EVALUASI DIMENSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAHDOKTER RUBINI MEMPAWAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH POLIKLINIK UNIPA SURABAYA

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB IV PILOT PLANT PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN JEAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PROSES PENGENDAPAN KIMIA DENGAN PROSES BIOFILTER TERCELUP ANAEROB-AEROB

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 13 UJI COBA IPAL DOMESTIK INDIVIDUAL BIOFILTER ANAEROB -AEROB DENGAN MEDIA BATU SPLIT

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

STUDI EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA RUMAH SAKIT UMUM JAYAPURA JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

PERENCANAAN IPAL BIOFILTER DI UPTD KESEHATAN PUSKESMAS GONDANGWETAN KABUPATEN PASURUAN. Siti Komariyah **) dan Sugito*)

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN / RESTORAN

PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH

A. Regulasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau Sewage Treatment Plant Regulation

PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT (STUDI KASUS DI PERUMAHAN PT. PERTAMINA UNIT PELAYANAN III PLAJU SUMATERA SELATAN)

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

Tembalang, Semarang

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KAWASAN PASAR ANGGREK KOTA PONTIANAK Astari Dwi Putri (1), Isna Apriani 1), Winardi Yusuf (1) 1

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable untuk Kegiatan Usaha Pencucian Mobil di Kota Surabaya

TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE

Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Abstrak. Abstract

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK. Eries Sejahtera, Pembimbing I : Ignatius Setiawan, drg., MM. Pembimbing II: Dr. Ahmad Soleh Setiyawan, ST., MT.

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

RANCANG BANGUN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN (RPH) AYAM DENGAN PROSES BIOFILTER

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA SKALA INDIVIDUAL

EVALUASI DIMENSI UNIT ISTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SAKIT dr. ERNALDI BAHAR KOTA PALEMBANG

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

PENYEMPURNAAN IPAL & DAUR ULANG AIR GEDUNG BPPT

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB 11 CONTOH PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN IPAL DOMESTIK KAPASITAS 150 M 3 PER HARI

Menentukan Dimensi Setiap Peralatan yang Diperlukan Sesuai Proses yang Terpilih Menentukan Luas Lahan yang Diperlukan Menentukan Biaya Bangunan

Nurandani Hardyanti *), Sudarno *), Fikroh Amali *) Keywords : ammonia, THMs, biofilter, bioreactor, honey tube, ultrafiltration, hollow fiber

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Perancangan Anaerob Baffled Reaktor (ABR) Untuk Pengolahan Limbah Cair Pedagang Kaki Lima di Kawasan Jalan H. Agus Salim Kota Pontianak

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IV.1 Karakteristik Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 12 Issue 2: 66-71(2014) ISSN EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT RK CHARITAS PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PERENCANAAN TEKNIS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT PROSES BIOFILTER ANAEROB-AEROB KAPASITAS 200 M 3 PER HARI

EVALUASI HASIL PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH DOMESTIK TIPE KOMUNAL DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA PUSAT

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN ALTERNATIF MEDIA BIOFILTER (STUDI KASUS: KEJAWAN GEBANG KELURAHAN KEPUTIH SURABAYA)

Abstarct

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. awal sampai akhir penelitian. Pada tahapan penelitian ini diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

PENGARUH SISTEM ATTACHED GROWTH BERGANDA ANAEROB AEROB UP FLOW TERHADAP PENYISIHAN KADAR BOD,COD DAN TSS PADA LIMBAH CAIR HOTEL

BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

BAB 4 PAKET INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT KAPASITAS 30 M 3 PER HARI. 4.1 Lokasi dan Kapasitas IPAL

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Makna, Ciledug; maka dapat disimpulkan :

PAKET TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT YANG MURAH DAN EFISIEN

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Kegiatan Peternakan Sapi Perah dan Industri Tahu

ALAT PENGOLAH AIR LIMBAH RUMAH TANGGA INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL

APLIKASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH BIOFILTER UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN PENCEMAR BOD, COD DAN TSS DI RUMAH SAKIT BUNDA SURABAYA ABSTRAK

