Tingkat Self Directed Learning Readiness (SDLR) pada Mahasiswa Kedokteran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Septian Sugiarto G

Oleh: RAYMOND BERNARDUS

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan. tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik

BAB V PEMBAHASAN. jenis kelamin sama, yaitu jumlah responden mahasiswa perempuan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK Suyati 1

Diah Pitaloka Handriani SMP Negeri 1 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan yang diinginkan (Slameto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

HUBUNGAN LAMA PENDIDIKAN DAN PENDEKATAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PADA MAHASISWA TAHAP SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SURAKARTA TESIS

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

TINGKAT STRES PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2013

TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

Perkuliahan Pada Pendidikan Dokter (Sistem Pembelajaran PBL) Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. universitas dimana mahasiswa sebagai komponen didalamnya sebagai peserta

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. setingkat dengan perguruan tinggi (Siswoyo, 2007). Berdasarkan Indonesian

RIDA BAKTI PRATIWI K

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. Belajar mandiri merupakan faktor penting dalam sistem pembelajaran

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

PENGGUNAAN STRATEGI INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A DI SMPN I GENENG NGAWI TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. quality teaching and learning (Halpern, 1997 dalam Supratiknya & Kristiyani,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI AKADEMIK INTRINSIK DENGAN SELF DIRECTED LEARNING READINESS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

HUBUNGAN ANTARA SELF-DIRECTED LEARNING READINESS (SDLR) DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROCEEDINGS INTERNATIONAL SEMINAR

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

Abstrak. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Semester Satu di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Tahun 2014.

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

Bagian Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS DIKELAS VII 1 SMP PERTIWI SITEBA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014

Diajukan Oleh: ARISKA DEVIE PRADISTA A

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MEDAN AREA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Zaharah, Otang Kurniaman, Lazim N

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MENGGUNAKAN AUDIOVISUAL. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Journal of Innovative Science Education

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk

Naskah Publikasi Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SRI MUHARNI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI STATUS EKONOMI KELUARGA PADA MAHASISWA Oleh : Meriam Yuliana Mahasiswi jurusan Psikologi Fakultas Psikologi U

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ABDULLAH AL-HAZMY G

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran KEVIN PIETER TOMAN G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL

Riry A dkk Analisis Self Directed Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL)

The Study of Attitude Students of Attended Learning Geography in XI Social Studies Class of Senior High School Bunda Padang. By:

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengar, meniru, dan lainlain

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ferri Wiryawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href=" Pendidikan Indonesia (UPI)</a>

ABSTRAK. Ibnu Katsir Machbub, 2009 : Pembimbing I : Dr. Slamet Santosa dr., M.Kes. Pembimbing II : July Ivone dr., M.S.MpdKed.

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

: NOVITA TYAS SUVIANA NIM K

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

Transkripsi:

Tingkat Self Directed Learning Readiness (SDLR) pada Indira Malahayati Sugianto 1, Rika Lisiswanti 2 1 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2 Bagian Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Salah satu proses pembelajaran yang diterapkan di fakultas kedokteran di Indonesia ialah Problem Based Learning (PBL) yaitu pembelajaran dengan metode penerapan masalah, yang terintegrasi pada Self Directed Learning Readiness (SDLR) / kesiapan belajar mandiri. Kesiapan belajar mandiri dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungan sekitar mahasiswa yang mendukung keberhasilan dalam pembelajaran, berdasarkan tahun masuk universitasnya, mahasiswa baru masih belum bisa menentukan kebutuhan belajarnya sendiri terutama saat memasuki jenjang perkuliahan (tahun pertama). Dibandingkan tingkat diatasnya, tingkat pertama di fakultas kedokteran masih terbilang belum secara maksimal memiliki kemampuan dalam kesiapan belajar mandiri akibat butuh waktu dalam beradaptasi terhadap model belajar yang berbeda dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), sehingga pada mahasiswa yang sudah menempuh jenjang pendidikan lebih lama di fakultas kedokteran sudah mulai terbiasa mengatur pola dalam proses belajarnya masing-masing sehingga terbilang sudah memiliki kemampuan belajar mandiri yang cukup baik. Kata Kunci : Mahasiswa kedokteran, problem based learning, self-directed learning readiness Self Directed Learning Readiness (SDLR) of Medical Student Abstract One of the learning process of the faculty of medicine in Indonesia is Problem Based Learning (PBL). That is a methods learning of an implementation problems. Which is integrated with Self Directed Learning Readiness ( SDLR ), self-directed learning readiness influenced by several factors either originates from the inner self and of the environment around student who supports the success in learning. Based on entered the university, new student still could not determine own needs of learning especially when entering level of lecture (first year). Than on top level, the first in medical schools still not in full feature in self-directed learning, they need to adapt model of learning differently from senior high school. So the students who have followed the level of education that is longer in medical schools are pursuing the in the studies that still has the ability of independent study is a good enough. Keywords : Problem based learning, self-directed learning readiness, medical student Korespondensi: Pendahuluan Problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang fokus berdasarkan pengalaman dan terorganisasi, meliputi penyelidikan, penjelasan, dan pemecahan suatu masalah. 1 Salah satu komponen yang terintegrasi dalam PBLadalah self directed learning readiness (SDLR) atau kesiapan belajar mandiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi SDLR ialah tahun masuk universitas, dilihat dari sudah berapa lama mahasiswa menempuh jenjang pendidikan fakultas kedokteran dengan sistem PBL. Terdapat perbedaan SDLR yang signifikan berdasarkan program semester yang sedang dijalani oleh subjek, dimana terdapat peningkatan skor SDLR pada tiap semester, namuntidak ditemukan adanya perbedaan SDLR yang signifikan pada mahasiswa fakultas kedokteran yang menggunakan PBL setelah 1 tahun masa studi. 2 Isi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan suatu kurikulum yang telah banyak digunakan oleh fakultas kedokteran di Indonesia. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)sendiri menggunakan metode pembelajaran berupa Problem Based Learning (PBL). Dalam Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2012 sistem kurikulum yang digunakan harus dilaksanakan dengan pendekatan atau strategi Student-Centered, Problem-based, Integrated, Community Based, Elective, Systematic / Structured (SPICES). 3 Pendekatan pembelajaran PBL sangat efektif untuk sekolah kedokteran dimana mahasiswa dihadapkan pada permasalahan kemudian dituntut untuk memecahkannya. 4 Problem based learning pertama kali diperkenalkan di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster, Kanada, pada tahun 1986. Sejak itu banyak fakultas Majority Volume 5 Nomor 5 Desember 2016 27

