INTENSITAS BED LOAD SUNGAI BIYONGA Rawiyah Husnan 1

dokumen-dokumen yang mirip
BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI SALUWANGKO DI DESA TOUNELET KECAMATAN KAKAS KABUPATEN MINAHASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

AWAL GERAK BUTIR SEDIMEN

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) PENGENDALIAN SEDIMEN DAN EROSI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bangunan sungai seperti abutment jembatan, pilar jembatan, crib sungai,

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal

EFEKTIFITAS SALURAN PRIMER JETU TIMUR TERHADAP GERUSAN DASAR DAN SEDIMENTASI PADA SISTEM DAERAH IRIGASI DELINGAN.

Prediksi Sedimentasi Kali Mas Surabaya ABSTRAK

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN TOTAL SUNGAI PERCUT KABUPATEN DELI SERDANG

2015 ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Morfologi Sungai

TRANSPOR SEDIMEN SUSPENSI (SUSPENDED LOAD TRANSPORT)

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3 Pembatasan Masalah

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

PEMBUATAN LAPISAN PELINDUNG (ARMOURING) SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK STABILITAS DASAR PERMUKAAN SUNGAI. Cahyono Ikhsan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI GORONTALO

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Hidraulika Saluran Terbuka. Pendahuluan Djoko Luknanto Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Created by : Firman Dwi Setiawan Approved by : Ir. Suntoyo, M.Eng., Ph.D Ir. Sujantoko, M.T.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Umum

PENGARUH VARIASI DEBIT AIR TERHADAP LAJU BED LOAD PADA SALURAN TERBUKA DENGAN POLA ALIRAN STEADY FLOW

STUDI MUATAN SEDIMEN DI MUARA SUNGAI KRUENG ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai

PENGARUH BENTUK PILAR JEMBATAN TERHADAP POTENSI GERUSAN LOKAL

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

EVALUASI ANALISIS TEGANGAN GESER PADA DAERAH HULU DAN HILIR SUDETAN WONOSARI SUNGAI BENGAWAN SOLO

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM)

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

PENELITIAN KARAKTERISTIK BLOK BETON TERKUNCI UNTUK PENGENDALIAN GERUSAN LOKAL DAN DEGRADASI DASAR SUNGAI

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc.

SEDIMENTASI PADA SALURAN PRIMER GEBONG KABUPATEN LOMBOK BARAT Sedimentation on Gebong Primary Chanel, West Lombok District

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N

BAB III LANDASAN TEORI

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA PADA ALIRAN SERAGAM SALURAN TERBUKA BERDASARKAN PENGUKURAN 1, 2, DAN 3 TITIK

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI KAMPAR KANAN DI DAERAH TARATAK BULUH. ABSTRAK

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi,

Kajian Stabilitas Saluran Terhadap Gerusan Dasar Pada Saluran Sekunder Balong Di Sistem Daerah Irigasi Colo Timur

STUDI PENGARUH KRIB HULU TIPE IMPERMEABEL PADA GERUSAN DI BELOKAN SUNGAI (STUDI KASUS PANJANG KRIB 1/10 DAN 1/5 LEBAR SUNGAI) Jeni Paresa

I. PENDAHULUAN. II. DASAR TEORI Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

STUDI KECEPATAN JATUH SEDIMEN DI PANTAI BERLUMPUR (STUDI KASUS LOKASI PANTAI BUNGA BATUBARA SUMATERA UTARA)

KAJIAN LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI WAMPU. Arta Olihen Boangmanalu 1, Ivan Indrawan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Kata Kunci: Abutmen Spill-Through Abutment dan Vertical Wall Without Wing, Gerusan Lokal, Kedalaman Gerusan Relatif

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN (SABO DAM) BERDASARKAN MORFOLOGI SUNGAI DI SUNGAI WARMARE, KABUPATEN MANOKWARI

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( )

KAJIAN STABILITAS SALURAN TERHADAP GERUSAN DASAR PADA SALURAN SEKUNDER BALONG DI SISTEM DAERAH IRIGASI COLO TIMUR.

