1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Metode Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Metode Penelitian"

Transkripsi

1 PANDANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SURYA, UNIVERSITAS PELITA HARAPAN, DAN UNIVERSITAS PRASETIYA MULYA TERHADAP KASUS PENYUAPAN DALAM PELANGGARAN LALU LINTAS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara hukum menerapkan sistem rule of law yang berarti hukum berperan penting dalam memerintah negara. Namun, tak jarang pelanggaran hukum yang terjadi tidak ditindaki sesuai dengan peraturan ada. Tindakan pelanggaran ini sering disalahgunakan, contoh nyata yang terjadi adalah penyuapan pada pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran tersebut tentunya melibatkan dua pihak, pelanggar lalu lintas sebagai penyuap dan polisi lalu lintas sebagai penerima suapan. Menurut Komisaris Polisi Bapak Muhar Lamadi pada Kamis (4/12) menjelaskan, pihaknya sudah menilang lebih dari seribu kendaraan selama Operasi Zebra Jaya berlansung. Didapatkan total kendaraan yang ditilang karena melanggar lalu lintas sebanyak kendaraan. Dari yang ditilang, 950 orang harus menebus STNK, dan 372 orang harus menebus SIM. Sementara untuk jumlah kendaraan yang ditahan ada 44 sepeda motor yang ditahan karena tidak bawa SIM dan STNK dan sebanyak 5 kendaraan beroda 4. Pelanggaran lalu lintas banyak ditemukan di daerah perkotaan dengan jumlah kendaraan bermotornya yang kian meningkat. Berdasarkan hasil operasi Zebra pada tahun 2014 didapatkan pelanggaran. Angka ini jika dibandingkan dengan operasi zebra tahun 2013 dengan jumlah pelanggaran sebanyak pelanggaran menunjukkan adanya peningkatan sebesar 72%. ( Berdasarkan data tersebut dapat dibuktikan bahwa pelanggaran lalu lintas sering sekali dilakukan oleh para pengendara di Indonesia. Seiring dengan besarnya peningkatan jumlah pelanggaran lalu lintas, begitu pula dengan peningkatan tindakan penyuapan yang semakin banyak dilakukan oleh pelanggar lalu lintas. 1

2 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana prosedur penilangan pelanggaran lalu lintas di Indonesia? 2. Apakah faktor pendukung yang menyebabkan pengguna jalan melakukan tindakan penyuapan kepada polisi lalu lintas? 3. Bagaimana upaya untuk mengurangi tindakan penyuapan pada pelanggaran lalu lintas? 4. Bagaimana tanggapan mahasiswa Universitas Surya terhadap kasus penyuapan dalam pelanggaran lalu lintas? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui prosuder penilangan pelanggaran lalu lintas yang benar di Indonesia 2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan pengguna jalan melakukan tindakan penyuapan kepada polisi lalu lintas. 3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi tindakan penyuapan pada pelanggaran lalu lintas. 1.4 Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan rumusan masalah yang sudah dijabarkan sebelumnya. Teknik pengumpulan data dan informasi yang akan digunakan antara lain adalah studi pustaka dan penyebaran angket. Studi pustaka yang diharapkan dapat mengetahui lebih dalam tentang peraturan yang seharusnya diterapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Penyebaran angket untuk 100 responden mahasiswa yang sehari-hari mengendarai kendaraan bermotor dilakukan untuk mengetahui jumlah kuantitatif dari para pengendara yang pernah melakukan penyuapan beserta alasan mengapa para pengendara melakukannya. 2

