Fa al- a>qilu al-kari>mu ka>milun (Baidaba, 2002: 150). Maka orang berakal yang mulia adalah orang yang sempurna.

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Bahasa Arab KMMI /12 Shafar 1433 H 1

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

Bab II. Mengenal Macam-macam Isim

KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SIKLUS 1

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

SENARAI JADUAL. JADUAL : Interpretasi Skor Min Amat baik Baik Memuaskan Lemah.

SMP NEGERI 2 PASURUAN TAHUN 2015

SATUAN ACARA PERKULIAHN (SAP)

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

Berkahilah untuk ku dalam segala sesuatu yang Engkau keruniakan. Lindungilah aku dari keburukannya sesuatu yang telah Engkau pastikan.

RANGKUMAN MATERI HURUF HIJAIYAH. BACAAN ALIF LAM ( lam Ta rif )

ISLAM DIN AL-FITRI. INDIKATOR: 1. Mendeskripsikan Islam sebagai agama yang fitri

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

ISLAM IS THE BEST CHOICE

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة

Bacaan Tahlil Lengkap

ANALISIS FORMAT FI'IL

Penulis : Muhammad Ma mun Salman JILID 2

Di dalam tulisannya tidak akan anda temukan bagaimana uraian tentang hal tersebut, karena untuk tahu penjelasan lengkapnya anda harus mengikuti

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

ة س ى اهو اهر خ اهر خ ى

MANAJEMEN JATIDIRI ( MJ )

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Pertanyaan : Apa yang dapat anda katakan pada kami tentang Bumi

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN

3.1 Membaca nyaring huruf hijaiyah, kata, frasa, kalimat, yang sederhana tentang dengan intonasi baik dan benar

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

AYAT AL-QUR AN TENTANG PERINTAH MENJAGA LINGKUNGAN DISUSUN OLEH: FUAD, M.Pd.I

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

Dalam Bahasa Arab, kata keluhan dan aduan diungkap dengan Syakwa شكوى) ). Asal kata ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasa yang disebut dengan linguistik (Kridalaksana, 2008: 144). Perlu

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الا نبياء والمرسلين :و على آله وصحبه اجمعين. أما بعد

dan 3 ماضي juga dapat di-tashrif (diubah) berdasarkan kata ganti, baik dalam bentuk المزيد

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

SULIT 1223/2 BAHAGIAN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA PENDIDIKAN ISLAM SET 2 KERTAS 2 SATU JAM EMPAT PULUH MINIT

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SEKOLAH INKLUSIF DI SDN BENUA ANYAR 8 BANJARMASIN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

PEMAKAIAN MA (ما ) DALAM BAHASA ARAB

BAB 7 ASPEK AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

التسهيل يف معرفة قواعد لغة التنزيل. Bab V. Al-Af'aal (Fi il-fi il) 1. Fi'il Madhi, Fi'il Mudhari' dan Fi'il Amr

KITAB KELENGKAPAN BAB DZIKIR DAN DO'A

BAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman :

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

hai, I am tinkerbell I want explain about

Al Qur an dan Ilmu Kimia

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

MEMAHAMI KANDUNGAN AL-QUR AN DENGAN METODE MANHAJI NAUFAL AHMAD RIJALUL ALAM

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

PENANAMAN NILAI-NILAI AQIDAH PADA ANAK USIA DINI DI RAUDHATUL ATHFAL BANJARMASIN TIMUR

Oleh: M. Taufik. N.T

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian menunjukkan bahwa rutinitas ibadah shalat wajib memiliki

PENYERANGAN AMERIKA SERIKAT DAN SEKUTUNYA TERHADAP IRAK

UNTUK KALANGAN SENDIRI

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur an

; ) ا ( alif Disebut mad thabi i (mad asli) apabila terdapat harakat fathah diikuti

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

BAB 1 PENDAHULUAN. terbagi menjadi kepulauan-kepulauan. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki

1223/2 SULIT BAHAGIAN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA PENDIDIKAN ISLAM SET 5 KERTAS 2 SATU JAM EMPAT PULUH MINIT

BAB KETUJUH RUMUSAN DAN CADANGAN. ayat bahasa Arab dan bahasa Melayu secara terperinci, maka terbuktilah di sana wujud

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan masa

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Hadits-hadits Shohih Tentang

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Jika dibanding dengan makhluk lainnya, manusia adalah makhluk Tuhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

Khutbah Pertama. Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah.


