HUBUNGAN MENYENDAWAKAN SETELAH MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI USIA 0 6 BULAN DI KELURAHAN NOBOREJO KOTA SALATIGA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan bayi usia 0-6 bulan. Asi memiliki zat zat gizi terbaik yang

PENGARUH PENGGUNAAN GURITA TERHADAP FREKUENSI GUMOH PADA BAYI DI KABUPATEN KARANGANYAR

PENGARUH PEMBERIAN UPRIGHT POSITION TERHADAP PENGURANGAN FREKUENSI GUMOH PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak (Nursalam dkk, 2005).

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

Suryo Pratikwo 1, Millatin Puspaningtyas 2, Dyah Retno Sukmaningrum 3 Poltekkes Prodi Keperawatan Pekalongan ABSTRACT

Diajukan Oleh : PUTRI RAHMITASARI J

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG ASI PERAH TERHADAP PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS SIMPANG BARU

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Darmayanti Wulandatika. Program Studi D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

KNOWLEDGE RELATIONSHIP WITH MOTHER OF CONDUCT GIVING FOOD COACH ASI (MP-ASI) IN THE VILLAGE KEMUNING, NGARGOYOSO, KARANGANYAR

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI PUSKESMAS PAKUALAMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

The Correlation of Knowledge Level About Exclusive Mother s Milk with Mother s Milk Deliverance To The Baby

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi yang belum sempurna. Mulut bayi masih pendek, licin, dan

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

EFEKTIVITY BURPING BABY AFTER FEEDING TO PREVENT GASTROESOPHAGEAL REFLUX IN INFANT AT PERINATOLOGI ROOM RSUD RUBINI MEMPAWAH

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

HUBUNGAN STATUS EKONOMI ORANGTUA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BAKI SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DUSUN IX DESA BANDAR SETIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI USIA 0-6 BULAN DI KELURAHAN JOYOSURAN SURAKARTA

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

PENGARUH LATIHAN SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BERKEMIH PADA LANSIA

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MANAJEMEN LAKTASI POST NATAL TERHADAP PERILAKU PEMBERIAN ASI DI DESA KETOYAN KECAMATAN WONOSEGORO BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

E-Jurnal Obstretika. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KEPUTUSAN WAKTU PENYAPIHAN DI KELURAHAN KARANG JATI KECAMATAN BERGAS

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG CARA MENYUSUI YANG BENAR

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI BAYI UMUR 6-24 BULAN DI POSYANDU KARYAMULYA JETIS JATEN.

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

Nisa khoiriah INTISARI

Watik Ariyanti*) ABSTRAK

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

PENELITIAN. TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR Di Polindes Blembem Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo

Sri Janatri* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman Online di :

SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Ahli Madya Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh:

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDAPATAN KELUARGA IBU NIFAS DAN STATUS GIZI BAYI DI WILAYAH SUDIANG RAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2

Kenaikan Berat Badan Balita Usia 6-12 Bulan Berdasarkan Jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN TUMBUH KEMBANG BAYI PREMATUR USIA 6 SAMPAI 12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SE-KECAMATAN BANJARSARI

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

STUDI KOMPARATIF PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DAN TANPA DIBERI MP-ASI

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU BERSALIN TERHADAP METODE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU PENCATATAN DAN PELAPORAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

ABSTRAK. Moch Erwin Jaya Sanjaya, Pembimbing: Evi Yuniawati, dr, MKM.

PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR BALITA

: BAYU SETIAWAN J

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TOODLER DI KELURAHAN SEWU SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MINAT IBU HAMIL TERHADAP KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KECAMATAN CANDIROTO KABUPATEN TEMANGGUNG

PERBEDAAN TUMBUH KEMBANG ANAK 1-6 BULAN YANG DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG TIDAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG MALANG SRAGEN SKRIPSI

Transkripsi:

HUBUNGAN MENYENDAWAKAN SETELAH MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI USIA 0 6 BULAN DI KELURAHAN NOBOREJO KOTA SALATIGA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: AULIA EVRIDA SAMSURI J 210.120.062 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

i

HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN MENYENDAWAKAN SETELAH MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI USIA 0 6 BULAN DI KELURAHAN NOBOREJO KOTA SALATIGA OLEH AULIA EVRIDA SAMSURI J210.120.062 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada tanggal 16 Juni 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji: 1. Irdawati, S.Kep.,Ns.,M.Si.Med (....) 2. Winarsih Nur A, S.Kep.,Ns.,M.Kep (....) 3. Endang Zulaicha, SKp., M.Kep (....) Dekan, Dr. Suwaji, M.Kes ii

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publiksi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.. Surakarta, 27 Juni 2016 Penulis Aulia Evrida Samsuri J120.120.062 iii

HUBUNGAN MENYENDAWAKAN BAYI SETELAH MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KELURAHAN NOBOREJO KOTA SALATIGA Aulia Evrida Samsuri* Irdawati** Abstrak ASI merupakan makanan pokok yang dibutuhkan bayi usia 0-6 bulan, setelah bayi menyusu hendaknya disendawakan terlebih dahulu untuk mengeluarkan udara yang ikut masuk ketika bayi menyusu. Asi juga dapat menimbulkan dampak pada bayi salah satunya adalah regurgitasi sesaat setelah bayi minum ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan menyendawakan bayi dengan kejadian regurgitasi pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga. Desain penelitian ini adalah diskriptif korelasi dengan melakukan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga dengan jumlah sampel 50 ibu bayi usia 0-6 bulan dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa data dilakukan menggunakan analisis Korelasi Gamma dan Somers d. Hasil penelitian menunjukkan bayi 0-6 bulan sebagian besar disendawakan dalam kategori baik yaitu sebanyak 30 responden (60%). Kejadian regurgitasi pada bayi 0-6 bulan sebagian besar kategori jarang yaitu sebanyak 31 responden (62%). Ada hubungan menyendawakan bayi dengan kejadian regurgitasi pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga, dengan p value = -0, 000 (α = 0,05). Hendaknya ibu yang memiliki bayi meningkatkan pengetahuan tentang cara menyendawakan bayi yang benar dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menyendawakan setelah menyusui sebagai upaya mencegah terjadinya regurgitasi. Kata kunci : menyendawakan bayi, kejadian regurgitasi 1

RELATIONSHIP BURPING AFTER FEEDING WITH THE GENESIS REGURGITATION IN INFANT AGED 0-6 MONTHS IN KELURAHAN NOBOREJO SALATIGA CITY Abstract Breastfeeding is staple food required childern aged 0-6 months, After the baby suckling let burping first to expelling air who to enter when baby suckling. Breastfeeding also can make the impact in infants one of them is regurgitation for a moment after baby drink breastfeeding.research aims to understand relations burping an infant by events regurgitation in infants 6-0 months in Kelurahan Noborejo Salatiga city.design this research is diskriptif the correlation with have the cross-sectional. Population this research is mother having children aged 6-0 months in urban Kelurahan Noborejo Salatiga city with the sample of the 50 mother children aged 6-0 months to technique the sample collection total of sampling. Instrument data collection uses a questionnaire and analysis of data was undertaken using analysis correlation gamma and somers. He research results show baby 6-0 months most burping in the category of good with 30 respondents ( 60 % ). he incident regurgitation in infants 6-0 months some larger category rarely with 31 respondents ( 62 % ). There was a correlation burping an infant by events regurgitation in infants 6-0 months in urban Kelurahan Noborejo Salatiga city, with p value = -0, 000. Let mother who have babies increase the knowledge about how burping baby right and increase awareness of the importance of burping after feeding as effort to prevent regurgitation. Keywords : Burping a baby, regurgitation PENDAHULUAN Air Susu Ibu atau ASI merupakan makanan pokok yang dibutuhkan bayi usia 0-6 bulan. Asi memiliki zat zat gizi terbaik yang dibutuhkan oleh bayi. Maka dari itu Asi sangat penting diberikan kepada bayi. Asi memiliki banyak manfaat bagi bayi, akan tetapi Asi juga menimbulkan dampak yang terjadi kepada bayi salah satunya adalah bayi dapat mengalami regurgitasi sesaat setelah bayi minum Asi. Regurgitasi merupakan keluarnya sebagian susu yang telah ditelan kembali melalui kerongkongan serta mulut tanpa usaha beberapa saat setelah bayi minum susu. Regurgitasi dapat dijumpai pada bayi usia dibawah enam bulan (Susilaningrum, Nursalam and Utami, 2013). Regurgitasi terjadi karena refleks gastroesofagus melewati sfingter esofagus bawah (lower esophagel sphincter/les) yang inkompeten atau belum sempurna. Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan, regurgitasi dapat hilang (Sodikin, 2012). 2