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rule of Law Negara Indonesia adalah negara hukum, dalam hal ini hal yang harus dijadikan acuan dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum. Konsep negara hukum atau rule of law merupakan jaminan keadilan kekuasaan melalui penegakan hukum. Rule of law juga dapat diartikan sebagai norma yang bertujuan untuk mengatur hubungan-hubungan kekuasaan dalam negara dengan cara memberikan batasan. Hukum di Indonesia bukan saja membuat peraturan, tetapi peraturan yang dibuat bertujuan untuk mencapai tujuan. Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, ada beberapa aspek yang beraitan erat dengan gagasan hukum rule of law yang harus dipraktikan, yaitu: 1. Adanya sistem demokrasi; 2. Meningkatnya keadilan sosial (social justice) secara struktural; 3. Berkembangnya praktik 'good governance'; 4. Tumbuhnya dan berkembangnya sistem etika sosial; 5. Meningkatnya kualitas kelembagaan institusi-institusi dan profesionalisme aparat penegak hukum. 2.2 Lalu Lintas Lalu lintas didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Ruang lalu lintas adalah suatu prasarana berupa jalan dan fasilitas yang diperuntukan bagi gerak pindah kendaraan, orang. Permasalahan lalu lintas disebabkan karena keamanan dan keselamatan lalu lintas yang sangat kurang, kemacetan lalu lintas, dan pelanggaran lalu lintas yang terus menerus terjadi. Permasalahan tersebut dapat menimbulkan berbagai kerugian baik kerugian materiil atau non materiil. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), razia adalah pemeriksaan serentak. Dalam hal ini, dilakukan pemeriksaan surat-surat kendaraan bermotor seperti SIM dan STNK. Razia atau penegakan hukum pelanggaran lalulintas dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a. Operasi Khusus yaitu: 3

4 - Operasi Zebra yang dilaksanakan dengan batas waktu yang telah ditentukan selama 21 hari, dan sasaran penegakan hukum bidang pelanggaran lalu lintas tertentu dan dilakukan penindakan pelanggaran kepada yang melanggar dengan tilang atau tipiring dan adapula yang dilakukan dengan teguran kepada penggar yang anggap ringan. - Operarasi simpatik yang dilaksanakan dengan batas waktu yang telah ditentukan dan sasaran pengekan hukum hanya bersifat teguran kepada pelanggar lalu lintas dan apabila ada pelanggaran berat baru dilakukan penindakan. - Operasi ketupat yang dilakukan pada saat mendekati lebaran dan sesudah lebaran selama kurang lebih 14 hari dimana sasarannya untuk memperlancar arus lalu lintas kepada pengguna jalan yang akan mudik dan balik dan akan tetapi tidak menutup kemungkinan dialkukan penindakan apabila ditemukan pelanggar lalu lintas yang bersifat berat akan dilakukan penindakan. - Operasi Lilin yang dilakukan dilakukan pada saat mendekati hari natal dan tahun baru selama kurang lebih 14 hari dimana sasarannya untuk memperlancar arus lalu lintas kepada pengguna jalan yang akan mudik dan balik dan akan tetapi tidak menutup kemungkinan dialkukan penindakan apabila ditemukan pelanggar lalu lintas yang bersifat berat akan dilakukan penindakan. b. Operasi rutin dilaksanakan oleh anggota petugas lalu lintas setiap hari melaksanakan penjagaan, pengaturan, patroli, dan pengawalan dimana apabila ditemukan jenis pelanggaran lalulintas seperti: - Tidak menggunakan helem - Tidak menggunakan sabuk pengaman - Melawan arus lalu lintas - Kendaraan tidak layak jalan - Tidak memiliki plat nomor - Tidak memiliki SIM - Melanggar kelebihan muatan baik penumpang maupun barang Pelanggaran-pelanggaran tersebut akan ditindaki dengan tilang dan pelanggar wajib menghadiri sidang pengadilan dan setiap pelanggar wajib membayar denda tilang 4

