PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERAJINAN MERONCE SISWA KELAS V SDN 114 PEKANBARU

dokumen-dokumen yang mirip
Febrina Saptayani 1, Zariul Antosa 2, Munjiatun 3

Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Benda Konstruksi Siswa Kelas IV SDN 153 Pekanbaru

Keywords: Contextual Model Of Learning, Skill Meronce.

PENERAPAN MOTODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBUAT BENDA KONSTRUKSI SISWA KELAS IV SD NEGERI 145 PEKANBARU

APLICATION CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TO IMPROVE THE RESULT OF SCIENCE STUDY OF STUDENTS OF SD NEGERI 001 SEIKIJANG BANDAR SEIKIJANG DISTRICT

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS Vb SD NEGERI 113 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG DAUR AIR PADA SISWA KELAS V SDN 1 PEJAGOAN TAHUN AJARAN

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar Kelas V SDN 045 Muara Jalai

PENGGUNAAN PENDEKATAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III PADA PEMBELAJARAN IPA DI SDN 26 LUBUK ALUNG

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED TEACHING

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V.E DENGAN MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE DI SD KARTIKA I-10 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KARYA KERAJINAN MAKRAME. Mulyana 1, Zariul Antosa 2, Hamizi 3 ABSTRACT

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN

KALAM CENDEKIA, Volume 5, Nomor 2.1, hlm

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV C SD NEGERI I67 PEKANBARU

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Benda Konstruksi Pada Siswa Kelas IV. C SD Negeri 165 Pekanbaru

Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas V SD Negeri 111 Pekanbaru

LEARNING MODEL APPLICATION EXPLICIT INSTRUCTION TO INCREASE THE ABILITY OF MOTION ZAPIN DANCE BASIC CLASS V SDN 143 PEKANBARU

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DENGAN MODEL GUIDED TEACHING DI SD NEGERI 23 TAMPUNIK PESISIR SELATAN

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V.A SD KARTIKA 1-10 PADANG DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL DELIKAN (DENGAR-LIHAT-KERJAKAN)

Hengky Saputra, Gustimal Witri, Otang Kurniaman Otang. Cp.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU

THE APPLICATION OF INQUIRY LEARNING MODEL TO INCREASE THE SCHOOL LEARNING OUT COME OF THE FOURTH GRADE STUDENT AT SDN 67 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET

PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYANYIKAN LAGU DAERAH RIAU SISWA KELAS V SDN 40 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 168 PEKANBARU

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK TARI SISWA KELAS VSD NEGERI 183 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL GUIDED INQUIRY DENGAN SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN 1 SIKAYU TAHUN 2015/2016

IMPLEMENTATION INQUIRY LEARNING MODEL TO IMPROVE RESULTS IPA LEARNING CLASS VB SD STATE 023 SEDINGINAN

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

ARTIKEL PENELITIAN. PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PEMBELAJARAN PKn DENGAN STRATEGI INDEX CARD MATCH DI SDN 06 KECAMATAN IV JURAI

Abstract. Keywords : Science, Learning Outcomes, Graphics Card.

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

Penerapan Model Pembelajaran Langsung Untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Relief dari Bahan Plastis Siswa Kelas IV SDN 151 Pekanbaru

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN 01 BOJONGSARI TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV MELALUI MODEL THINK PAIR AND SHARE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 026 PADANG MUTUNG KEC. KAMPAR.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCRAMBLE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 04 KAMPUNG OLO PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SDN 20 PASAMAN

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

Muhamad Midun, Hendri Marhadi, Zariul Antosa

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS V SDN 17 SAPAN KECAMATAN BATANG KAPAS

PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN 15 PEKANBARU. Abstract

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 148 PEKANBARU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SD N 16 PADANG BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN

PENERAPAN MOTODE DRILL UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR TARI ZAPIN SISWA KELAS IV SDN 97 PEKANBARU

Kata kunci: Index Card Match, kartu gambar, Bahasa Inggris

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATION

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

APPLICATION INQUIRY LEARNING MODEL LEARNING TO IMPROVE RESULTS IPA CLASS IV SDN 016 SEKELADI KECAMATAN TANAH PUTIH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV B SDN 111 PEKANBARU

