BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi Potong

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Bangsa-bangsa Sapi

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BAB IV. PEMBAHASAN Profil Peternakan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUN PUSTAKA. masyarakat.adapun ciri-ciri sapi pedaging seperti berikut: tubuh besar, badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

BAB II Kajian Pustaka 1.1.Studi Kelayakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong adalah ternak yang dipelihara secara intensif untuk

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony berada di Desa Karang

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

VII. ANALISIS FINANSIAL

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak kecil pemakan rumput yang dapat dibedakan. menjadi tiga yaitu : potong, perah dan penghasil bulu.

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA

Transkripsi:

4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Usaha Sapi Potong di Indonesia Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah. Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa, 2005). Pengembangkan ternak sapi potong tentunya tidak terlepas dari peranan kelompok tani ternak dalam mengupayakan ternaknya agar mendapat nilai tambah serta efisien dalam pengelolaannya. Upaya yang perlu dikembangkan dalam membina dan memantapkan kelompok peternak adalah memperkuat kelembagaan ekonomi petani peternak di pedesaan. Pendekatan yang efektif perlu dilakukan agar petani/peternak dapat memanfaatkan program pembangunan yang ada, secara berkelanjutan, melalui penumbuhan rasa memiliki, partisipasi dan pengembangan kreatifitas, disertai dukungan masyarakat lainnya sehingga dapat berkembang dan dikembangkan oleh masyarakat tani disekitarnya. Upaya ini diarahkan untuk terbentuknya kelompok kelompok peternak, kerjasama antar kelompok sehingga terbentuk kelompok yang produktif yang terintegrasi dalam satu koperasi dibidang peternakan (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2002). Penyuluhan dan pembinaan terhadap peternak dilakukan untuk mengubah cara beternak dari pola tradisional menjadi usaha ternak komersial dengan cara zooteknik yang baik. Zooteknik termasuk usaha beternak sapi potong, yang meliputi penggunaan bibit unggul, perkandangan yang sehat, penyediaan dan pemberian pakan yang baik, pengendalian terhadap penyakit, pengelolaan reproduksi, pengelolaan pasca panen, dan pemasaran hasil yang baik (Isbandi, 2004) Suplai protein asal ternak terutama daging sapi yang dihasilkan secara domestik belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, sehingga kebijakan impor daging dan sapi hidup masih di berlakukan. Peningkatan 4

5 jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging sapi secara nasional cenderung meningkat. Selama ini kebutuhan daging sapi di Indonesia dipenuhi dari tiga sumber yaitu: sapi lokal, sapi impor, dan daging impor (Hadi dan Ilham, 2000). Usaha peternakan merupakan suatu proses yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja dan modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur, yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran dan pengaturan tenaga kerja (Abidin, 2002). B. Sapi Potong a) Sapi Peranakan Simmental Menurut Haryanti (2009), Sapi Simmental murni sulit ditemukan di Indonesia. Kebanyakan yang ada di Indonesia merupakan sapi Peranakan Simmental. Sapi Peranakan Simmental merupakan bangsa sapi persilangan yang diambil untuk pertumbuhan bobot badan hidup. Sapi Peranakan Simmental merupakan tipe potong. Ciri-ciri sapi Peranakan Simmental adalah memiliki tubuh berukuran besar, tubuh berbentuk kotak pertumbuhan otot bagus, dan penimbunan lemak bawah kulit rendah. Warna bulu pada umumnya krem agak coklat atau sedikit merah, sedangkan muka keempat kaki mulai dari lutut, ujung ekor berwarna putih, dan ukuran tanduk kecil (Sudarmono dan Sugeng, 2008). dan kadang kala pantat serta paha belakang terdapat yang berwarna putih, abu-abu atau merah (Pane dan Ismed, 1986). b) Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi Peranakan Ongole terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja. Ssapi Peranakan Ongole mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah melahirkan

