I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara

dokumen-dokumen yang mirip
Diterima : 2 Agustus 2014 Disetujui : 21 September Korespondensi Penulis :

II. TINJAUAN PUSTAKA. negara serta penghasilan petani kakao. Produksi biji kakao di Indonesia secara

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

BAB I PENDAHULUAN. (Theobroma cacao) dan biasa digunakan sebagai komponen utama dari coklat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat. (20,2%) dengan persentasi 13,6% (BPS, 2011).

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

Sumber:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

Larutan dan Konsentrasi

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

I PENDAHULUAN. Cokelat adalah olahan yang dihasilkan dari bahan baku yaitu biji dan lemak

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. jumlah produksi sebesar ton per tahunnya. Biji kakao di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

FRAKSINASI KOPAL DENGAN BERBAGAI PELARUT ORGANIK

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I. PENDAHULUAN. pengembangannya, terutama untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL

Titik Leleh dan Titik Didih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

LAMPIRAN A DATA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) PERCOBAAN 03 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI DAN ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH SERTA UJI ALKALOID

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakterisasi Minyak Jarak. B. Pembuatan Faktis Gelap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI-2051) PERCOBAAN 3 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK : Ekstraksi dan Isolasi Kafein Dari Daun Teh Serta Uji Alkaloid

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

LEMBARAN SOAL 5. Pilih satu jawaban yang benar!

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH PREPARASI SIMPLISIA DARAT DAN LAUT PEMILIHAN PELARUT, KEPOLARAN DAN KEAMANANNYA. Kelompok 3 Fitokimia. Farmasi A JURUSAN FARMASI

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana (20,2%) dengan persentasi 13,6% (BPS, 2011). Produk-produk hasil olahan kakao yang utama saat ini adalah lemak kakao (cocoa butter) dan kakao bubuk (cocoa powder). Kedua produk industri kakao tersebut digunakan sebagai bahan baku industri makanan, farmasi, dan kosmetika. Menurut Soldan (1983) dalam Prawoto (2001), pemakaian lemak kakao dalam industri pangan dapat memperbaiki struktur menjadi lebih lembut (fine), warna produk lebih menarik dengan warna coklat yang khas. Lemak dalam cokelat juga berperan dalam mengendalikan tekstur produk pangan. Salah satu industri yang mengelola kakao menjadi produk hilir adalah industri ekstraksi bubuk kakao. Bahan baku yang digunakan oleh industri adalah non alkalized cocoa powder atau natural cocoa powder. Industri ini menghasilkan produk utama berupa ekstrak kakao murni yang mengandung banyak theobromine dan hasil samping berupa lemak kakao. Produk utama ekstrak kakao murni merupakan produk ekspor yang cukup menjanjikan, sedangkan hasil samping industri berupa lemak kakao belum dimanfaatkan lebih lanjut, baik sebagai bahan

2 baku industri pangan maupun non pangan. Dalam industri kosmetika, lemak kakao murni digunakan untuk pembuatan lipstick, krim pembersih, krim penyerap, minyak rambut, dan sabun. Untuk mengetahui manfaat lemak kakao hasil samping ekstraksi ini perlu terlebih dahulu diketahui karakteristiknya. Non alkalized cocoa powder diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% selama beberapa jam pada suhu tertentu. Jumlah pelarut etanol yang digunakan pada proses ekstraksi non alkalized cocoa powder dan suhu pendinginan pada fraksinasi (pemisahan) komponen lemak kakao (by product) dan ekstrak kakao murni (main product) tergantung pada karakteristik bahan baku yang digunakan. Sampai saat ini belum ditemukan penambahan jumlah pelarut etanol dan suhu fraksinasi yang optimal. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan perlakuan dengan penambahan pelarut etanol dan suhu fraksinasi untuk diketahui karakteristik lemak kakaonya. 1.2. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh karakteristik lemak kakao hasil samping ekstraksi non alkalized cocoa powder terbaik pada penambahan jumlah pelarut dan suhu fraksinasi yang berbeda. 1.3. Kerangka Pemikiran Non alkalized cocoa powder merupakan kakao bubuk tanpa proses alkalisasi atau kakao bubuk natural dengan komposisi per 100 gramnya adalah mengandung kalori 228,49 Kkal, lemak 13,5 g, karbohidrat 53,35 g, serat 27,90 g, protein 19,59 g, air 2,58 g, dan kadar abu 6,33, yang meliputi : kalium 1495,5 mg, natrium 8,99

