BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI PSYCHOLOGICAL ADJUSTMENT. Weiten dan Lloyd (2006) menyebutkan bahwa psychological adjustment

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana

BAB II. meningkatkan fungsi konstruktif konflik. Menurut Ujan, dkk (2011) merubah perilaku ke arah yang lebih positif bagi pihak-pihak yang terlibat.

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun

PERAN DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP PENYESUAIAN PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA INDONESIA YANG STUDI KELUAR NEGERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta menunjukan arah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya,

BAB I PENDAHULUAN. ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai

Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Unsur jasmani manusia terdiri dari badan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, yaitu merupakan penyakit AIDS,

BAB III METODE PENELITIAN

Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari:

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepribadian. konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone, 2010).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Menempuh pendidikan tinggi merupakan. impian banyak orang. Pandian, (2008) hasrat ini. didasari oleh sejumlah tujuan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

vii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB II LANDASAN TEORI. Intensi menurut Ajzen & Fishbein (1980) adalah komponen dalam diri

BAB II LANDASAN TEORI. Logoterapi ditemukan dan dikembangkan oleh Victor E. Frankl, seorang

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterikatan aturan, emosional dan setiap individu mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pulau sebanyak pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dengan ditetapkannya wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai suami dan istri dengan tugasnya masing-masing. Pada keluarga

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai customer service. Customer service ini berfungsi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Biasanya masyarakat di Indonesia mengikuti pendidikan

FAKTOR KEPRIBADIAN DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA POLISI PARIWISATA. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.

Gambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah

BAB I PENDAHULUAN. publik harus bersikap independen terhadap berbagai kepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Semua manusia pasti berharap dapat terlahir dengan selamat dan memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dasar kepribadiannya. Seberapa besar ia menghayati agama yang dianutnya,

BAB V PENUTUP. 1. Seluruh faktor faktor kepribadian berpengaruh signifikan terhadap stres

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENANTU PEREMPUAN TERHADAP IBU MERTUA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB 3 Metode Penelitian

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian

BAB I PENDAHULUAN. sukunya mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan yang dimaksud antara

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Penelitian ini pada dasarnya adalah membuktikan secara empiris hasil

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI PSYCHOLOGICAL ADJUSTMENT 1. Definisi Psychological Adjustment Weiten dan Lloyd (2006) menyebutkan bahwa psychological adjustment merupakan proses psikologis yang dilakukan oleh individu dalam mengatur atau mengatasi kebutuhan dan tantangan dalam kehidupannya sehari-hari. Penyesuiaan diri berhubungan dengan bagaimana individu mengatur atau mengatasi berbagai kebutuhan dan tekanan. Ward (2009) mendefinisikan psychological adjustment sebagai respons afektif yang dikaitkan dengan proses adaptasi kita, dan juga suatu hal yang memotivasi individu untuk lebih menyesuaikan diri (adjustment) dalam host culture guna untuk mencapai well being atau kepuasaan dalam transisi lintas budaya. Lebih lanjut dalam teori Kingsley dan Dakhari (2006) menambahkan bahwa proses psychological adjustment terhadap proses adaptasi cross cultural dapat dipengaruhi oleh beberapa dimensi budaya, seperti cara berpakaian, cuaca, makanan, bahasa, masyarakat sekitar, sekolah, nilai-nilai kebudayaan. Yang dimaksud dengan nilai-nilai kebudayaan disini adalah nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya dan juga berperan sebagai acuan prilaku. (Tjahyadi, 1997) 9

Dengan demikian psychological adjustment diartikan penulis sebagai respon afektif dalam menghadapi lingkungan dan budaya baru untuk mendapatkan kepuasan hidup. Psychological adjustment yang dialami paling berat adalah pada masa 3 bulan sampai 1 tahun pertama (Ward, 2006). Sojourners yang memasuki lingkungan budaya baru akan mengalami 4 tahapan emosional yang berbentuk kurva U (Oberg, 1998). Kurva U dari Oberg dimulai dari : 1) Honeymoon, masa dimana adanya perasaan euphoria, antusias dengan budaya baru. 2) Crisis, masa dimana timbulnya perasaan frustrasi, gelisah dan marah. 3) Recovery, masa dimana masa krisis telah berlalu dan sedang mempelajari budaya baru. 4) Psychological adjustment, masa dimana individu sudah berhasil menyesuaikan diri dan mulai menikmati lingkungan barunya. 2. Faktor Faktor Psychological Adjustment a. Faktor-Faktor yang mempengaruhi psychological adjustment menurut Ward (2006) adalah : 1) Perubahan Kehidupan Perubahan kehidupan pada individu yang pindah ke lingkungan baru dapat mempengaruhi psychological adjustment nya. 2) Faktor Kepribadian Karakteristik dari individu yang membedakan setiap individu dalam psychological adjustment