ANALISIS KUALITAS AIR WADUK RIO RIO DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN DAN TEKNOLOGI UNTUK MENGURANGI DAMPAK PENCEMARAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam kegiatannya banyak menggunakan bahan-bahan yang

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

59 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Tahu di Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

ANALISA KINERJA HORISONTAL BIO-BALL FILTER UNTUK PENGOLAHAN GREY WATER (LIMBAH DOMESTIK)

BAB 6 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES TRICKLING FILTER

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya

PEMULIHAN KUALITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MEMBANDINGKAN REAKTOR BIOFILTER DAN SLOW SAND FILTER. Oleh : Satria Pratama Putra Nasution

Veronica Susan Purba, Sri Sumiyati, S.T, M.Si, Ir. Irawan Wisnu Wardana, MS Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,

Key words: biofilter, bioball and clamshell

Transkripsi:

EVALUASI DIMENSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAHDOKTER RUBINI MEMPAWAH Maryam 1, Isna Apriani 1, Winardi Yusuf 1 1 Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: maryam.001.outlook.com ABSTRAK Air limbah rumah sakit merupakan limbah yang bersifat infeksius, yang harus diolah dengan baik. Rumah Sakit dr. Rubini merupakan rumah sakit satu-satunya yang ada di Kota Mempawah. Rumah sakit ini memiliki IPAL yang dibangun pada tahun 2006, namun kualitas hasil olahan masih berada diatas ambang baku mutu berdasarkan KepMen LH No. Kep-58/MENLH/12/1995 sehingga perlu dilakukan evaluasi pada IPAL tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui permasalahan yang ada di IPAL Rumah Sakit dr. Rubini Mempawah, mengevaluasi dimensi unit-unit pengolahan dan memberikan rekomendasi. Tahapan penelitian ini meliputi identifikasi masalah, pengumulan data, pengambilan sampel air limbah dengan metode grab sample, analisa data, evaluasi dan rencana perbaikan IPAL. Evaluasi dilakukan dengan metode perbandingan hasil perhitungan berdasarkan kriteria disain. Dari hasil evaluasi maka perlu dilakukan perancangan perbaikan untuk unit pengurai anaerob dan unit up flow filter karena berdasarkan hasil evaluasi dimensi kedua unit ini rasio dengan waktu detensi tidak memenuhi kriteria disain. Perancangan kembali unit pengurai anaerob dengan dimensi P = 3,5 m, L = 3,5 m, T = 3 m, dan unit up flow filter dengan dimensi P = 21,16 m, L = 4 m, T = 2 m. Dengan rancangan ini diharapkan hasil olahan memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan. Kata kunci: evaluasi, IPAL, perancangan, kriteria disain ABSTRACT Hospital wastewater is infectious waste that should be treated. DrRubini s hospital is the only one hospital in Mempawah city. This hospital has WWTP that built in the year of 2006, but quality of treated still in above quality standard based Kepmen LH No. Kep-58/MENLH/12/1995 so it is necessary to evaluation for WWTP. The research purpose are identification problem, data collection, sampling wastewater with grab sample, data analyzing, evaluation and improvement plan of WWTP. This evaluation with comparison method of calculation result based design criteria. From the evaluation result, it is necessary todesign improvement for unit of decomposing anaerobically and unit of up flow filter because based evaluation result the seconddimension ofthisunitratio with detention time is not worth for design criteria. Redesign unit of decomposing anaerobically with dimension L= 3,5 m, W= 3,5 m, H= 3 m, and unit of up flow filter with dimension L= 21,16 m, W= 4m, H= 2 m. Withthis designexpectedof processedis worth forquality standardsthathave been set. Keywords: evaluation, WWTP, design, design criteria PENDAHULUAN Rumah Sakit adalah sarana kesehatan, dalam melaksanakan fungsinya menghasilkan buangan yang berupa limbah, baik limbah padat, limbah cair dan gas (Soewarso, 1996). Instalasi Pengolahan Air Limbah Cair RSUD dr. Rubini yang terdiri dari unit kontrol, unit pengendap I, unit pengurai anaerob, unit up flow filter, unit klorinasi, unit stabilisasi dan unit indikator, IPAL ini dibangun pada tahun 2006. Pada tahun 2010 efluen hasil olahan dari instalasi pengolahan air limbah rumah sakit ini melebihi ambang batas baku mutu limbah rumah sakit berdasarkan KepMen LH No. Kep-58/MENLH/12/1995. Parameter yang melebihi baku mutu limbah di IPAL Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rubini Mempawah pada tahun 2010 menurut KepMen LH No. Kep-58/MENLH/12/1995 tentang kegiatan rumah sakit yaitu, COD 2085 mg/l dari standar baku mutu untuk COD adalah 80 mg/l, dan TSS 188 mg/l dari standar baku mutu 30 mg/l, Fosfat (PO 4 ) 4,28 mg/l dengan nilai standar baku mutu 2 mg/l. Maka diperlukan suatu evaluasi terhadap instalasi pengolahan air limbah, sehingga dapat memberikan gambaran terhadap kondisi-kondisi yang ada pada bangunan pengolahan limbah dan dapat memberikan masukan yang dianggap perlu dalam 1