Regurgitasi dapat dicegah salah satunya adalah dengan menyendawakan bayi setelah menyusui. Menyendawakan bayi adalah hal yang penting dilakukan setelah bayi minum susu. Dengan menyendawakan bayi akan membantu mengeluarkan udara yang ikut masuk ketika menyusu. Menurut Sulisdiana (2011) masih terdapat 33% ibu yang tidak sering menyendawakan bayinya. Ibu tersebut tidak sering menyendawakan bayinya disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang bagaimana cara menyendawakan bayi dan tentang manfaat dari menyendawakan bayi itu sendiri. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bernadus tahun 2012 dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyendawakan Bayi Usia 0-6 Bulan Dengan Kejadian Gumoh Sesudah Menyusui di Puskesmas Manukan Kulon dengan jumlah responden 30 orang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 24 orang (70%), pengetahuan baik sebanyak 3 orang (10%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6 orang (20%) dan kejadian gumoh pada bayi sebanyak 21 bayi (70%) orang tergolong jarang sebanyak 3 orang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Kelurahan Noborejo menunjukkan bahwa dari 5 orang ibu, 3 orang ibu menyendawakan bayinya setelah menyusui dan 2 orang ibu jarang menyendawakan bayinya setelah menyusui. Dari 5 orang ibu saat dilakukan wawancara semua mengatakan bahwa bayi mereka pernah mengalami regurgitasi minimal 1x dalam sehari. Ada juga ibu yang berpendapat bahwa menurut orang tua jaman dulu bayi yang sering mengalami regurgitasi akan cepat tumbuh dibanding bayi lain yang jarang mengalami regurgitasi. Kader posyandu di Kelurahan Noborejo sendiri terbilang cukup aktif dalam kegiatan posyandu. Kader posyandu sering memberikan penyuluhan seperti penyuluhan tentang bagaimana cara menyusui yang benar dan juga menyarankan untuk menyendawakan bayinya setelah diberikan susu. Jumlah bayi usia 0 6 bulan yang ada di Kelurahan Noborejo berjumlah 50 bayi. Regurgitasi dapat terjadi disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor faktor tersebut meliputi menangis berlebihan, volume lambung yang masih kecil, gerak bayi yang terlalu aktif dan pemakaian gurita yang terlalu ketat (Putra, 2012). Menurut Irianto (2014) regurgitasi dapat disebabkan juga karena kegagalan bayi dalam menelan udara. Depkes (2010) mengatakan bahwa sekitar bayi berumur dibawah 4 bulan mengalami regurgitasi minimal 1 kali dalam sehari sekitar 70% dan akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia sekitar 8-10% pada umur 9-12 bulan dan sekitar 5% pada umur 18 bulan. Menurut penelitian para ahli hampir 50% bayi pernah mengalami regurgitasi atau gumoh dalam tiga bulan pertama setelah kelahirannya (Putra, 2012). Sedangkan menurut Dogra, Lad and Sirisena (2011) bahwa bayi mengalami regurgitasi sebanyak 50% pada usia 0-3 bulan, 67% pada usia 4 bulan dan 5% pada usia 10-12 bulan. 3