5 sesuai dengan putusan pengadilan setelah sidang. Sanksi yang paling ringan yaitu peringatan kepada pengendara agar lebih disiplin, kemudian menurut pasal 24 angka 3 UU No. 22 Tahun 2009 akan diberikan sanksi berupa tilang dan denda dikenakan bagi pemakai jalan yang melakukan pelanggaran tidak mempunyai kelengkapan surat-surat mengemudi, diantaranya Surat Ijin Mengemudi ( SIM ) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Penilangan itu sendiri terjadi karena adanya pengemudi kendaraan yang melanggar aturan lalu lintas yang tertera jelas beserta sanksinya pada UU no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Proses penilangannya adalah: 1. Polisi memberhentikan pengemudi yang melanggar lalu lintas. 2. Polisi diwajibkan menunjukkan tanda pengenal kepada pengemudi seperti yang tertera pada pasal 25 UU no. 28 tahun Polisi menjelaskan kesalahan pengemudi, namun bila polisi melihat dengan jelas terdapat pengemudi yang berupaya melanggar lalu lintas dan polisi tidak melakukan pencegahan maka polisi dapat dipersalahkan. 4. Polisi dapat menyita kendaraan atau STNK. 5. Pengemudi dapat menerima atau menolak tuduhan, jika menerima, maka pengemudi wajib membayar denda sesuai dengan UU no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan paling lambat 5 hari sejak dilakukan penilangan, di sini polisi akan memberikan surat tilang berwarna biru yang berisikan data diri pengemudi, data kendaraan, data polantas, besarnya denda dan pasal yang dilanggar, setelah melakukan pembayaran di bank surat atau kendaraan yang ditahan dapat diambil dengan menunjukkan bukti pembayaran dari bank. Lalu, bila pengemudi menolak tuduhan, maka pengemudi akan diberikan surat tilang berwarna merah, polantas akan membuat surat tilang warna hijau untuk pengadilan, warna putih untuk kejaksaan, dan warna kuning untuk POLRI. Surat tilang yang berwarna merah merupakan surat panggilan sidang, proses persidangan memerlukan waktu 5-12 hari dan barang sitaan akan dikembalikkan pada pengemudi setelah adanya keputusan hakim serta menyelesaikan perkaranya. 5

6 Masing-masing dari jenis pelanggaran memiliki sanksi yang berbeda-beda. Berikut adalah tabel yang memperlihatkan bentuk-bentuk pelanggaran berdasarkan dari sudut pelaku dan jumlah denda yang diberikan : Tabel Pelanggaran dan Denda Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pelaku Bentuk Pelanggaran Maksimal Denda (Rp) Setiap pengendara Tidak dapat menunjukan SIM yang sah (Pasal 288 ayat (2) jo Pasal 106 ayat (5) huruf b) ,00 Setiap pengendara Kendaraan bermotor tidak dilengkapi dengan STNK atau STCK yang ditetapkan oleh Polri (Pasal 288 ayat (1) jo Pasal 77 ayat (1)) ,00 Setiap pengendara Tidak mengenakan sabuk keselamatan (Pasal 289 jo Pasal 106 ayat (6)) ,00 Setiap pengendara Melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas atau Marka (Pasal 287 ayat (1) jo Pasal 106 ayat (4) huruf a dan Pasal 106 ayat (4) huruf b) ,00 Setiap pengendara Melanggar aturan bataskecepatan paling tinggi atau paling rendah (Pasal 287 ayat (5) jo Pasal 106 ayat (4) huruf g atau Pasal 115 huruf a) ,00 Setiap pengendara Parkir dalam keadaan darurat di Jalan (Pasal298 jo Pasal 121 ayat(1)) ,00 6