Transkripsi:

BAB III FUNGSI KATEGORI ADJEKTIVA Kategori adjektiva dapat menempati posisi yang berbeda-beda dalam tataran fungsi sintaksis. Macam-macam fungsi sintaksis adalah predikat, subjek, objek, keterangan, dan pelengkap (Sukini, 2010: 58). Berikut akan dijelaskan kategori adjektiva yang menempati fungsi sintaksis. A. Kategori Adjektiva yang Menempati Fungsi Subjek Adjektiva yang terdapat dalam suatu kalimat, salah satunya bisa menduduki fungsi subjek. Menurut Rahardi (2009: 78), jika subjek berupa orang maka dapat diidentifikasi menggunakan pertanyaan siapa+ yang + predikat, namun jika subjek bukan orang maka dapat diidentifikasi menggunakan pertanyaan apa + yang + predikat. Cara lain untuk mengidentifikasi subjek adalah dengan menambahkan kata itu atau ini atau tersebut. Terkait dengan hal tersebut, dalam BKD telah ditemukan kategori adjektiva yang yang menempati fungsi subjek berjumlah 70. Berikut ini akan dipaparkan salah satu contoh kalimat dalam BKD yang mengandung adjektiva yang menempati fungsi subjek. ال ك ر ي ك ام ل (1) ف ال ع اق ل Fa al- a>qilu al-kari>mu ka>milun (Baidaba, 2002: 150). Maka orang berakal yang mulia adalah orang yang sempurna. 64

65 Fa al- a>qilu al-kari>mu ka>milun Maka orang berakal yang mulia adalah orang yang sempurna Par N masc sg.3 def. adj. masc sg. def. N masc sg.3 indef. nom. nom. nom. S mub. P kh. Tabel. 22 Kalimat (1) berupa jumlah ismiyyah. Pada jumlah ismiyyah tersebut terdapat adjektiva yaitu kata al-kari>mu. Berdasarkan penjelasan pada tabel. 22, dapat diketahui bahwa al-kari>mu dikatakan sebagai adjektiva karena menjelaskan sifat dari ism yang terletak sebelumnya. Lebih jelasnya al-kari>mu merupakan na t pada al- a>qilu, marfu dengan dhammah karena mengikuti ism marfu. Di sisi lain, jika dilihat dari fungsi sintaksis, adjektiva tersebut melekat pada mubtada (al- a>qilu). Al- a>qilu dikatakan mubtada karena merupakan ism marfu yang terletak di awal kalimat. Menurut al-khuli (1982: 271) mubtada disebut sebagai subjek. Disebabkan adjektiva pada kalimat (1) (al-kari>mu) melekat pada satuan bahasa yang menduduki fungsi subjek (al- a>qilu), maka dapat disimpulkan bahwa adjektiva tersebut menempati fungsi subjek. Pembuktian lain bahwa adjektiva tersebut dikatakan menempati fungsi subjek adalah jika diperhatikan pada kata yang disifati oleh adjektiva (yakni kata al- a>qilu) beserta adjektiva yang mengikutinya (yaitu kata al-kari>mu), menjadi jawaban atas pertanyaan siapa orang yang sempurna?. Singkatnya, pertanyaan Siapa orang yang sempurna? dapat dijawab dengan al- a>qilu al-kari>mu orang berakal yang mulia. Disisi lain, fungsi subjek juga bisa ditambah dengan kata itu atau ini atau tersebut. Jika diterapkan pada kalimat (1) maka menjadi orang berakal yang mulia ini, atau orang berakal yang mulia itu atau orang berakal yang mulia tersebut.