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan...

KAJIAN KEDALAMAN GERUSAN DISEKITAR ABUTMEN JEMBATAN TIPE WING WALL DAN SPILLTHROUGH TANPA PROTEKSI UNTUK SALURAN BERBENTUK MAJEMUK

ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMEN DASAR SUNGAI TERHADAP PARAMETER KEDALAMAN

MEKANISME PERILAKU GERUSAN LOKAL PADA PILAR SEGIEMPAT DENGAN VARIASI DEBIT

BAB X PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN DEBIT

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR SIMBOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. (catchment area) yang berperan menyimpan air untuk kelangsungan hidup

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM)

ANALISIS BENTUK DASAR (BEDFORM) SALURAN TERBUKA AKIBAT VARIASI DEBIT DALAM KONDISI SEIMBANG (KAJIAN LABORATORIUM)

STUDI KASUS IMBANGAN ANGKUTAN SEDIMEN DI KALI PUTIH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

DAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1)

SEDIMENTASI PADA WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMUR LAYANAN WADUK

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek

ANALISIS TINGGI DAN PANJANG LONCAT AIR PADA BANGUNAN UKUR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN

KAJIAN ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI BENGAWAN SOLO (SERENAN-JURUG)

UPAYA PENGENDALIAN GERUSAN DI SEKITAR ABUTMEN JEMBATAN

STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA ABSTRAK

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat kurang lebih 500 buah Danau besar dengan luas

Analisis Kedalaman Gerusan di Hilir Pintu Sorong pada Dasar Saluran Tanah Liat Berpasir (Sandy Loam) dengan Uji Model Fisik Hidraulik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

Transkripsi:

INTENSITAS BED LOAD SUNGAI BIYONGA Raiyah Husnan 1 Intisari Sungai Biyonga adalah salah satu diantara 4 sungai besar dalam lingkup DAS Limboto yang bermuara ke Danau Limboto dengan beban sedimen 0.1282 kg/detik. Sungai Biyonga merupakan satu dari 3 DAS Prioritas Tinggi (super prioritas) yang memerlukan penanganan intensif, menyeluruh serta perencanaan dan pengelolaan secara holistik, sehingga informasi seberapa besar intensitas bed load sangat dibutuhkan untuk perencanaan pengendalian sedimen yang baik dan tepat sasaran. Parameter-parameter yang mempengaruhi intensitas bed load pada S. Biyonga didapat dari pengumpulan data sekunder dan telaah terhadap studi-studi terdahulu, sedangkan data material diperoleh dari hasil uji laboratorium. Prediksi intensitas bed load dihitung berdasarkan Persamaan Einstein, Frijlink serta Meyer Peter and Muller. Intensitas bed load Sungai Biyonga rata-rata berada diatas 22000 m 3 / tahun dengan hasil maksimum yang diperoleh dari Persamaan Frijlink yakni sebesar 293870 m3/tahun atau 15 33 % dari jumlah perkiraan sedimen yang masuk ke Danau Limboto pertahun ( sekitar 1 2 juta m 3 ). Kata-kata Kunci : Bed load, Sungai Biyonga, Intensitas Abstract Biyonga River is one of the four big rivers in Limboto Catchment Area that put at sop to Limboto Lake ith the sediment burden 0,1282 kg/sec. It is one of the three super priority that need intensif plan and holistic manajement, so that the information of ho much intencity of the bed load needed to plan in controlling sediment being good and acurate. Parameters that influence the bed load intencity into Biyonga River can be collected from the secondary data and revie of the former research, hile the material dimension are got from laboratoy test. The prediction of the bed load intencity is counted based on Eistein, Frijlink, and Meyer Peter and Muller Equation. The Biyonga River intencity bed load more than 22000 m 3 /year hich the maximum outcome got from Frijlink Equation that is 293870 m 3 /year or 15 33 % from the amount of sediment prediction hich come into Limboto Lake ( about 1 2 million m 3 ). Key ords : Bed Load, Biyonga River, Intencity PENGANTAR Danau Limboto memiliki fungsi-fungsi yang cukup signifikan untuk dikembangkan diantaranya meliputi kegiatan pertanian, perikanan dan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pesisir danau serta fungsi penyeimbang lingkungan fisik seperti cadangan air tanah, pencegah banjir dan penyeimbang suhu udara. Dalam perkembangannya kondisi Danau Limboto semakin hari semakin buruk. Gejala pendangkalan dan banjir menjadi ancaman, terlihat dari luas danau 1 Ir. Raiyah Husnan, MT. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Gorontalo

