I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

ABSTRAK PENGARUH SANKSI TILANG BAGI PELANGGAR TERHADAP KEDISIPLINAN DALAM BERLALU LINTAS. (Wagiyah, Holillulloh, dan M. Mona Adha)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TERHADAP TINGKAT KESADARAN DAN KEPATUHAN MASYARAKAT SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

KUESIONER. Identitas Responden

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan lalu lintas merupakan suatu masalah yang sering

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. keamanan bertransportasi, salah satu contoh yang sering terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan penggunaan sepeda motor di Negara Indonesia sebagai salah

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

ANALISIS KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYITAAN BARANG BUKTI PELANGGARAN LALU LINTAS (Studi pada Polresta Bandar Lampung)

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di

BAB I PENDAHULUAN. suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ),

BAB I PENDAHULUAN. yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum. 1 Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Metode Penelitian

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

I. PENDAHULUAN. komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir, kepribadian. manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan dalam berlalu lintas menjadi hal yang karena menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. heran karena seirama dengan kemajuan dalam berbagai kehidupan, pertambahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1985 TENT ANG KEWENANGAN PENYIDIK TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di dalamnya diatur oleh hukum. Tujuan dibuatnya hukum ini adalah untuk menciptakan suatu masyarakat yang tertib, menjamin keadilan sosial dalam masyarakat dan sarana penggerak pembangunan. Adanya hukum yang dibuat tersebut sebagai suatu sarana mencapai tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara terutama pencapaian kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan sebagai amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu dari banyak aspek yang diatur oleh hukum di negara ini yaitu mengenai lalu lintas dan angkutan jalan, yang selanjutnya disingkat LLAJ. Sistem lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peran strategis sebagai sarana memperlancar arus transportasi barang dan jasa. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 menimbang bahwa Lalu lintas dan angkutan jalan harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah.

2 Penyelenggaraan LLAJ yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tersebut disebutkan dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 bahwa LLAJ adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu Lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya. Terkait dengan LLAJ sebagai satu kesatuan sistem, maka pengelolaan di bidang LLAJ merupakan pengelolaan yang bersifat koordinasi dan integrasi yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh beberapa instansi terkait. Saat ini, banyak sekali dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan pelanggaran hukum, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Pelanggaran yang kerap kali terjadi salah satunya adalah tentang pelanggaran LLAJ ini. Penegakan hukum berupa penindakan terhadap pelanggaran LLAJ diatur dalam Pasal 264 sampai dengan Pasal 272 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Sedangkan sanksi berupa ketentuan pidana bagi pelanggaran lalu lintasnya diatur dalam Pasal 272 sampai dengan Pasal 317. Penindakan pelanggaran ini dilakukan dalam bentuk pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan yang dilakukan oleh Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia (selanjutnyad isingkat Petugas Polri) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (selanjutnya disingkat PPNS LLAJ). Penegakan hukum dalam penindakan pelanggaran LLAJ diperiksa menurut acara pemeriksaan cepat dan dapat dikenai pidana denda berdasarkan

penetapan pengadilan. Penindakan pelanggaran di jalan dilakukan dengan menerbitkan Surat Tilang bagi pelanggar LLAJ. 3 Penindakan pelanggaran LLAJ sebagaimana didasarkan pada Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 dikategorikan sebagai tindak pidana ringan. Adanya Surat Tilang dan sanksi atau denda yang harus dibayarkan terhadap pelanggaran lalu lintas di jalan tidak dikategorikan sebagai tindak pidana ringan dalam ranah hukum pidana, tetapi karakteristik tindakan pemeriksaan dan objek pemeriksaan lebih dominan berada dalam ranah hukum administrasi. Seperti yang telah disebutkan bahwa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 merupakan Undang-Undang yang mengatur tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Namun di lapangan, Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tersebut ternyata tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Terlepas dari kurangnya sosialisasi dari pihak Kepolisian terkait maupun rendahnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan lalu lintas dan angkutan jalan, serta adanya sikap kurang tanggap dari sebagian masyarakat terhadap himbauan kepolisian untuk disiplin dalam berlalu lintas. Pada praktiknya sebagaimana telah diketahui bersama, dalam melakukan perjalanan seringkali ditemukan para penegak disiplin melakukan razia kepada pengguna jalan yang menggunakan kendaraan bermotor demi keamanan dan kenyamanan berlalu lintas, dimana sudah sepatutnya bagi para pengguna jalan, baik sepeda motor, mobil dan tranportasi bermotor lainnya untuk melengkapi peralatan berkendara baik secara fisik maupun administrasi.

