ANALYSIS OF HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) STUDENT IN PROBLEM SOLVING OF PHYSICS SCIENCE NATIONAL EXAMINATON

dokumen-dokumen yang mirip
ANALYSIS HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) STUDENT MAN 2 MODEL PEKANBARU IN PROBLEM SOLVING OF PHYSIC NATIONAL EXAM

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

STUDENT ACADEMIC SKILLS THROUGH PROJECT BASED LEARNING IN CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL BABUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai undangundang

THE USE OF HOTS STUDENT WORKSHEET TO IMPROVE HIGH-ORDER THINKING SKILLS OF THE STUDENTS AT XI GRADE OF SMA NEGERI 8 PEKANBARU

ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN BUATAN GURU BIOLOGI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 DITINJAU DARI TINGKAT TAKSONOMI BLOOM

DEVELOPMENT OF PHYSICS-ORIENTED LEARNING DEVICE INQUIRY APPROACH ON THERMODYNAMIC MATERIALS OF CLASS XI SMA BASED ON CURRICULUM 2013

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013

THE APPLICATION OF INQUIRY LEARNING MODEL TO INCREASE THE SCHOOL LEARNING OUT COME OF THE FOURTH GRADE STUDENT AT SDN 67 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL URAIAN TERSTRUKTUR POKOK BAHASAN TEORI KINETIK GAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PADA MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SMPN 24 BANJARMASIN

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

IMPLEMENTATION OF REACT STRATEGY TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF PHYSICS CONCEPTS ON XI CLASS DYNAMIC FLUID MATERIALS IN SMA N 7 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013

Key word : analysis of national exam, conten validity, cognitive domains.

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING TO IMPROVE ABILITY OF PHYSICS PROBLEM SOLVING OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENT S

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI SETS PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF MAKANAN

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN QUANTITY DI SMP NEGERI 02 PONTIANAK

Keywords: phenomenon-based learning model, conventional learning model, critical thinking skill, learning outcome.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROFIL PERTANYAAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 TANJUNGPINANG PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH BERDASARKAN QUESTION CATEGORY SYSTEM FOR SCIENCE

THE PRACTICALITY TEST OF MAGNETIC EXPERIMENTAL DEVICES FOR PHYSICS LEARNING OF JUNIOR HIGH SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

IMPLEMENTATION PROBLEM SOLVING LEARNING METHOD TO INCREASE STUDY RESULT OF IPS IV CLASS STUDENTS IN SDN 163 PEKANBARU

Joyful Learning Journal

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

DILLA AFRIANSYAH NIM. E1R

Analisis Perbandingan Penalaran Kreatif Soal Ujian Nasional Matematika Tahun 2016 Tingkat Sekolah Lanjutan Atas

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

PENERAPAN GUIDED INQUIRY

Darmawati, Arnentis dan Henny Julianita Husny Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI DALAM PEMBUATAN SOAL HOT (HIGHER ORDER THINKING) DI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI LITERASI SAINS PADA SUBMATERI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Unnes Physics Education Journal

2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (1), 2015, 77-87

ANALYSIS OF STUDENT MISCONCEPTIONS IN PHYSICS LEARNING OF STATIC FLUID MATERIALS USING CERTAIN OF RESPONSE INDEX (CRI) METHOD IN SMAN 7 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OTENTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 4 SMP NEGERI 17 PEKANBARU

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi

Zulfan Efendi, Eddy Noviana, Mahmud Alpusari Hp.

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp May 2014

APPLICATION OF ACTIVE LEARNING STRATEGY VERBAL SOCCER TO INCREASE LEARNING RESULTS STUDENTS CLASS XI IPA MAN KAMPAR

Fandi Ahmad* STKIP Pembangunan Indonesia, Makassar. Received 15 th May 2016 / Accepted 11 th July 2016 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, mandiri,

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 03, pp , September 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 MAJENE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMPS CENDANA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas merupakan pendidikan yang dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

Abstrak. Pendahuluan. Anas et al., Analisis Deskriptif Soal Ujian Nasional Matematika...