JURNAL TEKNIK, Volume 5. No.2, Desember 2007 126 yang pada tahun 1932 mencapai 7000 ha, di tahun 1970 menyusut menjadi 3500 ha. Tahun 1993 perairan ini hanya mencapai kedalaman maksimum 2, 5 m dengan luas permukaan sekitar 3000 ha (Sarmita, 1994) tahun 1999 luas areal yang tersisa tinggal 2900 ha. Berdasarkan hasil analisa Kelompok Kerja Pengelolaan DAS Limboto (KK-PDLBM), BP DAS Bone Bolango, LP2G JAPESDA yang didukung oleh JICA menyatakan baha tingkat kedalaman danau pada musim kemarau berkisar antara 2 3 m. Dengan demikian terdapat pendangkalan danau yang disebabkan oleh hasil sedimentasi akibat lumpur yang berasal dari aliran sungai.dan sumber sedimen lainnya yang diperkirakan mencapai volume 1 2 juta m 3 / tahun dan menyebabkan pendangkalan rata-rata 3.5 cm/tahun. Sungai Biyonga adalah salah satu diantara 4 sungai besar dalam lingkup DAS Limboto yang bermuara ke Danau Limboto dengan beban sedimen 0.1282 kg/detik. DAS Limboto merupakan satu dari 3 DAS Prioritas Tinggi (super prioritas) disamping DAS Bone dan DAS Randangan yang memerlukan penanganan intensif, menyeluruh serta perencanaan dan pengelolaan secara holistik yang melibatkan seluruh multi stakeholder. Berbagai studi dan laporan tentang sedimentasi di Danau Limboto telah dilakukan namun informasi mengenai berapa intensitas bed load maupun suspended load belum dilaksanakan. Informasi seberapa besar intensitas bed load dan suspended load sangat dibutuhkan sehingga perencanaan pengendalian sedimen yang berasal dari aliran sungai dapat direncanakan dengan baik dan tepat sasaran. Atas dasar pertimbangan tersebut penelitian tentang Intensitas Bed Load Sungai Biyonga perlu dilaksanakan mengingat beban sedimentasi sungai Biyonga cukup tinggi dibanding beberapa sungai besar yang bermuara di Danau Limboto. TINJAUAN PUSTAKA Angkutan sedimen dapat dibedakan sebagai angkutan sedimen dasar (bed load) dan angkutan sedimen melayang (suspended load). The Subcomitte on Sediment Terminology of American Geophysical Union, mendefinisikan