66 Walaupun sudah ditambah dengan satuan kebahasaan ini, itu, atau tersebut dapat diketahui bahwa kalimat tetap dapat diterima. Hal ini merupakan pembuktian lain bahwa kata al- a>qilu beserta adjektiva yang mengikutinya (al-kari>mu) menempati fungsi subjek. Jika diterapkan teknik substitusi dengan cara mengganti kata al-kari>mu dengan kata al-ma>hiru yang cerdas, maka hasil penggantian tersebut terdapat ال م اه ر pada kalimat (2) berikut ini. ال م اه ر ك ام ل (2) ف ال ع اق ل Fa al- a>qilu al-ma>hiru ka>milun Maka orang berakal yang cerdas adalah orang yang sempurna. Berdasarkan pada kalimat (2), dapat diketahui bahwa kata al-ma>hiru dapat menggantikan posisi al-kari>mu, sehingga kalimat masih dapat diterima. Hal tersebut menunjukkan antara kata al-kari>mu dan al-ma>hiru memiliki kesamaan kelas. Terkait penjelasan yang telah dipaparkan, yakni al- a>qilu merupakan ism marfu yang terletak di awal kalimat, al- a>qilu al-kari>mu orang berakal yang mulia menjadi jawaban atas pertanyaan siapa orang yang sempurna?, serta al- a>qilu al-kari>mu orang berakal yang mulia dapat ditambah dengan kata ini, itu, atau tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa al- a>qilu al-kari>mu orang berakal yang mulia pada kalimat (1) menduduki posisi subjek.

67 B. Kategori Adjektiva yang Menempati Fungsi Predikat Kategori adjektiva dapat menduduki fungsi predikat dalam suatu kalimat. Fungsi predikat merupakan fungsi induk. Adapun salah satu cara untuk mengidentifikasi fungsi predikat menurut Rahardi (2009: 81) adalah jika predikat berupa nomina atau kata benda, maka penegasiannya dilakukan dengan menggunakan bukan. Adapun terkait dengan hal tersebut, dalam BKD telah ditemukan kategori adjektiva yang yang menempati fungsi predikat berjumlah 59. Berikut ini adalah salah satu contoh kalimat dari BKD yang di dalamnya terdapat kategori adjektiva yang menduduki fungsi predikat. (3) ح ر ي ز و ه و م ك ان Wa huwa maka>nun chari>zun (Baidaba, 2002: 147). Dan dia tempat yang kokoh. Wa huwa maka>nun chari>zun Dan dia tempat yang kokoh Par pron. masc sg.3 N masc sg. indef. nom. N masc sg. indef. nom. S mub. P kh. Tabel. 23 Kalimat (3) menunjukkan adanya adjektiva. Adjektiva yang dimaksud adalah kata chari>zun. Apabila diperhatikan tabel. 23, dapat diketahui bahwa chari>zun dikatakan sebagai adjektiva karena menjelaskan sifat dari ism yang terletak sebelumnya. Lebih jelasnya chari>zun merupakan na t pada maka>nun, marfu dengan dhammah karena mengikuti ism marfu.

68 Di sisi lain, jika dilihat dari fungsi sintaksis, adjektiva tersebut melekat pada khabar (maka>nun). Maka>nun dikatakan khabar karena merupakan ism marfu yang melengkapi makna mubtada (huwa). Menurut Al-Khuli (1982: 223) khabar disebut sebagai predikat. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa adjektiva yang melekat pada maka>nun seperti pada kalimat (3) tersebut menempati fungsi predikat. Penetapan fungsi predikat dapat dibuktikan menggunakan teknik sisip. Kata yang disisipkan pada kalimat (3) adalah kata ل ي س laisa bukan. Kata tersebut diletakkan sebelum kata yang disifati oleh adjektiva beserta adjektiva pada kalimat (3), yaitu sebelum kata maka>nun chari>zun. Berikut ini adalah hasil dari teknik penyisipan terhadap kalimat (3). و ه و ل ي س م ك ان ا ح ر ي ز ا (4) Wa huwa laisa maka>nan chari>zan Dan dia bukan tempat yang kokoh. Penyisipan kata laisa bukan pada kalimat (4) tersebut menjadikan kalimat tetap dapat diterima. Penjelasan tersebut membuktikan bahwa kata maka>nan chari>zan menduduki fungsi predikat, karena diketahui bahwa salah satu ciri fungsi predikat pada kalimat nominal adalah dapat disisipi dengan kata bukan. Di sisi lain, karena memungkinkan adanya satuan kebahasaan yang disisipkan antara kata huwa dan maka>nan, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kedua kata tersebut tidak erat. Penjelasan yang terkait tentang dapat disisipi dengan kata bukan sebelum satuan kebahasaan maka>nan chari>zan menjadikan huwa sebagai ism marfu yang menjadi