3) Dukungan Sosial Dalam menjalani proses psychological adjustment adanya dukungan sosial dari teman, guru ataupun orang tua baik yang di host country ataupun negara asal. B. LANDASAN TEORI BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five Personality Ada beberapa ahli teori kepribadian yang membedakan teori tersebut menjadi beberapa pendekatan. Pendekatan pendekatan tersebut disebut pendekatan psikoanalisa, pendekatan neopsikoanalisa, pendekatan trait, pendekatan life span, pendekatan humanistic, pendekatan kognitif, pendekatan behavioral, pendekatan social learning dan pendekatan lainnya. (Schultz, 1994) Teori Big five personality merupakan salah satu adaptasi dari trait theory yang dikemukakan oleh Eysenck, Cattel dan tokoh-tokoh lainnya. (Pervin, 2005). Big five personality diuji dengan menggunakan pendekatan yang sederhana oleh peneliti, peneliti mencoba untuk mencari unit dasar dari kepribadian dengan menganalisa ucapan-ucapan yang digunakan orang-orang dalam kehidupan sehari hari mereka (Pervin, 2005). Tidak semua teori kepribadian sedetil big five. Teori Big Five dari McCrae dan Costa juga memiliki posisi yang paling kuat karena alat instrument dari tokoh tersebut telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, walaupun ditegaskan bahwa peranan budaya bisa membedakan persepsi yang berbeda mengenai instrumen tersebut (Pervin, 2005).

Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti menggunakan teori kepribadiaan big five dari McCrae dan Costa yang menurut penulis cukup mendetil dan jelas karena McCrae dan Costa membagi karakteristik individu menjadi lima dimensi yang diakui oleh berbagai negara beserta instrumen yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. McCrae dan Costa (dalam Pervin, Cervone dan John, 2005) mengembangkan teori kepribadian tersebut menjadi lima dimensi bipolar yang luas dalam individu, yang membedakan individu satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan Big Five Theory of Personality. Semua lima dimensi tersebut menunjukkan reliabilitas dan validitas yang tetap stabil dari individu yang masih kecil sampai dengan masa dewasa. (McCrae dan Costa, 2003). 2. Dimensi Dimensi kepribadian dari big five McCrae dan Costa (Dalam Pervin, Cervone & John, 2005) kemudian menyebutkan dimensi-dimensi dalam big five adalah : Neuroticism (N), Extraversion (E), Openness to experience (0), Agreeableness (A), dan Conscientiousness (C). Kemudian McCrae dan Costa menyebutnya sebagai OCEAN. Neuroticism bertentangan dengan kestabilan emosional seperti: perasaan negatif, termasuk kegelisahan, kesedihan, iritabilitas, dan kecemasan yang tinggi. Openness to Experience mendeskripsikan mengenai betapa luas dan kompleksnya mental dan pengalaman dari individu.

Extraversion & Agreeableness sama-sama merangkum sifat yang interpersonal, yaitu tertarik atau berminat dengan aktivitas yang berhubungan dengan orang banyak. Conscientiousness mendeskripsikan perilaku goal/task-directed dan secara sosial membutuhkan kontrol impulsif. Tabel 1. Dimensi Kepribadian big five oleh McCrae dan Costa NEUROTICISM Tenang Pencemas Temperamen datar Temperamental Memuaskan diri sendiri Mengasihani diri sendiri Nyaman Self-Conscious Tidak emosional Emosional Kuat Lemah EXTRAVERSION Reserved Affectionate Kesepian - Aktif bergabung dalam kelompok Pendiam Banyak bicara Sober Fun-loving Tidak berperasaan Berhasrat OPENESS TO EXPERIENCE Down-to-earth Imajinatif Tidak kreatif Kreatif Konvensional Orisinil Memilih rutinitas Memilih keragaman Tidak penasaran Penasaran Konservatif Liberal AGREEABLENESS Kejam Lembut Curigaan Mempercayai Kikir Loyal Antagonis Acquiescent Kritikal Lenient Irritable Good-Natured CONSCIENTIOUSNESS Negligent Conscientious Malas Rajin Tidak rapi Rapi Telat Tepat waktu Tidak ada tujuan Ambisius Gampang menyerah Preserving