7 Setiap pengendara Tidak memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan saat akan membelok atau berbalik arah (Pasal 194 jo Pasal 112 ayat (1)) ,00 Setiap pengendara Melakukan kegiatan lain saat mengemudi (Pasal 283 jo Pasal 106 ayat (1)) ,00 Pelanggaran yang terjadi harus ditangani dengan adanya kegiatan penegakan hukum dengan cara memberi perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pengguna jalan oleh aparat lalu lintas (Farouk, 1999). Kenyataannya, proses penegakan hukum ini belum dilakukan secara profesional oleh aparat lalu lintas, karena penerapan hukum sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 22 Tahun 2009 belum dilaksanakan sebagaimana mestinya (Kunarto, 2007). Seorang penegak hukum atau aparat lalu lintas memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting, tetapi terkadang ada kesenjangan antara peranan yang harus dilakukan dengan peranan yang sebenarnya. Sikap seorang aparat lalu lintas yang lemah dalam profesionalisme, arogan masih melekat dalam melaksanakan tugas, selain itu kurangnya koordinasi antara aparat dengan aparat lainnya membuat adanya pelanggaran dalam melaksanakan tugas. Aparat lalu lintas sering melakukan penyimpangan yang melampaui batas wewenang, seperti pungli, dan bertindak kasar kepada masyarakat. Begitu juga dengan kurangnya kesadaran hukum pada masyarakat mengenai peraturan lalu lintas karena mobilitas masyarakat yang cukup tinggi, tetapi sarana dan prasarana yang terbatas. Kesadaran hukum masyarakat perlu dipupuk dan dikembangkan dengan pola yang efektif dan intesif, dengan demikian kesadaran hukum masyarakat akan tercipta. Hal ini memiliki kemungkinan yang kecil untuk masyarakat dan aparat lalu lintas bertingkah laku tidak sesuai dengan hukum. 2.3 Penyuapan Penyuapan adalah usaha menggunakan suap untuk memperoleh atau mempertahankan bisnis, menerima perlindungan, atau memperoleh keuntungan yang 7

8 tidak sah dari pihak lain. Sanksi dari tindak pidana suap tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 1980 tentang tindak pidana suap, yaitu: - Pasal 2 Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk membujuk supaya orang itu berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena memberi suap dengan pidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun dan denda sebanyakbanyaknya Rp ,- (lima belas juta rupiah). - Pasal 3 Barangsiapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena menerima suap dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp (lima belas juta rupiah). - Pasal 11: Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp ,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya. Alasan banyak orang melakukan penyuuapan, yaitu karena adanya sanksi dan denda yang cukup tinggi yang diberikan kepada para pelanggar, sehingga mereka memilih untuk melakukan tindak penyuapan terhadap polisi lalu lintas dibandingkan dengan membayar denda yang sudah di tetapkan. Dengan ada nya peningkatan pengguna kendaraan pada saat ini, maka akan menyebabkannya juga meningkatnya pelanggaran lalu lintas oleh para pengemudi. 8

9 Kasus penyuapan akan dikenakan sanksi sesuai dengan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yang berkaitan dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. 9

10 BAB III ANALISIS 3.1 Hasil Survei Berdasarkan survey yang telah dilakukan terhadap 63 responden di tahap pertama, maka didapatkan 50 dari 63 responden mengaku pernah melakukan tindakan penyuapan terhadap polisi saat ditilang. Hal ini menunjukkan sebanyak 79,36% mahasiswa yang menjadi responden melakukan tindakan penyuapan terhadap polisi. Dari 50 responden yang telah melewati survei tahap pertama, diberikan pertanyaan mengenai siapa yang mengusulkan tindakan penyuapan tersebut saat penilangan terjadi. 27 dari 50 responden mengatakan bahwa pihak polisi yang mengusulkan tindakan penyuapan, 12 orang mengaku mereka sendiri yang mengusulkan, dan sisanya mengatakan pihak lain yang mengusulkan, seperti orang tua dan teman. 10

11 Pada pertanyaan berikutnya, 78% dari 50 responden mengatakan mereka mengeluarkan uang hingga Rp ,00 untuk menyuap polisi saat ditilang. 8% mengatakan mereka mengeluarkan uang sebesar Rp ,00 hingga Rp ,00 dan 14% mengeluarkan uang lebih dari Rp ,00 untuk menyuap polisi. Tindakan penyuapan yang dilakukan oleh para responden memiliki alasan yang bervariasi. Namun, mayoritas dari responden menyatakan alasan mereka melakukan tindakan penyuapan karena malas berurusan panjang dengan pihak polisi dan hukum. Sebanyak 37 orang responden menyatakan demikian. Ketidaktahuan masyarakat mengenai prosedur yang jelas mengenai penilangan membuat masyarakat berpikir melakukan sidang ataupun menyelesaikan secara hukum mengikuti prosedur lebih merepotkan dan memakan waktu daripada menyuap polisi. 11