kedokteran di berbagai tempat di dunia yang mengadopsi metode ini dengan berbagai variasi sesuai dengan kebutuhan masingmasing lembaga. 5 Pendidikan dokter di Indonesia sendiri termasuk terbagi menjadi dua tahap yang berkesinambungan, yaitu pendidikan tahap sarjana kedokteran dan tahap profesi. 6 Dalam tahap sarjana kedokteran selama tujuh semester mahasiswa dituntut untuk dapat melakukan pembelajaran mandiri disetiap sistem pembelajaran yang berlangsung selama penerapan sistem PBL,sistem pembelajaran menggunakan sebuah kasus yang diambil dari masalah-masalah di kehidupan dan akan dicari pemecahan masalah dari kasus tersebut dalam diskusi PBL. Salah satu komponen yang terintegrasi dalam PBL adalah SDLR.Kemampuan SDLR adalah ukuran hasil dari PBL, dimana PBL dapat memfasilitasi perkembangan SDLR dan direpresentasikan sebagai tingkat SDLR. 7,8 Seseorang yang berhasil dalam proses pembelajaran SDLR adalah seseorang yang memiliki inisiatif, mandiri, dan gigih dalam belajar. Lebih lanjut mereka bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri, memandang masalah sebagai suatu tantangan, memiliki rasa keingintahuan, dan disiplin. Mereka mampu mengkombinasikan kepercayaan diri dan keinginan yang kuat untuk belajar, mengorganisasi waktu, mengatur kecepatan belajar, memiliki perencanaan, menikmati belajar, dan berorientasi pada tujuan. 9 Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan SDLR seseorang, yaitu faktor di dalam dirinya (internal) dan faktor-faktor yang terdapat dari luar dirinya (eksternal).faktor internal antara lain:pertama, jenis kelamin merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi tingkat kesiapan belajar mandiri bagi individu terdapat beberapa perbedaan yang disebabkan dengan adanya perbedaan jenis kelamin dalam proses belajar mandiri, yakni: (a) kemampuan intelektual wanita secara konsisten lebih tinggi dari pada pria, dilihat dari beberapa test yang menunjukan beberapa kemampuan serta bakti; (b) prestasi sekolah, perempuan dinilai lebih konsisten daripada laki-laki, secara konsisten perempuan mengerjakan tugas verbal lebih baik dari laki-laki, sehingga menempatkan perempuan di posisi teratas dalam prestasi sekolah. Kedua, cara belajar yang digunakan, mahasiswa harus mengetahui cara belajar yang cocok untuk dirinya sendiri, karena mengetahui metode pembelajaran yang tepat untuk diri sendiri dapat menentukan keberhasilan pembelajaran. Dengan proses SDLR mahasiswa akan mengetahui kekurangan dalam cara belajar dan akan mencari tahu terkait dengan metode belajar yang cocok untuk dirinya sendiri. 10 Ketiga, individu dengan usia lebih tua dinilai lebih berpengalaman, memiliki kemampuan, dan kemauan dalam menjalani proses belajar dengan metode self-directed learning readiness (SDLR) dan individu dengan usia yang lebih muda cenderung lebih bermainmain dalam proses belajar sehingga kurang berkonsentrasi dalam pembelajaran.self directed learning dapat terbentuk melalui empat tahap. Pertama, siswa berpikir secara mandiri, artinya siswa tidak menggantungkan pemikirannya pada guru, tetapi pada pemikirannya sendiri. Kedua, siswa belajar mengatur diri sendiri. Ketiga, siswa belajar perencanaan diri, bagaimana siswa akan belajar mencapai program dan tujuan belajar yang sudah ditetapkan. Keempat, terbentuknya self directed learning siswa memutuskan sendiri apa yang akan dipelajari dan bagaimana akan mempelajari 11 Keempat, mood atau suasana hati yang baik dan kesehatan dianggap sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses SDLR karena mood dan kesehatan yang baik dianggap dapat meningkatkan keinginan mahasiswa dalam belajar secara mandiri. Mood adalah salah satu gejala utama dari respon tubuh yang dapat mempengaruhi fisik maupun psikis seseorang, atau yang biasa disebut stress, dilihat dari gejala mood, yaitu : kesulitan tidur, mudah bingung, mudah lupa, bimbang, dan kurang konsentrasi. 12 Sikap kemandirian atau intelegensi menjadi faktor internal yang mempengaruhi kemampuan SDLR pada urutan kelima, sikap intelegensi dapat mengembangkan sikap kritis terhadap sikap-sikap yang datang dari lingkungannya, mampu meningkatkan adanya kontrol diri terhadap perilakunya terutama unsur-unsur kognitif dan efektif ikut berperan, dan mampu melakukan segala pekerjaan secara bebas tanpa pengaruh dari orang lain. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa intelegensi juga berpengaruh dalam pembentukan belajar Majority Volume 5 Nomor 5 Desember 2016 28