Pendapat dari sebagian orang tua bahwa regurgitasi atau gumoh ini merupakan hal yang biasa terjadi pada bayi dan masih dalam rentang yang normal, sehingga tidak ada upaya khusus dari orang tua atau keluarga untuk menanggulangi regurgitasi tersebut. Frekuensi regurgitasi yang berlebih setiap harinya dan terjadi tidak hanya setelah minum atau makan saja tetapi selagi tidur meskipun aktivitas makan atau minum lebih dari 3 jam, maka akan berdampak tidak baik serta dapat mengganggu pertumbuhan bayi. Rukiyah dan Yuliani (2013) mengatakan bahwa regurgitasi yang berlebih serta dalam waktu yang lama dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan karena asupan gizi yang diperoleh oleh bayi sebagian keluar kembali. Asam lambung yang ikut keluar juga dapat mengiritasi dan merusak dinding kerongkongan. Dari uraian dan pengamatan peneliti diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan menyendawakan setelah menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi (0-6 bulan) di kelurahan noborejo kota salatiga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan menyendawakan setelah menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan. METODELOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini untuk menjelaskan hubungan antara 2 variabel, variabel bebas yaitu menyendawakan bayi setelah menyusui dan variabel terikat yaitu kejadian regurgitasi pada bayi usia 0 6 bulan. Maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif dengan studi korelasi. Studi korelasi tersebut bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan. Dalam penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional (Hidayat, 2011). Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0 6 bulan yang tinggal di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga. Jumlah populasi sebesar 50 ibu bayi yang ada di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling sebanyak 50 responden. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner. 4

Analisis Data Analisa data pada penelitian ini adalah univariat dan bivariat menggunakan korelasi Gamma and Somers d. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Distribusi Frekuensi Menyendawakan bayi Tabel. 4.2. Distribusi Frekuensi Menyendawakan Bayi Menyendawakan bayi Frekuensi Persentase (%) Jarang Sering 20 30 40 60 Total 50 100 Distribusi Frekuensi Regurgitasi Bayi Tabel. 4.3. Distribusi Frekuensi Regurgitasi Bayi Regurgitasi bayi Frekuensi Persentase (%) Jarang Sering Total 5 31 19 50 62 38 100 Hubungan Tingkat Kecemasan Dan Kualitas Hidup Lansia Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Gamma and Somers d Hubungan Rho P value Keputusan Hubungan menyendawakan dengan kejadian regurgitasi -0,798 0,000 H 0 ditolak Hasil analisis uji korelasi Gamma and Somers d diperoleh nilai korelasi sebesar -0.798 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga keputusan uji adalah H0 ditolak. Berdasarkan keputusan uji yaitu H0 ditolak maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan menyendawakan setelah menyusui dengan kejadian regurgiatasi pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan dari 30 bayi yang sering disendawakan jarang mengalami kejadian regurgitasi sebanyak 90%. Dari 20 bayi yang jarang disendawakan sering mengalami kejadian regurgitasi sebanyak 89,5%. Menurut