Chemical Education Study Program Teachers Training and Education Faculty University of Riau

I. PENDAHULUAN. global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES IPA DAN PSIKOMOTOR SISWA KELAS VI SDN 011 KERUMUTAN

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

Transkripsi:

1 ANALYSIS OF HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) STUDENT IN PROBLEM SOLVING OF PHYSICS SCIENCE NATIONAL EXAMINATON Uulia Iffa, Fakhruddin, Yennita Email: uulia.iffa@gmail.com, HP: 085228848626, faruqfisika@yahoo.com, yennita_caca@yahoo.com Physics Education Study Program Faculty of Teacher s Training and Education University of Riau Abstrack: This research aims to determine the national exam HOTS science physics and HOTS students of SMP N 1 Salo in completing the national exam science physics. This type of research is descriptive research, content analysis or document type. The research subjects are students of class IX SMP N 1 Salo, namely class IX A - IX F amount of 139 students. The data in this study a matter of HOTS percentage in the national exam in 2014, 2015 and 2016, subsequently measured absorption students work on the problems that have category HOTS in the national examinations in 2016 were analyzed descriptively. Based on data analysis were categorized HOTS matter in the national exam in 2016, 2015 and 2014 respectively 8.7%, 11.7%, and 0%. Absorptive capacity of students in work on the problems that have category HOTS on the national exam in 2016 with a percentage of 20.1%. It can be concluded that the category HOTS matter on the national exam science physics is still very low and HOTS students in completing the national exam science physics in 2016 is still low. Key Words: High Order Thinking Skills (HOTS), National Examination, Science Physics

2 ANALISIS HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) SISWA SMP N 1 SALO DALAM MENYELESAIKAN SOAL UJIAN NASIONAL IPA FISIKA TINGKAT SMP/MTs Uulia Iffa, Fakhruddin, Yennita Email: uulia.iffa@gmail.com, HP: 085228848626, faruqfisika@yahoo.com, yennita_caca@yahoo.com Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui HOTS dalam soal ujian nasional IPA fisika tingkat SMP/MTs dan HOTS siswa SMP N 1 Salo dalam menyelesaikan soal ujian nasional IPA fisika tingkat SMP/MTs. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, jenis analisis isi atau dokumen. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP N 1 Salo, yaitu kelas IX A - IX F dengan jumlah 139 siswa. Data dalam penelitian ini berupa persentase soal HOT dalam soal ujian nasional tahun 2014, 2015 dan 2016, selanjutnya diukur daya serap siswa SMP N 1 salo dalam mengerjakan soal yang berkategori HOT dalam soal ujian nasional tahun 2016 yang dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan analisis data diperoleh soal yang berkategori HOTS dalam UN tahun 2016, 2015, dan 2014 berturut-turut 8,7%, 11,7%, dan 0%. Daya serap siswa dalam mengerjakan soal yang berkategori HOTS pada ujian nasional tahun 2016 dengan persentase 20,1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal berkategori HOT pada soal ujian nasional IPA fisika tingkat SMP/MTs masih sangat rendah dan HOTS siswa dalam menyelesaikan soal ujian nasional IPA fisika tahun 2016 masih tergolong rendah. Kata Kunci: Higher Order Thinking Skills (HOTS), Ujian Nasional, IPA fisika

3 PENDAHULUAN Kemajuan atau kemunduran suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, sumber daya manusia yang berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan yang berkualitas. Bagi negara maju, pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup warga negaranya. Sedangkan bagi negara berkembang, pendidikan dilaksanakan sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan mereka di ruang internasional sehingga dapat disejajarkan dengan negara-negara maju. Bagi Indonesia, sebagai negara yang sedang berkembang, pendidikan yang bermutu saat ini merupakan prioritas guna mewujudkan sebuah bangsa yang cerdas, mampu mengahdapi perubahan dan perkembangan serta tantangan yang pasti akan terjadi di masa depan (Purnama Adek, 2014). Tujuan Pendidikan dalam Tingkat Satuan Pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan merupakan modal dasar dalam membentuk pola pikir dan pengembangan intelektual serta sarana penerus nilai-nilai, gagasan dan penyempurnaan cara berpikir. Definisi pendidikan dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1989 dinyatakan secara tersurat pada pasal 1, ayat (1), dengan rumusan sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran, bimbingan, dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang (Din Wahyudi, 2007). Banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjamin mutu pendidikan, salah satunya adalah kegiatan evaluasi yang berupa Ujian Nasional (UN). Evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui, memperbaiki serta meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan (Zainal Arifin, 2014). Demikian halnya dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Evaluasi hasil pembelajaran tersebut nantinya akan memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilakukan, antara lain dalam hal pencapaian terhadap ketuntasan belajar siswa. Oleh karena itu, sebagai guru maupun calon guru, perlu memahami cara mengukur kualitas soal untuk suatu mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPA. Melaksanakan penilaian sebagai bentuk evaluasi terhadap penerapan kebijakan di bidang pendidikan maupun sistem pembelajaran di suatu negara menjadi hal yang dianggap sangat penting. Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa. Sukardi (2008) menyatakan bahwa prinsip utama dari evaluasi adalah harus sesuai dengan kompetensi dan tujuan yang telah ditentukan, serta harus komprehensif dan terpadu. Oleh pemerintah Indonesia, Ujian Nasional masih dipertahahankan sebagai bentuk penilaian akhir pada suatu jenjang Intitusi pendidikan untuk menentukan kelulusan peserta didik. Ujian Nasional untuk jenjang SMP masih dilaksanakan hingga tahun 2015 ini. Dari hasil penelitian Herni Budiati (2014) diperoleh data bahwa soal Ujian Nasional tingkat SMP berkisar pada Low Order of Thinking Skills, terdistribusi soal untuk dimensi kognitif, yaitu; C1 : 10%, C2 : 67,5%, C3 : 10%, C4 : 7,5%, C5 : 5% dan C6 : 0%

