PERANAN LEMBAGA BESLAG DAN PELAKSANAANNYA DALAM PERKARA PERDATA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI JAMBI. Fachruddin Razi 1.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara.

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

Prosedur Bantuan Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

KEWENANGAN RELATIF KANTOR LELANG DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DEBITUR DI INDONESIA. Oleh : Revy S.M.Korah 1

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN SITA JAMINAN ATAS HARTA PERKAWINAN DALAM PERKARA PERCERAIAN VERAWATY KOJUNGAN / D

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

HAKIM SALAH MEMBAGI BEBAN BUKTI GAGAL MENDAPATKAN KEADILAN ( H. Sarwohadi, S.H.,M.H., Hakim Tinggi PTA Mataram )

TINJAUAN YURIDIS TENTANG SYARAT DAN PENERAPAN PENGGUNAAN PERSANGKAAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA BOBY PRASETYA / D.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG SYARAT DAN PENERAPAN PENGGUNAAN PERSANGKAAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA BOBY PRASETYA / D

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB IV PENUTUP. Perselisihan Hubungan Industrial yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

hal 0 dari 11 halaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

BAB III PENUTUP. serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peranan hakim adalah

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :

PROSES SIDANG PERDATA DI PENGADILAN NEGERI PUTUSSIBAU

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS. Setelah mempelajari duduk perkara No 709/Pdt.G/2006/PA.Bgl dan

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembuktian merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

III. PUTUSAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN

BERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo*

Kata Kunci : Alat Bukti, Sumpah dan Pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ACARA PERDATA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 49/PUU-X/2012 Tentang Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Terkait Proses Peradilan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

Instrumen Perdata untuk Mengembalikan Kerugian Negara dalam Korupsi

Makalah Rakernas MA RI

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE

RINGKASAN PUTUSAN. Darmawan, M.M Perkara Nomor 13/PUU-VIII/2010: Muhammad Chozin Amirullah, S.Pi., MAIA Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI), dkk

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi atau melakukan hubungan-hubungan antara satu sama

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan

JURNAL TUNTUTAN GANTI KERUGIAN AKIBAT TIDAK SAHNYA PENANGKAPAN DAN PENAHANAN MELALUI PROSES PRAPERADILAN

ARTIKEL PENELITIAN PELAKSANAAN PENCABUTAN SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLAS 1.A PADANG.

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

JAMINAN. Oleh : C

SKRIPSI PROSES BERPERKARA PERDATA SECARA PRODEO DALAM PRAKTEK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PURWODADI )

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

EVITAWATI KUSUMANINGTYAS C

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( )

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

KEJURUSITAAN PENGADILAN

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

Transkripsi:

PERANAN LEMBAGA BESLAG DAN PELAKSANAANNYA DALAM PERKARA PERDATA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI JAMBI Fachruddin Razi 1 Abstrak The purpose of this researc is to describe the roles and implementation of confiscation in Jambi court. The sample was taken by purpisive sampling technique and tha date was analysed by qualitative-descriptve technique. From the analysis it is concluded that the roles and the implementation of confiscation in Jambi court depend on the litigants and the accused. It is also found out that the litigants feel assissted during the process of the confiscation. Another finding is that third party frequently take over the ownership of the goods in the dispute. Effor that has been taken to solve this problems is tha the goods are carefully recorded. Besides, there should be collaboration with RT or Kelurahan. PENDAHULUAN Sebagai salah satu Negara berkembang untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur diatas perlu ditanam kesadaran hukum yang tinggi dalam masyarakat sehingga akan menimbulkan ketentraman dalam hidup dan kehidupan mesyarakat. Prinsip ini mempunyai suatu konsekwensi suatu Negara yang berdasarkan atas system konstitusional bahwa penerapann hukum dalam masyarakat harus tetap terpelihara. Sehubungan dengan itu khususnya dalam pembangunan bidang hukum baik untuk penegakan hukum pidana dan hukum perdata ditenga-tengah masyarakat bukan hanya tanggung jawab segala lapisan masyarakat. Dengan semakin kompleksnya pembangunan dewasa ini banyak membawa permasalahan hukum yang timbul, baik itu masalah hukum pidana maupun masalah hukum perdata yang perkembangannya semakin tinggi pada saat sekarang ini khususnya dalam masalah hukum perdata, salah satu pendukung untuk melaksanakan hukum perdata material adalah hukum acara perdata. Dalam hukum acara perdata dikenal suatu lembaga penyitaan untuk menjamin suatu tuntutan hak atau gugatan dapat terjamin, lembaga ini disebut juga dengan BESLAG. Jika kita lihat dalam praktek peradilan sehari-hari lembaga beslag ini sering dimintakan atau termuat dalam surat gugatan penggugat. 1 Dosen Tetap Fak. Hukum Unbari Dengan adanya penyitaan itu pihak tergugat kehilangan wewenang untuk memindah tangankan benda sehingga segala sesuatu perbuatan tergugat sehubungan dengan bendanya yang dipersengketakan tidak sah dan merupakan perbuatan pidana, hal ini ditegaskan dalam ketentuan pasal 231,2 KUHP. Membatasi hak menguasai suatu benda milik seseorang yang dipaksakan terhadap orang lain untuk melepaskan suatu kekuasaan atau suatu barang yang dikuasainya (Sudikno Mertokusumo). Hal ini dimaksud untuk menjaga agar barang atau benda yang dipersengketakan tidak dapat dialihkan atau pihak tergugat tidak dapat memindahkan atau melakukan hukum yang lainnya terhadap benda sengketa tersebut. Menurut Prof.R.Soebekti,SH, sita atau penyitaan atas harta kekayaan seseorang, biasa untuk menjamin hak-hak seseorang penggugat (dalam suatu perkara perdata) atau barang-barang mendapatkan bukti dalam suatu perkara. Dasar pengaturan beslag (penyitaan) terdapat dalam pasal 226 dan 227 HIR serta pasal 260 dan 261 Rbg, yang intinya ialah untuk menjaga supaya yang bersangkutan tidak dirugikan oleh perbuatan-perbuatan curang dari penggugat, yaitu ada sangkaan untuk menggelapkan atau melarikan barang-barang itu supaya nanti tidak dimiliki penggugat. Jika kita lihat dari peradilan terutama dari segi praktek peradilan yang ada motivasi dimintakan beslag (sita jaminan) oleh pihak penggugat 28

ini adalah untuk menjamin tuntutannya dapat dipenihi jika suatu saat ia memenangkan perkara tersebut. Sebagaimana kita ketahui, bahwa upaya upaya hukum atau sarana pengaman suatu hak di kemudian hari terhadap putusan hakim, dapat dijamin dengan adanya tindakan penyitaan untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan perdata. Dilakukannya penyitaan dapat membawa konsekwensi yaitu dimana si tergugat tidak bisa memindahtangankan, menggadaikan dan melenyapkan barang sitaan. Dalam hal penyitaan ini juga diperlukan sanksi pidana yang mana tujuannya adalah agar tergugat jangan sampai sewenang wenang mengabaikan barang barang sitaan tersebut. Jadi dengan adanya sanksi ini, maka baik si tergugat maupun pembantu menolong perbuatan memindahtangankan barang tersebut tidak berbuat semaunya. Dapatlah dikatakan bahwa baik secara materiil maupun secara formil, penyitaan (beslag) dapat memberikan perlindungan hukum kepada para pihak yang berperkara atau yang tersangkut dalam perkara. Sehingga fungsi beslag ini merupakan suatu jaminan bagi si penggugat supaya yang dituntutnya dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Tujuan Penelitian merupakan alat utama dipergunakan menusia untuk memperkuat dan mengembangkan pengetahuannya apabila dikaitkan dengan ilmu pengetahuan. Maka penelitian tidak lain adalah bertujuan agar manusia lebih mengetahui dan mendalami segala aspek kehidupan. Oleh karena ilmu pengetahuan mencakup kegiatan mengadakan analisa dan konstruksi secara sistematis, konsisten dan tepat terhadap data tertentu, dalam hal ini yang dimaksud dengan data adalah gejala gejala yang penulis amati sendiri. METODE Tehnik penarikan sample untuk mendapatkan data, digunakan secara purpose sampling, yaitu dengan menentukan terlebih dahulu responden yang akan diwawancarai berdasarkan pertimbangan bahwa yang bersangkutan mengetahui persoalan yang akan dibahas dapat menjelaskan objek yang diteliti serta dapat mewakili populasi. Analisa data yang digunakan adalah analisis kualitatif, terutama dalam mengolah data yang ada hubungannya dengan peranan lembaga beslag dan pelaksanaannya di wilayah hukum Pengadilan Negeri Jambi, kemudian diuraikan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Peranan lembaga beslag dalam perkara perdata di wilayah hukum pengadilan negeri jambi. Seseorang penggugat yang mengajukan gugatan ke pengadilan negeri bertujuan agar ia memenangkan perkaranya. Tidak jarang terjadi dalam praktek pihak tergugat selama sidang berjalan berusaha mengalihkan harta objek sengketa kepada orang lain, dengan maksud dalam waktu perkara si penggugat akan sulit untuk berperkara, oleh karena itu harta siperkara tidak lagi di bawah kekuasaannya. Untuk mencegah dan menghalangi harta terperkara tidak dipindah tangankan oleh tergugat atau orang lain, maka Undangundang menyediakan upaya untuk menjamin hak tersebut yaitu dengan (arrest beslag). Peranan lembaga beslag di pengadilan negeri jambi merupakan suatu jaminan atau pelaksanaan bagi si penggugat ataupun tergugat supaya apa yang dituntutnya dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya. Penggugat dapat menuntut dan meminta kepada pengadilan agar barang jaminan tersebut dilaksanakan sita tahanan agar sitergugat tidak bias melakukan atau memindah tangankan pada orang alin dan permintaan yang dilakukan oleh penggugat harus dengan permohonan, dimana harus dituangkan dalam dalil posita dan petitum dalam gugatan penggugat. Jadi tanpa mengajukan gugatan pengadilan tidak dapat meminta sita jaminan itu. Untuk mempermudah pelaksanaan eksekusi suatu putusan dalam hal perkara perdata dan sebagai jaminanan atas tuntutan 29