JURNAL TEKNIK, Volume 5. No.2, Desember 2007 127 pergerakan sedimen dalam tiga cara yaitu sebagai contact load, saltation load dan suspended load. Untuk suatu kondisi aliran tertentu pada suatu saluran/sungai dimana komposisi material dasarnya dapat bergerak (movable bed), kondisi kritik angkutan sedimen dapat terjadi dan gerakan partikel sedimen akan terjadi. Bila tegangan geser yang relatif kecil, sebagian besar material akan bergerak sebagai contact load, sementara untuk tegangan geser yang lebih besar, material dapat bergerak secara saltasi atau suspensi, tergantung besar tegangan geser yang terjadi dan karakteristik partikel sedimennya. Biasanya sangat sukar untuk mengukur partikel yang bergerak secara saltasi. Dengan pertimbangan baha besar angkutan sedimen saltasi biasanya kecil dibandingkan angkutan sedimen contact load, maka contact load dan saltation load oleh para ahli sering disatukan, yang selanjutnya dinamakan sebagai bed load (angkutan sedimen dasar). Pada bed load, butir bergerak di dasar secara menggelinding ( rolling ), menggeser ( sliding ), atau meloncat ( jumping ). Intensitas bed load (Tb) dapat dihitung tetapi pengukuran menimbulkan kesulitan. Sedangkan pada suspended load, butir bergerak diatas dasar secara melayang, dimana gerak butir terus menerus dikompensasi oleh gerak turbulensi air. Intensitas suspended load (Ts) dapat diukur tetapi perhitungan menimbulkan kesulitan. 1. Intensitas Transpor Sedimen Intensitas transport sediment (T) pada suatu tampang lintang sungai /saluran adalah banyaknya sedimen yang leat tampang lintang tiap satuan aktu. (Pragnjono, 1987). Banyaknya sedimen dapat dinyatakan dalam : Berat (N/det), Massa (kg/det) maupun Volum (m 3 /det) I T 1 T 2 II Perbandingan T T 1 = T 2 Proses Sedimen Seimbang Dasar Stabil I II T 1 < T 2 T 1 > T 2 Erosi Pengendapan Degradasi Agradasi

JURNAL TEKNIK, Volume 5. No.2, Desember 2007 128 2. Permulaan Gerak Butiran Akibat adanya aliran air, timbul gaya-gaya yang bekerja pada material sedimen. Gaya-gaya tersebut mempunyai kecenderungan untuk menggerakkan atau menyeret butiran material sedimen. Pada aktu gaya-gaya yang bekerja pada butiran sedimen mencapai suatu harga tertentu, sehingga apabila sedikit gaya ditambahkan akan menyebabkan butiran sedimen bergerak, maka kondisi tersebut dinamakan kondisi kritik. Parameter-parameter aliran pada kondisi tersebut, seperti tegangan geser dasar ( 0 ), kecepatan aliran (U) juga mencapai kondisi kritik ( Kironoto, 1997). Tegangan geser dasar adalah gaya akibat geseran pada dasar yang merupakan gaya penghambat terhadap gaya pendorong (gaya hidrostatika, gaya tekanan atmosfir, dan berat massa air) pada aliran. Untuk suatu kondisi aliran tertentu pada suatu saluran atau sungai dimana komposisi material dasarnya dapat bergerak (movable bed), kondisi kritik angkutan sedimen dapat terlampaui, dan pada tahap ini gerakan partikel sedimen akan terjadi. Proses angkutan sedimen dimulai dari terlampauinya tegangan geser dasar yang melebihi tegangan kritik butiran. Secara umum dapat dinyatakan baha kondisi kritik dari gerak aal sedimen tergantung pada b, ds, g, s,, dan u *kr (Kironoto 1997). Permulaan gerak butiran yang sering disebut kondisi kritik (critical condition) atau aal gerusan (initial scour) dijelaskan oleh Graf (1984) adalah sebagai berikut : a. Dengan menggunakan persamaan-persamaan kecepatan geser kritik dengan mempertimbangkan pengaruh aliran terhadap butiran. b. Dengan persamaan-persamaan tegangan geser kritik dengan mempertimbangkan hambatan gesek dari aliran terhadap butiran. c. Kriteria gaya angkat yang mempertimbangkan perbedaan tekanan yang diakibatkan oleh gradien kecepatan. Garde dan Raju (1977) menyatakan baha permulaan gerak butiran adalah salah satu dari kondisi berikut : a. Satu butiran tunggal bergerak. b. Beberapa (sedikit) butiran bergerak.