C. MAHASISWA INDONESIA YANG STUDI KELUAR NEGERI Mahasiswa Indonesia yang studi keluar negeri disebut sebagai sojourn (Ward, 2006) Mahasiswa Indonesia yang studi keluar negeri akan cenderung mengalami permasalaha-permasalahan semasa individu menjalai proses studi tersebut. Salah satu kendala yang dihadapi sojourn adalah permasalahan budaya. Menurut Argyle (1982) permasalahan lintas budaya muncul karena sojourners, imigran mengalami kesusahan dalam menyesuaikan diri (adjustment) di kehidupan sosial sehari-hari. Dan juga menurut Bochner (2001) Murid yang menjalani studi ke luar negeri (study abroad) akan mengalami dampak culture shock selama proses pencapaian tujuan dari akhir pendidikan mereka. Kingsley & Dakhari (2006) menyatakan bahwa culture shock bukan kondisi medis ataupun istilah klinis. Culture shock merupakan sebuah cara untuk mendeskripsikan perasaan bingung dan gelisah yang dimiliki seseorang ketika meninggalkan budaya yang telah familiar dan tinggal di budaya baru. Beberapa dimensi budaya menurut Kinsgley & Dakhari (2006) adalah cuaca, makanan, pakaian, bahasa, sekolah, masyarakat sekitar, nilai-nilai kebudayaan. Menurut Ward (2006) sojourn yang tidak berhasil beradaptasi di budaya baru akan mengalami dampak dalam penurunan nilai akademik, pencapaiaan self esteem yang rendah, dan memiliki lingkup pergaulan yang sedikit.

D. PERANAN DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP PSYCHOLOGOICAL ADJUSTMENT PADA MAHASISWA INDONESIA YANG STUDI KELUAR NEGERI Individu yang memutuskan untuk ke luar negeri melanjutkan studinya akan menghadapi culture shock (Ward, 2006). Sojourners yang kemudian mengalami culture shock akan melakukan psychological adjustment. Psychological Adjustment ini muncul karena sojourners berusaha mempertahankan budaya asalnya (Leong, 2009). Sojourners Indonesia yang terutama melanjutkan studinya ke luar negeri menemukan banyak kesulitan. Budaya Indonesia cenderung memperhatikan kaidah-kaidah dan norma sosial, serta mementingkan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain (Koentjaraningrat, 2001). Dimensi budaya yang diartikan dalam kalimat tersebut adalah cuaca, makanan, pakaian, bahasa, sekolah, orang-orang masyarakat sekitar, nilai nilai kebudayaan pada masyarakat pada umumnya (Kingsley dan Dakhari, 2006). Sementara di negara barat cenderung mempertahankan nilai-nilai individualistik dan lebih menekankan pentingnya prestise dan penghargaan atas pencapainnya (achievement). (Syaifudin, 2006). Keberhasilan para sojourners dalam proses psychological adjustment ditentukan oleh faktor kepribadian. Faktor kepribadian merupakan salah satu determinan agar sojourners berhasil dalam penyesuaiaan dirinya (Ward, 2006). Studi yang dilakukan oleh McRae dan Costa (2006) menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki skor Extroversion yang lebih tinggi lebih mampu berinteraksi dan membina hubugan lebih baik daripada mahasiswa yang memiliki