6 anak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik. Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik (Ngadiyono, 2008). Sapi Peranakan Ongole mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: warna kelabu kehitam-hitaman pada bagian kepala, leher dan lutut berwarna gelap sampai hitam, bertanduk pendek, bobot badan sapi PO mencapai 430-500 kg pada sapi jantan dan 320-400 kg pada sapi betina (Hardjosubroto, 1994). Pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang dimiliki sapi Peranakan Ongole sebesar 0,4-0,8 kg (Aziz, 1993). c) Sapi Peranakan Brangus Sapi Peranakan Brangus merupakan persilangan betina Sapi Brahman dan pejantan Sapi Angus. Brangus di Indonesia banyak di kawin silangkan dengan sapi lokal Indonesia bertujuan untuk memperbaiki mutu genetik, pertumbuhan bobot badan baik, dan tahan terhadap iklim tropis yang ada di Indonesia. Ciri ciri sapi Peranakan Brangus memiliki warna hitam, leher dan telinga pendek, adanya punuk, dan tahan udara panas (Sarwono dan Arianto, 2002). C. Pakan Bahan pakan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak, baik berupa bahan organik atau bahan anorganik yang sebagian atau keseluruhannya dapat dicerna tetapi tidak mengganggu kesehatan ternak tersebut. Contoh bahan pakan yaitu pakan hijauan (rumput dan daun-daunan), limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, pucuk tebu), leguminosa (daun lamtoro, gliricidia, kaliandra, turi, daun kacang-kacangan) limbah industri pertanian (dedak, bekatul, pollard, onggok, bungkil-bungkilan) dan lain-lain (Karto, 1995). Bahan pakan ternak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hijauan dan konsentrat (Williamson dan Payne, 1993). Sapi memerlukan sebanyak 10% berat basah pakan atau 3% berat kering pakan dari bobot badan sapi perhari (Fikar dan Ruhyadi, 2010).

7 Sapi dan ruminansia yang lain sangat membutuhkan serat kasar, sebab bila kebutuhan serat kasar tidak terpenuhi akan menimbulkan gangguan pencernaan. Pakan kasar meembantu pencernaan untuk bekerja secara baik, membuat rasa kenyang dan mendorong kelancaran getah kelenjar pencernaan keluar, sedangkan pakan konsentrat (penguat) adalah pakan yang mengandung nutrisi tinggi dengan serat kasar rendah. Pakan konsentrat meliputi susunan bahan pakan yang terdiri dari biji-bijian dan beberapa limbah proses industri bahan pangan bijian seperti jagung giling, tepung kedelai, menir dedak, bekatul dan umbi ditambah sumber vitamin dan mineral. Peranan pakan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Sapi yang dipacu pertumbuhannya seperti pada usaha penggemukan memerlukan tambahan konsentrat dengan susunan yang lebih dari kebutuhan normalnya. Pakan tambahan perlu pula diberikan pada musim kering atau kemarau yang jumlah rumput yang memiliki kandungan nutrisi rendah (Akoso,1996). Menurut Abidin (2002) bahwa salah satu cara untuk mempercepat proses penggemukkan memerlukan kombinasi pakan yang baik antara hijauan dan konsentrat. Perbandingan hijauan dan konsentrat tergantung dari ketersediaan hijauan di lokasi penggemukan. Pakan hijauan yang tersedia di lokasi penggemukan berkualitas rendah, seperti pucuk tebu, perbandingan hijauan dan konsentrat adalah 60 : 40. Pakan hijauan berkualitas cukup baik, misalnya rumput gajah, setaria, lamtoro, gamal dan kaliandra perbandingan hijauan dan konsentrat cukup 80 : 20 atau 70 : 30. Pemberian hijauan dilakukan sekitar 2 jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi pakan juga meningkatkan kecernaan bahan kering hijauan. Sebaiknya dihindari pemberian hijauan yang sekaligus dan dalam jumlah yang banyak.

8 D. Kandang Kontruksi kandang dirancang sesuai keadaan iklim setempat, jenis ternak dan tujuan pemeliharaan sapi itu sendiri. Perancangan kandang ternak yang penting untuk diperhatikan adalah tinggi bangunan, kedudukan atap dan bayangan atap serta lantai kandang. Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaraan dan menjaga kebersihan lingkungan (Siregar, 2008). Pembuatan kandang sapi potong perlu memperhatikan konstruksi kandang, yaitu: atap kandang, dinding kandang, lantai kandang, tempat pakan dan minum, jalan, dan selokan (Rianto dan Purbowati, 2011). Atap dapat berupa genting, asbes, seng, atau rumbia (Rukmana, 2005). Atap yang terbuat dari genting, maka kemiringannya 30 0 45 0 sedangkan atap yang terbuat dari asbes dan seng kemiringannya 15 0 20 0. Ketinggian atap yang terbuat dari genting adalah 4,5 m untuk lokasi kandang di dataran rendah sampai menegah dan 4 m untuk lokasi kandang di dataran tinggi, sedangkan atap asbes dan seng ketinggiannya 4 m untuk lokasi kandang di dataran rendah sampai menengah dan 3,5 m untuk lokasi di dataran tinggi (Siregar, 2002). Dinding kandang dapat dibuat dari tembok semen atau papan kayu dengan ketinggian 1,5 m dari lantai kandang. Lantai kandang biasanya terbuat dari lantai tanah, beton semen, atau batu batuan. Lantai kandang harus rata, tidak licin, tidak terlalu keras atau tajam, tahan lama, dan dibuat miring sekitar 5 0 10 0 (Rianto dan Purbowati, 2011). Kandang perlu dilengkapi dengan tempat pakan dan minum, panjang tempat pakan sekitar 1,45 1,50 m dengan panjang tempat ransum 0,95 1 m, lebar 0,5 m dan kedalaman 0,4 m serta tempat minum dengan panjang 0,45 0,55 m, lebar 0,50 m dan kedalaman 0,40 m. Penyekat antara palung air minum dan ransum setebal 0,075 0,10 m (Sugeng, 2003). Letak gang disesuaikan dengan tipe kandang, jika kandang terdiri dari dua lajur, gang bisa ditempatkan di tengah. Gang dibuat dengan lebar 1 1,5 m. Selokan dibuat tepat di belakang jajaran ternak dengan lebar 0,40 0,50 m,