JURNAL TEKNIK, Volume 5. No.2, Desember 2007 129 c. Butiran bersama-sama bergerak dari dasar. d. Kecenderungan pengangkutan butiran yang ada sampai habis. Shields (1936) dalam Raudkivi (1991) memasukkan kecepatan geser dasar, u = ( 0 / ) dalam mengembangkan persamaan angkutan sedimen untuk butiran sedimen seragam pada dasar rata, dan hubungan antara tegangan gesek * berdimensi dengan gesekan atau bilangan Reynold butiran Re = u * d/ sebagai berikut : dengan 0 * = ( s )d u * d.. (1) dan s masing-masing adalah berat jenis air dan berat jenis butiran dan d adalah diameter butiran. Yalin (1972) dalam Graf (1998) mengusulkan persamaan sebagai berikut : * = f (d * ).. (2) tak Gambar 1. Diagram Shields -Yalin (Graf,1998) Bila sifat-sifat fluida dan, dan sifat-sifat butiran d dan d s diketahui, dari gambar 3.6 dapat ditentukan hubungan antara nilai * dan 0kr. 3. Persamaan Angkutan Sedimen Dasar Suatu formulasi yang lengkap tentang gerak bed load harus mencakup sebanyak mungkin variable aliran dan sedimen. (Pragnjono, 1987). Variabel aliran berupa :, v, h, R, I, k s (kekasaran dasar) sedangkan variabel yang berasal dari parameter sedimen antaranya adalah : s, d, sf, sifat kohesif, konfigurasi dasar dan lain-lain.

JURNAL TEKNIK, Volume 5. No.2, Desember 2007 130 a) Persamaan Du Boys (1879) Persamaan sedimen dasar pertama kali dikemukakan oleh Du Boys (1879) yang menganggap baha akibat tegangan geser, material sedimen dasar bergerak dalam bentuk lapis perlapis (series of layer) sejajar dengan dasar saluran, dimana kecepatan untuk masing-masing lapis bervariasi, dengan kecepatan maksimum diasumsikan terjadi pada lapisan paling atas, yaitu pada permukaan dasar, dan kecepatan minimum (nol) terjadi pada lapisan paling baah, yang berada pada kedalaman tertentu dibaah dasar. Besar angkutan sedimen dasar dapat ditulis sebagai : dengan q B Aτ 0 (τ 0 τ 0cr )...(3) q B = volume bed load (bahan padat) tiap satuan lebar tiap satuan aktu. A = koefisien, fungsi diameter d. τ 0 = tegangan gesek. τ c = tegangan gesek kritis (σ 0 pada q b = 0) dengan Tb = s.g.q b...(4) Tb = Intensitas bed load s = rapat massa sedimen g = percepatan gravitasi Nilai A diberikan oleh Straub sebagai fungsi diameter beserta nilai tegangan geser kritik sebagaimana tabel berikut : Tabel 1. Variasi Nilai A dan τ 0cr dengan ukuran butiran,d d (mm) 1/8 ¼ ½ 1 2 4 A (ft 6 /lb 2 sec) 0,81 0,48 0,29 0,17 0,10 0,06 τ 0cr (lb/ft 2 ) 0,016 0,017 0,022 0,032 0,051 0,090 b) Persamaan SHIELDS (1937) : Shield mengusulkan suatu persamaan angkutan sedimen dasar dengan pendekatan analisis dimensi, dan diperoleh persamaan sebagai berikut : qb. S g.i 10 S τ O τ W C g.d...(5) dengan qb = debit bed load q = debit air s = rapat massa sedimen

