PENGARUH PERGILIRAN PAKAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN, SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI-INTENSIF

dokumen-dokumen yang mirip
PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

RESPONS YUWANA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) PADA TINGKAT SALINITAS YANG BERBEDA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

1291 Kajian aspek biologi dan sosial pada budidaya... (Nur Ansari Rangka) ABSTRAK

Muhammad Nur Syafaat* & Abdul Mansyur

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN KOMBINASI PAKAN BERBEDA DALAM WADAH TERKONTROL

EVALUASI BUDIDAYA UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DENGAN MENINGKATKAN KEPADATAN TEBAR DI TAMBAK INTENSIF

STRATEGI PENGELOL AAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POL A SEMI-INTENSIF DI TAMBAK

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

DESAIN WADAH BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF DI TAMBAK

KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKAN DI TAMBAK INTENSIF

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA EKSTENSIF PLUS DI LAHAN MARGINAL

PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE DENGAN PADAT PENEBARAN BERBEDA

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) TEKNOLOGI INTENSIF MENGGUNAKAN BENIH TOKOLAN

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros 90512, Sulawesi Selatan

APLIKASI PROBIOTIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA PADA PEMELIHARAAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

KINERJA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SUPER INTENSIF DAN ANALISIS BIAYA

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jln. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi Selatan

KAJIAN PRODUKSI UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) PADA TAMBAK PLASTIK DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

KONSENTRASI NITROGEN TERLARUT DAN FOSFAT DALAM TAMBAK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM SUPER INTENSIF

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

FLUKTUASI SUHU AIR HARIAN DAN PENGELOLAANNYA DI PETAK PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon)

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

PENGGUNAAN KOMBINASI BERAGAM PAKAN HIJAUAN DAN PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKTIVITAS UDANG PUTIH PADA TAMBAK INTENSIF DI TULANG BAWANG LAMPUNG

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

NILA MERAH AIR TAWAR, PELUANG BUDIDAYANYA DI TAMBAK AIR PAYAU

Tingkat Kelangsungan Hidup

DINAMIKA KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI-INTENSIF DENGAN TEKNIK PERGILIRAN PAKAN

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar ABSTRAK

PEMELIHARAAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN PERSENTASE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

PEMASYARAKATAN TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM POLIKULTUR DENGAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI TAMBAK SALINITAS RENDAH

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAMAN PLANKTON PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SEMI-INTENSIF DENGAN PERGILIRAN PAKAN PROTEIN BERBEDA

PENAMPIL AN NIL A GESIT

JENIS DAN KOMPOSISI PL ANKTON PADA BUDIDAYA POLIKULTUR UDANG WINDU, UDANG VANAME, IKAN BANDENG, DAN RUMPUT LAUT DI TAMBAK

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG VANAMEI POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN KEPADATAN BERBEDA

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan

III. BAHAN DAN METODE

TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGELOLAAN OKSIGEN PADA TAMBAK INTENSIF

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

TINGKAT KERJA OSMOTIK UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei PADA BUDIDAYA SISTEM INTENSIF DENGAN APLIKASI BIOFLOK DAN PERGILIRAN PAKAN

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

PEMANFAATAN JERAMI, PUPUK KANDANG, DAN RUMPUT LAUT SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK

BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SEMIINTENSIF DENGAN METODE SIRKULASI TERTUTUP UNTUK MENGHINDARI SERANGAN VIRUS

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV

PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA

PENGGUNAAN RESERVOIR TERHADAP PERFORMA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA TRADISIONAL

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA MULTITROPIK UDANG WINDU (Penaeus monodon), NILA MERAH (Oreochromis niloticus), DAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI TAMBAK

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

III. BAHAN DAN METODE

dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN BEBERAPA STRAIN IKAN MAS YANG DIPELIHARA PADA TAMBAK BERSALINITAS RENDAH

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

Kualitas Air Media Pemeliharaan Benih Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) dengan Sistem Budidaya yang Berbeda

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS

SUBSTITUSI TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DENGAN TEPUNG BUNGKIL KOPRA DALAM PAKAN IKAN BERONANG, Siganus guttatus

