HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA Anindhita Yudha Cahyaningtyas* *Dosen Prodi D3 Kebidanan STIKes Mitra Husada Karanganyar Jl Achmad Yani No.167. Papahan, Tasikmadu, Karanganyar Email : stikes.mitrahusada@gmail.com ABSTRAK Salah satu masalah yang timbul pada wanita usia subur adalah keputihan. Perempuan yang memiliki riwayat infeksi yang ditandai dengan keputihan berkepanjangan mempunyai dampak buruk untuk masa depan kesehatan reproduksinya. Sehingga dianjurkan untuk melakukan tindakan pencegahan dengan menjaga kebersihan genitalia. Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui hubungan perilaku hygiene organ reproduksi dengan kejadian abnormal fluor albus pada remaja putri di SMPN 17 Surakarta. Metode penelitian ini yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian dilakukan di SMP N 17 Surakarta. Waktu penelitian Desember-Februari 2015. Sampel pada penelitian ini adalah siswa SMPN sejumlah 76 orang dengan teknik sampel simple random sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas. Data dianalisis mengunakan uji analisis Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil pengujian menggunakan Chi square didapatkan hasil bahwa nilai p-value 0.454, sehingga p-value > 0.05, maka didapatkan hasil tidak terdapat hubungan antara perilaku hygiene organ reproduksi dengan kejadian abnormal fluor albus. Perilaku hygiene organ reproduksi dibagi menjadi kategori baik, cukup, dan kurang. Siswi yang mempunyai perilaku baik sejumlah 20 orang, perilaku cukup 34 orang, dan perilaku kurang 22 orang. Simpulan yang diperoleh tidak terdapat hubungan antara perilaku hygiene organ reproduksi dengan kejadian abnormal fluor albus pada remaja putri di SMP N 17 Surakarta. Remaja putri yang mengalami kejadian abnormal fluor albus sejumlah 44 (47,9 %). Dan terdistribusi sejumlah 14 siswa dengan perilaku kurang, 17 mahasiswa dengan perilaku cukup, dan 13 mahasiswa dengan perilaku baik. Kata kunci : perilaku hygiene organ reproduksi, kejadian abnormal fluor albus, remaja putri MATERNAL VOLUME 12 EDISI OKTOBER 2015 35
PENDAHULUAN Wanita rentan dengan gangguan reproduksi karena organ reproduksi wanita berhubungan langsung dengan dunia luar melalui liang senggama, rongga ruang rahim, saluran telur atau tuba fallopii yang bermuara di dalam perut ibu. Hubungan langsung ini mengakibatkan infeksi pada bagian luarnya berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut dalam bentuk infeksi selaput dinding perut atau peritonitis (Manuaba, 2010). Salah satu masalah yang timbul pada wanita usia subur adalah keputihan. Keputihan merupakan cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah (Wiknyosastro, 2005 ). Keputihan terjadi karena dalam keadaan normal, dimana kondisi vagina tidak dalam keadaan steril melainkan mengandung bakteri dan jamur yang berpotensi menimbulkan terjadinya keputihan dan sampai kapanpun keputihan akan selalu di alami oleh sebagian wanita. Keputihan bukan suatu penyakit tersendiri, tetapi dapat merupakan gejala dari penyakit lain. Keputihan yang berlangsung terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan menimbulkan keluhan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya (Shadine, 2009). Di Indonesia masalah keputihan makin meningkat lebih dari 75% wanita mengalami penyakit keputihan yang disebabkan karena hawa Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur candida albicans, parasit seperti cacing kremi atau kuman (trikomonas vaginalis). Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa tahun 2002 50% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003 60% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan sedangkan pada tahun 2004 70% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan (Muninjaya, 2005). Masalah keputihan merupakaan masalah yang sejak lama yang menjadi persoalan bagi kaum wanita, tidak banyak wanita yang tahu tentang keputihan dan terkadang wanita menganggap enteng persoalan keputihan. Padahal keputihan tidak bisa dianggap enteng karena MATERNAL VOLUME 12 EDISI OKTOBER 2015 36