JURNAL TEKNIK, Volume 5. No.2, Desember 2007 131 τ o = tegangan gesek =.g.h.i τ c = tegangan gesek kritis dari grafik Shields (S3) γ d = rapat massa sedimen γ d = rapat massa air c) Persamaan Meyer-Peter & Muller (1934) Persamaan ini dikembangkan di Zurich (Siss) untuk material sedimen tidak seragam. Meyer-Peter dan Muller menyatakan baha gesekan (kehilangan energi) yang terjadi pada dasar bergelombang (ripple atau dunes) disebabkan oleh karena bentuk gelombang (form roughnes) dan oleh ukuran butiran (grain roughness). Dengan memperhitungkan faktor gesekan tersebut dan didukung oleh data pengukuran, Meyer Peter & Muller memperoleh persamaan : k 3/2 γ 1/3 ' 2/3 γr h ( ) S 0,047(γ ' s γ)dm 0,25( ) (qb )...(6) k g d) Persamaan Einstein (1950) Einstein menetapkan persamaan bed load sebagai persamaan yang menghubungkan gerak bahan dasar dengan aliran setempat ( local flo ). Persamaan itu melukiskan keseimbangan pertukaran butiran dasar sungai antara bed layer dan dasarnya. T b Φ...(7) 1/2 3/2 s.δ.(g.d 35) dengan : Tb = Intensitas transpor bed load, dinyatakan sebagai berat sedimen diudara (N/m.det). Φ = parameter intensitas bed load. s = rapat massa pasir. s = apparent relative density = e) Persamaan Frijlink Frijlink mengusulkan persamaan dengan memperhatikan pengaruh konfigurasi dasar sungai secara khusus sebagai berikut : d m T b g.μr.i. 5e 0,27 Δd m μri...(8) dengan : Tb = Volume sedimen (padat) tiap lebar sungai tiap satuan aktu (m3/m.det). d m = diameter median. µ = ripple factor.

0 48' 0 46' 0 44' 0 42' 0 40' 0 38' 0 36' 0 34' 0 32' 0 30' # HP HP Mulyonegoro 122 44' 122 44' HL Molamahu Bakti Batulayar 122 46' 122 46' # HPK Pongongaila Molanihu Molalahu Pulubala 122 48' 122 48' HPK # HP Reksonegoro Molas HP # Tridarma Labanu Molaahu 122 50' Tolotio 122 50' HSA Datahu Tohupo Buhu Iloponu Upomela Dunggala Dulamayo 122 52' Pangadaa 122 52' Pililalenga Isimu Utara Isimu Selatan HL Kaliyoso Dungalio Ambara 122 54' Padengo Bongomeme 122 54' Yosonegoro Tabongo barat Pantolo Hutabohu Ilomanga Tabongo Timur Daenaa Ombulo Ilomangga 122 56' Tungulo 122 56' Huidu Limahe Timur Payunga Tenilo Poso Pone Huntu 122 58' Kayu merah Hunggalua Bolihuanga Bua 122 58' Bongohulaa Hepuhulaa Kayu Bulan Danau Limboto Dutulanaa Boyonga Ilota HL 123 00' Hutuo 123 00' HL Bulota Dulamayo Utara HL Malahu Pentadio Timur Kota Barat Talumelito Pentadio Barat Pantungo Tuladengi 123 2' Dulamayo Selatan Ulapato A 123 2' Ulapato B 0 48' 0 46' 0 44' 0 42' 0 40' 0 38' 0 36' 0 34' 0 32' 0 30' 0 00' 0 30' 1 00' 1 30' P E T A KAWASAN HUTAN D A S L I M B O T O LUAS : 91.004HA U 0 2 4 6 8 0 1 2 3 4 SKALA 1 : 50.000 KETERANGAN SUMBER DATA - Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000 Tahun 1991 Lembar Gorontalo 2 Kandang 2216-64 - Hasil Pengecekan Lapangan Tahun 2003 121 00' 121 00' D Batas Daerah Aliran Sungai Batas Kabupaten /Kota Batas Kecamatan Batas Desa Jalan raya Sungai dan Anak Sungai Pemukiman Danau Hutan Suaka Alam dan Kaasan Pelestarian Alam Hutan Lindung Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Hutan Produksi Yang dapat Dikonversi Areal Penggunaan Lain - Peta Kaasan Hutan dan Perairan Propinsi Gorontalo Skala 1 : 250.000 121 30' 121 30' 122 00' Propinsi Sulaesi Tengah Propinsi Gorontalo KETERANGAN Batas Propinsi Jalan Raya Sungai Danau Lokasi dimaksud 122 00' 122 30' LAUT SULAWESI LAUT SULAWESI 122 30' 123 00' 123 00' SEBA S PEMERINTAH PROVINSI GORONTAL DINAS KEHUTANAN DAN PERKE JURNAL TEKNIK, Volume 5. No.2, Desember 2007 132 R = radius hidrolik. I = kemiringan garis energi. = apparent relative density = s CARA PENELITIAN Parameter-parameter yang mempengaruhi intensitas bed load pada S. Biyonga didapat dari pengumpulan data sekunder dan telaah terhadap studi-studi terdahulu, sedangkan data material diperoleh dari hasil uji laboratorium. Pengumpulan data dimaksudkan untuk memprediksi intensitas bed load Sungai Biyonga dengan menghitung berdasarkan beberapa persamaan dasar yang diperoleh melalui pendekatan empirik, analisis dimensi maupun semi teoritik. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Sungai Biyonga Kelurahan Biyonga, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, dengan data ssebagai berikut: Letak geografi : 00 o 41 28 LU 122 o 59 29 Luas DAS : 30,063 km 2 Jenis tanah : Pasir lumpur dan berbatu PETA CATCHMENT AREA DAS BIYONGA LEGENDA Hutan Semak Kebun S.Biyonga Hutan Sejenis Gambar 2. Peta DAS Biyonga