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

461 Pengaruh pergiliran pakan kandungan protein berbeda... (Abdul Mansyur) PENGARUH PERGILIRAN PAKAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN, SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI-INTENSIF ABSTRAK Abdul Mansyur dan Hidayat Suryanto Suwoyo Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: mansyurabdul@yahoo.co.id Riset ini bertujuan untuk pemantapan data dan informasi tentang pengaruh pergiliran pakan terhadap pertumbuhan, sintasan, rasio konversi pakan, dan produksi udang vaname (L. vannamei). Wadah yang digunakan adalah tambak ukuran 4.000 m 2 sebanyak 6 petak. Hewan uji adalah udang vaname ditebar dengan kepadatan 25 ekor/m 2. Perlakuan yang diujikan adalah pergiliran pakan dengan kandungan protein berbeda yaitu (A) Dua hari pakan protein rendah (28%) digilir dengan pakan protein tinggi (37%-39%) (B) pakan protein rendah, dan (C) pakan protein tinggi. Penelitian diset menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan dua ulangan. Lama pemeliharan 112 hari, udang diberi pakan dosis 100%-2% dari total bobot biomassa/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergiliran pakan dengan protein pakan yang berbeda secara periodik tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, sintasan, dan produksi udang vaname. Penghematan penggunaan pakan untuk udang vaname dapat dilakukan dengan cara pergiliran pakan dua hari pakan protein rendah (28%) digilir dengan pakan protein tinggi (37%-39%) yang mampu meningkatkan efisiensi pakan sekitar 8,33%-19,07% dibandingkan perlakuan kontrol atau sekitar 85,59% dengan nilai rasio konversi pakan yang rendah 1,25; laju pertumbuhan 8,67% dan produksi 627 kg/ 4.000 m 2. Kisaran parameter kualitas air selama pemeliharaan masih berada pada kisaran yang dapat ditoleransi udang vaname meskipun kadar salinitas sempat mencapai 53 ppt dan ph 9,5. Kelimpahan plankton rata-rata 835 ind./l dan jumlah genus 26 genera. Plankton yang tumbuh dapat berfungsi sebagai pakan substitusi dalam perlakuan pergiliran pakan pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) pola semi-intensif di tambak. KATA KUNCI: pergiliran pakan, udang vaname, produksi, tambak semi-intensif PENDAHULUAN Peningkatan produksi udang vaname berkorelasi dengan meningkatnya penggunaan pakan sebagai salah satu faktor produksi utama dalam kegiatan budidaya secara semi-intensif dan intensif. Alokasi biaya pakan pada budidaya udang dapat menyerap 60%-70% dari total biaya produksi udang (Palinggi & Atmomarsono, 1988; Padda & Mangampa, 1993). Pertumbuhan dan sintasan yang optimum perlu diupayakan melalui penggunaan pakan secara efisien namun udang dapat tumbuh optimal dan pakan yang terbuang seminimal mungkin. Kandungan protein pada pakan untuk udang putih relatif rendah dibanding udang windu. Udang putih membutuhkan pakan dengan kadar protein 20%-35% (Briggs et al., 2004; Tahe & Mansyur, 2010). Hasil penelitian Tahe et al. (2010) tentang aplikasi pergiliran pakan komersil (pelet) protein rendah (28%) digilirkan dengan pakan udang vaname standar protein tinggi (37%) menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot rata-rata udang diperoleh 13,35 g/ekor atau 75 ekor/kg dan produksi udang vaname mencapai 1.418 kg. Sedangkan sintasan udang termasuk tinggi sekitar 97%. Efisiensi pakan dicapai sekitar 14%-25%. Dengan menggunakan pakan yang berkadar protein rendah maka biaya untuk pembelian pakan lebih kecil sehingga dapat menekan biaya produksi. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan baru yang mampu mengatasi permasalahan dalam hal pengadaan pakan. Salah satu alternatif mengurangi biaya produksi adalah pergiliran pakan yaitu pakan yang berprotein tinggi (37%-39%) digilir dengan pakan berprotein rendah (28%) karena nilai protein yang terkandung dalam pakan merupakan salah satu komponen pakan yang paling mahal. Pengurangan

