BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RSPAW) Salatiga, dengan alamat Jalan Hasanudin 806 Salatiga.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan. melahirkan. Rumah sakit dituntut lebih profesional dalam

LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

KARAKTERISTIK INFORMAN

Terima kasih atas pertisipasi Bapk/Ibu dalam penelitian ini. Tanda Tangan : Tanggal :

BAB I PENDAHULUAN. kanker payudara terjadi karena perubahan sel-sel kelenjar dan saluran air susu

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penunjang. Menurut Para Ahli Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi mental seseorang. Bila denyut jantung atau suhu tubuh tidak normal,

KUESIONER ANALISIS AUDIT KINERJA KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

Lampiran 1: LEMBAR PERSETUJUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FORMULIR KLAIM CACAT TETAP DAN TOTAL

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

PENGKAJIAN PNC. kelami

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

Informed Consent. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre dan Post Operasi Mayor di RSUD Dr. Pirngadi Medan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Ditetapkan Tanggal Terbit

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dilaksanakannya penelitian adalah di bagian bangsal bedah Rumah

FORMULIR KLAIM RAWAT INAP

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).

PROFIL KESEHATAN. BERAT BADAN YANG DIREKOMENDASIKAN kg LINGKAR PERUT YANG DIREKOMENDASIKAN cm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN SOMATISASI. Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN RI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB III KERANGKA PENELITIAN. pada anggota keluarga yang mengalami halusinasi. Di dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. di klasifikasikan sesuai dengan jenis kelamin, pada laki laki yaitu kanker paru, kanker prostat,

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

Semakin banyak laporan yang dibutuhkan semakin banyak berkas yang harus disiapkan dan diisikan dan semakin banyak pula waktu serta tenaga yang

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dan lain-lain. Pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan

[ MANUAL APLIKASI PCARE] Aplikasi Pelayanan Dasar berbasis web ( web base) dibangun untuk mendukung bisnis proses pelayanan Peserta BPJS-KESEHATAN di

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Paru Dr Ario Wirawan (RSPAW) Salatiga, dengan alamat Jalan Hasanudin 806 Salatiga. RSPAW Salatiga merupakan rumah sakit khusus paru yang menerima rujukan dan mengutamakan pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien-pasien khusus penyakit saluran pernapasan atau patients with respiratory tract diseases. RSPAW Salatiga memiliki ruang perawatan yang diklasifikasikan menurut beberapa tingkatan, mulai dariyang paling rendah yakni ruang perawatan kelas tiga, kelas dua, hingga kelas satu danvery important personclass atau kelas VIP. Meskipun belum dilengkapi dengan ruang operasi, rumah sakit ini memiliki satu ruang tindakan yang khusus dirancang untuk melakukan beberapa tindakan invasif secara steril, penunjang program pengobatan medis. Tindakan invasif spesifik dikhususkan bagi pasien yang menderita gangguan akibat penyakit pada paru-paru, seperti tindakan broncoscopy, FNAB (fine needle aspiration biopsy), pungsi pleura dan water-sealed drainage (WSD). Instruksi dokter untuk setiap pasien yang perlu mendapat tindakan pemasangan WSD, didapatkan setelah melakukan pemeriksaan rutin pagi, sekitar jam 8 sampai 9 pagi WIB di setiap ruang perawatan. 42

Instruksi tersebut bersifat cito,artinya harus segera dilakukan, sehingga pemasangan WSD dilakukan dalam waktu dekat setelah 1 sampai 2 jam berikut. Post pemasangan WSD, pasien harus dirawat di ruang Inter Mediate Care (IMC) untuk mendapatkan pengawasan dan perawatan intensive. Observasi dan wawancara pada setiap partisipan dan anggota keluarga dilakukan secara terpisah, disesuaikan dengan jadwal pemasangan WSD. Observasi difokuskan pada penghitungan denyut nadi atau heart rate partisipan pada periode pra dan post pemasangan WSD. Wawancara difokuskan pada kecemasan partisipan dan dukungan keluarga yang diberikan oleh anggota keluarga pada periode pra pemasangan WSD. Proses observasi dan wawancara berjalan dengan lancar, karena partisipan dan anggota keluarga memberikan respon dan timbal balik yang baik sehingga penulis dapat memiliki data dengan jelas. 4.1 Gambaran Umum Partisipan Partisipan dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin lakilaki yaitu 75%, sedangkan perempuan 25% dari 8 partisipan. Usia pasien berbeda-beda dan bervariasi mulai dari 21 tahun sampai dengan 72 tahun. Daerah asal pasien bervariasi dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu dari kota Purwodadi, Kendal, Solo, Demak, Semarang, Pati, Salatiga dan Boyolali. 43