Dewi (2012) regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian isi lambung beberapa saat setelah susu masuk kedalam lambung. Hal tersebut akibat belum sempurnanya kerja katub yang membuka tutup jalan antara esophagus dan lambung. Kondisi ini wajar ditemukan pada bayi dan akan berkurang hingga menghilang saat usia enam bulan sampai 1 tahun (Irianto, 2014). Regurgitasi sebenarnya adalah kejadian yang normal, namun regurgitasi yang berlebihan dapat menyebabkan komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi bila cairan yang keluar tidak seimbang dengan cairan yang masuk. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh Aydogan, Kalender, Yengil, Dokuyucan dan Tutanc (2014) yang menyatakan bahwa bayi yang mengalami regurgitasi lebih dari 4 kali dalam sehari memiliki kemungkinan 2x lebih besar mengalami gizi kurang dibandingkan dengan yang mengalami regurgitasi kurang dari 4 kali dalam sehari. Asam lambung yang ikut keluar juga dapat mengiritasi dan merusak dinding kerongkongan. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh Hasibuan, Hegar dan Kadim (2012) yang menyatakan bahwa kerusakan mukosa esofagus akibat refluks esofagus pada anak merupakan keadaan yang perlu diwaspadai pada setiap anak dengan gejala klinis regurgitasi dengan volume dan frekuensi berlebihan. Untuk mengurangi regurgitasi salah satunya dengan melakukan posisi menyusui yang benar sehingga mengurangi masuknya udara kedalam lambung bayi dan menyendawakan setiap kali selesai menyusui (Suririnah, 2009). Saat proses menyusu seringkali udara ikut masuk bersama susu. Ketika susu masuk kedalam lambung, udara yang masuk tertahan dibagian atas lambung jika tidak dikeluarkan akan meningkatkan tekanan abdominal dan peningkatan tekanan sfingter esofagus yang mempengaruhi volume refluks pada esofagus, sehingga mengakibatkan isi lambung keluar kembali dan terjadi regurgitasi. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Tilong (2014) bahwa cara mencegah regurgitasi adalah dengan menyendawakan bayi setiap selesai minum susu agar udara yang ikut masuk kedalam lambung keluar. Sendawa memiliki manfaat yaitu mampu mengeluarkan udara yang tertelan oleh bayi ketika bayi menyusu. Bayi yang menyusu dengan ASI sebaiknya setelah selesai menyusu pada satu payudara disendawakan terlebih dahulu sebelum berganti pada payudara yang lain, sedangkan bayi yang menggunakan botol maka hendaknya setiap bayi menghabiskan 10ml susu bayi harus disendawakan (Muryunani, 2013). Ibu dalam menyendawakan bayinya dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pengetahuan ibu tentang menyendawakan bayi, hal ini sesuai dengan pendapat Sulisdianan (2011) yang mengatakan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi ibu dalam menyendawakan bayinya, yang pertama adalah pengetahuan ibu bagaimana cara menyendawakan bayi yang tepat dan yang kedua adalah pengetahuan tentang manfaat dari menyendawakan bayi setelah menyusui. 6

Menurut Mubarak (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pendidikan. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan responden menunjukkan sebagian besar berpendidikan SMA sebanyak 33 responden (66%), maka dari itu respon lebih banyak menggali informasi kesehatan yang sesuai dengan apa yang diterima oleh responden. Tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan kemampuan orang tersebut menerima, merespon dan memahami suatu informasi kesehatan. Semakin baik tingkat pendidikan seseorang, maka kamampuan untuk merespon dan memahami informasi semakin baik, sehingga kemampuan memperoleh pengetahuan semakin baik pula. Hal tersebut sebagaiman dikemukakan oleh Notoatmodjo (2011) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang berhubungan dengan kemampuan seseorang tersebut menerima informasi tentang kesehatan, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuan tentang kesehatan semakin baik. Pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 45 responden (90%). Umur responden menunjukkan sebagian besar responden merupakan ibu ibu yang telah memasuki usia dewasa awal. Pada masa itu seseorang telah mencapai kematangan dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor (Notoatmojo, 2011). Seperti yang dikemukakan oleh Sulisdiana (2011) kemampuan kognitif atau rasional yang dimiliki oleh ibu membantu mereka untuk menggali informasi sebanyak banyaknya sehingga membantu mereka dalam menentukan perilaku. Pengetahuan yang mereka dapatkan tentang perawatan bayi selanjutnya digunakan dalam merawat bayinya, salah satunya adalah tentang pencegahan terjadinya regurgitasi seperti menyendawakan bayi setelah menyusui. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Bernadus dan Lestari (2012) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang menyendawakan dengan kejadian regurgitasi pada bayi. Dalam penelitian ini menunjukkan pekerjaan ibu sebagian besar sebagai ibu rumah tangga sebanyak 25 responden (50%). Ibu rumah tangga umumnya memiliki waktu lebih banyak dalam mengurus kesehatan keluarga terutama dalam mengurus anak. Ibu rumah tangga memiliki waktu lebih banyak untuk menyendawakan bayinya dibandingkan ibu yang bekerja. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Khomsan (2008) bahwa ibu rumah tangga memiliki kesempatan lebih baik dibandingkan ibu bekerja dalam pengasuhan kesehatan keluarga termasuk pengasuhan anaknya. Ibu yang sering menyendawakan bayinya setelah menyusui akan mengurangi resiko terjadinya regurgitasi pada bayi karena saat menyendawakan bayi udara yang ikut masuk saat bayi menyusu keluar sehingga tekanan abdominal dan sfingter esofagus tidak mempengaruhi volume refluks pada esofagus sehingga bayi dapat terhindar dari kejadian regurgitasi. Hal tersebut sesuai dengan yang 7