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 462 proporsi protein pada pakan tanpa mengurangi laju pertumbuhan pada spesies yang dibudidayakan dapat berpengaruh pada berkurangnya efesiensi biaya produksi sehingga marjin pendapatan yang didapat dari penjualan akan semakin tinggi. BAHAN DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan di tambak percobaan Punaga, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, menggunakan 6 petak tambak berukuran 4.000m 2. Hewan uji adalah pasca larva udang vaname ukuran 0,001 g yang ditebar dengan kepadatan 25 ekor/m 2. Perlakuan yang diujikan dalam penelitian ini adalah (A) dua hari pakan protein rendah (28%) digilir dengan pakan protein tinggi (37%-39%) (B) pakan protein rendah (28%), dan (C) pakan protein tinggi (37%-39%). Perlakuan A mengacu penelitian Tahe et al. (2010) yaitu dengan pola pemberian pakan protein tinggi diberikan selama umur pemeliharaan satu bulan (sampai hari ke-30) dan masuk pada bulan kedua dilakukan pergiliran pakan protein rendah dan protein tinggi, setiap selang 3 hari diberikan pakan standar vaname yang kadar proteinnya 37% 39%. Penelitian diset menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan diulang dua kali. Jenis pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan komersil (pelet). Ransum pakan yang diberikan sebanyak 100%-2% dari total biomassa. Perubahan jumlah pakan yang diberikan dilakukan 15 hari sekali sesuai dengan hasil pengukuran bobot biomassa udang uji. Pemeliharaan udang berlangsung selama 112 hari. Pengukuran bobot hewan uji dilakukan setiap dua minggu menggunakan timbangan elektrik dengan ketelitian 0,01 g. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan mutlak, dan sintasan diukur menggunakan rumus Effendie (1979), laju pertumbuhan harian (Huisman, 1976), efisiensi pakan (Watanabe, 1988), rasio konversi pakan dan produksi menggunakan rumus Sedgwick (1979). Sebagai data dukung dilakukan pengukuran kualitas air seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut, ph, amoniak, nitrit, nitrat, fosfat, dan BOT dilakukan dua minggu sekali. Pengaruh pergiliran pakan terhadap pertumbuhan, sintasan, produksi, FCR, dan efisiensi pakan dianalisis ragam dengan tingkat kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan uji jarak ganda Duncan untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan (Steel & Torrie, 1991). Sedangkan kualitas air dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN BAHASAN Pertumbuhan, Sintasan, dan Produksi Udang Vaname Pertumbuhan udang vaname yang diperoleh selama pemeliharaan di tambak tampaknya berkembang baik seiring dengan meningkatnya waktu pemeliharaan. Peningkatan bobot udang dari waktu ke waktu disajikan pada Gambar 1. A = 2 hari protein rendah, 1 hari protein tinggi B = Protein rendah C = Protein tinggi 20 Bobot badan (g) 15 10 5 0 Awal 14 28 42 56 70 84 98 112 Waktu pengamatan (hari) Gambar 1. Bobot rata-rata udang vaname, Litopenaeus vannamei selama penelitian