9 kedalaman 0,15 0,20 m. Peralatan kandang yang diperlukan antara lain alat suntik, sekop, ember plastik, sapu lidi, garu kecil, selang, sikat dan tali (Yulianto dan Saparinto, 2010). Bak bak penampung air ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air minum ternak, pembersihan kandang dan untuk memandikan ternak (Santosa, 2006). Tempat pembuangan kotoran sangat penting dalam perkandangan, jarak tempat pembuangaan kotoran sekurang kurangnya 10 m dari kandang (Rianto dan Purbowati, 2011). Menurut Sudono (2003), kandang terlalu luas dapat menyebabkan ternak terlalu banyak bergerak sehingga lebih membutuhkan energi yang banyak. Hal ini menyebabkan pasokan nutrisi yang seharusnya digunakan untuk keperluan reproduksi banyak terserap untuk metabolisme otot yang digunakan untuk bergerak terus-menerus. E. Kesehatan Pencegahan merupakan tindakan untuk melawan berbagai penyakit. Usaha pencegahan ini meliputi tindakan karantina atau isolasi ternak, vaksinasi, deworming, serta pengupayaan peternakan yang higienis (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Sapi-sapi bakalan yang akan digemukkan atau yang baru dibeli di pasar hewan, perlu dimasukkan ke dalam kandang karantina yang letaknya terpisah dari kandang penggemukan. Pemberian vaksin biasanya dilakukan pada saat sapi bakalan berada di kandang karantina. Pemberian vaksin cukup dilakukan sekali untuk setiap ekor karena sapi hanya dipelihara dalam waktu yang singkat, yaitu sekitar 3-4 bulan (Abidin, 2008). Keberhasilan peternakan sapi potong tidak hanya terletak pada usaha pengembangan jumlah ternak yang dipelihara namun juga pada perawatan dan pengawasan sehingga kesehatan ternak sapi tetap terjaga. Perawatan dan pengobatan pada ternak sapi juga memerlukan pertimbangan dari berbagai segi baik dari segi penyakit ringan atau tidak menular maupun dari segi ekonomis (Rianto dan Purbowati, 2010).

10 Beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang sapi potong adalah cacingan, penyakit mulut dan kuku, kembung (bloat) dan lain-lain (Syarif, 2011). Menurut Hardjopranjoto (1995), salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan kesadaran beternak dalam program kesehatan reproduksi adalah dengan memberikan pelatihan secara bertahap tentang pencegahan atau tehnik penanggulangan reproduksi secara dini, sehingga diharapkan dengan program kesehatan reproduksi yang efektif dapat meningkatkan efisiensi reproduksi dan menambah pendapatan peternak. Usaha pencegahan penyakit dilakukan secara terus menerus, adakalanya kita menemukan kondisi sapi yang tidak sehat. Sebagai pengetahuan praktis, ada baiknya juga diketahui beberapa jenis penyakit pada ternak sapi di Indonesia, penyebab, ciri-ciri,dan upaya pengobatannya. Meskipun, kontak dengan para ahli seperti dokter hewan adalah langka yang tepat dibanding melakukan pengobatan sendiri (Abidin, 2002). F. Pemasaran Peternak sapi saat menjual sapi disarankan berdasar bobot badan atau bobot karkas (sapi dihargai setelah dipotong) dan mengetahui harga pasar. Sebaiknya dihindari penjualan sistem taksir atau perkiraan harga, terkecuali bila peternak sudah sangat berpengalaman sehingga tidak mengalami kerugian. Selain penjualan hasil penggemukan, kotoran ternak dan sisa pakan merupakan hasil ikutan yang sangat bermanfaat sebagai pupuk tanaman dan dapat menjadi tambahan pendapatan para peternak (Sugeng, 2001). Beberapa hari sebelum penggemukan selesai, peternak sebaiknya telah mengetahui sasaran pemasaran serta harga sapi yang akan dijualnya. Penaksiran harga itu didasarkan pada bobot badan dan harga sapi yang sedang berlaku dipasaran. Penjualan sapi akan lebih baik apabila dapat diatur pada saat harga sapi sedang baik. Setiap peternak yang melakukan penggemukan sapi hendaknya selalu memonitor harga sapi di pasaran agar lebih tahu standart harga di pasar (Siregar, 2008).