69 ism dari laisa, serta maka>nan merupakan ism mansub yang menjadi khabar laisa. Hal tersebut membuktikan bahwa maka>nan chari>zan menduduki fungsi predikat. C. Kategori Adjektiva yang Menempati Fungsi Objek Kategori adjektiva bisa menempati fungsi objek dalam suatu kalimat. Kehadiran fungsi objek dituntut oleh predikat berupa verba transitif pada kalimat aktif. Salah satu ciri dari fungsi objek adalah bisa diganti dengan pronomina nya (jika objek berupa nomina, frasa nomina tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal) serta bisa diganti dengan pronomina ku, -mu, -nya (jika berupa pronomina aku, kamu, atau dia) (Sukini, 2010: 60). Terkait dengan hal tersebut, dalam BKD telah ditemukan kategori adjektiva yang yang menempati fungsi objek berjumlah 63. Berikut ini adalah salah satu dari contoh kalimat yang di dalamnya terdapat kategori adjektiva yang menduduki fungsi objek. ال ت ق ر ن ال ع د و الض ع ي ف ال م ه ي (5) La> tachtaqiranna al- aduwwa adh-dha i>fa al-mahi>na (Baidaba, 2002: 139). Janganlah kalian menghina musuh yang lemah dan rendah. La> tachtaqiranna Janganlah kalian menghina V-ipf fem pl. 2 P fi (S) al- aduwwa adh-dha i>fa al-mahi>na musuh yang lemah yang rendah N masc sg. def. acc adj. masc sg. def. acc Tabel. 24 O adj. masc sg. def. acc Kalimat (5) adalah kalimat aktif. Apabila diperhatikan pada kalimat (5), terdapat adjektiva berupa kata adh-dha i>fa. Adjektiva tersebut merupakan salah satu adjektiva

70 yang mensifati kata al- aduwwa. Kata adh-dha i>fa dikatakan adjektiva karena menjelaskan sifat dari ism yang terletak sebelumnya. Lebih jelasnya adh-dha i>fa merupakan na t pada al- aduwwa, mansub dengan fathah karena mengikuti ism mansub. Apabila diperhatikan pada fungsi sintaksis, adjektiva tersebut (adh-dha i>fa) melekat pada maf ul bih (al- aduwwa). Al- aduwwa dikatakan menempati posisi maf ul bih karena al- aduwwa merupakan ism mansub yang menunjukkan pekerjaan yang dilakukan oleh fa il. Menurut Al-Khuli (1982: 190) maf ul bih disebut sebagai objek. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa adjektiva yang melekat pada al- aduwwa seperti pada kalimat (5) tersebut menempati fungsi objek. Alasan lain dikatakan menduduki fungsi objek, karena predikat pada kalimat tersebut (la> tachtaqiranna) berupa verba transitif dan berada pada kalimat aktif. Pembuktian yang lain adalah dengan menerapkan teknik substitusi. Teknik substitusi akan diterapkan pada sesuatu yang menduduki fungsi objek pada kalimat (5) yaitu al- aduwwa adh-dha i>fa al-mahi>na. Kata yang digunakan untuk mengganti al- aduwwa adh-dha i>fa al-mahi>na adalah kata ه hu -nya. Berikut ini adalah hasil teknik substitusi terhadap kalimat (5). (6) ال ت ق ر ن ه La> tachtaqirannahu Janganlah kalian menghinanya. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa walaupun al- aduwwa adh-dha i>fa almahi>na (pada kalimat (5)) diganti dengan hu (pada kalimat (6)), dapat diketahui