463 Pengaruh pergiliran pakan kandungan protein berbeda... (Abdul Mansyur) Seperti pada Gambar 1 terlihat pada awal pemeliharaan sampai umur 56 hari, perlakuan A (dua hari pakan protein rendah satu hari pakan protein tinggi), masih menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi karena pada saat tersebut masih digunakan pakan berprotein tinggi yaitu 37%. Penggunaan pakan kadar protein rendah yaitu 28% digunakan setelah umur 30 hari sebagai pakan utama dan setiap selang 3 hari diberikan pakan standar vaname yang kadar proteinnya 37% 39%. Setelah umur pemeliharaan mencapai 84 hari perlakuan C (100% protein tinggi) memperlihatkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi sampai akhir penelitian. Pertambahan bobot tertinggi diperoleh pada perlakuan C sebesar 19,57 g kemudian disusul dengan perlakuan B dan A masingmasing sebesar 17,58 g dan 16,88 g. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa aplikasi pergiliran pakan protein tinggi dan rendah terhadap pertumbuhan udang vaname tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P>0,05) (Tabel 1). Hasil yang diperoleh pada percobaan ini lebih tinggi dengan hasil yang diperoleh Mangampa et al. (2009) pada penelitian penggunaan umur tokolan yang berbeda di tambak yang mendapatkan bobot rata-rata antara 12,85-14,88 g. Rasio konversi pakan pada perlakuan B (protein rendah) adalah 1,55 dan C (protein tinggi) adalah 1,30 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan A (dua hari protein rendah, satu hari protein tinggi) yaitu 1,25. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aplikasi pergiliran pakan tidak berpengaruh nyata terhadap rasio konversi pakan dan nilai efisiensi pakan (P > 0,05). Efektifitas pemanfaatan pakan pada penelitian ini sangat bagus karena meskipun kualitas pakan yang digunakan adalah pakan yang kandungan protein rendah sebagai pakan utama masih menunjukkan rasio konversi pakan lebih rendah dengan efisiensi pakan 8,33%-19,07%. Nilai rasio konversi pakan yang diperoleh pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan beberapa kajian budidaya udang vaname sebelumnya. Anonim (2003) mendapatkan FCR 1,3 untuk budidaya udang vaname dengan kepadatan 90 ekor/m 2, sintasan 70%-90%, dan bobot udang rata-rata saat panen 20 g/ekor dengan lama pemeliharaan 110 hari. Haliman & Adijaya (2005) melaporkan budidaya udang vaname di Situbondo, Jawa Timur dengan padat tebar 150 ekor/m 2, sintasan 85%, bobot akhir 14,28 g/ekor; menghasilkan udang sebanyak 5.465 kg/3.000 m 2 dengan FCR 1,5. Menurut Sutanto (2005), bahwa untuk meningkatkan efisiensi dalam budidaya udang vaname salah satu hal yang perlu dilakukan yakni menggunakan pakan yang berkualitas baik dan berprotein rendah (30%) sehingga bisa mengurangi pencemaran/lebih ramah lingkungan, pengelolaan air lebih mudah, pertumbuhan lebih baik, FCR lebih rendah sehingga biaya pakan menjadi lebih rendah. Huet (1971) menyatakan bahwa konversi pakan dipengaruhi oleh sintasan, kepadatan, bobot individu, perbedaan persentase makanan harian, waktu, dan lokasi penelitian, serta pertumbuhan biomassa udang. Semakin rendah nilai konversi pakan semakin baik karena sedikit jumlah makanan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan bobot udang. Menurut Susilo et al. (2002), bahwa efisiensi pakan dapat dicapai apabila dalam pembesaran ikan/ udang memperhatikan manajemen pemberian pakan sebab pakan yang dikonsumsi organisme budidaya pada gilirannya akan digunakan untuk tumbuh. Oleh karena itu, pakan yang kurang dari kebutuhan minimal organisme budidaya untuk mempertahankan bobot badan akan berakibat penurunan bobot akibat cadangan makanan dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi akitivitasnya. Wyban & Sweeny (1991) mengemukakan bahwa pemberian pakan yang tepat baik kualitas maupun kuantitas dapat memberikan pertumbuhan yang optimum bagi udang. Efisiensi pakan merupakan perbandingan antara pertambahan bobot udang dengan bobot pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan, yang dinyatakan dalam persen. Efisiensi pakan yang tinggi akan mengurangi biaya produksi sehingga marjin pendapatan yang didapat dari penjualan akan semakin tinggi, pada akhirnya akan berimbas pada peningkatan produksi udang. Menurut Hariati (1989), bahwa tingkat efisiensi penggunaan pakan yang terbaik akan dicapai pada nilai perhitungan konversi pakan terendah, di mana pada perlakuan pergiliran pakan tersebut kondisi kualitas pakan lebih baik dari perlakuan yang lain. Kondisi kualitas pakan yang baik mengakibatkan energi yang diperoleh pada udang vaname lebih banyak untuk pertumbuhan, sehingga udang vaname tersebut dengan pemberian pakan yang sedikit diharapkan laju pertumbuhan meningkat. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa produksi udang vaname yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 627-820 kg/4.000 m 2 atau 1.568 2.050 kg/ha selama 112 hari pemeliharaan. Produksi