12 3.2 Pembahasan Berdasarkan survey kepada 50 resonden dan wawancara dengan Komisaris Polisi Muhar Lamadi, diketahui bahwa alasan masyarakat melakukan tindakan penyuapan pada polisi lalu lintas saat ditilang antara lain adalah biaya denda yang cukup besar jika melalui prosedur yang benar yakni tidak kurang dari Rp ,00. Selain itu prosedur pengurusan sidang dan lainnya cukup merepotkan, sehingga masyarakat lebih memilih jalan pintas agar permasalahan cepat selesai. Masih kurangnya sosialisasi peraturan lalu lintas, maupun prosedur penilangan yang benar kepada masyarakat juga menjadi alasan tindakan penyuapan polisi lalu lintas saat penilangan terjadi. 12

13 BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua prosedur penilangan yang benar di Indonesia. Pertama, saat polisi memberhentikan pengendara untuk menjelaskan kesalahannya, lalu pengemudi yang melakukan pelanggaran langsung menerima tuduhan yang diberikan, maka polisi akan memberikan surat tilang berwarna biru dan pengemudi wajib membayarkan denda sesuai dengan UU no 22 tahun Namun sebaliknya apabila pengemudi menolak tuduhan yang diberikan, polisi akan memberikan surat tilang berwarna merah dan pengemudi akan melalui proses sidang, Kemudian berdasarkan survey yang telah dilakukan, masih banyak mahasiswa yang terlibat kasus penilangan dan penyuapan karena pelanggaran lalu lintas. Faktor dominan mahasiswa melakukan penyuapan adalah karena biaya tilang yang mahal dan ketidaksediaan waktu untuk memenuhi panggilan sidang. 4.2 Saran Ada baiknya apabila dilakukan penyuluhan untuk para mahasiswa mengenai peraturan lalu lintas dan hal-hal yang terkait dengan penilangan, agar dapat menambah informasi mereka. Kemudian untuk para mahasiswa disarankan agar taat dalam berlalu lintas agar terhindar dari penilangan. Jika terkena penilangan oleh poisi lebih baik mengikuti prosedur yang berlaku dan menghindari tindak penyuapan karena tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. 13

14 Daftar Pustaka Array. (2012, 7 16). 90 PNS Melanggar Lalu Lintas Selama Operasi Patuh di Bandung. Diambil kembali dari news.detik.com: Array. (2014, 12 3). Sepekan Operasi Zebra Lodaya, Polisi Catat 27 Ribu Pelanggaran. Diambil kembali dari news.detik.com: Asshiddiqie, J. (2006). "THE RULE OF LAW" DI INDONESIA PASCA REFORMAS. Hariawan, T. (2013, 4 4). Pelanggaran Lantas, Potret Rendahnya Kesadaran Warga dan Lemahnya Penegakan Hukum. Diambil kembali dari kompasiana.com: Kunarto. (2007). Merenungi Kritik Terhadap Polri (Masalah Lalu Lintas). Jakarta: Cipta Manunggal. Lumakto, G. (2013, 7 26). Solo, Kota Dengan Pelanggar Lalulintas Terbanyak. Diambil kembali dari kompasiana.com: Muhammad, F. (1999). Praktik Penegak Hukum (Bidang Lalu Lintas). Jakarta: Balai Pustaka. Ronda, D. (2013, 4 5). Kebaikan Tak Lazim: Kisah Polisi Terima Suap di Bali. Diambil kembali dari kompasiana.com: Ruqoyah, S. (2014, 12 9). Polisi: Kasus Pelanggaran Lalu Lintas di Jakarta Meningkat. Diambil kembali dari metro.news.viva.co.id: Syatiri, A. S. (2014, 10 29). Pelanggaran Lalu Lintas Dianggap Hal Wajar. Diambil kembali dari megapolitan.kompas.com: Lintas.Dianggap.Hal.Wajar unknown. (2015, 7 5). Pelanggaran Lalu-Lintas di Semut Kali Tiap Hari terjadi, Polsek Pabean Cantikan Surabaya Tidak Bertindak. Diambil kembali dari liputanindonesia.co.id: 14