4 Kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui daya saing akademik peserta didik Indonesia secara global dilakukan melalui kegiatan penilaian berskala internasional seperti Programme for International Student Assessment (PISA). Hasil PISA mutu ak Ditinjau dari segi tujuan pelaksanaan UN sebagai tolak ukur standar nasional dalam mencapai kualitas siswa, maka sudah seharusnya terdapat komponen soal dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini mengacu pada kemampuan anak Indonesia yang masih berada di peringkat bawah jika dilakukan pengukuran tingkat Internasional. Hasil capaian tersebut mendorong Badan Standar Pendidikan Nasional Pendidikan (BSNP) menyesuaikan kebutuhan tingkat internasional, salah satu kebutuhan tersebut adalah outcome pendidikan yaitu peserta didik yang dapat berpikir tingkat tinggi. UN yang menjadi tolak ukur kualitas suatu bangsa, sudah seharusnya soal yang diujikan mampu mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi yang akan digunakan sebagai dasar keterampilan seumur hidup. Berdasarkan pengamatan serta wawancara dengan guru bidang studi IPA-Fisika yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 11 November 2016 diperoleh informasi, siswa kelas IX SMP N 1 Salo belum pernah melakukan pembahasan tentang materi ujian nasional tahun sebelumnya dan siswa yang berada di kelas IX tersebut merupakan siswa heterogen. Hasil PISA mutu akademik peserta didik Indonesia usia 15 tahun dalam bidang sains termasuk rendah. Pada tahun 2009, skor rata-rata peserta didik Indonesia pada mata pelajaran sains adalah 383 sehingga menempatkan Indonesia pada peringkat ke-60 dari 65 negara partisipan. Sedangkan pada tahun 2012, skor rata-rata sainsnya adalah 382 sehingga menempatkan Indonesia pada peringkat ke-64 dari 65 negara (PISA, 2012). Hasil ini menunjukkan bahwa soal-soal pada PISA menyulitkan peserta didik untuk menjawabnya dengan benar. Berdasarkan pengamatan serta wawancara dengan guru bidang studi IPA-Fisika yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 11 November 2016 diperoleh informasi, siswa kelas IX SMP N 1 Salo belum pernah melakukan pembahasan tentang materi ujian nasional tahun sebelumnya dan siswa yang berada di kelas IX tersebut merupakan siswa heterogen. Mengingat peranan tes yang dapat menjadi motivasi dan tantangan untuk perbaikan mutu daya saing pendidikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Higher Order of Thinking Skill (HOTS) Siswa SMP Negeri 1 Salo pada soal Ujian Nasional IPA Fisika Tingkat SMP/MTs. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Salo dan Laboratorium Pengembangan Strategi Pembelajaran Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau pada bulan November 2016 Januari 2017. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP N 1 Salo kelas IX dengan jumlah 139 siswa menggunakan instrument penelitian yaitu soal UN IPA Fisika tahun 2015/2016 dengan kode P-D2015/2016. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu teknik analisis data yang digunakan untuk menggambarkan keadaan objek secara kualitatif. Soal UN IPA Fisika dianalisa berdasarkan karakteristik soal HOTS menurut A. Thomas & G. Thorne (2010). Data dianalisa melslui dua tahapan yaitu mengelompokkan butir soal Ujian