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 464 Tabel 1. Pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan, efisiensi pakan, sintasan, dan produksi udang vaname pada masingmasing perlakuan selama penelitian Peubah Perlakuan aplikasi pergiliran pakan (% bobot badan/hari/14 hari) tertinggi diperoleh pada perlakuan C yaitu 820 kg/4.000 m 2, disusul perlakuan B yaitu 724 kg/4.000 m 2 dan perlakuan A adalah 627 kg/4.000 m 2. Namun hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aplikasi pergiliran pakan selama pemeliharaan udang vaname tidak berbeda nyata terhadap produksi udang (P>0,05). Menurut Utojo et al. (1989), bahwa tinggi rendahnya produksi yang dihasilkan tergantung pada sintasan, kecepatan laju pertumbuhan, makanan, dan padat penebaran udang yang dipelihara. Pada penelitian ini didapatkan sintasan berturut-turut yaitu perlakuan B adalah 49,67%; perlakuan C adalah 48,32%; dan perlakuan A sebesar 47,31%. Hal ini diduga bahwa benur vaname mengalami stres selama pengangkutan lebih dari 10 jam karena benur vaname didatangkan dari Situbondo, Jawa Timur. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa sintasan udang vaname pada perlakuan pergiliran pakan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pakan secara nomal/kontrol (P>0,05). Kualitas Air A B C Kepadatan (ekor/ m 2 ) 25 25 25 Lama pemeliharaan (hari) 112 112 112 Bobot awal (g) 0,001 0,001 0,001 Bobot akhir (g) 16,88±4,56 17,58±3,34 19,57±0,97 Pertumbuhan mutlak (g) 16,88±4,56 17,58±3,34 19,57±0,97 Laju pertumbuhan harian (%) 8,67±0,25 a 8,72±0,16 a 8,82±0,04 a Sintasan (%) 47,31±20,8 a 49,67±6,27 a 48,32±4,51 a Rasio konversi pakan (FCR) 1,25±0,44a 1,55±0,36 a 1,3±0,14 a Efisiensi pakan (%) 85,59±30,2 a 66,52±15,6 a 77,26 ±8,69 a Produksi (kg/4.000 m 2 ) 627±173,9 a 724±12,73 a 820 ±45,25 a A) dua hari protein rendah satu hari protein tinggi, B) protein rendah, C) protein tinggi Nilai dalam baris yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Kualitas air yang diperoleh pada penelitian ini secara umum masih dalam batas yang layak untuk pertumbuhan udang yang dipelihara (Tabel 2). Namun terdapat beberapa peubah kualitas air yang sedikit lebih tinggi dari nilai standar baku mutu untuk pertumbuhan udang, namun tampaknya masih dapat ditolerir hewan uji selama pemeliharaan. Menurut Anonim (2003), bahwa kualitas air yang layak untuk budidaya udang vaname adalah salinitas optimal 10 25 ppt (toleransi 50 ppt), suhu 28oC 31oC (toleransi 16oC 36oC), oksigen terlarut > 4 mg/l (toleransi minimum 0,8 mg/l), ph 7,5 8,2; alkalinitas 120 150 mg/l, amonia < 0,1 mg/l; dan fosfat 0,5 1 mg/l. Menurut Suprapto (2005), temperatur dan kadar oksigen optimal untuk budidaya udang vaname berkisar 27oC 32oC dan > 3 mg/l dan bisa tahan sampai 10oC. Temperatur air yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 26oC-30,5oC dan oksigen terlarut 2,7-8,15 mg/l. Suhu air mempunyai peranan penting dalam mengatur aktivitas udang seperti halnya hewan air lainnya. Haliman & Adijaya (2005) menambahkan bahwa suhu optimal pertumbuhan udang vaname antara 26oC-32oC. Menurut Samocha & Lawrence (2001), udang vaname dapat tumbuh pada kisaran 15-20 ppt, bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada salinitas 5 ppt masih layak untuk pertumbuhannya. Menurut Mc Grow & Scarpa (2002), bahwa udang vaname dapat hidup pada kisaran yang lebar dari 0,5 45 ppt. Wyban & Sweeny (1991) mengemukakan bahwa kisaran ph air yang cocok untuk budidaya udang vaname secara intensif sebesar 7,4 8,9 dengan nilai optimum 8,0.