Sebagian besar 87,5% atau 7partisipan memiliki riwayat merokok sebagai salah satu faktor risiko yang dapat diasosiasikan dengan timbulnya penyakit pneumotoraks, efusi pleura atau empiema. Diagnosa medis yang diberikan kepada partisipan adalah salah satu dari jenis penyakit di atas. Salah satu gejala yang ditunjukkan adalah sesak napas, yang disebabkan karena kondisi paru telah tertekan akibat adanya penimbunan cairan atau udara dalam rongga pleura. Tindakan pemasangan WSD ditetapkan untuk membantu pengeluaran cairan atau udara dari rongga pleura sehingga pemenuhan kebutuhan oksigen dapat tercapai dengan bantuan pemberian oksigen. Prosedur pemasangan WSD melibatkan penggunaan trokar WSD. Trokar WSD merupakan salahsatu peralatan dari logam yang panjangnya 8 sampai 10 cm dengan bagian depan berbentuklancip seperti jarum spuit. Lokasi memasukan trokar WSD terletak di intercostal space IV atau V pada anterior/medial axillary line ke rongga pleura. Prosedur demikian memicu timbulnya kecemasan bagi setiap partisipan. Tingkat kecemasan partisipan berbeda-beda, lima partisipan memiliki kecemasan ringan dan tiga partisipan memiliki kecemasan berat. Anggota keluarga berusaha memberi dukungan keluarga untuk menghilangkan kecemasan partisipan. Hasil observasi dan wawancara yang dirangkum pada Tabel 4.1 digunakan untuk memberikan gambaranumum setiap partisipan. 44

45

4. 2 Analisis Data Data hasil observasi dan wawancara dari setiap partisipan dianalisis berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Denyut nadi atau heart rate merupakan indikator kecemasan yang dipakai sebagai pedoman untuk menganalisis data hasil observasi. Data hasil wawancara dari setiap partisipan dianalisis berdasarkan beberapa indikator yang dipakai sebagai pedoman wawancara, yaitu kecemasan, dukungan informasional, dukungan emosional dan dukungan instrumental, yang terdiri dari beberapa aspek. 4.2.1Kecemasan Data hasil wawancara dengan partisipan mengenai tindakan pemasangan WSD menunjukkan bahwa setiap partisipan memiliki kecemasan menghadapi tindakan pemasangan WSD. Kecemasan partisipan menghadapi tindakan pemasangan WSD dapat ditunjukkan melalui Gambar 4.1 Takut jarum Takut rasa sakit Takut biaya Takut akan prosedur tindakan WSD Takut akan Instrumen WSD Takut akan biaya WSD Pikiran menakutkan K E C E M A S A N Gambar 4.1 Skema Kecemasan Partisipan Pra Pemasangan WSD 46