JURNAL TEKNIK, Volume 5. No.2, Desember 2007 133 Data Sungai dan Aliran Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data-data sebagai berikut: Kemiringan sungai (I) = 0,0132 Lebar sungai (B) = 33 m Kedalaman sungai = 5,2 m Kedalaman air normal = 1,6 m Konsentrasi sedimen( ) = 0,01 Berat isi batuan (γ c ) = 2300 kg / m 3 Berat isi sedimen (γ s ) = 1.200 kg / m 3 Berat isi air (γ ) = 1.000 kg / m 3 Data Material Diameter material yang digunakan berdasar hasil uji analisa saringan dapat dilihat pada Gambar 3: HASIL DAN PEMBAHASAN Dimensi material hasil uji saringan : d 35 = 3,0 mm, d 50 = 6,0 mm, d 65 = 12,0 mm dan d 90 = 34,0 mm Gambar 3 Lengkung Gradasi Material HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Aliran Sungai Biyonga dianalisa berdasarkan aliran saluran terbuka dengan asumsi aliran seragam (uniform) dengan berbagai variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap tampang sepanjang saluran adalah konstan, sehingga garis energi, garis muka air dan dasar saluran adalah sejajar. Hasil perhitungan terhadap karakteristik aliran diberikan pada Tabel 2.