penggugat atau pemohon serta menghindari agar barang jangan sampai dipindah tangankan. Peranan lembaga beslag sangan penting karena sita jaminan merupakan salah satu upaya hukum bagi pihak penggugat, agar barang yang disengketakan tidak dipindah tangankan atau dialihkan tergugat. Disini baik secara materil maupun formil penyitaan (beslag) tersebut memberikan perlindungan hukum kepada para pihak yang berperkara atau yang tersangka dalam perkara tersebut. Dengan adanya lemabga beslag di pengadilan Jambi ini maka pihak berperkara baik pihak penggugat maupun pihak tergugat merasakan sangat terbantu atas suatu jaminan atau pelaksanaan proses perkara penyitaan tersebut. Hal ini dilakukan agar apa yang dituntutnya dapat terlaksanakan sebagaimana mestinya. Juga merupakan suatu hal yang perlu mendapatkan perhatian dan prioritas penanganannya secara sungguh-sungguh oleh pihak terkait, mengingat apa bila terjadi kekeliruan atau kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan penyitaan yang dapat menimbulkan kerugian baik bagi pihak penggugat itu sendiri maupun pihak ketiga lainnya. b. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan beslag. Terhadap gugatan yang diajuakan, walaupun dalam pelaksanaan penyitaan sudah berjalan dengan lancer, tertib dan terarah sebagaimana mestinya sesuai dengan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, namun dalam prakteknya di Indonesia umumnya dan diwilayah pengadilan negeri Jambi khususnya masih ditemui berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat dibuktikan di wilayah hukum pengadilan negeri jambi berdasarkan hasil penelitian bahwa dilihat dari tahun 2004 2008 terdapat banyak kasus permohonan penyitaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibawah ini : Jumlah permohonan penyitaan Yang masuk di wilayah hukum pengadilan negeri Jambi Tahun 2004-2008 no tahun Jumlah permohonan penyitaan 1 2 3 4 5 2004 2005 2006 2007 2008 38 44 40 42 29 jumlah 193 Dari table diatas bahwa jumlah permohonan penyitaan yang masuk di wilayah hukum sejak tahun 2004 2008 semuanya berjumlah 41 Jumlah Kasus Penyitaan Yang Dapat Diselesaikan Di Wilayah Hukum Tahun 2004 2008 No. Tahun Jumlah Penyitaan Yang Telah Diselesaikan 1. 2. 3. 4. 5. 1994 1995 1996 1997 1998 6 9 8 10 8 kasus, sementara 152 kasus tidak dapat diselesaikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini : Jumlah Penyitaan Yang Tidak Dapat Diselesaikan 35 21 Jumlah 41 152 30