Kecemasan partisipan timbul karena adanya pemikiran yang menakutkan mengenai salah satu instrumen tindakan pemasangan yaitu trokar WSD, prosedur pemasangan WSD dan biaya pemasangan WSD. Kecemasan partisipan timbul akibat bayangan trokar WSD yang seperti jarum suntik berukuran besar serta memikirkan bagaimana dan di bagian mana trokar WSD dimasukan ke dalam tubuh. Salah satu partisipan memiliki kecemasan terhadap trokar WSD karena telah memiliki trauma terhadap jarum sejak masa kanak-kanak. Setiap partisipan memiliki kecemasan mengenai rasa sakit yang ditimbulkan selama proses pemasangan WSD. Biaya tindakan pemasangan WSD juga menimbulkan kecemasan bagi salah satu partisipan karena merasa tidak sanggup untuk membayar biaya perawatan rumah sakit. Kecemasan yang dirasakan partisipan juga ditunjukkan melalui tanda-tanda fisik seperti jantung berdebar-debar. Beberapa partisipan merasa gemetar dan keringat dingin di leher, dahi dan di sekitar lipatan lutut menghadapi tindakan pemasangan WSD. Kecemasan partisipan yang diungkapkan dan dirasakan sangat bersifat subjektif, karena hanya dirasakan sendiri oleh partisipan. Beberapa ungkapan kecemasan partisipan ditunjukkan di bawah ini: Kalau jujur memang saya merasa takut.ya, sama jarum, membayangkan jarum besar bagaimana, disuntik di sebelah mana, sakit ngga (P3).(lampiran II ; hal. 70) Rasa seperti deg-degan gitu, mikirin jarumnya (P4).(lampiran II ; hal. 71) 47

Ya deg-degan, takut sama jarum, tapi sebenarnya saya lebih takut kalau ngga bisa bayar rumah sakit daripada takut sama jarum (P1). (lampiran II ; hal. 70) Kecemasan yang dirasakan partisipan menghadapi tindakan pemasangan WSD dapat dibuktikan secara objektif melalui hasil observasi terhadap denyut nadi atau heart rate. 4.2.2 Aspek Denyut Nadi atau Heart Rate Denyut nadi atau heart rate setiap partisipan diobservasi dalam dua periode waktu yang berbeda yaitu pra dan post pemasangan WSD. Strategi pencatatan hasil observasi heart rate pra WSD terdiri dari data heart rate rutin pagi di status pasien, hasil penghitungan heart rate satu jam pra WSD secara manual, dan hasil penghitungan heart rate secara automatis sesaat sebelum pemasangan WSD di ruang tindakan. Pencatatan hasil observasi heart rate post WSD dilakukan secara manual setelah satu jam post WSD. Data hasil observasi, heart rate setiap partisipan dapat ditunjukkan melalui Tabel 4.2. Heart rate rutin pagi menunjukkan bahwa heart rate setiap partisipan berada pada kondisi normal. Heart rate satu jam pra pemasangan WSD di ruang perawatan dan pra pemasangan WSD di ruang tindakan memperlihatkan variasi diantara partisipan. Nilai 48

heartrate pra pemasangan WSD menunjukkan bahwa setiap partisipan berada pada kondisi dengan kecemasan. Tabel 4.2Data Heart Rate (detak per menit) Partisipan Pra dan Post Pemasangan WSD Partisipan Rutin Pra WSD Post WSD Pagi RuangPerawatan RuangTindakan I 96 121 122 94 II 88 122 126 104 III 76 106 110 80 IV 84 104 107 76 V 88 108 110 78 VI 82 107 110 80 VII 96 124 129 98 VIII 90 104 107 98 Kecemasan yang ditunjukkan setiap partisipan berbeda-beda sesuai dengan variasi heart rate yang diperlihatkan. Kecemasan partisipan dapat dikelompokan dalam dua tingkat kecemasan. Pertama, tingkat kecemasan ringan yang dimiliki oleh 62,5% atau 5 partisipan yaitu partisipan III, IV, V, VI dan VIII karena memperlihatkan heart rate diantara 101-120 detak per menit dan kedua, tingkat kecemasan berat yang dimiliki oleh 37,5%atau 3 partisipan yaitu partisipan I, II dan VII karena memperlihatkan heart rate diantara 121-140 detak per menit Heart rate satu jam post pemasangan WSD memperlihatkan sebagian besar (87,5% atau 7) partisipan telah kembali pada kondisi 49