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: RAHAYU OCTAVIA NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL WORD SQUARE DI SDN 26 PELANGAI KECIL KABUPATEN PESISIR SELATAN

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

Dewi Santi Marlina, Zariul Antosa, Mahmud Alpusari HP:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN 07 TUIK BATANG KAPAS

Nora Efmawati Syahrilfuddin, Hendri Marhadi,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI GUIDED TEACHING DI SDN 09 AIR PACAH PADANG

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

APPLICATION OF DIRECT LEARNING TO IMPROVE RESULTS OF IPS CLASS III SD TANJUNG BUNGO KECAMATAN KAMPAR TIMUR

Kata Kunci: Hasil Belajar, Keterampilan Proses,, Media Lingkungan,, Metode Eksperimen, Pembelajaran IPA. Abstract

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HOREY PADA SISWA KELAS IV DI SDN 17 SUNGAI GERINGGING PARIAMAN

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV A PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL SCRAMBLE DI SDN 03 KOTO PULAI PESISIR SELATAN.

278 Penerapan Metode Sosiodrama...

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS IV MELALUI PENDEKATAN QUANTUM TEACHING SDN 15 V KOTO KAMPUNG DALAM

Keywords: Make A Match model, Graphic Media, civic education learning

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN BAHAN BACAAN KORAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF DI KELAS IV SDN PENEKET TAHUN AJARAN

Penerapan Model Pembelajaran Guided Note Taking

Kata kunci: Talking Stick, Handout, IPS

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V-A PADA PEMBELAJARAN PKn DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DI SDN 01 KOTO BALINGKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 009 PULAU KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II D SD NEGERI 132 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

Keyword : Cooperative Type Think Pair Share (TPS), Science Learning Outcomes.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING

IMPLEMENTATION QUANTUM TEACHING MODEL TO IMPROVE RESULT OF IPS STUDIES STUDENT CLASS V SD NEGERI 031 TANJUNG SARI KECAMATAN PUJUD ROHIL

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

IMPLEMENTATION STRATEGY FOR THE MAP CONCEPT IMPROVING STUDENT LEARNING OUTCOMES IPS SD STATE CLASS IV C 163 PEKANBARU

A R T I K E L PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS IV SDN 09 KEPALA BUKIT KEC. SUNGAI PAGU KAB.

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV.D SD NEGERI 105 PEKANBARU

PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN 3 DOROWATI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERAJINAN MERONCE SISWA KELAS V SDN 114 PEKANBARU Winda Angela 1, Zariul Antosa 2, Lazim N 3 ABSTRACK The purpose of this research is to improve the implementation of the skills to make construction object at fifth grade students of State Elementary School 114 Pekanbaru with the application of guided inquiry learning model. The subjects in this study were fifth grade students of State Elementary School 114 Pekanbaru in academic year 2012/2013 with the number of students 32. The research was conducted in two cycles, the cycle I held two meetings with one final assessment cycle and the second cycle was also carried out two meetings and one final assessment cycle. The instrument of collecting data in this study is the teacher observation sheet, student observation sheet, rubric assessment process and rubric assessment product. The study is in the form of classroom action research (CAR). The results of this study indicate that the implementation of guided inquiry learning model can improve the skills of the fifth grade students in the state elementary school 114 Pekanbaru. This shows that the implementation of guided inquiry learning model can improve the skills fifth grade students of state elementary school 114 Pekanbaru. Keyword: inquiry learning model I. Pendahuluan Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di kelas VA SD Negeri 114 Pekanbaru, dalam pembelajaran seni budaya dan keterampilan terutama pada pembuatan karya meronce, kebanyakan siswa cenderung kurang terampil dalam meronce. Keterampilan siswa dalam meronce dapat dilihat dari skor awal rata-rata test awal dengan kategori cukup terampil, serta klasikal pembelajarannya belum tuntas. 1 Mahasiswa PGSD FKIP universitas riau, nim 0805132486, e-mail: wii_angel@yahoo.com 2 Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail antosazariul@gmail.com 3 Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 1

