dan Kesehatan Remaja Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan, 2011. 5. Riset Kesehatan Dasar. Laporan Provinsi Jawa Tengah2007, Penyakit Menular. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia, 2008. 6. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. 7. Sitepoe, M. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia, 1997. 8. Lameshow S, Hosmer DW,Klar J, Lwanga SK. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University press, 1997. 9. Mangku, S. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta : Gramedia, 1997. 10. Sulviana, N. Analisis Hubungan Gaya Hidup Dengan Kadar Lipid Darah dan Tekanan Darah Pada Penderita Jantung Koroner. Program Studi Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor, 2008. 11. Adibah N.S.Z. Pengaruh Tekanan Darah Pada Perokok Di Kalangan Mahasiswa Lelaki Angkatan 2007 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara, 2010.

12. Haninda, F.N., Bustamam, N., Diandini, R,. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dan Kejadian Hipertensi Di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat. Jakarta : Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran UPN Veteran, 2011. 13. Yuwon HS. Ilmu bedah vaskuler dan pengalaman praktis. Bandung: Refika Aditama, 2010. 14. Sianturi, G. Merokok dan Kesehatan. Jakarta : 2003.