normal dan 12,5% atau 1 partisipan masih memiliki kecemasan ringan, yaitu partisipan II. Kecemasan yang timbul sejak pra pemasangan WSD telah hilang pada sebagian besar partisipan usai pemasangan WSD dengan adanya bantuan keluarga. 4.2.3 Dukungan Keluarga Data hasil wawancara mengenai dukungan keluarga didapatkan bahwa setiap partisipan mendapatkan dukungan keluarga menghadapi tindakan pemasangan WSD. Beberapa kutipan dukungan keluarga ditunjukkan di bawah ini : Jangan takut sama jarum yang penting sehat, sakitnya sembuh (P4).(lampiran III ; hal. 72) Saya sampaikan kalau memang alternatif yang terbagus harus dipasang selang (P1).(lampiran III ; hal. 73) Saya bilang bapak berdoa, Tuhan pasti berikan kekuatan buat bapak, (P7). (lampiran III ; hal. 76) Saya selalu disini (P3).(lampiran III ; hal. 80) Saya pasti ngantariin dia ke sana (P5) (lampiran III ; hal. 82) Saya mau ngurus surat-surat ASKES(P4). (lampiran III ; hal. 83) Dukungan keluarga kepada partisipan pra pemasangan WSD dapat ditunjukkan melalui Gambar 4.2. Data hasil wawancara dukungan keluarga dianalisis berdasarkan beberapa indikatoryang dipakai sebagai pedoman wawancara, yaitu dukungan informasional, dukungan emosional dan dukungan instrumental, yang terdiri dari beberapa aspek.keluarga memiliki kesempatan dan kepercayaan yang tinggi untuk memberikan 50

dukungan kepada partisipan selama menghadapi tindakan pemasangan WSD. Dukungan keluarga yang diberikan dapat berupa dukungan informasional, dukungan emosional dan dukungan instrumental, yang diharapkan mampu membantu secara psikologis agar menurunkan kecemasan partisipan pra pemasangan WSD. K E C E M A S A N Pemberian Nasehat Pemberian Informasi Pemberian Saran Ungkapan Empati Kepedulian Perhatian Bantuan Biaya Dukungan Informasional Dukungan Emosional Dukungan Instrumental D U K U N G A N K E L U A R G A Gambar 4.2Skema Dukungan Keluarga Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Partisipan Dukungan informasional diberikan karena partisipan memiliki pemikiran yang menakutkan, akibat dari perolehan informasi singkat dan tidak detail dari tenaga kesehatan mengenai tindakan pemasangan WSD. Dukungan informasional menimbulkan 51

kepercayaan diri partisipan dengan memperjelas dan mempertegas informasi mengenai tindakan pemasangan WSD sehingga lebih memotivasi partisipan menghadapi dan menjalani tindakan pemasangan WSD. Dukungan informasional dapat diberikan dalam bentuk pemberian nasehat, informasi dan saran. Nasehat keluarga terutama untuk jangan takut dengan penggunaan trokar WSD dalam prosedur pemasangan WSD. Nasehat ini sangat beralasan karena keluarga tidak menginginkan kondisi kecemasan partisipan dapat berakibat pada penundaan atau pembatalan dilakukannya tindakan pemasangan WSD. Bertanggung jawab atas kecemasan partisipan, keluarga memberikan solusi untuk menenangkan partisipan, melalui nasehat agar tidak melihat trokar WSD selama proses tindakan pemasangan WSD. Partisipan juga dinasehati untuk tidak terlalu berpikiran negatif tentang tindakan pemasangan WSD. Pemikiran negatif seperti bayangan rasa sakit, dimana dan sampai kapan selang WSD akan terpasang di tubuhnya. Pemikiran tersebut harus dihentikan untuk menghindari kecemasan yang berlebihan. Keluarga berusaha menenangkan partisipan dengan memberikan nasehat bernuansa religius. Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa meminta petunjuk dan kekuatan guna meningkatkan kepercayaan diri menghadapi dan menjalani tindakan pemasangan WSD demi mendapatkan kesembuhan. 52