dikemukakan oleh Bernadus dan Lestari (2012) bahwa menyendawakan bayi setelah menyusui dapat meminimalkan terjadinya regurgitasi. Dalam penelitian ini kejadian regurgitasi menunjukkan distribusi tertinggi adalah kategori jarang mengalami regurgitasi sebanyak 31 responden (62%). Akan tetapi ada 2 responden yang sering mengalami regurgitasi walaupun sering disendawakan. Salah satu faktor yang berhubungan dengan frekuensi regurgitasi yang terjadi adalah bukan hanya dari frekuensi menyendawakan tetapi ada faktor lain, pertama adalah faktor umur bayi seperti yang dikemukakan oleh Depkes (2010) bahwa seiring dengan bertambahnya usia maka regurgitasi akan berkurang. Yang kedua adalah pemberian asupan makanan pada bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi (70%) memperoleh nutrisi berupa ASI dan sisanya 30% yang diberikan susu formula. Hal ini disebabkan karena jika bayi menyusu langsung dengan ASI maka putting dan sebagian aerola masuk ke mulut bayi sehingga udara yang masuk sedikit, sedangkan jika bayi minum menggunakan botol dan dot botol terlalu lebar maka udara yang masuk kedalam mulut bayi lebih banyak serta jika susu formula diberikan terlalu encer akan mudah dikeluarkan kembali oleh bayi, jika bayi tidak disendawakan setelah minum maka akan menyebabkan terjadinya regurgitasi. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh Gartner dkk (2005) yang menyatakan bahwa bayi yang mengkonsumsi ASI mempunyai tingkat frekuensi regurgitasi lebih rendah dibanding dengan bayi yang mengkonsumsi susu formula. Pemberian ASI pada bayi dapat mengurangi kejadian regurgitasi jika disertai dengan teknik menyusui yang benar. Menurut Astutik (2014) menyatakan bahwa teknik menyusui yang benar diantaranya perut bayi menempel pada perut ibu dan kepala bayi menghadap ke payudara, saat bayi membuka mulut masukkan putting serta sebagian areola kedalam mulut bayi, sehingga putting susu menghadap ke langit langit serta lidah bayi akan menekan ASI yang terletak dibawah areola, sedangkan bayi setelah disusui disendawakan. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Azizah (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara posisi menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi. Regurgitasi dapat dicegah salah satunya dengan memposisikan bayi posisi tegak segera sesudah minum, kepala tidak boleh lebih rendah dari badan selama masa istirahat (Beherman, Kliegman, dan Ervin 2008). Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Omari dkk (2004) bahwa melakukan teknik upgright position pada bayi setelah minum susu terbukti efektif dalam mencegah terjadinya regurgitasi setelah minum susu. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan dari 30 bayi yang sering disendawakan sebagian besar jarang mengalami kejadian regurgitasi sebanyak 90%. Dari 20 bayi yang jarang disendawakan sebagian besar sering mengalami kejadian regurgitasi sebanyak 89,5% dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa 8