4 Ketika penegak disiplin tersebut mendapati suatu pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara, maka yang dilakukan adalah menindak sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 kemudian menetapkan Surat Bukti Pelanggaran (Tilang) kepada si pelanggar. Namun seringkali dalam penyelesaian perkara pelanggaran LLAJ tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Banyak kasus pelanggaran lalu lintas yang diselesaikan di tempat oleh oknum aparat penegak hukum atau Polantas, dengan kata lain perkara pelanggaran tersebut tidak sampai diproses menurut hukum. Banyak sekali oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab baik itu dari masyarakat maupun oknum aparat penegak hukum itu sendiri. Yaitu ketika terjadi pelanggaran, prosesnya diselesaikan dengan cepat melalui cara damai. Sedangkan berdasarkan pengamatan, hal ini dirasa kurang menimbulkan efek jera bagi si pelanggar. Sudah semestinya ketika terjadi pelanggaran maka pihak aparat penegak hukum wajib memprosesnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini akan lebih menimbulkan efek jera bagi si pelanggar untuk berdisiplin dalam berlalu lintas. Hukum LLAJ yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur atau ketentuan hukum yang berlaku diharapkan mampu meminimalisir pelanggaran terhadap LLAJ. Penerapan sanksi pelanggaran lalu lintas atau tilang harus diterapkan dimanapun tanpa memandang tempat. Karena pelanggar yang ditilang belum tentu tidak akan mengulangi kesalahannya lagi, terlebih ketika terjadi pelanggaran perkaranya selesai hanya dengan suap. Terbukti dengan masih tingginya angka pelanggaran terhadap LLAJ hampir di semua tempat. Masih

5 banyak terjadi pelanggaran dalam berlalu lintas, di pedesaan yang jauh dari keramaian maupun di perkotaan yang jumlah kendaraannya cukup padat. Seperti halnya di Kecamatan Natar, yang jumlah penduduknya cukup padat yang juga mengakibatkan tingginya jumlah kendaraan bermotor. Semakin tinggi jumlah kendaraan bermotor, maka semakin tinggi pula tingkat pelanggaran terhadap LLAJ. Misalnya mengendarai sepeda motor tidak menggunakan helm, muatan kendaraan yang tidak sesuai dengan kapasitas, tidak menggunakan sabuk pengaman bagi pengendara mobil, tidak mampu menunjukkan Surat Izin Mengemudi (SIM), tidak mampu menunjukkan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) serta adanya pola perilaku yang kurang disiplin lainnya dari sebagian besar masyarakat dalam berlalu lintas. Hal demikianlah yang terjadi di Kecamatan Natar, yang berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa tingkat pelanggaran lalu lintas masih tergolong tinggi. Hal ini dibuktikan dengan data yang diperoleh oleh peneliti yaitu sebagai berikut: Tabel 1.1 Bentuk dan Jumlah Pelanggaran LLAJdi Kecamatan Natar per Oktober-Desember 2013. No Bentuk Pelanggaran Jumlah 1. Tidak mempunyai SIM 234 2. Tidak mempunyai STNK (Surat Tanda Nomor 48 Kendaraan Bermotor) 3. Tidak menggunakan helm 56 4. Ketidaklengkapan komponen kendaraan 135 5. Tidak menyalakan lampu utama di siang hari 65 6. Tidak menggunakan sabuk pengaman bagi 121 pengendara mobil 7. Muatan pada mobil yang melebihi kapasitas 54 Total 713 Sumber: Data Tilang Satlantas Polsek Natar per Oktober-Desember 2013