Keluarga memberikan informasi bahwa mengobatipenumpukan cairan atau udara yang berlebihan dalam rongga pleura, tidak cukup hanya dengan menggunakan obat-obatan, tetapi perlu suatu tindakan medis untuk mengeluarkan cairan atau udara dari rongga pleura, yaitu dengan dilakukan tindakan pemasangan WSD. Keluarga meyakinkan keputusan partisipan untuk menerima dan menjalani tindakan pemasangan WSD, melalui pemberian informasi bahwa WSD adalah suatu tindakan alternatif terbaik untuk mengeluarkan cairan atau udara dari rongga pleura secara menetap. Obat-obatan juga dapat dimasukan melalui selang WSD ke rongga pleura sehingga efektif mengobati infeksi di rongga pleura dan paru secara keseluruhan. Informasi manfaat pemasangan WSD memberikan stimulus yang baik untukmemotivasi partisipan mempersiapkan diri menghadapi dan menjalani tindakan pemasangan WSD demi mendapatkan kesembuhan. Keluarga memandang instruksi pemasangan WSD telah dipertimbangkan dengan baik, sehingga partisipan diharapkan memberi kepercayaan kepada tenaga medis dan para medis dalam usaha untuk menyembuhkannya. Saran keluarga adalah agar partisipan menerima dan menjalani tindakan pemasangan WSD. Keluarga meyakinkan partisipan menerima tindakan pemasangan WSD dengan bersedia sebagai penanggung jawab dalam 53

menandatangani formulir persetujuan tindakan pemasangan WSD (informent consent). Keinginan keluarga dan partisipan untuk memperoleh kesembuhan dapat diwujudkan melalui tindakan pemasangan WSD, sehingga partisipan juga diharapkan agar tidak menunda atau menolak tindakan pemasangan WSD Menyadari pentingnya dilakukan tindakan pemasangan WSD dan adanya kecemasan partisipan,keluarga merasa perlu untuk mempersiapkan emosional partisipan. Dukungan emosional secara subjektif dapat menimbulkan kepercayaan diri dengan memberikan rasa aman dan nyaman bagi partisipan. Dukungan emosional dapat diberikan dalam bentuk ungkapan empati, kepedulian dan perhatian. Ungkapan empati ditunjukkan melalui sikap sabar keluarga mendengarkan dan memahami keluhan partisipanmengenai kecemasan. Keluarga berperan sebagai pendengar yang baik dengan memberikan kesempatan agar partisipan mengeluarkan semua isi pikir yang menakutkan mengenai tindakan pemasangan WSD. Keluarga berusaha bersikap memahami kecemasan partisipan karena adanya penggunaan trokar dalam prosedur tindakan pemasangan WSD. Keluarga menunjukkan sikap percaya pada partisipan dengan meyakinkan bahwa partisipan pasti mampu menjalani tindakan pemasangan WSD untuk memberikan kekuatan emosional dan meningkatkan kepercayaan diri partisipan menghadapi tindakan 54

pemasangan WSD. Ungkapan empati keluarga juga diekspresikan dengan mengharapkan dukungan dari anggota keluarga lain di luar rumah sakit melalui penyampaian informasi pelaksanaan tindakan pemasangan WSD. Semakin besar ungkapan empati yang ditunjukkan, mencerminkan semakin besar juga dukungan yang diberikan keluarga kepada partisipan. Kepedulian keluarga menemani partisipan di dekatnya, dilakukan atas inisiatif sendiri atau karena ada permintaan partisipan untuk menguatkan emosional partisipan. Keberadaan keluarga membuat partisipan merasa aman dan nyaman, sehingga menambah kepercayaan diri partisipan karena meyakini bahwa ada keluarga yang mencintainya dan selalu siap untuk memberi dukungan. Kepedulian keluarga menemani partisipan mencerminkan rasa cinta dan tanggung jawab yang dimiliki dalam memberikan dukungan kepada partisipan menghadapi tindakan pemasangan WSD. Keluarga memberikan perhatian melalui keinginan untuk mengantar dan menunggu partisipan di ruang tindakan selama proses pemasangan WSD. Perhatian yang diberikan selama menemani partisipan sebelum dan selama menjalani proses tindakan pemasangan WSD, sangat penting untuk menguatkan emosional partisipan. Perhatian keluarga dapat menambah kepercayaan diri, karena partisipan merasa nyaman, sehingga dijadikan kekuatan 55