mengatasi permasalahan yang ada di unit pengolahan air limbah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rubini Mempawah. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2014 dan berahir pada bulan September 2014.Tempat pengambilan sampel yaitu di Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rubini Mempawah. Tempat analisis air limbah dilakukan di Fakultas Pertanian Laboratorium Kualitas Tanah, Air dan Lingkungan. 1. Teknik Pengumpulan Data Data primer diperoleh dari hasil observasi lokasi penelitian, dokumentasi, wawancara dengan petugas IPAL dan karyawan di rumah sakit, pengambilan sampel air limbah pada influen dan efluen. Dan data sekunder yang diperoleh dari rumah sakit antara lain denah eksisting lokasi penelitian, gambar masing-masing unit, kapasitas instalasi, beban limbah, data medis dan non medis. 2. Langkah-Langkah Evaluasi dan Perancangan Adapun beberapa langkah untuk melakukan evaluasi yaitu : - Identifikasi Masalah - Pengumpulan Data - Pengambilan Sampel Pengambilan sampel di IPAL RSUD dr. Rubini pada unit kontrol dan indikator dengan menggunakan metode grab sample. - Tahap Analisa Data Untuk mengetahui berapa banyak limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit, maka dapat diperoleh dengan menghitung jumlah tempat tidur dan jumlah tenaga kerja/pegawai rumah sakit, kemudian dianalisis parameter yaitu : BOD, COD, TSS, ammonia dan total fosfat. Pengujian parameter di lakukan di Labolatorium Kualitas dan Kesehatan Lahan Fakultas Pertanian. Dari hasil tersebut di analisa dengan membandingkan parameter tersebut pada standar baku mutu limbah rumah sakit berdasarkan KepMen LH No. Kep-58/MENLH/12/1995. Menghitung kembali kondisi eksisting IPAL kemudian dilakukan evaluasi dengan membandingkan kondisi eksisting dengan perhitungan berdasarkan literatur: Bak Kontrol Evaluasi bak kontrol dengan menghitung berdasarkan Nusa Idaman Said 1999. Bak Pengendap I Evaluasi bak pengendap I dengan berdasarkan kriteria disain kriteria teknis prasarana dan sarana pengolahan air limbah, PU 2006. Bak Pengurai Anaerob Evaluasi bak pengurai anaerob yaitu berdasarkan kriteria disain (kriteria teknis prasarana dan sarana pengolahan air limbah, PU 2006. Bak Up Flow Filter Evaluasi pada unit bak up flow filter berdasarkan kriteria teknis prasarana dan sarana pengolahan air limbah, PU 2006. Bak Stabilisasi Evaluasi bak stabilisasi berdasarkan kriteria teknis prasarana dan sarana pengolahan air limbah, PU 2006. - Rencana Perbaikan Instalasi Setelah dilakukan evaluasi terhadap instalasi, maka akan diperoleh gambaran dimana letak kerusakan instalasi. Jika hasil dari perhitungan terjadi perbedaan maka perlu dilakukan rencana perbaikan terhadap instalasi. 2