15 LAMPIRAN 15

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di dalamnya diatur oleh hukum. Tujuan dibuatnya hukum ini adalah untuk menciptakan suatu masyarakat yang

Lebih terperinci

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5346 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 187) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi rahasia umum apabila perkembangan lalu lintas pada saat ini begitu pesat hal ini beriringan pula dengan perkembangan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Selain itu sistem

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta suatu keamanan dan suatu kerukunan, yang mana tiap-tiap individu di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas Mengenal Undang Undang Lalu Lintas JAKARTA, Telusurnews Sejak Januari 2010 Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Namun

Lebih terperinci

Masyarakat Transparansi Indonesia Kajian Page 1 of 6

Masyarakat Transparansi Indonesia Kajian Page 1 of 6 Masyarakat Transparansi Indonesia Kajian Page 1 of 6 TABEL PELANGGARAN LALU LINTAS YANG DITINDAK DENGAN TILANG SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 BESERTA PERATURAN PELAKSANAANNYA UNTUK DKI JAKARTA

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. (On-line),  (29 Oktober 2016). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya, hampir di semua negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang lazim ditemui di dunia hukum. Demikian halnya dengan proses penegakan suatu perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman sekarang ini membawa perubahan besar terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat dan terus bertambah,

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENEMPATAN RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR POLEWALI MANDAR SIPAMANDAQ S IPA M A N D AQ PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN JARINGAN PERLENGKAPAN JALAN KABUPATEN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang semakin banyak, serta kemajuan teknologi yang semakin canggih membawa implikasi semakin ramainya transportasi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RAMBU RAMBU, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DALAM WILAYAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ),

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ), Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ), UULLAJ No 22 Thn 2009 16-05-2010 01:30:47 1. Setiap Orang Mengakibatkan gangguan pada : fungsi rambu lalu lintas, Marka Jalan, Alat pemberi isyarat lalu

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa keamanan dan keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pada saat ini banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para penegak hukum dan aparat

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan keterangan dan fakta yang terdapat dalam pembahasan,

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan keterangan dan fakta yang terdapat dalam pembahasan, BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan keterangan dan fakta yang terdapat dalam pembahasan, maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa sanksi pidana denda yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346); 3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembara

Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346); 3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembara No. 593, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bentuk, Ukuran, dan Tata Cara Pengisian Blangko Bukti Pelanggaran oleh PPNS di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan, atau perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Dengan berjalannya kesadaran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alat transportasi mengalami perkembangan, terutama penggunaan kendaraan roda dua dan roda empat. Hal ini mengakibatkan kepadatan lalu lintas, kemacetan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG RAMBU-RAMBU, MARKA JALAN, DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DALAM WILAYAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Republik Indonesia memiliki peran penting dalam tonggak perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi hukum, mulai dari pengamanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi darat berperan sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya BAB VI PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dalam bab ini penulis akan menarik suatu kesimpulan dan memberikan saran-saran yang diharapkan akan memberikan manfaat

Lebih terperinci

UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan: Tidak Efisien dan Tidak Efektif Oleh: Imam Nasima

UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan: Tidak Efisien dan Tidak Efektif Oleh: Imam Nasima UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan : Tidak Efisien dan Tidak Efektif Oleh: Imam Nasima UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna pada tanggal 26 Mei 2009 dan disahkan

Lebih terperinci

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO. 22 TAHUN 2009 BAGI WARGA DESA TAMPINGAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL Anis Widyawati Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum. Setiap sendi kehidupan diatur oleh hukum yang berlaku dinegara ini. Terdapat aturan yang mengatur tentang penggunaan kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