3 mg, kalsium 169,45 mg, besi 13,86 mg, seng 7,93 mg, tembaga 4,61 mg, dan mangan 4,73 mg. Non alkalized cocoa powder memiliki warna yang lebih terang dibandingkan alkalized cocoa powder. Berdasarkan standar perusahaan, spesifikasi non alkalized cocoa powder memiliki kadar air maksimal 4%, kadar lemak sebesar 10-12%, kadar abu maksimal 9%, ph antara 5,5-5,9 dengan masa simpan hingga 2 tahun. Menurut penelitan Vogt et al. (1994), bahan baku cokelat bubuk yang digunakan biasanya memiliki kadar lemak yang tinggi, dengan kadar lemak antara 10%-12% dan ukuran partikel antara 15-30 um. Ekstraksi merupakan metode pemisahan senyawa diantara dua pelarut. Prinsip dasar ekstraksi ialah perbedaan kelarutan suatu komponen pada berbagai pelarut dan atau adanya perbedaan kelarutan beberapa komponen dalam suatu pelarut. Metode ekstraksi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair yang dikenal sebagai ekstraksi sokhlet (Khopkar, 1990) Etanol merupakan salah satu pelarut yang umum yang banyak digunakan pada industri lemak. Etanol memiliki titik didih rendah dan cenderung aman digunakan. Etanol mempunyai titik didih 70 o C sehingga suhu ekstraksi yang digunakan dapat menarik seluruh komponen dalam bahan baku (Kealey et al., 2004). Menurut penelitan Vogt et al. (1994), ekstraksi 50 kg kakao bubuk menggunakan etanol sebanyak 200 liter. Temperatur yang digunakan antara 60 o C-80 o C, namun pada umumnya temperatur yang digunakan 70 o C. Etanol pada proses ini dapat mengekstrak theobromine dan/atau lemak dari bahan baku coklat bubuk yang digunakan. Menurut Shahidi (2002) dalam Hernawati (2008) pelarut yang biasa digunakan untuk mengekstrak lemak adalah golongan alkohol

4 (methanol, etanol, isopropanol, n-butanol), aseton, eter (dietil eter, isopropyl eter,dioksan), halocarbon (kloroform, diklorometan), hidrokarbon (heksana, benzene, sikloheksan, isooktan), atau campuran dari pelarut-pelarut tersebut. Dalam Ketaren (1986) diungkapkan bahwa minyak dan lemak memiliki sifat umum larut dalam pelarut organik, seperti eter, benzene, aseton, kloroforn, dan sedikit larut dalam etanol. Sumardjo (2006) mengungkapkan semakin banyak pelarut organik yang digunakan maka semakin tinggi jumlah komponen terlarutnya. Kealey et al. (2004) juga menyatakan bahwa ektraksi lemak dengan pelarut tertentu, dalam hal ini etanol berpengaruh terhadap komponen ekstraksi yang dihasilkan, semakin banyak pelarut dengan penggunakan suhu tertentu akan mengalami peningkatan rendemen. Menurut penelitan Vogt et al. (1994), setelah ekstraksi dengan etanol dilakukan pemisahan theobromine dan lemak dengan pendinginan pada suhu 5 o C 20 o C. Theobromine merupakan zat yang diinginkan dalam produk ekstraksi kakao. Proses fraksinasi menurut Winarno (1997) terjadi karena adanya mekanisme dimana lemak didinginkan sehingga menyebabkan hilangnya panas dan memperlambat gerakan molekul. Jarak antar molekul menjadi lebih kecil dan akan timbul gaya tarik menarik antara molekul yang disebut gaya Van der Waals. Akibat adanya gaya ini radikal-radikal asam lemak saling bertumpuk membentuk kristal yang spesifik tergantung jenis asam lemaknya dan terjadilah pemisahan. Fraksinasi pada suhu rendah dilakukan berdasarkan perbedaan titik leleh dan kelarutan komponen lemak yang akan dipisahkan. Hamilton (1995) dalam Hernawati (2008) mengungkapkan proses fraksinasi dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama proses kristalisasi dengan cara mengatur suhu dan tahap

5 kedua yaitu pemisahan fraksi cair dan padat. Ketaren (1986) juga mengungkapkan lemak yang memiliki massa jenis lebih kecil akan dibandingkan air dan senyawa polar lainnya akan naik ke permukaan (terapung). Vogt et al. (1994) selanjutnya perbedaan massa jenis menyebabkan fraksi lemak muncul ke permukaan dan memudahkan proses pemisahan. Jika suhu yang digunakan lebih rendah, lemak akan membentuk gumpalan atau mengkristal sehingga akan menyulitkan proses pemisahan lemak dari cacao extract murni (theobromine), akan tetapi suhu di atas 25 o C tidak dapat digunakan sebagai suhu fraksinasi karena tidak terjadi pemisahan fraksi. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan perlakuan dengan penambahan pelarut etanol sejumlah 450 ml (S 1 ), 600 ml (S 2 ), dan 750 ml (S 3 ), dan suhu fraksinasi 15 C (T 1 ), 18 C (T 2 ), dan 21 C (T 3 ) untuk diketahui karakteristik lemak kakaonya. 1.4. Hipotesis Pada penelitian ini diduga bahwa : 1. Jumlah pelarut etanol yang berbeda akan menghasilkan karakteristik lemak kakao by product yang berbeda. 2. Suhu fraksinasi yang berbeda akan menghasilkan karakteristik lemak kakao by product yang berbeda. 3. Jumlah pelarut etanol dan suhu fraksinasi tertentu pada ekstraksi non alkalized cocoa powder akan menghasilkan karakteristik lemak kakao by product terbaik.