Tabel 1.1 Test Awal Keterampilan Membuat Kerajinan Meronce Siswa Kelas V SD Negeri 114 Pekanbaru Interval Kategori Jumlah Siswa Persentase 81,25% - 100% Sangat terampil - 0% 62,5% < 81,25% Terampil 10 31,25% 43,75% < 62,5% Cukup Terampil 19 59,37% 25% < 43,75% Kurang Terampil 3 9,37% Jumlah 32 100% Rata-Rata Nilai 57,81 Kategori Cukup Terampil Berdasarkan tabel di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SD Negeri 114 Pekanbaru dengan judul Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Meronce siswa Kelas V SD Negeri 114 Pekanbaru. Rumusan masalah adalah Apakah Penerapan Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dapat Meningkatkan Keterampilan Meronce Siswa Kelas V SD Negeri 114 Pekanbaru?. Sesuai rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam meronce dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Negeri 114 Pekanbaru. II. Metodologi Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 114 Pekanbaru. Penelitian dilakukan dikelas V pada semester Ganjil tahun ajaran 2012/2013. Dari tanggal 03 November 2012 24 November 2012. Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Jenis Kegiatan Waktu Siklus I pertemuan 1 Sabtu, 03 November 2012 Siklus I pertemuan 2 Sabtu, 10 November 2012 Siklus II pertemuan 1 Sabtu, 17 November 2012 Siklus II pertemuan 2 Sabtu, 24 November 2012 2

Yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Negeri 114 Pekanbaru. Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013. Jumlah siswa sebanyak 32 orang yang terdiri atas 18 orang perempuan dan 14 orang laki-laki. Penelitian ini dilakukan dalam penelitian kolaboratif antara peneliti dengan observernya, tindakan dilakukan oleh peneliti dengan pengamatan yang dilakukan oleh observer Aktivitas guru dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Untuk penelitian tertinggi 4 dan penilaian terendah 1. Data aktivitas guru yang diamati digunakan rumus P = X 100 Arikunto Untuk melihat kategori aktivitas guru dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: I = ( julia 2011:24) Sehingga dapat dihitung dengan cara : NA = jumlah indikator x Skor tertinggi = 6 x 4 = 24 Analisis siswa dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Untuk penilaian tertinggi 4 penilaian terendah 1. Data aktivitas siswa yang diamati digunakan rumus: P = x 100 ( julia 2011:24) Tujuan dari analisis ini ialah untuk mengetahui peningkatan keterampilan kerajinan meronce yang dicapai siswa setelah pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penentuan ketuntasan siswa dalam membuat kerajinan meronce diambil dari penilaian hasil kerajinan meronce dari manik-manik sebanyak 40% dan penilaian proses sebanyak 60%. Rumus yang digunakan dalam penilaian ini (persiklus) adalah: Nilai Proses = x 60 III. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru pada penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam membuat kerajinan meronce yang berlangsung terjadi peningkatan pada setiap pertemuan dari siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel perbandingan siklus I dan siklus II dibawah ini 3

Tabel 4.13 Perbandingan Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran Pada Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Siklus I dan Siklus II No Aktivitas Guru yang Diamati Siklus I Siklus II 1 Mengajukan pertanyaan atau masalah. Pertemuan Pertemuan 1 2 1 2 2 3 3 3 2 Membuat Hipotesis. 2 3 4 4 3 Merancang percobaan. 2 2 3 4 4 Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi. 5 Mengumpulkan dan menganalisis data 2 2 3 3 3 3 3 3 6 Membuat kesimpulan 3 3 4 4 Jumlah Skor 14 16 20 21 Skor Maksimum 24 24 24 24 Presentase 58,3% 66,6% 83,3% 87,5% Kategori Cukup Baik Sangat Baik Sangat Baik Dari tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa secara umum aktivitas guru dengan penerapan model inkuiri terbimbing selama empat kali pertemuan mengalami peningkatan. Pada aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dengan jumlah skor 14 dengan presentase 58,3% meningkat pada pertemuan kedua sebesar 2 poin atau sebesar 8,3 diperoleh jumlah skor 16 dengan presentase 66,6%. Kemudian aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama atau ketiga juga mengalami peningkatan dari pertemuan kedua siklus I yaitu mengalami peningkatan sebesar 4 poin atau sebesar 16,6 sehingga dapat diperoleh jumlah skor 20 dengan persentase 83,3%. Pada siklus II pertemuan kedua atau pertemuan ke empat juga mengalami peningkatan dari pertemuan ketiga yaitu sebesar 1 poin atau sebesar 4,16 diperoleh jumlah skor 21 dengan persentase 87,5%. Secara keseluruhan aktivitas guru mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sehingga pertemuan keempat yaitu dari jumlah skor 14 dengan persentase 58,3% meningkat sebesar 7 4