akibatnya sangat fatal bila tidak cepat segera ditangani. Tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan tapi keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim, yang bisa dapat berujung kematian, keputihan juga dapat menekan kejiwaan seseorang karena keputihan cenderung kambuh dan timbul kembali sehingga dapat mempengaruhi seseorang baik secara fisiologi maupun psikologis (Iskandar, 2002). Remaja diharapkan dapat menjalankan fungsi reproduksinya dengan tepat oleh karena itu ia harus mengenali organ reproduksinya. Apabila alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya maka akan menyebabkan infeksi, yang pada akhirnya dapat menimbulkan keputihan (Widyastuti, 2009). Perempuan yang memiliki riwayat infeksi yang ditandai dengan keputihan berkepanjangan mempunyai dampak buruk untuk masa depan kesehatan reproduksinya. Sehingga dianjurkan untuk melakukan tindakan pencegahan dengan menjaga kebersihan genitalia (Manuaba, 2010). BAHAN DAN METODE Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observational analitik. Lokasi penelitian dilakukan di SMPN 17 Surakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 - Februari 2015. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling. Sampel dari penelitian ini adalah Remaja Putri di SMPN 17 Surakarta. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji chi square. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Sebelum menampilkan hasil dari penelitian ini, akan dijelaskan tentang karakteristik responden sebagai gambaran tentang sampel penelitian. Karakteristik dari responden pada penelitian ini meliputi beberapa hal yakni responden berasal dari lingkup MATERNAL VOLUME 12 EDISI OKTOBER 2015 37
Sekolah Menengah Pertama. Responden terdaftar sebagai siswa di SMP N 17 Surakarta. Umur responden berkisar antara 12-14 tahun. Responden berjenis kelamin perempuan semua. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik dari responden penelitian ini hampir sama. Hasil Penelitian 1. Dari hasil pengujian menggunakan Chi square didapatkan hasil bahwa nilai p-value 0.454, sehingga p- value > 0.05, maka didapatkan hasil tidak terdapat hubungan antara perilaku hygiene organ reproduksi dengan kejadian albus. abnormal fluor Hasil penghitungan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Hasil Uji Analisis Data Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square 1.581 a 2.454 Likelihood Ratio 1.583 2.453 Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 76.002 1.961 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.42. 2. Distribusi perilaku hygiene organ reproduksi berdasarkan kejadian abnormal fluor albus a. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil perilaku hygiene organ reproduksi dari siswi SMPN 17 Surakarta sejumlah 76 responden yaitu : 1) Perilaku kurang sejumlah 22 orang dengan rentang nilai 16-19 2) Perilaku cukup sejumlah 34 orang dengan rentang nilai 20-23 3) Perilaku baik sejumlah 20 orang dengan rentang nilai 24-28 Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Distribusi Perilaku Perilaku Jumlah Presentase Kurang 22 28,9 % Cukup 34 44,7 % Baik 20 26,4 % Total 76 100% b. Kejadian keputihan patologis (abnormal fluor albus) 1) Tidak terjadi abnormal fluor albus sejumlah 32 siswa 2) Terjadi abnormal fluor albus sejumlah 44 siswa Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : MATERNAL VOLUME 12 EDISI OKTOBER 2015 38
Tabel 3. distribusi kejadian keputihan Kejadian Jumlah Presentase abnormal fluor albus Tidak 32 42,1 % Terjadi Terjadi 44 47,9 % Total 76 100 % c. Distribusi kejadian abnormal fluor albus berdasarkan perilaku hygiene organ reproduksi 1) Pada perilaku yang kurang terdapat 14 siswa yang mengalami kejadian keputihan patolgis dan 8 siswa tidak mengalami keputihan patologis 2) Pada perilaku yang cukup terdapat 17 siswa yang mengalami kejadian keputihan patolgis dan 17 siswa tidak mengalami keputihan patologis 3) Pada perilaku yang baik terdapat 13 siswa yang mengalami kejadian keputihan patolgis dan 7 siswa tidak mengalami keputihan patologis Distribusi tersebut dapat dilihat melalui tabel berikut : Tabel 4. Tabel silang Perilaku Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Abnormal fluor albus Perilaku * Keputihan Crosstabulation Tidak terjadi Keputihan terjadi keputihan Total Perilaku baik Count 7 13 20 Expected Count 8.4 11.6 20.0 cukup Count 17 17 34 Expected Count 14.3 19.7 34.0 kurang Count 8 14 22 Expected Count 9.3 12.7 22.0 Total Count 32 44 76 Pembahasan Expected Count Bedasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara perilaku hygiene organ reproduksi dengan kejadian abnormal fluor albus. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-value 0.454, sehingga p > 0.05. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian dari Nurhayati (2013) yakni tidak terdapat hubungan anatara perilaku vaginal hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri di daerah pondok cabe. perilaku hygiene organ reproduksi pada remaja putri didapatkan perilaku buruk sejumlah 74 orang (56,9%) 32.0 44.0 76.0 MATERNAL VOLUME 12 EDISI OKTOBER 2015 39
dan perilaku baik sejumlah 56 orang (43,1%). Karakteristik individu meliputi berbagai variable seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu (Azwar, 2011). Penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif (long lasting). Sebaiknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka tidak akan berlangsung lama. Perilaku tidak mendukung juga di karenakan faktor interna dan eksterna, dimana lingkungan sekitar dan lingkungan keluarga berperan penting. Sebab, lingkungan yang tidak bersih merupakan faktor penyebab keputihan. Sedangkan, lingkungan keluarga yang paling berperan yaitu ibu. Karena seorang putri akan belajar sesuatu dan melakukan kebiasaan yang sudah ada sebelumnya (Notoadmojo, 2010). Faktor lain yang mempengaruhi perilaku menurut Wiwit (2008), yakni pengetahuan dan sikap remaja purti tersebut. Selain itu perilaku dapat dipangaruhi faktor demografi seperti status ekonomi, usia, serta faktor pendukung seperta sarana dan prasarana. Penyebab keputihan patologis sendiri bisa disebabkan oleh infeksi meliputi infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, maupun parasit. Keputihan patologis juga bisa disebabkan oleh iritasi, tumor, benda asing, maupun penyebab yang belum diketahui. Maka dari itu keputihan patologis tidak hanya dipengaruhi oleh perilaku hygiene organ reproduksi, tetapi banyak faktor yang mungkin berpengaruh terhadap kejadian abnormal fluor albus. MATERNAL VOLUME 12 EDISI OKTOBER 2015 40
SIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara perilaku hygiene organ reproduksi dengan kejadian abnormal fluor albus pada remaja putri di SMP N 17 Surakarta dibuktikan dengan nilai p-value 0,454 (p>0,05). Responden yang mengalami kejadian abnormal fluor albus sejumlah 44 (47,9 %). Dan terdistribusi sejumlah 14 siswa dengan perilaku kurang, 17 mahasiswa dengan perilaku cukup, dan 13 mahasiswa dengan perilaku baik. Saran dari penelitian ini yaitu Bagi remaja putri diharapkan mampu menggali informasi lebih banyak tentang kebersihan organ reproduksi agar mampu melakukan pencegahan kejadian abnormal fluor albus sejak dini. Bagi tenaga kesehatan diharapkan untuk dapat melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah. Bagi pihak sekolah hendaknya dapat menyisipkan materi tentang kesehatan reproduksi di mata pelajaran tertentu semisal biologi atau pada kegiatan ekstrakurikuler PMR DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Hal. 11. Iskandar, M. 2002. Solusi Keluarga. http://www.mitrakeluarga.com. Diakses 07 Januari 2008 Manuaba. Ida Bagus Gede, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : YBP-SP Muninjaya, S. 2005. Kejadian Keputihan.http://www.mitrakeluarga. com Notoatmojo. 2010. Konsep Perilaku Kesehatan dalam Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi edisi revisi. Jakarta:Rineka Cipta Nurhayati, Annisa. 2013. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Vaginal Hygiene Terhadap Kejadian Keputihan Patologis pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di Daerah Pondok Cabe Ilir. Laporan Penelitian. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah. Shadine Mahammad. 2009. Penyakit Wanita, pencegahan, deteksi dini, MATERNAL VOLUME 12 EDISI OKTOBER 2015 41
dan pengobatan. Jakarta : KEENBOOKS Wiknyosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan Edisi ke Dua. Jakarta : Yayasan Bina Pustalia Prawirohardjo Wiwit. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Penanganan Keputihan. Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang MATERNAL VOLUME 12 EDISI OKTOBER 2015 42