11 Harga yang tepat adalah harga yang terjangkau dan paling efisien bagi konsumen. Penetapkan harga yang tepat harus mempertimbangkan berbagai faktor, tidak hanya intuisi atau perasaan, tetapi juga harus berdasarkan informasi, fakta, dan analisis di lapangan. Pemasaran adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan usaha yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang akan memuaskan konsumen. Kebijakan pemasaran yang baik mengacu pada strategi Marketing Mix (4P) yaitu, produk, tempat, harga, dan promosi (Suryana, 2006). G. Aspek Ekonomi Menurut Mulyadi (2007), biaya digolongkan menjadi lima, yaitu: 1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran, dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar 2. Penggolongan biaya menurut fungsi Pokok dalam Perusahaan dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. a. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. b. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh atau sampel.

12 c. Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotokopi. 3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Hubungannya dengan produk, biaya dapat dibagi menjadi dua: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Hubungan dengan departemen, biaya dibagi menjadi dua: biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen. Hubungan dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. 4. Penggolongan biaya menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas. 5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu pengeluaran dan pendapatan. H. Analisis Finansial 1. Benefit Cost Ratio (BCR) Efisiensi usaha ditentukan dengan menggunakan konsep Benefit Cost Ratio (BCR), yaitu imbangan antara total penghasilan (out put) dengan total biaya (input). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai BCR maka usaha dinyatakan semakin efisien. Benefit Cost ratio (BCR) adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Semakin besar BCR maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efiisien (Soekartawi, 2003). 2. Payback Period of Cost (PPC) Pengertian dari Payback Period of Cost (PPC) adalah pengembalian di masa yang akan dating atau sebagai laba bersih sesudah pajak ditambah

13 penyusutan yang dihasilkan oleh suatu proyek metode pembayaran kembali. Paybak Period Method adah metode untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh kembali investasi semula dari arus kas bersih yang dihasilkan (Umar, 2009). 3. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan karena bisnis membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan bisnis baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). Menurut Umar (2007) Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal. IRR merupakan sama dengan tingkat discount maka usaha tidak dapat mendapatkan untung atau rugi, tetapi jika IRR < tingkat discount rate maka usaha tersebut tidak layak diusahakan, sedangkan apabila IRR > tingkat discount rate maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. 4. Net Present Value (NPV) Net present value (NPV) adalah sistem memilih suatu tingkat potongan tunai yang sesuai dengan menggunakan NPV kalkulasi. Suatu praktek yang baik dari memilih tingkat potongan tunai adalah untuk memutuskan tingkat tarip yang mana modal sangat diperlukan oleh suatu proyek yang bisa dikembalikan jika diinvestasikan di suatu alternatif misalnya dengan cara berspekulasi. Misalnya sebagai contoh, modal yang diperlukan oleh suatu perusahaan suatu produk tertentu mendapat lima persen di tempat lain, menggunakan tingkat potongan tunai ini di NPV kalkulasi yaitu dengan cara mengarahkan perbandingan yang dibuat antara perusahaan adalah suatu cara alternatif yang sesungguhnya, NPV adalah nilai yang diperoleh dengan cara menggunakan tingkat potongan tunai variabel dengan tahun dari jangka waktu investasi lebih dikhususkan pada situasi yang riil dibanding yang

14 dihitung dari suatu tingkat potongan tunai yang tetap untuk jangka waktu investasi yang keseluruhan (Cahyono, 1998). Salah satu kriteria penelitian investasi adalah dengan metode nilai sekarang Net Present Value (NPV). Seluruh metode yang dipergunakan pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencari pemberian investasi yang akan menghasilkan keuntungan paling tinggi terhadap investor sehingga dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kerugian. Analisis kelayakan investasi terhadap industri pertanian dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV) pada dasarnya merupakan suatu analisa yang digunakan terhadap suatu industri pertanian apakah industri tersebut layak atau tidak untuk diberi investasi. Analisa yang dilakukan meliputi berbagai aspek dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV) (Eugene, 1976).