71 bahwa hasil penggantian menjadikan kalimat tetap dapat diterima. Disisi lain, dikarenakan hu bisa menggantikan posisi al- aduwwa adh-dha i>fa al-mahi>na maka dapat disimpulkan bahwa antara keduanya memiliki kesamaan kelas. Berdasarkan ciri-ciri yang telah dipaparkan, yakni al- aduwwa merupakan ism mansub yang menunjukkan pekerjaan yang dilakukan oleh fa il, al- aduwwa beserta adjektiva yang mengikutinya (adh-dha i>fa al-mahi>na) dapat diganti dengan pronomina nya, serta predikat pada kalimat (5) berupa verba transitif dan kalimatnya berupa kalimat aktif, maka dapat disimpulkan bahwa satuan kebahasaan al- aduwwa adh-dha i>fa al-mahi>na tersebut menduduki fungsi objek. D. Kategori Adjektiva yang Menempati Fungsi Keterangan Suatu kalimat adakalanya terdapat adjektiva yang menduduki fungsi keterangan. Keterangan adalah unsur kalimat yang bersifat tidak wajib hadir. Keterangan juga dapat diidentifikasi dengan sifatnya yang tidak terikat posisi atau cenderung lebih bebas (Rahardi, 2009: 85). Terkait dengan hal tersebut, dalam BKD telah ditemukan kategori adjektiva yang yang menempati fungsi keterangan yang berjumlah 25. Kalimat (7) berikut ini adalah salah satu contoh kalimat pada BKD yang di dalamnya terdapat adjektiva yang menduduki fungsi keterangan. ف ال ت م س وا ف ل ي ل ة ب ار د ة ذ ا ت ر ي اح و أ م ط ر ن ار ا (7) Fa iltamasu> fi> lailatin ba>ridatin dza>ti riya>hin wa amtharin na>ran (Baidaba, 2002: 146). Maka mereka melihat api pada malam yang dingin yang memiliki angin dan hujan.

72 Fa iltamasu> Par V-pf masc pl.3 Par N masc sg. indef. gen. fi> lailatin ba>ridatin wa amtharin Maka melihat mereka pada malam yang yang memiliki dingin N masc sg. Par indef. gen. dza>ti riya>hin na>ran angin dan hujan api N masc sg. indef. gen. konj. N masc sg. indef. gen. N masc sg. indef. gen. P fi (S) K zh.z O Tabel. 25 Apabila diperhatikan pada kalimat (7), terdapat adjektiva berupa kata ba>ridatin. Adjektiva tersebut merupakan salah satu adjektiva yang mensifati kata lailatin. Kata ba>ridatin dikatakan adjektiva karena menjelaskan sifat dari ism yang terletak sebelumnya. Lebih jelasnya ba>ridatin merupakan na t pada lailatin, majru>r dengan kasrah karena mengikuti ism majru>r. Apabila diperhatikan pada fungsi sintaksis, adjektiva tersebut (ba>ridatin) melekat pada ism majru>r (lailatin). Ism tersebut (lailatin) menjadi majru>r karena didahului oleh huruf ja>r (fi>). Ja>r majru>r pada kalimat (7) (fi> lailatin) merupakan zharf zama>n karena menerangkan waktu terjadinya fi l. Menurut Al-Khuli (1982: 6) zharf zama>n merupakan salah satu sebutan dari istilah mulchaqa>tun atau adjunt. Sebutan lain mulchaqa>tun atau adjunt (selain zharf zama>n) adalah zharf maka>n. Terkait hal tersebut, Kridalaksana (2008: 120) menjelaskan bahwa istilah adjunct disebut juga dengan istilah keterangan. Penjelasan yang telah dipaparkan menandakan adanya kesamaan antara zharf zama>n