HASIL DAN PEMBAHASAN A. AnalisisKualitas Air Limbah Tabel 1. Kulitas Air Limbah Rumah Sakit dr. Rubini Mempawah tahun 2014 No Parameter Alat/Metode Satuan Hasil Analisis Baku Mutu In Out Kep.58/MENLH/12/1995 1 BOD 5 Winkler Azide mg/l 135,59 8,3 30 2 COD Close Reflux mg/l 1980 270 80 3 TSS Gravimetrik mg/l 13 119 30 4 NH 3 Spectofotometer mg/l 731 0,48 0,1 5 PO 4 Spectofotometer mg/l 0,24 0,12 2 Keterangan: kualitas air limbah rumah sakit berdasarkan unit mutu Kep-58/MENLH/12/1995. Tentang pengolahan limbah cair rumah sakit B. Evaluasi Tiap Unit I. Unit Kontrol Data Eksisting - Debit (Q) : 5,95 m 3 /jam - bak (p) : 3,30 m - bak (l) : 3,30 m - Tinggi bak (t) : 3,35 m Evaluasi Unit kontrol juga berfungsi untuk menyetarakan debit pada pengolahan selanjutnya. Pada hasil perhitungan kembali dimensi unit berdasarkan kriteria disain bahwa waktu detensi limbah didalam unit kontrol telah memenuhi kriteria disain berdasarkan Nusa Idaman Said pada tahun 1999. II. Unit Pengendap I Data Eksisting - Q t : 5,95 m 3 /jam - bak (p): 5,20 m - bak (l) : 3,30 m - Tinggi bak (t) : 2,85 m Evaluasi Berdasarkan dari rasio panjang lebar untuk unit penggendap I, pada hasil pengukuran di lapangan bahwa panjang lebar untuk unit ini yaitu 5,20 m dan 3,30 m, dangan waktu tinggal 8 jam. Unit pengendap I tidak akan dilakukan perancangan perbaikan karena pada kriteria disain unit pengendap I menggunakan kecepatan aliran puncak, sebab tujuannya lebih utama untuk mengendapkan partikel. Artinya jika waktu ditensi masih dalam hitungan jam, maka tidak merubah fungi dari unit pengendap itu sendiri. III. Unit Pengurai Anaerob Data Ekisisting - Q t : 5,95 m 3 /jam - bak (p) : 3,30 m - bak (l) : 3,30 m - Tinggi bak (t) : 2,60 m 3