Dari table diatas dapat dilihat banyak sekali permohonan penyitaan di wilayah yang tidak dapat terselesaikan. Banyaknya jumlah kasus penyitaan yang tidak dapat diselesaikan di wilayah hukum pengadilan negeri Jambi mulai tahun 2004-2008 disebabkan oleh adanya kasus penyitaan tersebut : - Penyitaan tidak dapat dilaksanakan oleh karena barang tersebut bukanlah milik tergugat yang didasarkan atas adanya bukti-bukti yang kuat dipersidangan. - Sita tersebut tidak bias dilaksanakan dikarenakan oleh gugatan tersebut dicabut oleh penggugat itu sendiri. - Barang yang akan disita tidak dapat disita oleh karena barang tersebut sudah tidak ada ditempat pada saat pelaksanaan penyitaan atau pihak kuasa penggugat tidak dapat menunjukkan dimana objek penitaan itu berada, sedangkan syarat agar dapat diselesaikannya suatu proses perkara penyitaan adalah : - Karena perkara tersebut telah mempunyai dugaan atau sangkaan yang beralasan, bahwa pihak tergugat berusaha untuk melarikan/menggelapkan barang sitaan. - Apabila penggugat mempunyai bukti-bukti yang kuat dipersidangan atau dengan kata lain sipenggugat harus dapat membuktikan kebenarannya bahwa barang tersebut adalah benar. Adanya bantahan (perlawanan) dari pihak ketiga atas barang yang disita itu, khususnya mengenai conservatoir. Mengingat barang yang disita tersebut berupa barang yang tidak bergerak (bangunan, rumah, dan tanah lainnya) satatusnya masih dalam sengketa atau pertikaian dengan pihak ketiga lainnya, sehingga penyitaan yang disetujui akan dikabulkan itu, tidak dapat dilaksanakan eksekusinya sebagai mana mestinya. Penyitaan atas barang-barang bergerak milik tergugat yang berupa sepeda motor, televise, kulkas dan lain sebagainya yang berada dibawah pengawasan ketua pengadilan negeri Jambi, (hakim ketua siding), dimana terhadap barang-barang itu walaupun diawasi oleh hakim ketua siding dan ketua Rt/Kelurahan setempat, akan tetapi secara diam-diam barang-barang yang dimaksud dialihkan dengan cara diperjual belikan dengan pihak ketiga lainnya. Tanpa seijin dan sepengetahuan hakim ketua dimaksud. Dengan kejadian yang demikian walaupun keputusan penyitaan itu kasusnya dimenangkan oleh penggugat dan dianggap syah, namun pelaksanaan keputusan hakim pengadilan tidak dapat dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan. c. Upaya yang dilakukan untuk menaggulangi kendala dalam pelaksanaan perkara perdata diwilayah hukum pengadilan negeri Jambi. Dalam upaya untuk mengatasi kendalakendala tersebut diatas, perlu diambil langkah-langkah yang kongkrit tepat dan terpadu antar pihak yang terkait, sehingga didalam pelaksanaan penitaan atas barang yang dimaksud, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak dapat berjalan dengan lancar, tertib teratur dan terarah sebagaimana diharapkan para pencari keadilan. Sehubugan dengan itu, langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan penyitaan diwilayah hukum pengadilan negeri Jambi, seperti timbulnya sengketa didalam pelaksanaan putusan hakim (eksekusi) terhadap barang bergerak maupun barang tidak bergerak. Kebijaksanaan yang bias ditempuh untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penyitaan terhadap barang bergerak maupun yang tidak bergerak yang disita tersebut adalah : 1. Didalam melakukan penyitaan atas barang perlu diselidiki secara cermat dan seksama asal usul barang yang disita, apakah status itu kepunyaan / milik tergugat atau milik orang lain, apakah status barang yang disita itu dalam perselisihan atau tidak. Ini penting artinya, agar dalam pelaksanaan keputusan Hakim (eksekusi) ter- 31