JURNAL TEKNIK, Volume 5. No.2, Desember 2007 134 Tabel 2. Karakteristik Aliran Parameter Aliran Kedalaman Aliran normal d = 1,60 m Lapis batas laminner = δ (m) 2,58 x 10-5 Debit normal = Q (m 3 /det) 82,128 Kecepatan geser = u * (cm/det) 0,45 Kecepatan geser kritik = u *cr (cm/det) 6,48 x 10-2 Kecepatan rata-rata = U (m/det) 1,45 Tegangan gesek = τ o (N/m 2 ) 206,99 Tegangan gesek kritis = τ cr (N/m 2 ) 4,204 Bilangan Froude = Fr 0,366 Ripple factor = µ 0,044 Koefisien Chezy = C ( m 1/2 /det) 10,1 Dari tabel karakteristik aliran di atas terlihat baha kecepatan geser kritik butiran lebih kecil dari kecepatan geser (u *CR < u * ) serta tegangan gesek kritis butiran lebih lkecil dari tegangan gesek butiran ( τ cr < τ 0 ) maka butir bergerak dan praktis terjadi angkutan sedimen atau ada angkutan sedimen. Bila ditinjau dari Bilangan Froude, Fr = 0,366 < 1, berarti sifat pengaliran adalah mengalir, sedangkan fase konfigurasi dasar adalah fase transisi (antara dunes dan antidunes). Pada perhitungan intensitas bed load Sungai Biyonga digunakan persamaan Einstein, Persamaan Frijlink dan Persamaan Meyer Peter and Muller. Perhitungan dengan Persamaan Du Boys tidak dilakukan karena nilai konstanta Straub (A) terbatas pada nilai maksimum diameter (d m ) adalah 4 cm, sedangkan diameter butiran yang diperoleh dari Sungai Biyonga (d m ) adalah 6 mm. Demikian pula dengan Persamaan Shield terbatas pada range data 1.56 d 2.47 mm. Berdasarkan parameter-parameter karakteristik aliran pada pengaliran dengan debit normal dan dengan menggunakan beberapa persamaan dasar yakni Persamaan Einstein, Persamaan Frijlink dan Persamaan Meyer Peter and Muller, serta kondisi material sungai yang mempunyai porositas sebesar 40 %, dan volume penimbunan diberikan pada Tabel 3 di baah ini : Tabel 3. Intensitas Bed Load intensitas bed load yang diperoleh pertahun Persamaan Intensitas Bed Load (Tb) Volume penimbunan (m 3 ) / tahun m 3 / tahun Einstein 22478,86 37464,77 Frijlink 293870,0 48978,33 Meyer Peter and Muller 26397,65 43995,83 Hasil perhitungan berdasarkan ketiga persamaan di atas menunjukkan baha intensitas bed load Sungai Biyonga rata-rata berada diatas 22000 m 3 / tahun dengan hasil maksimum yang diperoleh dari Persamaan Frijlink yakni sebesar 293870 m3/tahun atau

JURNAL TEKNIK, Volume 5. No.2, Desember 2007 135 15 33 % dari jumlah perkiraan sedimen yang masuk ke Danau Limboto pertahun ( sekitar 1 2 juta m 3 ). Tingginya intensitas bed load serta diameter butiran yang cukup besar dapat diduga baha material sedimentasi Sungai Biyonga beasal dari luruhan tebing sungai dan erosi lahan pada DAS Biyonga. KESIMPULAN 1. Sifat pengaliran Sungai Biyonga adalah mengalir dengan fase konfigurasi dasar adalah transisi antara dunes dan antidunes. 2. Intensitas bed load maksimum berdasar persamaan Frijlink sebesar 293870 m3/tahun. 3. Berdasar informasi bed load yang diperoleh, penanggulangan sedimentasi pada Sungai Biyonga diharapkan dapat dilaksanakan secara proporsional sesuai kategori dan karakteristik angkutan sedimen yang terjadi. DAFTAR PUSTAKA Breuser,H.N.C., Raudkivi,A.J.,1991, Scouring, IHR Hydraulic Structure Design Garde,R.J. and Raju,K.G.R.,1977, Mechanics of Sediment Transportation and Alluvial Stream Problem, Willy Eastern Limited, Ne Delhi. Graf, W.H.and Altinakar, M.S.,1998, Fluvial Hydraulics.Flo and Transport Processes in Channels of Simple Geometry, John Wiley & Sons, NeYork. Kironoto,B.A., 1997, Diktat Kuliah Transpor Sedimen, Pascasarjana UGM, Yogyakarta. Mardjikoen, Pragnjono, 1987. Angkutan Sedimen. Universitas Gajah mada. Yogyakarta Oehadijono, 1993. Dasar-dasar Teknik Sungai. Universitas Hasanudin Simons, D.B. and Senturk,F., 1992, Sediment Transport Technology, Water Resources Publications, Littleton, Colorado, U.S.A. Sosrodarsono, Suyono (ed) dkk, 1994. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Cetakan kedua, PT. Pradnya Paramita, Jakarta