6 Sedangkan hasil observasi atau studi pendahuluan di Dusun II Desa Bumisari Kecamatan Natar diperoleh data awal yaitu terdapat 178 orang yang pernah ditilang per Nopember Januari 2014. Alasannya sebagian besar karena tidak memiliki SIM, tidak mempunyai STNK, komponen fisik kendaraan yang tidak lengkap, tidak menyalakan lampu utama pada siang hari, tidak menggunakan sabuk pengaman sewaktu mengendarai roda empat. Pelanggaran-pelanggaran lalu lintas seperti yang telah disebutkan di atas disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu minimnya pengetahuan mengenai peraturan, marka dan rambu lalu lintas. Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran untuk mencari tahu arti dari marka dan rambu-rambu lalu lintas ditambah pada saat ujian memperoleh SIM, mereka lebih senang mendapatkan SIM dengan instan daripada mengikuti seluruh prosedur; sudah terbiasa melihat orang lain melanggar lalu lintas; hanya patuh ketika ada aparat penegak hukum (pola ntas) yang patroli atau melewati pos polisi; memutar balikkan ungkapan. Sering kali ada ucapan, "peraturan dibuat untuk dilanggar." Padahal ini Ini sangat menyesatkan; tidak memikirkan keselamatan diri atau orang lain. Pemerintah telah mewajibkan beberapa standar keselamatan pengemudi saat mengemudikan kendaraannya seperti wajib memasang safety belt untuk pengemudi roda empat dan wajib memakai helm, kaca spion tetap terpasang, dan menyalakan lampu pada malam maupun siang hari; melanggar dengan berbagai alasan; serta yang paling sering terjadi adalah bisa "damai" ketika tilang. Ini hal yang paling sering terjadi. Ketika pengemudi-pengemudi melanggar peraturan atau tidak lengkapnya surat-surat saat dirazia, hal yang pertama diajukan oleh pengemudi tersebut adalah jalan "damai".

7 Lalu lintas merupakan hal sangat urgen untuk dikaji, karena lalu lintas merupakan jantung dalam keberlangsungan mobilitas kehidupan suatu negara. Penyelesaian pelanggaran lalu lintas dengan cara damai yang kerapkali terjadi dirasa kurang menimbulkan efek jera bagi si pelanggar, sedangkan penyelesaian dengan ketentuan hukum yang berlaku akan lebih menimbulkan efek jera bagi si pelanggar. Oleh karena itulah, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang pengaruh sanksi tilang bagi pelanggar terhadap kedisiplinan dalam berlalu lintas masyarakat di Dusun II Desa Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti mengidentfikasikan masalah sebagai berikut : 1. Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat tergolong tinggi. 2. Penerapan sanksi tilang yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang LLAJ tidak begitu berjalan. 3. Penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. 4. Masih rendahnya tingkat kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas.

C. Pembatasan Masalah 8 Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini tidak meluas jangkauannya, maka penelitian ini permasalahannya akan dibatasi pada: Pengaruh sanksi tilang bagi pelanggar terhadap kedisiplinan dalam berlalu lintas. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengaruh sanksi tilang bagi pelanggar terhadap kedisiplinan dalam berlalu lintas masyarakat di Dusun II Desa Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan? E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis pengaruh sanksi tilang bagi pelanggar terhadap kedisiplinan dalam berlalu lintas masyarakat di Dusun II Desa Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Secara Teoretis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk memperbanyak khasanah pengetahuan dan penelitian mengenai wilayah kajian Pendidikan

9 Kewarganegaraan khusunya bidang hukum dan kemasyarakatan yang terkait dengan permasalahan hukum lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ). b. Kegunaan secara praktis 1) Bagi aparat penegak disiplin lalu lintas Memberikan informasi pentingnya melaksanakan prosedur penindakan pelanggaran lalu lintas (tilang) yang benar sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku. 2) Bagi masyarakat Memberikan informasi pentingnya kedisiplinan dalam berlalu lintas serta memberikan informasi pentingnya mengetahui Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 3) Sebagai suplemen bahan ajar bagi calon guru Mata Pelajaran PKn yang difokuskan pada materi Hukum. F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ruang lingkup PKn khususnya Pendidikan Hukum dan Kemasyarakatan yang mengkaji mengenai kedisiplinan dalam berlalu lintas.

2. Ruang Lingkup Objek 10 Ruang lingkup objek penelitian ini adalah sanksi tilang dan kedisiplinan dalam berlalu lintas masyarakat di Dusun II Desa Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. 3. Ruang Lingkup Subjek Subjek penelitian ini adalah masyarakat di Dusun II Desa Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. 4. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini adalah di Dusun II Desa Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. 5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya Surat Izin Penelitian Pendahuluan oleh Dekan FKIP pada tanggal 24 Desember 2013 sampai dengan tanggal 06 Mei 2014.