sebagai suatu dukungan yang diyakini dan dimiliki selama menghadapi dan menjalani proses pemasangan WSD. Salah satu dukungan keluarga untuk meyakinkan partisipan menghadapi tindakan pemasangan WSD tanpa menambah stimuluskecemasan selain penggunaan instrumen prosedur pemasangan WSD, khususnya trokar WSD adalah dengan memberikan dukungan instrumental. Keluarga meyakinkan partisipan untuk tidak perlu mencemaskan biaya pemasangan WSD karena biaya tersebut pasti dibayar oleh keluarga atau dengan cara mengurus surat-surat kelengkapan kartu jaminanan kesehatan masyarakat miskin (JAMKESMAS) sebagai syarat untuk membayar biaya rumah sakit mencakup biaya tindakan pemasangan WSD. Menangani biaya pemasangan WSD memerupakan wujud tanggung jawab keluarga dalam memberikan dukungan secara material untuk memberikan keyakinan dan ketenangan bagi partisipan menerima tindakan pemasangan WSD. Partisipan terbukti menghadapi tindakan pemasangan WSD dengan kondisi kecemasan. Dukungan keluarga dapat mempengaruhi pemikiran partisipan dengan memperjelas dan mempertegas informasi mengenai tindakan pemasangan WSD sehingga dijadikan sebagai motivator bagi partisipan meningkatkan kepercayaan diri. Peningkatan kepercayaan diri dapat menekan kecemasan sehingga lebih 56

memotivasi partisipan mempersiapkan diri menghadapi dan menjalani tindakan pemasangan WSD. Dukungan keluarga memberikan kekuatan secara emosional sehingga membantu menstabilkan emosi dan mengendalikan diri partisipan, guna menurunkan kecemasan partisipan. Kecemasan tidak dapat dijadikan sebagai suatu alasan untuk menunda atau membatalkan tindakan pemasangan WSD. Sebab, dukungan keluarga dapat menambahkan kepercayaan diri dengan memberikan rasa aman dan nyaman serta keyakinan bagi partisipan untuk menerima dan menjalani tindakan pemasangan WSD demi mendapatkan kesembuhan. 4.3 PEMBAHASAN Pembahasan difokuskan pada dua inti permasalahan yaitu kecemasan dan dukungan keluarga. Penulis membahas tentang kecemasan partisipan pra pemasangan WSD dan keterkaitan dukungan keluarga dengan kecemasan partisipan. Penulis tidak membahas dukungan keluarga secara keseluruhan tetapi beberapa aspek dukungan keluarga yang dipakai dalam instrumen penelitian sebagai pedoman wawancara. 57

4.3.1 Kecemasan Secara objektif hasil observasi heart rate pra pemasangan WSD di ruang perawatan dan ruang tindakan memperlihatkan dengan jelas kondisi setiap partisipan dengan kecemasan. Kecemasan partisipan distimulus oleh instruksi dokter untuk dilakukannya tindakan pemasangan WSD. Informasi singkat, tidak jelas dan tidak detail mengenai prosedur tindakan pemasangan WSD dari tenaga kesehatan berdampak pada timbulnya pemahaman sendiri dalam diri partisipan mengenai prosedur tindakan pemasangan WSD. Pemahaman sendiri mengenai instrumen atau alat-alat tindakan pemasangan WSD, terutama penggunaan jarum atau trokar WSD dan rasa sakit akibat penggunaan trokar WSD, berakibat mengancam diri sendiri dalam bentuk pikiran atau bayangan yang menakutkan sehingga menuntun timbulnya kecemasan pada setiap partisipan. Secara objektif kecemasan partisipan dapat diukur dan ditentukan menurut tingkat kecemasan, sesuai hasil penghitungan heart rate. Heart rate memperlihatkan adanya kecemasan ringan yang dimiliki oleh 62,5% atau 5 partisipan dan kecemasan berat, dimiliki oleh 37,5% atau 3 partisipan. Secara subjektif tinggi rendahnya suatu kecemasan, hanya dapat dirasakan sendiri oleh partisipan. Kecemasan yang dirasakan mengganggu emosi sehingga secara psikologis mengganggu 58