poin atau sebesar 29,1 sehingga diperoleh jumlah skor 21 dengan persentase 87,5%. Jadi secara keseluruhan aktivitas guru dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan perencanaan. Tabel 4.14 Persentase Rata-rata Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II Siklus Pertemuan persentase Peningkatan Persentase Kategori Aktivitas I 1 58,3 % 8,3 62,5 Baik 2 66,6 % II 1 83,3 % 4,16 85,4 Sangat 2 87,5 % Baik Untuk lebih mengetahui peningkatan aktivitas guru siklus I dan siklus II dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilihat pada grafik dibawah ini Grafik 4.1 Grafik Peningkatan Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Berdasarkan grafik 4.1 diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru pada setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama nilai aktivitas guru sebesar 14 dengan presentase 58,3 dengan kategori cukup dan perlu perbaikan, hal ini terjadi karena pada pertemuan pertama guru belum jelas dalam menyampaikan langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. Pada pertemuan kedua aktivitas guru sebesar 16 dengan presentase 66,6 dengan kategori baik. Pertemuan 5

ketiga aktivitas guru semakin menunjukkan peningkatan dengan nilai 20 dengan presentase 83,3 dikategorikan sangat baik dan pertemuan keempat aktivitas guru sudah sesuai dengan perencanaan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing yang ditetapkan dengan nilai 21 dengan presentase sebesar 87,5 dikategorikan sangat baik. Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas siswa dalam membuat kerajinan meronce juga selalu mengalami peningkatan dari pertemuan siklus I hingga siklus II. Peningkatan aktivitas siswa pada setiap pertemuan siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.15 Perbandingan Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Pada Penerapan Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II No Aktivitas Siswa yang Diamati 1 Menyajikan pertanyaan atau masalah Pertemuan Pertemuan 1 2 1 2 2 3 3 4 2 Membuat hipotesis 2 2 3 3 3 Merancang percobaan 2 2 4 4 4 Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi 5 Mengumpulkan dan menganalisis data 2 3 3 4 2 2 3 3 6 Membuat kesimpulan 2 3 3 3 Jumlah Skor 12 15 19 21 Skor Maksimum 24 24 24 24 Persentase 50% 62,5% 79,1 % 87,5% Kategori Cukup Baik Baik Sangat Baik Dari tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa disetiap pertemuan pertama hinga pertemuan keempat. Pada pertemuan pertama aktivitas siswa masih kurang, ini terlihat dari jumlah skor yang didapat yaitu 12 dengan presentase 50%. Pada pertemuan kedua aktivitas siswa meningkat dari pertemuan pertama sebesar 3 poin atau sebesar 12,5% sehingga diperoleh jumlah skor 15 dengan persentase 62,5%, pada pertemuan ketiga aktivitas siswa 6