Evaluasi Pada unit pengurai anaerob menggunakan media pelekat sarang tawon. Tujuan dari menggunakan media ini yaitu untuk lebih mempermudah unitteri melekat bakteri dan lebih efektif. Berdasarkan perhitungan kembali dimensi unit, bahwa unit hanya dapat menampung air limbah selama 4,7 jam, sedangkan waktu detensi pada unit anaerob seharusnya mencapai 6-8 jam. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikroorganisme yang menempel pada permukaan media tersebut. Sehingga dengan semakin lama waktu tinggal limbah akan terjadi proses penguraian secara biologis yang semakin baik, kemudian akan timbul lapisan lendir yang menyelimuti media biofilter, sehingga dapat juga berfungsi sebagai penyaring IV. Unit Up Flow Filter Data Eksisting - Q t : 5,95 m 3 /jam - unit : 3,3 m unit - bak (p 1 ) : 1,2 m - bak (p 2 ) : 1,2 m - bak (p 3 ) : 1,2 m - bak (p 4 ) : 0,5 m - bak (p 5 ) : 1,2 m - bak (p 6 ) : 1,2 m - bak (pt 7 ) : 1,2 m Tinggi unit - Tinggi bak (t 1 ) : 1,96 m - Tinggi bak (t 2 ) : 1,60 m - Tinggi bak (t 3 ) : 1,60 m - Tinggi bak (t 4 ) : 1,96 m - Tinggi bak (t 5 ) : 1,40 m - Tinggi bak (t 6 ) : 1,96 m - Tinggi bak (t 7 ) : 1,60 m Evaluasi IPAL pada Rumah Sakit dr. Rubini menggunakan media pelekat atau biofilter batu pecah. Berdasarkan hasil evaluasi dimensi up flow filter pada IPAL rumah sakit, bahwa dimensi unit berdasarkan kriteria disain telah memenuhi sedangkan untuk waktu detensi tidak sesuai, dari hasil hitungan kembli pada unit up flow filter bahwa air limbah dari total waktu ditensi unit hanya 7 jam, sedangkan berdasarkan kriteria disain untuk pengendap awal (Td 1 ) seharusnya 3-5 jam sedangkan pada perhitungn hanya 1 jam 30 menit. Sedangkan pada unit biofilter pada kriteria disain seharusnya 6-8 jam, tetapi pada hasil perhitungan waktu detensi untuk unit biofilter rata-rata hanya 1 jam, yang mana pada hasil perhitungan ditulis dengan nilai Td 2 Td 3 Td 5 dan Td 6. Selanjutnya pada pengendap akhir (Td 7 ), kriteria untuk unit pengendap akhir adalah 2 jam, sedangkan pada hasil perhitungan hanya 1 jam 6 menit. Hal ini dapat berakibat pada kemampuan biofilter dan limbah tidak dapat terolah dengan sempurna. Sedangkan untuk beda ketinggian dari masing-masing bak pada up flow filter adalah merupakan konsep dari disaian yang tidak ditemukan sumbernya, sehingga kami menarik kesimpulan penyebab penurunnya kualiats olahan juga disebabkan oleh faktor beda ketinggian bak. 4

V. Unit Stabilisasi Data Eksisting - Q t : 5,95 m 3 /jam - bak (p) : 4,20 m - bak (l) : 3,08 m - Tinggi bak (t) : 2,71 m Evaluasi Berdasarkan dari hasil perhitungan kembali bahwa waktu detensi untuk unit stabilisasi memerlukan waktu 6 jam, waktu ini telah memenuhi kriteria berdasarkan kriteria teknis prasarana dan sarana pengolahan air limbah PU. Sedangkan untuk kedalaman unit stabilisasi pada pengukuran yaitu 2,71 m, nilai kedalaman sudah memenuhi kriteria disain. Dari hasil evaluasi unit stabilisasi tidak perlu dilakukan perbaikan. C. Perancangan Perbaikan IPAL RSUD dr. Rubini Mempawah - Unit Pengurai Anaerob Kriteria disain (Sumber: Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah, PU, 2006) Kapasitas rencana : 5,95 m 3 /jam Dimensi unit: : 142,68 m 3 /hari : 3,5 meter Waktu ditensi : 6-8 jam : 3,5 meter BOD masuk : 83,73 g/m 3 Kedalaman efektif : 3 meter Efisiensi pengolahan : 50% Ruang bebas : 0,2 meter BOD keluar : 41,86 g/m 3 Total Volume : 39,2 m 3 (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Rancangan Perbaikan untuk Unit Pengurai Anaerob 5