partisipan menghadapi tindakan pemasangan WSD, dan dapat juga berdampak pada proses penyembuhan penyakit. 4.3.2 Dukungan Keluarga Dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Pra Pemasangan WSD Kehadiran keluarga di sekitar pasien merupakan fenomena umum yang biasa terjadi di rumah sakitdi Indonesia pada umumnya, sehingga kehadiran mereka secara minimal telah memberikan dukungan tertentu. Keluarga tentu lebih mengerti dan dipercayadalam memberikan dukunganterhadap kecemasan partisipan pra pemasangan WSD. Salah satu nilai keluarga yang penting adalah menganggap keluarga sebagai tempat untuk memperoleh kehangatan, dukungan, cinta dan penerimaan (Friedman, 1998). Dukungan keluarga secara informasional dilakukan melalui usaha mencari, menyebarkan, menjelaskan dan mempertegas informasi mengenai tindakan pemasangan WSD. Keluarga berusaha memberikan pemahaman positif untuk meningkatkan kepercayaan diri sehingga lebih memotivasi partisipan menjalani tindakan pemasangan WSD. Secara emosional dukungan keluarga membantu menguatkan emosional partisipan dengan memberikan rasa aman dan nyaman sehingga menambah kepercayaan diri partisipan menghadapi dan menjalani tindakan pemasangan WSD. Secara instrumental dukungan 59

keluarga bertanggung jawab menangani biaya tindakan pemasangan WSD untuk meyakinkan dan menenangkan partisipan menerima dan menjalani tindakan pemasangan WSD demi mendapatkan kesembuhan. Dukungan keluarga mempengaruhi aspek psikologispartisipan dengan memberikan rasa aman dan nyaman agar meningkatkan kepercayaan diri partisipan sehingga lebih memotivasi partisipan menjalani tindakan pemasangan WSD. Keyakinan menerima dan menjalani tindakan pemasangan WSD dapat menurunkan kecemasan partisipan yang dirasakan pada periode pra pemasangan WSD dan membantu proses penyembuhan penyakit. Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Tamher, 2009). Menerima dan menjalani tindakan pemasangan WSD dapat menurunkan kecemasan pasien, karena cara terbaik untuk menyelesaikan kecemasan adalah memilih kenyataan dan bukanlah hal yang dibayangkan (McKay, 2005) Keberhasilan dukungan keluarga menurunkan kecemasan partisipan pra pemasangan WSD dievaluasi pada periode satu jam pertama post pemasangan WSD.Keberhasilan menurunkan 60

kecemasan partisipan sangat ditunjang dengan kepekaan keluargamengetahuisumber utama yang menstimulus kecemasan partisipan, yaitu terhadap trokar WSD. Dukungan informasional memberikan jawaban terhadap semua pemikiran negatif atau salah mengenai trokar WSD, karena pemikiran tersebut merupakan sumbertimbulnya kecemasan. Dukungan informasional sangat membantu menguatkan aspek psikologis partisipan dengan memberikan semua informasi yang positif dan bermanfaat mengenai pemasangan WSD. Dukungan keluarga berhasil menurunkan kecemasan 88% populasi partisipan kembali ke kondisi normal. Dukungan keluarga belum mampu menurunkan kecemasan partisipan ke kondisi normal pada 12% atau seorang partisipan. Secara jender, partisipan yang masih dengan kecemasan adalah seorang perempuan. Dalam penelitian ini, hanya ada dua partisipan yang berjenis kelamin perempuan dari keseluruhan partisipan. Secara general dua partisipan tentu tidak cukup dan tidak signifikan untuk menarik kesimpulan pada suatu permasalahan. Besar kemungkinan dukungan dari perawat lebih berpengaruh menurunkan kecemasan pada semua partisipan ketimbang hanya dari keluarga.efek sinergis dukungan informasional perawat pada penurunan tingkat kecemasan pasien diharapkan menjadi suatu topik yang layak disarankan untuk penelitian berikutnya 61