465 Pengaruh pergiliran pakan kandungan protein berbeda... (Abdul Mansyur) Tabel 2. Kisaran nilai beberapa parameter kualitas air tambak budidaya udang vaname semi-intensif Parameter Nilai kisaran A B C Suhu air ( o C) 25,5-30,0 26-31,0 25,5-30,5 Oksigen terlarut (DO) (mg/l) 2,7-7,55 3,0-7,75 3,4-8,15 ph air 7,5-9,5 7,25-8,5 7,5-8,75 Salinitas (ppt) 33,0-49,5 34,0-52,0 33,0-50,5 NH 4 -N (amonia) (mg/l) 0,052-0,415 0,067-0,6629 0,069-1,506 NO 2 -N (nitrit) (mg/l) 0,006-0,052 0,007-0,1679 0,0058-0,056 NO 3 -N (nitrat) (mg/l) 0,059-0,181 0,043-0,38 0,0614-0,492 PO 4 -P (fosfat)(mg/l) 0,032-2,176 0,078-2,975 0,0332-1,472 BOT (mg/l) 31,095-8,49 32,195-49,7 26,97-49,145 Amonia merupakan salah satu hasil sampingan dari proses perombakan bahan organik di dalam air yang bersifat racun. Toksisitas amonia meningkat dengan menurunnya kadar oksigen terlarut. Konsentrasi amonia dalam penelitian ini mencapai 1,5061 mg/l. terutama pada perlakuan C apabila dibanding dengan perlakuan A dan B masing-masing 0,4147 mg/l dan 0,6629 mg/l. Tingginya kosentrasi amonia yang diperoleh pada penelitian ini disebabkan karena akumulasi sisa pakan dan kotoran udang yang menyebabkan amoniak meningkat. Toksisitas peubah kualitas air tidak bekerja secara sendiri-sendiri artinya bahwa sekalipun kadar amoniak melebihi ambang batas kehidupan akan tetapi peubah lainnya masih pada tingkat optimal maka tidak akan mematikan udang. Konsentrasi NH 3 yang relatif aman untuk udang Penaeus sp. adalah di bawah 0,1 mg/l (Liu, 1989). Lin & Chen (2001) melaporkan bahwa nilai LC 50 amoniak untuk yuwana udang vaname pada perendaman 24, 48, 72, dan 96 jam, salinitas 35 ppt yakni 2,78; 2,18; 1,82; dan 1,60 mg/l. Selanjutnya Tsai (1989) dalam Hadie et al. (1995) menambahkan bahwa batas aman amonia pada udang adalah 0,1 mg/l. Kadar amonia mulai berpengaruh terhadap pertumbuhan 50% adalah pada kadar 0,45 mg/ L; sedangkan pada kadar 1,29 mg/l menyebabkan kematian. Adiwijaya et al. (2003) kisaran optimal nitrit untuk budidaya vaname yakni 0,01 0,05 mg/l sedangkan kisaran optimal bahan organik pada budidaya udang vaname < 55 mg/l. Menurut Clifford (1994), konsentrasi nitrat yang optimal untuk udang vaname berkisar 0,4 0,8 mg/l. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Pergiliran pakan dengan kandungan protein yang berbeda secara periodik tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, sintasan, dan produksi udang vaname. 2. Pergiliran pakan dengan kandungan protein yang berbeda secara periodik mampu meningkatkan efisiensi pakan sekitar 8,33% 19,07% dibandingkan perlakuan kontrol atau sekitar 85,59% dengan nilai rasio konversi pakan yang rendah 1,25. 3. Penghematan penggunaan pakan untuk udang vaname tanpa merugikan kehidupanya dapat dilakukan dengan cara pergiliran pakan dua hari protein rendah digilir satu hari pakan protein tinggi. 4. Kualitas air media dalam pergiliran pakan pada budidaya udang vaname, (L. vannamei) pola semiintensif selama pemeliharaan masih dalam batas kelayakan. 5. Jumlah individu plankton ditemukan adalah rata-rata 835 ind./l, sedangkan jumlah genus adalah 26 genera yang terdiri atas 10 genera fitoplankton dan 16 genera zooplankton. 6. Rata-rata indeks keragaman plankton adalah 0,9763; indeks keseragaman 0,6427; dan indeks dominansi 0,5837; yang menunjukkan kondisi perairan kurang stabil, keseragaman genus relatif merata dan struktur komunitas plankton tidak terdapat genus yang secara ekstrim mendominasi genus lainnya.