terdapat hubungan menyendawakan bayi setelah menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan dimana semakin tinggi perilaku menyendawakan bayi setelah menyusui maka kejadian regurgitasi semakin rendah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Melinda (2012) yang menyimpulkan bahwa ada ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang regurgitasi terhadap praktik ibu dalam mencegah dan menangani regurgitasi. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti dapat menetapkan kesimpulan penelitian sebagai berikut. 1. Gambaran perilaku menyendawakan bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga sebagian besar adalah sering sebanyak 30 responden (60%). 2. Gambaran kejadian regurgitasi bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga sebagian besar adalah jarang sebanyak 31 responden (62%). 3. Terdapat hubungan menyendawakan bayi setelah menyusui dengan kejadian regurtasi pada bayi usia 0-6 bulan usia 0-6 bulan di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga dengan p-value 0,000 nilai p-value < 0,05. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti memberikan saran penelitian bagi: 1. Tenaga kesehatan Tenaga kesehatan hendaknya senantiasa meningkatkan pengetahuan ibu bayi tentang cara-cara mencegah terjadinya regurgitasi pada bayi, misalnya dengan mengajarkan pada ibu bayi tentang cara menyendawakan bayi, posisi menyusui yang tepat, dan cara-cara pencegahan regurgitasi lainnya. 2. Ibu Bayi Ibu bayi diharapkan meningkatkan pengetahuan tentang cara menyendawakan bayi yang benar dengan aktif menggali informasi melalui tenaga kesehatan atau alat informasi seperti buku dan internet sehingga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menyendawakan setelah menyusui dan pencegahan terjadinya regurgitasi pada bayi. 3. Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya memperhatikan fakto-faktor pengendali yang harus dikendalikan dan masih adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian regurgitasi pada bayi menjadi tugas bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk menelitinya yang dihubungkan dengan kejadian regurgitasi, sehingga nantinya diketahui faktor manakah yang paling dominan berhubungan dengan kejadian regurgitasi pada bayi. 9

DAFTAR PUSTAKA Astutik, R.Y (2014). Payudara Dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika. Aydogan, F., Kalender, E., Yengil, E., Dokuyucu, R & Tutanc, M. (2014). Gastroesophageal Reflux Frequency of Children in Hatay. Eastern Journal of Medicine, Vol. 19 hal 146-149 Beherman, Kliegman dan Ervin (2008). Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 3. Jakarta: EGC. Bernadus, K.L., & Lestari, I.D (2012).Hubungan Antara Pengetahuan Ibu tentang Cara Menyendawakan Bayi Usia 0-6 Bulan Dengan Kejadian Gumoh Sesudah Menyusui di Puskesmas Manukan Kulon. Journal Kebidanan, Vol.1, No1. Depkes RI (2010). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Dewi, V.N.L (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika. Dogra, H., Lad, B., & Sirisena, D (2011). Paedriatic Gastro-Oesophageal Reflux Disease. British Journal of Medical Practitioners, Vol.5, No.2: 412. Gartner, L.M., Jane, M & Ruth, A.L. (2005). Breastfeeding and the Use of Human Milk. Journal of the American Academy Pediatric, 115 (2), 496-497 Hasibuan, B., Hegar, B., & Kadim, M (2012). Derajat Kerusakan Mukosa Esofagus Pada Anak Dengan Penyakit Refluks Gastroesofagus. Journal of Seri Pedriatik, Vol.14, No.1. Hidayat, A.A (2011). Metode Penelitian Kesehatan. Surabaya: Health Books. Irianto, K (2014). Ilmu Kesehatan Anak (Pediatrik). Bandung: Alfabeta. Mubarak. (2007). Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Muryunani, A (2013). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM. Omari, T., Rommel, N., Staunton, E., Lontis, R., Goodchild, L., Haslam, R., Dent, J., & Davidson, G., 2004. Paradoxical impact of body positioning on gastroesophageal reflux and gastric emptying in the premature nenonate. The journal of pediatrics 5:26. p. 194-200 Putra, S.R (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: D-Medika. Rukiyah, A.Y., & Yulianti, L (2013). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita (3th ed). Jakarta: TIM. Sulisdiana. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di BPS Muji Winarnik Mojokerto. Hospital Majapahit, Vol. 3, No.1 Susilangingrum, R., Nursalam., & Utami, S (2013). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak Untuk Perawat Dan Bidan (2nd ed). Jakarta : Salemba Medika. Tilong, A.D (2014). Baby Talk. Yogyakarta: Laksana. *Aulia Evrida Samsuri: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura ** Irdawati, S.kep.,Ns.,M.Si.Med : Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura. 10