73 dan zharf maka>n dengan keterangan. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa fi> lailatin pada kalimat (7) beserta keseluruhan dari adjektiva yang mengikutinya (ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin) menduduki fungsi keterangan. Bukti lain yang dapat menyatakan bahwa satuan kebahasaan pada kalimat (7) tersebut (fi> lailatin ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin) bisa dikatakan menduduki fungsi keterangan, dapat diketahui pada sifat ketidakwajiban hadir pada suatu kalimat. Berikut akan digunakan teknik lesap untuk membuktikan bahwa satuan kebahasaan tersebut menduduki fungsi keterangan. (8) ف ال ت م س وا ن ار ا Fa iltamasu> na>ran Maka mereka melihat api. Hasil pelesapan tersebut menunjukkan bahwa kalimat dapat diterima, sehingga dapat diketahui bahwa fi> lailatin ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin tidak bersifat inti dan tidak wajib hadir dalam kalimat. Sifat ketidakwajiban hadir tersebut merupakan ciri dari fungsi keterangan. Disisi lain, pembuktian bahwa fi> lailatin ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin berada pada fungsi keterangan adalah dengan menerapkan teknik balik. Fungsi keterangan posisinya cenderung lebih bebas, bisa di awal, tengah, atau akhir kalimat. Berikut ini adalah hasil dari teknik balik dari kalimat (7). (9) ف ف ى ل ي ل ة ب ار د ة ذ ات ر ي اح و أ م ط ر ال ت م س وا ن ار ا

74 fafi> lailatin ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin iltamasu> na>ran Maka pada malam yang dingin yang memiliki angin dan hujan mereka melihat api. Kalimat (9) merupakan hasil penerapan dari teknik balik terhadap kalimat (7). Penerapan teknik tersebut adalah dengan mengubah posisi keterangan fi> lailatin ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin yang awalnya berada di tengah menjadi di awal kalimat. Adapun perubahan posisi tersebut tidak menjadikan kalimat rusak, atau bisa dikatakan kalimat tetap bisa diterima. Terkait hal itu, berikut ini juga akan dipaparkan hasil teknik balik dengan mengubah fi> lailatin ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin ke posisi lain. (10) ف ال ت م س وا ن ار ا ف ل ي ل ة ب ار د ة ذ ات ر ي اح و أ م ط ر Fa iltamasu> na>ran fi> lailatin ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin Maka mereka melihat api pada malam yang dingin yang memiliki angin dan hujan. Kalimat (10) merupakan hasil pemindahan keterangan fi> lailatin ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin yang letak awalnya di tengah (seperti pada kalimat (7)), di awal (seperti pada kalimat (9)), menjadi terletak di akhir kalimat. Hasil pemindahan keterangan tersebut (kalimat (10)) diketahui bahwa kalimat tetap dapat diterima. Adapun tetap diterimanya kalimat setelah adanya pengubahan letak fi> lailatin ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin menjadi di awal maupun di akhir kalimat juga menandakan bahwa letak satuan bahasa fi> lailatin ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin tersebut tidak tegar. Berdasarkan penjelasan tentang fi> lailatin yang merupakan zharf zama>n karena menerangkan waktu terjadinya fi l, fi> lailatin ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin

75 bersifat tidak wajib hadir, serta letaknya cenderung bebas, maka dapat dijadikan bukti bahwa fi> lailatin ba>ridin dza>ti riya>hin wa amtharin menempati posisi keterangan. E. Kategori Adjektiva yang Menempati Fungsi Pelengkap Kategori adjektiva dapat menduduki fungsi pelengkap dalam suatu kalimat. Fungsi pelengkap memiliki sifat tidak wajib hadir dalam suatu kalimat (Alwi, 2003: 322). Cara lain untuk mengidetifikasi fungsi pelengkap adalah melihat pada predikatnya. Menurut Alwi (2003: 330) predikat dari fungsi pelengkap bisa berupa verba taktransitif, dwitransitif, serta adjektiva, seperti pada contoh berikut: (11) Ida benci pada kebohongan (pelengkap dengan verba taktransitif) (12) Ibu mengambilkan saya air minum (pelengkap dengan verba dwitransitif) (13) Beliau senang bermain tenis (pelengkap dengan verba adjektiva) Letak pelengkap adalah dibelakang predikat. Jika terdapat objek maka letak pelengkap terletak dibelakang objek (Alwi, 2003: 329). Penjelasan ini merupakan pembeda dari fungsi objek. Terkait hal tersebut, terdapat cara lain untuk mengidentifikasi fungsi pelengkap yang digunakan untuk membedakan antara fungsi pelengkap dan keterangan. Berbedaan tersebut adalah bahwa fungsi keterangan berupa keterangan tempat dan waktu, sedangkan fungsi pelengkap tidak menunjukkan dua hal tersebut.