juga mengalami peningkatan dari pertemuan kedua yaitu sebesar 4 poin atau sebesar 16,6% sehingga diperoleh jumlah skor 19 dengan persentase 79,1% dan pada pertemuan keempat aktivitas siswa sudah sangat baik dan mengalami peningkatan dari pertemuan ketiga yaitu sebsar 2 poin atau sebesar 8,3% diperoleh jumlah skor 21 dengan persentase 87,5%. Secara keseluruhan aktivitas siswa dari pertemuan hingga pertemuan keempat mengalami peningkatan yaitu dari jumlah skor 12 dengan persentase 50% meningkat sebesar 9 poin atau sebesar 37,5% diperoleh jumlah skor 21 dengan persentase 87,5%. Peningkatan aktivitas siswa juga dapat dilihat daroi persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II pada tabel dibawah ini : Tabel 4.16 Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II Siklus Pertemuan Persentase Persentase Persentase Kategori Aktivitas Peningkatan I 1 50 % 12.5 % 56,25% Cukup 2 62,5 % II 1 79,1 % 8,3 % 83,3% Sangat 2 87,5 % baik Dari tabel 4.16 diatas, dapat dilihat peningkatan persentase rata-rata siklus I dan siklus II. Persentase rara-rata aktivitas siswa meningkat dari 56,25% dengan kategori cukup pada siklus I menjadi 83,3% pada siklus II dengan kategori sangat baik. Peningkatan aktivitas siswa dari siklus I dan siklus II juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini : 7

Grafik 4.2 Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran siklus I dan siklus II Berdasarkan grafik 4.2 diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama skor aktivitas siswa sebesar 12 dengan persentase 50% kategori cukup, masih lemah dan perlu perbaikan, hal ini terjadi karena pada pertemuan pertama siswa belum memahami langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. Pada pertemuan kedua aktivitas siswa sudah mulai meningkat, ini terlihat dari peningkatan sebanyak 3 poin dengan skor 15 dengan persentase sebesar 62,5% dengan kategori cukup. Pertemuan ketiga aktivitas siswa semakin menunjukkan peningkatan dengan skor 19 persentase 79,1% dikategorikan baik dan pertemuan keempat aktivitas siswa sudah sesuai dengan perencanaaan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing yang ditetapkan dengan skor 21 persentase sebesar 87,5% dikategorikan sangat baik. Peningkatan aktivitas siswa dan guru sangat berpengaruh pada peningkatan keterampilan siswa dalam membuat karya roncean. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa aktivitas guru dan aktivitas siswa mulai dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat mengalami peningkatan, sehingga nilai keterampilan juga mengalami peningkatan. Nilai keterampilan membuat roncean diperoleh dari jumlah antara nilai proses dan nilai hasil. Peningkatan keterampilan membuat karya roncean siswa pada siklus pertama ke siklus kedua dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 8

Tabel 4.17 Peningkatan Nilai Keterampilan Karya Roncean Siswa Dalam Membuat Kerajinan Meronce Pada Data Awal, Siklus I dan Siklus II Jumlah Nilai Siswa Rata-Rata Nilai Siswa Kategori Data Awal 1850 57,81 Cukup Terampil Siklus I 2250 70,31 Terampil Siklus II 2725 85,15 Sangat Terampil Interval Kategori Keterampilan Membuat Kerajinan Meronce Data Awal Siklus I Siklus II 81,25% - 100 % Sangat Terampil - - 25 62,5 % < 81,25 % Terampil 10 23 7 43,75 % < 62,5 % Cukup Terampil 19 9-25 % < 43,75 % Kurang Terampil 3 - - Kategori Cukup Terampil Terampil Sangat Terampil Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa kerajinan Meronce di SDN 114 Pekanbaru mengalami peningkatan dari data awal yaitu siswa dengan kategori sangat terampil tidak ada, kategori terampil 10 orang siswa, kategori cukup terampil 19 orang siswa dan kategori kurang terampil 3 orang siswa, dengan jumlah nilai 1850 dan nilai rata- rata 57,81. Meningkat pada siklus I menjadi siswa yang termasuk kategori sangat terampil masih belum ada, siswa yang termasuk kategori terampil 23 orang siswa, siswa yang termasuk kategori cukup terampil 9 orang siswa dan siswa yang termasuk kategori kurang terampil tidak ada, jumlah nilai 2250 dengan nilai rata- rata 70,31. Pada siklus I masih ada beberapa siswa yang termasuk kategori cukup terampil. Hal ini disebabkan karena masih ada beberapa siswa yang masih kurang mampu dalam melaksanakan langkah-langkah dalam pembuatan gelang, dan masih ada siswa yang kurang rapi dalam membuat gelang. Secara keseluruhan peningkatan keterampilan siswa dalam membuat kerajinan meronce dari test awal hingga siklus II mengalami peningkatan yaitu dari data awal nilai rata-rata 57,81 meningkat sebesar 27,34 hingga diperoleh nilai rata-rata 85,15. Untuk lebih jelasnya peningkatan keterampilan membuat karya roncean pada data awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 9