KUESIONER. Identitas Responden

KUESIONER. Identitas Responden KUESIONER Saya, Benny Ferdiansyah. Saya sedang mengadakan penelitian yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) Ilmu Komunikasi, dengan judul penelitian : Sejauhmana Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan mobilitas sosial masyarakat, sehingga Negara merasa penting untuk mengaturnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan alat komunikasi jaman moderen yang sangat praktis karena dapat dibawa kemanamana. Kecanggihan

Lebih terperinci

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA Nomor : B-373/E/Epl/8/1993 Sifat : - Lampiran : 1 (satu) expl Perihal : Penyelesaian tindak pidana sebagaimana diatur dalam UU No. 14/1992 dan Konsep Tabel Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini terlihat dari banyaknya perubahan yang terjadi, terutama dalam bidang teknologi transportasi.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR POLEWALI MANDAR SIPAMANDAQ S I PA M A N D AQ PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN JARINGAN PERLENGKAPAN JALAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1 Pernyataan tersebut secara tegas tercantum

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2009 SERI E NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG JARINGAN LINTAS ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan dalam kehidupan masyarakat diatur oleh hukum. Hukum di Indonesia dimuat dalam bentuk konstitusi,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GEBERNUR

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu lintas yang dilakukan di SMA Negeri I Cipatat maka penulis dapat mengambil kesimpulan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN http://images.hukumonline.com/ I. PENDAHULUAN Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang

Lebih terperinci

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

Foto 5. public adress Foto 7. public adress LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN 1. Dokumentasi Penelitian 2. Pedoman wawancara 3. UU No.22 tahun 2009 4. Surat Telegram Kapolres Bantul No:ST/598/X/2011 5. Surat Ijin Penelitian DOKUMENTASI PENELITIAN Foto 1.

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di Kabupaten Sanggau merupakan tugas dan fungsi dari kepolisian lalu lintas Polres Sanggau. Berbagai upaya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012 TENTANG KELAS JALAN, PENGAMANAN DAN PERLENGKAPAN JALAN KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENYOROTI MARAKNYA PENGENDARA MOTOR DIBAWAH UMUR Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 13 Juni 2016; disetujui: 02 Agustus 2016

MENYOROTI MARAKNYA PENGENDARA MOTOR DIBAWAH UMUR Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 13 Juni 2016; disetujui: 02 Agustus 2016 MENYOROTI MARAKNYA PENGENDARA MOTOR DIBAWAH UMUR Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 13 Juni 2016; disetujui: 02 Agustus 2016 Sepeda motor sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN SKALA DISIPLIN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bila melanggar rambu-rambu lalu lintas, saya siap ditindak. Saya akan memaki-maki pengendara lain jika tiba-tiba memotong jalan saya. Menurut saya penggunaan lampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada kehidupan masyarakat saat ini, transportasi merupakan salah satu hal yang sangat penting. Menurut Miro (2012:1) Transportasi secara umum dapat diartikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007 PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007 T E N T A N G PENYELENGGARAAN LALU LINTAS JALAN DI WILAYAH KABUPATEN REJANG LEBONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi Kasus pada Satlantas Kepolisian Resor Subang Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi di kota akan terus berkembang jika pertumbuhan penduduk serta kebutuhannya untuk bergerak atau berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan jumlah penduduk merupakan permasalahan yang memiliki dampak terhadap seluruh aspek kehidupan, salah satunya terhadap lalu lintas. Semakin banyakn

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2003 T E N T A N G PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR, KERETA TEMPELAN DAN KERETA GANDENGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN MENGENAI LALU LINTAS MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN MENGENAI LALU LINTAS MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA BAB II PENGATURAN MENGENAI LALU LINTAS MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Peranan Kepolisian Dalam Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas 1. Aspek Hukum Kepolisian Indonesia Pengertian Kepolisian menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian tugas akhir, lingkup penelitian tugas akhir, metodologi penelitian tugas akhir, serta

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G PENETAPAN TANDA-TANDA/PERLENGKAPAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN NASIONAL, JALAN PROPINSI YANG BERADA DALAM IBU KOTA