- Unit Up Flow Filter Kriteria disain (Sumber: PU, 2006). Pengendap Awal Waktu tinggal (retention time) rata-rata: 3-5 jam Beban permukaan : 20-50 m 3 /m 2.hari Biofilter Aerob Waktu tinggal (retention time) rata-rata : 6-8 jam Tinggi bed media pembiakan mikroba : 0,9-1,5 m Tinggi air di atas bed media : 20 cm Pengendap Akhir Waktu tinggal (retention time) rata-rata : 2 jam Beban permukaan (surface loading) rata-rata : 10 m 3 /m 2.hari Beban permukaan : 20-50 m 3 /m 2.hari Perhitungan Unit pengendap awal Kapasitas rencana : 5,95 m 3 /jam BOD masuk : 41,86 g/m 3 Efisiensi pengolahan : 25% BOD keluar : 31,39 g/m 3 Waktu tinggal : 3 jam Sehingga dimensi unit : 4 meter : 2,3 meter Tinggi : 2 meter Tinggi ruang bebas : 0,2 meter Volume unit : 20,2 m 3 Unit Biofilter Pertama Kapasitas rencana : 5,95 m 3 /jam : 142,68 m 3 /hari BOD masuk : 31,39 g/m 3 Efisiensi pengolahan : 50% BOD keluar : 15,69 g/m 3 Sehingga dimensi reaktor biofilter aerob : 4 meter : 5 meter Kedalama air efektif : 2 meter Tinggi ruang bebas : 0,2 meter Volume reaktor : 40 m 3 Maka dimensi media : 3,3 m : 4 m Tinggi : 1,5 m Volume media : 19,8 m 3 Unit pengendap akhir Kapasitas rencana Unit Biofilter Kedua Kapasitas rencana :5,95 m 3 /jam : 142,68 m 3 /hari BOD masuk : 3,92 g/m 3 Efisiensi pengolahan : 5% BOD keluar : 3,72 g/m 3 Waktu tinggal : 2 jam Dimensi unit Tinggi Kedalaman air efektif : 4 meter : 1,8 meter : 2,2 meter : 2 meter : 5,95 m 3 /jam : 142,68 m 3 /hari BOD masuk : 15,69 g/m 3 Efisiensi pengolahan : 50% BOD keluar : 7,84 g/m 3 Sehingga dimensi reaktor biofilter aerob : 4 meter : 5 meter Kedalama air efektif : 2 meter Tinggi ruang bebas : 0,2 meter Volume reaktor : 40 m 3 Maka dimensi media : 3,3 m : 4 m Tinggi : 1,5 m Volume media : 19,8 m 3 6

Unit Biofilter Ketiga Kapasitas rencana : 5,95 m 3 /jam : 142,68 m 3 /hari BOD masuk : 7,84 g/m 3 Efisiensi pengolahan : 50% BOD keluar : 3,92 g/m 3 Sehingga dimensi reactor biofilter aerob : 4 meter : 5 meter Kedalama air efektif : 2 meter Tinggi ruang bebas : 0,2 meter Volume reaktor : 40 m 3 Maka dimensi media : 3,3 m : 4 m Tinggi : 1,5 m Volume media : 19,8 m 3 (a) (b) (c) Gambar 2. Rancangan Perbaikan untuk Unit Up Flow Filter 7

Kebutuhan oksigen di dalam reactor biofilter aerob sebanding dengan jumlah BOD yang dihilangkan. Said. N. I, 1999 Keamanan Berat udara pada suhu 28 0 C Diasumsikan jumlah oksigen di udara 1,4 1,1728 kg/m 3 23,2 % - Kebutuhan teoritis = jumlah BOD yang dihilangkan Yaittu sebanyak 18,78 kg/hari Keamanan ditetapkan 1,4 - Kebutuhan oksigen teoritis = 1,4 18,78 kg/hari = 26,3 kg/hari Temperature udara rata-rata = 28 0 C Berat udara pada suhu 28 0 C = 1,1728 kg/m 3 Mengasumsikan jumlah oksigen didalam udara - Jumlah kebutuhan udara teoritis 26,3 kg /hari = 1,1728 kg /m 3 0,232 go 2 /g Udara = 114,35 m3 /hari Dimensi diffuser = 1% - Kebutuhan udara aktual 114,35 m 3 /hari 11435 m3 = = 7,95 m 3 /menit 0,01 hari - Volume udara/volume air limbah =80,14 Power udara yang diperlukan Maka efisiensi blower dianggap 60%, maka diperlukan blower dengan spesifikasi: Spesifikasi blower : 13,25 m 3 /menit Head : 2000 mm-aqua Jumlah : 1 unit Total transfer udara = 13,25m 3 /menit Tipe diffuser yang digunakan : diffuser gelembung kasar Perhitungan Dosis Khlorine Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut, dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Berikut cara untuk menghitung dosis khlorine (Prihanto, 2011): B C A =... pers. 1 1.000.000 Dimana: A = jumlah residu klorin yg diberikan (kg/hari) B = dosis, residu klorin yg dikehendaki (ppm) C = jumlah air yg harus diklorinasi per hari (liter) Maka: 5 ppm 142.680 liter/hari A = 1.000.000 8