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 466 7. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan padat penebaran yang lebih tinggi dengan kombinasi penambahan sumber karbon. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dapat terlaksana berkat bantuan Sdr. Sapar, Ilham, Krisno, selaku teknisi lapangan dan Sdri. Sutrisyani, Rohani, Kurnia, Sarijanna, Irma, dan Gaffar atas bantuannya dalam menganalisis kualitas air dan plankton di laboratorium, untuk itu, diucapkan terima kasih, semoga penelitian ini dapat bermanfaat. DAFTAR ACUAN Adiwijaya, D., Sapto P.R., Sutikno, E., Sugeng, R., & Subiyanto, S. 2003. Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) sistem tertutup yang ramah lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, 29 hlm. Amin, M. & Mansyur, A. 2011. Keragaman plankton pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) pola semi-intensif dengan pergiliran pakan protein berbeda. Laporan Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau, Maros, 10 hlm. Anonim. 2003. Lithopenaeus vannamei sebagai alternatif budidaya udang saat ini. PT Central Protein Prima (Charoen Pokphand Group) Surabaya, 18 hlm. Ali, I.M. 1994. Struktur Komunitas Ikan dan Aspek Biologi Ikan-ikan Dominan di Danau Sidenreng, Sulawesi Selatan. Tesis Sarjana. Fak. Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 130 hlm. Basmi, H.J. 2000. Planktonologi: Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan. Fak. Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 60 hlm. Briggs, M., Smith, S.F., Subasinghe, R., & Phillips, M. 2004. Introduction and Movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostis in Asia and the Pacific. RAP Publication 2004/10. Boyd, C.E. & Clay, J.W. 2002. Evaluation of Belize Aquaculture LTD, A Superintensive Shrimp Aquaculture System. Report prepared under The Word Bank, NACA, and FAO Consorsium. Work in progress for Public Discussion. Published by The Consorsium, 17 pp. Clifford, H.C. 1998. Management of ponds stocked with Blue Shrimp Litopenaeus stylirostris. In Print, Proceedings of the 1 st Latin American Congress on Shrimp Culture, Panama City, Panama, p. 101-109. Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Cetakan Pertama. Penerbit Yayasan Dwi Sri Bogor, 112 hlm. Grace, W.U. & Grace, R.U. 1985. Prawn farming. Manila, 163 pp. Hadie, W., Rejeki, S., & Hadie, L.E. 1995. Pengaruh pemotongan tangkai mata (ablasi) terhadap pertumbuhan juvenil udang galah (Macrobrachium rosenbergii). J. Pen. Perik. Indonesia, 1(1): 37-44. Haliman, R.W. & Adijaya, D.S. 2005. Udang vaname, Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta, 75 hlm. Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture, Cyre, and Sportis Woode Ltd, London, 436 pp Huisman, E.A. 1976. Food Conversion efficiencies at maintenance and production level of carp, Cyprinus carpio and rainbow trout, Salmo gairdneri. Aquaculture, 9: 259-273. Lin, Y.C. & Chen, J.C. 2001. Acute toxicity of ammonia on Litopenaeus vannamei boone juveniles at different salinity levels. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. Elsevier Science Ltd. ISSN 0022-0981.259 (1). 109 119 p. Mangampa, M. 2009. Pengaruh umur tokolan terhadap pertumbuhan dan sintasan udang vaname (Litopenaeus vaname). Laporan Teknis Penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros, hlm. 15-20. Mc Graw, W.J. & Scarpa, J. 2002. Determining ion concentration for Litopenaeus vannamei culture in freshwater. Global Aquaculture. Advocate, 5(3): 36-37. Padda, H. & Mangampa, M. 1993. Analisis ekonomi percobaan pergantian air dan lama aerasi dalam budidaya udang windu secara intensif di tambak Marana, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros, 16 19 Juli 1993. 11: 161 168. Palinggi, N.N. & Atmomarsono, M. 1988. Pengaruh beberapa jenis bahan baku pakan terhadap