Lebih terperinci

BAB 2 DATA & ANALISA

BAB 2 DATA & ANALISA BAB 2 DATA & ANALISA 2.1 Data & Literatur 2.1.1. Data Umum tentang Tilang 2.1.1.1. Prosedur Tilang Polisi yang memberhentikan pelanggar wajib menyapa dengan sopan serta menunjukan jati diri dengan jelas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas merupakan subsistem dari ekosistem kota, berkembang sebagai bagian kota karena naluri dan kebutuhan penduduk untuk bergerak atau menggunakan transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874] UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874] BAB II TINDAK PIDANA KORUPSI Pasal 2 (1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK MASYARAKAT KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN MEMILIKI MODA ANGKUTAN DAN KETAATAN TERHADAP LALU LINTAS

BAB III PRAKTIK MASYARAKAT KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN MEMILIKI MODA ANGKUTAN DAN KETAATAN TERHADAP LALU LINTAS BAB III PRAKTIK MASYARAKAT KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN MEMILIKI MODA ANGKUTAN DAN KETAATAN TERHADAP LALU LINTAS A. Gambaran Umum POLSEK Kecamatan Waru 1. Letak Lokasi Kepolisian Resort kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PELANGGARAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PELANGGARAN LALU LINTAS BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PELANGGARAN LALU LINTAS A. Lalu Lintas 1. Pengertian Lalu Lintas dan Kecelakaan Lalu Lintas Pengertian lalu lintas adalah gerak/pindah kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan bertransportasi, salah satu contoh yang sering terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. keamanan bertransportasi, salah satu contoh yang sering terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini, kebutuhan masyarakat akan transportasi kian meningkat. Kebutuhan masyarakat akan transportasi darat seperti mobil dan motor juga meningkat

Lebih terperinci

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001 PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001 PERUMUSAN TINDAK PIDANA KORUPSI PENGELOMPOKKAN : (1) Perumusan delik dari Pembuat Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana

Lebih terperinci

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Traffic safety (keselamatan lalulintas) l li Penyebab kecelakaan di Indonesia: a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Manusia penyebab utama kecelakaan lalulintas Penyebab

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGOPERASIAN KENDARAAN TIDAK BERMOTOR JENIS BECAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan; BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang dengan pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang dengan pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang dengan pesat, hal ini memacu terjadi banyaknya perubahan dan berkembangnya pola fikir di dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Ketahanan wilayah merupakan bagian dari Ketahanan Nasional yang secara terus menerus harus ditingkatkan, sehingga akan menciptakan situasi yang kondusif dalam kehidupan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK SATLANTAS POLRESTABES Bandung sebagai pihak berwajib selaku pelaksana penegakan hukum di Negara Indonesia berwenang menerbitkan SIM-C kepada pemohon SIM-C dan sebagai pihak yang melakukan pengawasan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Orang menyeberang jalan lewat zebra cross.

Gambar 2.1 Orang menyeberang jalan lewat zebra cross. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TINGKAT PUSAT KELAS YUPITER SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA 1 HOTEL Gambar 2.1 Orang menyeberang jalan lewat zebra cross. Pada bab sebelumnya, kalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi yang serba modern saat ini salah satu produk modern yang banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan sepeda

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL BONGKAR MUAT BARANG DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL BONGKAR MUAT BARANG DI KABUPATEN JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL BONGKAR MUAT BARANG DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA W A L I K O T A S A M A R I N D A Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 54 Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk menunjang kelancaran, keamanan dan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan ini adalah : 1. Variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat perilaku safety

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara keamanan dan memberantas kejahatan, maka diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara keamanan dan memberantas kejahatan, maka diperlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polri sebagai organisasi yang mempunyai banyak fungsi dan berperan dalam memelihara keamanan dan memberantas kejahatan, maka diperlukan organisasi kepolisian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas. Persoalan lalu lintas yang dihadapi oleh kota-kota besar antara lain, yaitu kemacetan,

Lebih terperinci