5 Nasional IPA Fisika yang termasuk dalam kategori HOTS dan menentukan daya serap HOTS siswa dalam penyelesaian soal. Dalam penelitian ini, soal Ujian Nasional IPA Fisika SMP dinyatakan mampu mengukur HOTS siswa apabila persentase soal UN tergolong HOTS berada dalam rentang 7,5% - 15%. Hal ini didukung oleh penelitian Dany & Wasis (2013) dan Ani & Dedi (2015) yang menyatakan bahwa persentase soal HOTS dalam Ujian Nasional baik ditingkat SMA maupun SMP berkisar 7,5% - 15%. Berikut kriteria kategori daya serap siswa pada penyelesaian soal Ujian Nasional IPA Fisika tingkat SMP/MTs yang termasuk HOTS: Tabel 1. Kategori Daya Serap Siswa Interval Daya Serap (%) Kategori Daya Serap 85 % x 100 % Amat Baik 70 % x < 85 % Baik 50 % x < 70 % Cukup Baik 0 % x < 50 % Kurang Baik Sumber : (Depdiknas, 2007) HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang mendeskripsikan persentase soal HOTS dalam ujian nasional IPA fisika dan HOTS siswa dalam mengerjakan soal UN IPA fisika yang berkategori HOT. Hasil penelitian diperoleh soal yang berkategori HOTS dengan persentase 8% - 15% dan daya serap HOTS siswa masih dalam kategori kurang baik Analisis Soal HOTS dalam Ujian Nasional IPA Fisika Dari hasil penelitian didapatkan persentase soal yang berkategori HOTS seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase soal yang berkategori HOTS dalam UN IPA Fisika Tahun Jumlah Soal HOTS Persentase HOTS 2016 2 soal 8,7 % 2015 2 soal 11,7% 2014 0 soal 0% Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa soal berkategori HOTS menurut indikator A. Thomas dan G. Thorne mulai sejak tahun 2015 dengan persentase 11,7% dan pada tahun 2016 8,7%. Hal ini sesuai dengan penelitian Ani Syahida & dedi (2015) yang menyatakan soal HOTS dalam ujian nasional hanya berkisar dari 7,5% - 15%.

6 Data hasil pengolahan analisis soal HOTS tiap indikatornya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi soal indikator HOTS Indikator HOTS Tahun 2014 2015 2016 Menyimpulkan - 2 1 Menghubungkan fakta dengan fakta - 1 1 lain dan konsep Mengkategorikan - - 1 Memanipulasi - - - Menyatukan dalam bentuk baru - - - Menerapkan - 1 - Berdasarkan data distribusi indikator HOTS pada Tabel 2. dapat diketahui bahwa hampir seluruh indikator HOTS terdapat dalam Ujian Nasional IPA Fisika kecuali bentuk soal untuk kategori memanipulasi dan menyatukan dalam bentuk baru. Analisis Daya Serap HOTS Siswa dalam Menyelesaikan Ujian Nasionak IPA Fisika 2016 Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016 Januari 2017. Penelitian dilakukan dengan melaksanakan Try Out Ujian Nasional IPA Fisika di SMP Negeri 1 Salo pada tanggal 21 November 2016. Terdiri dari 6 kelas siswa kelas IX dengan jumlah keseluruhan 139 siswa. Soal diujikan dalam bentuk 3 paket soal. Soal paket A, B, dan C seperti terlampir pada lampiran 4, 5, dan 6 masingmasing terdiri dari 23 soal IPA fisika yang merupakan butir soal dari soal UN IPA tahun 2016. Soal Paket A, B, dan C dikerjakan oleh siswa masing-masing dengan jumlah 48, 46 dan 45 siswa. Daya serap seluruh siswa dalam mengerjakan soal Ujian Nasional IPA Fisika tertera pada Gambar 1.