Grafik 4.3 Peningkatan Keterampilan Siswa Membuat karya roncean Dari Test Awal, Siklus I dan Siklus II Berdasarkan grafik 4.3 keterampilan membuat karya roncean pada setiap siklus mengalami peningkatan dibandingkan dengan test awal. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dikatakan berhasil karena dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam pembuatan kerajinan meronce sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkat keterampilan membuat kerajinan meronce siswa kelas V SDN 114 Pekanbaru. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan kerajinan meronce siswa kelas V SD Negeri 114 Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan tes awal, hasil penilaian kerajinan meronce siklus I dan hasil penilaian kerajinan meronce siklus II siswa yang semakin meningkat. IV. Kesimpuan dan Saran Pada tes awal dari 32 orang siswa yang mampu membuat kerajinan meronce hanya 15 orang siswa, sedangkan yang tidak mampu membuat roncean 17 orang siswa, dengan nilai rata-rata siswa 57,81. Pada hasil penilaian kerajinan meronce di siklus I dari 32 orang siswa terdapat 9 orang siswa termasuk kategori cukup terampil dan 23 orang siswa termasuk kategori Terampil. Diantara 23 orang siswa yang termasuk dalam kategori terampil terdapat 3 orang yang hasil karyanya mendekati sempurna, nilai rata-rata siswa 70,31 mengalami peningkatan sebesar 12,50 dari hasil tes awal. Melalui penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan saransaran sebagai berikut : 1) Bagi Sekolah, model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif memperbaiki kualitas proses pembelajaran terutama untuk meningkatkan keterampilan membuat kerajinan meronce di sekolah dasar. 2) Kepada guru bidang studi SBK hendaknya membiasakan siswa untuk lebih mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya dan hendaknya guru memahami langkah-langkah pembelajaran 10

dengan baik agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif. 3) Kepada peneliti lanjutan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan. V. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi dan Suhardjono. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Gulo, W. 2008. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia. Arikunto, Suharjono, Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Palembang: Depdiknas. Julia. (2011). Penerapan Tehnik Menempel Untuk Meningkatkan Keterampilan Kolase Siswa Kelas 1 Seni Budaya dan Keterampilan SDN 013 Bukit Raya. Mohammad Jauhar. (2011). Implementasi PAIKEM. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Pengertian Model Pembelajaran. [online]. Tersedia: www.belajarpsikologi.com Diakses tanggal 11 Maret 2012 Sanjaya W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group. Satria. (2008). Pengertian Keterampilan dan jenisnya. [online]. Tersedia: www.shvoong.com Diakses tanggal 11 Maret 2012. Sumanto. (2006). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Tim Bina Karya Guru. (2007). Seni Budaya dan Keterampilan (untuk Sekolah Dasar Kelas V). Jakarta: Erlangga. Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Pubhlisher. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar 11

Baru Algensindo. Ratna Wilis Dahar. 2001. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sadiman, Arif S. dkk., 2006. Media Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada Semiawan, Conny. 2008. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Jakarta: Grasindo. Syahrilfuddin dan Daud, D. dan Marhadi, H. dan Alpusari, M. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. FKIP Universitas Riau. Pekanbaru: Cendekia Insani. Syahrilfuddin dan Alpusari, Mahmud. 2009. Psikologi Pendidikan. FKIP Universitas Riau. Pekanbaru: Cendekia Insani. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka. 12