= 0,7 kg/hr = 700 gram/hr = 29 gram/jam Jadi dosis khlorine yang digunakan yaitu sebanyak 700 gram/hr khlorine Perhitungan Dimensi Wetland Pada perancangan wetland akan dibuat dengan bentuk persegi panjang dengan ukuran yang sesuai dengan debit limbah yang dihasilkan dengan perbandingan panjang lebar 3:1 (Wood, 2003 dalam kurniawan, 2005). Berikut merupakan perhitungan reaktor wetland : Debit air limbah :142,68 m 3 /hari Waktu tinggal direncanakan : 2 jam Porositas media : 55% Maka volume reaktor Direncanakan dengan kedalaman 1,5 meter, maka luas unit adalah Maka : V = Q Td = 5,95 m 3 /jam 3 jam = 17,8 m 3 Direncanakan dengan kedalaman 2,5 meter, maka luas unit adalah A = 17,8m3 2,5 m = 7 m2 Direncanakan lebar 4,5 meter, maka panjang 17,8 m2 panjang = = 1,6 m 4,5 m Sehingga dimensi : 4,5 meter : 1,5 meter Kedalaman efektif : 2,5 meter Media yang digunakan sebagai lapisan wetland yaitu terdiri dari 3 lapisan. Lapisan pertama yaitu kerikil setinggi 65 cm, kemudian lapisan kedua yaitu pasir setinggi 75 cm dan lapisan ketiga yaitu tanah setinggi 90 cm. Gambar 3. Rancangan untuk Wetlend 9

Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini berdasarkan hasil dan analisis serta menarik dari tujuan penelitian adalah: 1. Permasalahan yang terdapat pada IPAL adalah dimensi bangunan IPAL yang tidak sesuai dengan kriteria sehingga menurunkan kualitas pengolahan. Kualitas air limbah yang tidak memenuhi standar baku mutu buangan air limbah rumah sakit berdasarkan Kep.58/MENLH/12/1995 pada tahun 2014 adalah COD 270 mg/l. TSS 119 mg/l dan ammonia (NH 4 ) 0,48 mg/l. 2. Berdasarkan hasil perhitungan kembali pada IPAL, terdapat 2 unit yang tidak sesuai dengan kriteria, yaitu unit pengurai anaerob dan unit up flow filter. 3. Rekomendasi perbaikan pada unit instalasi pengolahan air limbah Rumah Sakit dr. Rubini Mempawah adalah dengan melakukan perancangan ulang pada unit yang tidak memenuhi kriteria disain. Berikut merupakan hasil dari perhitungan kembali dimensi untuk unit pengendap I, pengurai anaerob dan up flow filter: - Disain untuk unit anaerob dengan dimensi P = 3,5 m, L = 3,5 m, T = 3 m, dengan menggunakan biofilter sarang tawon. - Dimensi untuk unit up flow filter dengan dimensi P = 21, 16 m, L = 4 m, T = 2 m, dengan menggunakan media pelekat sarang tawon. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, kedua orang tua, dosen pembimbing Isna Apriani ST. MSi, danwinardi Yusuf, ST, MT, Laboratorium Kualitas Tanah Air dan Lingkungan Fakultas Pertanian UNTAN, kepada teman-teman Teknik Lingkungan 2010 serta semua pihak yang telah berperan dalam proses dan penyelesaian penelitian ini. Referensi Kriteria Teknis Prasaranadan Sarana Pengolahan Air Limbah PU. 2006. Metcalf dan Eddy. 1991.Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse. McGrawHill. New York. Said, N.I. 1999. Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan Sistem Biofilter Up- Flow. Jakarta. BPPT. Soewarso. 1996. Limbah Rumah Sakit Permasalahan dan Penanggulangannya. Buletin Kesehatan Lingkungan Masyarakat. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=110736&val=3929 10