hadap barang yang disita tidak menimbulkan masalah (perlawanan) atau bantahan dari pihak ketiga. 2. Perlu ditingkatkan pelaksanaan pengawasan yang lebih selektif terhadap barang barang yang disita itu, khususnya oleh Hakim Ketua siding (hakim pengadilan) dan dalam melakukan pengawasan itu perlu dijalin erat kerja sama dengan Ketua RT / Kelurahan setempat, dimana tanah atau barang itu disita ditempat yang bersangkutan. Agar barang yang disita tidak dialihkan, dirusak atau dijual belikan dengan pihak ketiga lainnya. Secara diam diam tanpa sepengetahuan atau seizing Ketua Pengadilan Negeri setempat. 3. Apabila barang yang dipersengketakan telah terjadi suatu peralihan / telah diperjualbelikan oleh si tergugat, maka Hakim Majelis Sidang memberikan hukuman pidana paling lama 4 (empat) tahun. Hal ini tercantum dalam pasal 231 KUHP. Dari penjelasan diatas, menunjukkan bahwa langkah langkah yang perlu diambil dalam mengatasi kendala kendala pelaksanaan pernyataan baik barang bergerak maupun barang yang tidak bergerak adalah dengan cara perlu dilakukan tindakan secara cermat dan teliti atas barang yang disita itu, apakah benar milik / kepunyaan tergugat atau tidak. Begitu juga status barang yang disita apakah tersangkut dalam pertikaian / perselisihan atau tidak dengan pihak ketiga lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari uraian diatas yang telah penulis kemukakan diatas pada bab bab terdahulu dapat penulis tarik kesimpulan : a. Mekanisme dalam pelaksanaan beslag adalah pertama tama si penggugat mengajukan surat gugatan. Setelah diterima dan dudaftarkan pada bagian kepaniteraan dan membayar ongkos perkara, selanjutnya dibuat surat penetapan yang dilakukan oleh Majelis Hakim dan Majelis Hakim memerintahkan kepada Panitera Kepala Pengadilan Negeri ataupun juru sita untuk melakukan penyitaan terhadap objek yang diperkara. b. Peranan Lembaga Beslag adalah merupakan suatu jaminana atau pelaksanaan bagi si penggugat maupun tergantung supaya apa yang dituntutnya dapat dilaksanakan sebagaimanamestinya. Dengan adanya Lembaga Beslag ini pihak pihak yang berperkara merasa sangat terbantu atas suatu jaminan dalam proses perkara penyitaan tersebut. c. Kendala kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Beslag adalah : Penyitaan atas barang barang tidak bergerak seperti : bangunan rumah / tanah yang statusnya masih dalam sengketa atau perselisihan dengan pihak ketiga lainnya. Penyitaan atas barang barang bergerak seperti: mobil, piano, televise dan sebaginya secara diam diam pihak ketiga berusaha untuk memindahtangankan atau menjualbelikan pada orang lain tanpa sepengetahuan Hakim Pengawas. d. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi dalam pelaksanaan Beslag terhadap barang bergerak ataupun barang tidak bergerak adalah : Barang barang tersebut perlu diteliti secara cermat, asal usul ba-rang yang disita, apakah barang penyitaan tersebut milik tergugat atau orang lain, apakah masih dalam perselisihan atau tidak. Diperlukan pengawasan yang selektif terhadap barang barang yang disita. Khususnya Hakim Ketua SIdang dalam melakukan pengawasan perlu dijalin erat kerjasama dengan Ketua RT/ Kelurahan setempat. Saran saran a. Disarankan kepada juru sita hendaknya dapat ditingkatkan ketelitian dalam melakukan penyitaan, sehingga tidak merugikan pihak ketiga. Juga dalam melaksanakan penyitaan hendaknya sejalan dengan atas peradilan sebagai-

mana yang tertuang dalam Pasal 5 ayat 2 UU No. 14/1970 yaitu Undang undan Pokok Kekuasaaan Hakim dimana penyita hendaklah dilakukan secara sederhana, cepat dan biaya ringan. b. Dalam masalah biaya hendaknya ditentukan secara pasti batas batas minimum dan maksimumnya agar tercapai kepastian hukum, walaupun pada kenyataannya disesuaikan dengan keadaan, banyaknya benda yang akan dilakukan penyitaan. c. Agar tidak terjadi pengalihan benda atau barang barang tersebut oleh si tergugat, maka baik kepada si tergugat diberitahukan tentang sanksi yang akan diberikan. Jika terjadi pengalihan benda/barang yang akan disita, agar sitergugat ataupun penggugat tahu akan sanksi tersebut. DAFTAR PUSATAKA Mertokusumo, Sudikno.Prof. DR, S.H. Hukum Acara Perdata Indonesia: Liberty. Yogyakarta. Mulyatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Tarsito, Cetakan 8, Tahun 1978, Yogyakarta. Oeripkartawinata, Iskandar, S.H, dan Sutantia, Retnowulan, S.H.1986. Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek: Penerbit Alumni, Bandung. Projodikoro, Wirjono,Prof. DR, S.H. 1984. Hukum Acara Perdata Indonesia: Penerbit Sumur. Bandung. Soebakti,R,Prof. S.H.1986. Hukum Acara Perdata: Penerbit Bina Cipta. Bandung. Saleh,K, Wntjik, S.H. 1981. Hukum Acara Perdata Rbg/Hir: Ghalia Indonesia. Trasna, Mr. 1986. Komentar HIR: Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta. Soekanto, Soerjono. 1982. Pengantar Penelitian Hukum: Penerbit Universitas Indonesia. 33