76 Adapun berhubungan dengan hal itu, dalam BKD telah ditemukan kategori adjektiva yang yang menempati fungsi pelengkap yakni berjumlah 71. Berikut ini adalah salah satu dari contoh kategori adjektiva dapat menduduki fungsi pelengkap. (11) خ ار ش ت ر ب ه خ و ار ا ش د ي د ا Kha>ra syatrabahu khuwaran syadi>dan (Baidaba, 2002: 103). Syatrabah lemah dengan kelemahan yang sangat. Kha>ra syatrabahu khuwaran syadi>dan Lemah Syatrabah dengan kelemahan yang sangat V-pf masc sg.3 N masc sg.3def. gen. N masc sg.3 indef. gen. N masc sg.3 indef. gen. P fi S fa Pel. ma.mu Tabel. 26 Apabila diperhatikan pada kalimat (11), terdapat adjektiva berupa kata syadi>dan. Adjektiva tersebut merupakan adjektiva yang mensifati kata khuwaran. Kata syadi>dan dikatakan adjektiva karena menjelaskan sifat dari ism yang terletak sebelumnya (khuwaran). Lebih jelasnya syadi>dan merupakan na t pada khuwaran, mansub dengan fatchah karena mengikuti ism mansub. Apabila diperhatikan pada fungsi sintaksis, adjektiva tersebut (syadi>dan) melekat pada ism mansub (khuwaran). Ism tersebut (khuwaran) menjadi mansub karena sebagai maf ul muthlaq. Maf ul muthlaq pada kalimat (11) tersebut (khuwaran) serta adjektiva yang mengikutinya (syadi>dan) menduduki posisi pelengkap. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan memperhatikan verbanya. Verba pada kalimat (11) (Kha>ra) merupakan verba taktransitif, sehingga tidak membutuhkan objek.

77 Dikarenakan verba pada kalimat tersebut tidak membutuhkan objek, dan maf ul muthlaq serta adjektiva yang mengikutinya (khuwaran syadi>dan) bukan merupakan keterangan (zharaf zaman atau zharaf makan), maka maf ul muthlaq serta adjektiva yang melekat padanya (khuwaran syadi>dan) tersebut dapat dikatakan menduduki posisi pelengkap. Bukti lain yang dapat membuktikan bahwa adjektiva pada kalimat (11) tersebut (syadi>dan) berada pada fungsi pelengkap adalah dengan menggunakan penerapan teknik lesap. (12) خ ار ش ت ر ب ه Kha>ra syatrabahu Syatrabah lemah. Berdasarkan hasil pelesapan khuwaran syadi>dan pada kalimat (12), dapat diketahui bahwa kalimat masih dapat diterima. Diterimanya kalimat setelah adanya pelesapan tersebut membuktikan bahwa khuwaran syadi>dan tidak bersifat inti. Sifat tidak inti tersebut menandakan satuan kebahasaan khuwaran syadi>dan tidak wajib hadir dalam kalimat. Bukti ketidakwajiban hadir khuwaran syadi>dan dalam kalimat (12) juga merupakan salah satu ciri dari fungsi pelengkap. Berdasarkan seluruh pembuktian terkait khuwaran syadi>dan yang bersifat tidak wajiban hadir dalam kalimat, bukan berupa keterangan tempat dan waktu, serta verba pada kalimat tersebut berupa verba taktransitif, maka dapat disimpulkan bahwa khuwaran syadi>dan tersebut menduduki fungsi pelengkap.