skor Extroversion rendah. Individu dengan skor Extroversion yang lebih tinggi juga memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mencari dukungan sosial dari orang lain ketika menghadapi stress dibandingkan individu dengan skor Extroversion rendah. Skor Conscientiousness tinggi juga diasosiasikan dengan penerimaan oleh teman sebaya dan kualitas pertemanan yang lebih baik. Lebih lanjut lagi, McCrae dan Costa (2006) mengatakan bahwa dimensi Neuroticism pada big five merupakan aspek yang paling relevan dalam menentukan psychological adjustment individu yang bersangkutan. Lebih lanjut McCrae dan Costa (2005) juga menyebutkan sojourners yang memiliki skor Conscientiousness yang tinggi senantiasa aktif dalam mencari sumber informasi. Sehingga bagi sojourners dengan skor Conscientiousness ini diharapkan lebih reliabel dan terpercaya dalam menyerap dan memproses suatu informasi. Mereka dianggap lebih bisa diandalkan. Penelitian yang dilakukan Ward, Leong dan Low (2004) menghasilkan bahwa dimensi kepribadian Neuroticisim dan Extraversion lebih sering dihubungkan dengan psychological adjustment pada sampel sojourners. Serta dimensi kepribadian Agreeableness dan Conscientiousness juga dikaitkan dengan kesejahteraan psikologis pada sojourners. Kemudan penelitian oleh Bardi & Ryff (2007) mengatakan bahwa faktor Extroversion dan Neuroticism secara konsisten dihubungkan dengan adjustment dan well-being. Penelitian tersebut sejalan dengan penjelasan McCrae & Costa (2006), extroversion berhubungan positif dengan adjustment. Individu dengan tipe kepribadian yang extrovert lebih menyenangi berinteraksi sosial dengan orang

lain dan mampu melakukan coping stress lebih efektif dibandingkan individu yang introvert terutama menjalani masa perkuliahan. Sebuah studi mengenai resiliensi juga mengaitkan dimensi kepribadian big five dengan individu yang memiliki skor tinggi untuk extroversion, neuroticism, openness, agreeableness dan conscientiousness. Mereka yang memiliki skor tinggi lebih resilien terhadap tantangan dan cobaan (Rioli et al, 2002). Lounsburry, Saudargas, dan Gibson (2004) menemukan bahwa individu yang memiliki skor tinggi untuk Agreeableness, Conscientiousness, dan Neuroticism sangat jarang untuk drop out dari studinya. Hal yang sama juga berlaku untuk neuroticism dan conscientiousness sebagai prediktor terkuat untuk menjelaskan intensi mahasiswa untuk mengakhiri studinya. Faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa drop out juga dikaitkan dengan adjustment selama studinya. Dan yang terakhir Individu dengan skor tinggi untuk dimensi Extroversion mampu menangani masalah dengan cara yang positif dengan menggunakan strategi pemecahan masalah yang rasional serta mencari dukungan sosial (Bakker et. al, 2006). Dimensi agreeableness yang tinggi akan berkontribusi pada kemampuannya beradaptasi di lingkungan baru. Individu dengan skor Openness to Experience yang tinggi berperanan pada kemampuan menggunakan coping mechanism yang efektif, seperti humor dan mereka beranggapan situasi yang stressful sebagai hal yang wajar dan tidak mengancam (Bakker et. al,2006). Semua dimensi kepribadian pada big five adalah kesatuan kepribadian yang telah diteliti secara ekstensif dan berlaku untuk semua budaya (Pervin,

2005). Berdasarkan semua penelitian yang dicantumkan diatas didapatkan hasil bahwa dengan pertimbangan teoritis yang memadai, setiap dimensi kepribadian yang tertuang pada big five dapat diasosiasikan dengan psychological adjustment pada sojourners. E. HIPOTESA PENELITIAN Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti mengajukan hipotesa penelitian berupa: Ada peranan antara dimensi kepribadian big five terhadap psychological adjustment pada mahasiswa Indonesia yang studi keluar negeri. Selain hipotesa penelitian, peneliti juga mengajukan hipotesa tambahan berupa: H1: Openess to Experience berperan terhadap psychological adjustment H2: Conscientiousness berperan terhadap psychological adjustment H3: Extraversion berperan terhadap psychological adjustment H4: Agreeableness berperan terhadap psychological adjustment H5: Neuroticism berperan terhadap psychological adjustmennt

F. ALUR PIKIR PENELITIAN Kurangnya Universitas yang baik di Indonesia Studi keluar negeri Culture shock Psychological Adjustment Faktor kepribadian Big Five Personality