Dari Gambar 1. di atas tertera jumlah siswa yang mampu menjawab tiap butir soalnya. Kemampuan daya serap siswa masih heterogen. Soal yang mampu dijawab oleh hampir keseluruhan siswa ada 3 soal dengan soal nomor 3, 8, dan 18 dengan jumlah siswa yang menjawab benar adalah > 100 siswa. Soal nomor 3 merupakan soal dengan materi listrik dan magnet. Dengan indikator soal diberikan sebuah gambar magnet jarum, peserta didik dapat memprediksi gerak magnet jarum jika didiketkankan dengan magnet batang. Soal tersebut tergolong kedalam soal LOTS. Soal nomor 8 merupakan soal dengan materi tata surya dengan indikator soal peserta didik mampu membedakan planet-planet yang ada di tata surya. Soal tersebut tergolong soal LOTS, yang mana soal ini menuntut siswa untuk menghapal dan mengingat. Selanjutnya untuk soal nomor 18 adalah soal dengan materi perubahan sifat fisika dan kimia, dengan indikator soal diberikan beberapa peristiwa dalam kehidupan seharihari tentang perubahan sifat zat. Peserta didik mampu membedakan jenis perubahan sifat yang terjadi. Soal tersebut tergolong soal LOTS yang menuntut peserta didik untuk mengingat dan menghapal materi. Soal yang mampu dijawab oleh sebagian siswa berkisar 11 soal. Menurut Taksonomi Bloom s soal tersebut tergolong pada soal kategori sedang yang mampu dikerjakan siswa dengan menghafal konsep dan rumus yang digunakan dalam soal tersebut. Sedangkan soal yang hampir tidak mampu dikerjakan oleh peserta adalah soal nomor 4, 7, 17 dan 23. Soal nomor 4 membutuhkan kemampuan peserta didik dalam mengolah rumus yang ada, namun menurut A. Thomas & G. Thorne soal nomor 4 tersebut tidak tergolong dalam kategori HOTS, soal nomor 4 bisa dikerjakan oleh peserta didik dengan menghafal rumus. Begitu juga dengan soal nomor 7. Dan untuk soal nomor 17 merupakan soal pada tahap C 1 yang merupakan soal tingkat mudah yang menuntut siswa untuk menghafal dan mengingat. Soal nomor 14 merupakan soal berkategori HOTS dengan indikator mengkategorikan. Jumlah siswa yang mampu menjawab benar soal tersebut yaitu 41 dari 139 siswa dengan persentase 28,7%. Dan soal nomor 23 juga merupakan soal berkategori HOTS dengan indikator menghubungkan fakta dengan fakta lain dan konsep, dan menyimpulkan. Jumlah siswa yang mampu menjawab benar yaitu 16 dari 139 siswa dengan persentase 11,5%. Terlihat dengan jelas peserta didik yang mampu menjawab soal yang berkategori HOTS hanya sedikit dibandingkan soal lainnya. Hal ini diperkuat oleh penelitian Nurina & Endah (2008) yang menyatakan bahwa tidak semua siswa yang mampu mengerjakan soal berkategori HOTS. Rata-rata daya serap keseluruhan siswa yang tergambar pada Gambar 1. di atas adalah 64,48. Sedangkan rata-rata daya serap siswa yang mampu menjawab soal berkategori HOTS adalah 28,5%. Persentase daya serap siswa yang mampu menjawab soal berkategori HOTS dengan persentasi daya serap siswa keseluruhan adalah 44,2%. 7

8 SIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa soal yang berkategori HOTS dalam Ujian Nasional IPA Fisika memiliki persentase dengan rentang 8,7% - 11,5% dan daya serap HOTS siswa dalam mengerjakan soal Ujian Nasional IPA Fisika masih tergolong cukup rendah dengan persentase 44,2%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyarankan untuk guru dan calon guru agar dapat meningkatkan kemampuan berpikiri tingkat tinggi dalam mengerjakan soal ataupun dalam pembuatan soal dan dikarenakan daya serap HOTS siswa masih cukup rendah maka disarankan kepada guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang berorientasi untuk meningkat HOTS siswa. Model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan HOTS siswa yaitu model pembelajaran berbasis Problem, baik itu Problem Based Learning (PBL) ataupun Problem Based Instruction (PBI). DAFTAR PUSTAKA Adek, Purnama. 2014. Analisis Soal Ujian Nasional Matematika SMP/MTs yang Didasarkan Pada Tingkat Pemahaman Konsep, Penalaran, dan Pemecahan Masalah. Universitas Pendidikan Indonesia. Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Ayuningtyas, Nurina. Proses Penyelesaian Soal Higher Order Thinking Materi Aljabar Siswa SMP Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa. Universitas Negeri Surabaya. Budiarti, Herni. 2014. Ananlisis Ujian Nasional IPA SMPA Tahun 2014 Berdasarkan Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif. Jurnal Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya. Vol 22 :1196 1201. Newman, F. M. and Wehlage, G. G. 1993. Five Standart of Authentic Instruction. Educational Leadership. 50(7): 8-12. PISA 2012 Result: What Student Know and Can Do Student Performance in Reading Mathematics and Science. Volume 1. OECD: 2014 Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Yogyakarta : bumi aksara. Syahida, Ani., dan Irawan, Dedi. 2015. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Soal Ujian Nasional Kimia. Jurnal Edusains, 7: 77-87. e-issn 2443-1281

9 Thomas, A., and Thorne, G. 2009. How To Increase Higher Order Thinking. Online. http://www.readingrockets.org/article/how-increase-higher-order-thinking Diakses Tanggal 20 Oktober 2016. Wahyudi, Din.,dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Widodo, Tri. 2013. Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan Karakter Siswa. Universitas Negeri Semarang.