467 Pengaruh pergiliran pakan kandungan protein berbeda... (Abdul Mansyur) pertumbuhan udang windu (Penaeus monodon Fabr.) J. Pen. Budidaya Pantai, 1(4): 21 28. Poernomo, A. 2004. Teknologi Probiotik Untuk Mengatasi Permasalahan Tambak Udang dan Lingkungan Budidaya. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Pengembangan Ilmu dan Inovasi Teknologi dalam Budidaya. Semarang, 27 29 Januari 2004, 24 hlm. Samocha, T.M., Davis, A.D., Lawrence, A.L., Collin, C.R., & Van Wykk, P. 2001. Intensive and superintensive production of the Pasific white Litopenaeus vannamei in green house-enclosed raceway, Book of Abstracts, Aquaculture 2001 Lake Buena Vista, FL. Sedgwick, R.W. 1979. Influence of dietary protein and energy on growth, food consumption and food conversion efficiency in Penaeus merguensis de Man. Aquaculture, 16: 7-30. Steel, R.G.D. & Torrie, J.H. 1991. Principles and Procedures of Statistics. London: McGraw-Hill, Book Company, INC. 487 pp. Suprapto. 2005. Petunjuk teknis budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei). CV Biotirta. Bandar Lampung, 25 hlm. Susilo, U., Hariyadi, B., & Rachmawati, F.N. 2002. Laju tumbuh harian, laju makan, pemeliharaan tubuh dan efisiensi pakan ikan patin, Pangasius spp., pada frekuensi pemberian pakan berbeda. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Sains Akuatik. J. Ilmu-Ilmu Perairan, 2(2): 33 37. Sutanto, I. 2005. Kesuksesan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Lampung dalam Sudradjat, A., Azwar, Z.I., Hadi, L.E., Haryanti. Giri, N.A., & Sumiarsa, G. 2005. Buku Perikanan Budidaya Berkelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, hlm. 67 72. Tahe, S. & Mansyur, A. 2010. Pengaruh pergiliran pakan terhadap pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vaname (L. vannamei) pada bak terkontrol. Laporan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros, 12 hlm. Tahe, S., Nawang, A., & Mansyur, A. 2010. Aplikasi pergiliran pakan terhadap pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vaname (L. vannamei). dalam Taufiqurrohman, M., Winarno, A., & Hardianto, D. (ed.) 2011. Prosiding Seminar Nasional Kelautan VII. Inspiring Sea For Life: Tantangan dalam Pengelolaan Sumberdaya Secara Bijaksana dan Berkelanjutan, Univ. Hang Tuah, Surabaya, hlm. B3-96-102. Utojo, Cholik, F., Mansyur, A., & Mangawe, A.G. 1989. Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan, daya kelulusan hidup dan produksi udang windu (Penaeus monodon) dalam keramba jaring apung di muara Sungai Binasangkara. J. Pen. Budidaya Pantai, 5(1): 95 101. Watanabe, T. 1988. Fish nutrition and mariculture. JICA textbook. The General Aquaculture Course. Japan, 233 pp. Wyban, J.A. & Sweeny, J.N. 1991. Intensive Shrimp Production Technology. The Oceanic Institute Makapuu Point. Honolulu, Hawai USA, 158 pp.

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 468 DISKUSI 1. Murdjani Pertanyaan: Dasar pemikiran untuk openenamabahan korbana Tanggapan: Pabrikan pakan selalua berusaha konsisten menjaga mutu karena itu merupakan slah satu faktor utama kepercayaan konsumen 2. Mimid. A.H Pertanyaan: Kondisi pakan di Jambi, Riau dan Sumsel dengan biaya produksi tinggi dan bahan baku langka dalama pembuatna opakan jadi diperlukan pakan jadi dari pabrikan namun demikian harganya kurang terjanhkau untuk budidaya patin Tanggapan: Apabila dibandingkan dengan kondisi pakan patin di viatanam masin banyak yang harus dibernahi dari beberapa faktor diantaranya low protein dan no waste feed