secara mandiri.pendidikan menjadi urutan keenam dalam faktor internal yang mempengaruhi kemampuan SDLR, pada mahasiswa tingkat pertama yang menerapkan metode SDLR dibutuhkan waktu beradaptasi dalam perbedaan penerapan metode belajar pada saat duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) yakni teacher-centre learning, sehingga pada tingkat pertama proses SDLR kurang maksimal. 13 Faktor internal terakhir yang mempengaruhi proses SDLR yakniseseorang yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dan pengetahuan dasar yang luas akan dapat mengatur proses pembelajarannya sendiri, karena hal-hal tersebut dapat sangat menunjang keberhasilan proses SDLR. Terakhir adalah faktorsosialisasi atau pengalaman sebelumnya, pengalaman merupakan guru terbaik, begitu pula dalam proses pembelajaran, seseorang yang memiliki pengalaman gagal pada proses belajar akan mencoba menemukan cara yang tepat untuk mencapai keberhasilan, sehingga pengalaman kegagalan tersebut tidak terulang kembali. 14 Faktor eksternal pada proses SDLR, antara lain: (1) waktu belajar, tidak optimalnya proses belajar mandiri (SDLR) karena individu tidak dapat mengatur waktunya dan tidak dapat memprioritaskan hal penting yang akan dikerjakan terlebih dahulu; (2) tempat belajar, tempat belajar yang nyaman memberikan perasaan yang lebih baik untuk berkonsentrasi dan dapat menerima ilmu yang dipelajari lebih mudah; (3) motivasi belajar, motivasi dalam belajar dibagi menjadi 2, yakni: (a) motivasi ekstrinsik terjadi karena adanya dorongan luar yang mewajibkan seorang mahasiswa belajar yaitu ujian, nilai, dan penghargaan dari orang lain dan (b) motivasi intrinsik ialah motivasi belajar karena menyadari akan pentingnya belajar secara mandiri untuk memperluas pengetahuan; (4) pola asuh orang tua, dukungan dan pola asuh orang tua yang baik dalam bidang pendidikan dapat membantu anaknya dalam membiasakan diri dalam belajar sehari-hari dan mampu mempermudah prose SDLR; (5) aksesibilitas sumber belajar, terbatasnya akses dalam belajar akan membatasi kesempatan keberhasilan proses self-directed learning readiness pada mahasiswa; (6) tahun mahasiswa masuk universitas, mahasiswa yang memasuki universitas lebih cepat atau tingkat tinggi diharapkan mempunyai kesiapan SDLR lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang baru memasuki universitas yang selama menjalankan proses belajar di sekolah menengah atas (SMA) menerapkan metode teacher-centre learning. 14 Dari faktor yang mempengaruhi SDLR diatas, pada pengalaman sebelumnya, kemampuan SDLR dibentuk dari pengalaman pada masa lampau, melalui pengalaman di sekolah. Model pembelajaran teacher directed learning membatasi kebebasan individu untuk menjadi SDLR. Dalam penerapan SDLR tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengatur kedalaman dan keluasan belajarnya sendiri, melainkan menyerahkan tanggung jawab seluruhnya kepada dosen (teachercenter learning)dan berhubungan dengan tahun masuk universitas, yang mana semakin cepat mahasiswa memasuki pendidikan di universitas diharapkan kesiapan SDLR nya juga akan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang baru masuk universitas. 15 Pembentukan kemandirian belajar pada siswa ditentukan oleh dua hal. Pertama adalah sumber sosial, yaitu orang dewasa yang berada di lingkungan mahasiswa seperti orangtua, pelatih,anggota keluarga dan guru. Orang dewasaini dapat mengkomunikasikan nilai kemandirian belajar dengan modelling, memberikan arah dan mengatur perilaku yang akandimunculkan. Sumber yang kedua adalahmempunyai kesempatan untuk melatihkemandirian belajar. Siswa yang secara konstan selalu diatur secara langsung oleh keluarga atau orangtua dan guru tidak dapat membangun ketrampilannya untuk dapat belajar secara mandiri karena lemahnya kesempatan yang mereka punya. 16 Majority Volume 5 Nomor 5 Desember 2016 29

Ringkasan Dalam self directed learning readiness yang diterapkan dalam kurikulum problem based learning (PBL) pada fakultas kedokteran berdasarkan teori yang ada. Pada tahun masuk universitas, untuk mahasiswa tahun pertama terbilang masih memiliki tingkat SDLR yang rendah,dikarenakan masih memiliki sifat teacher centered learning dimana semua kebutuhan belajarnya harus didapatkan dari dosen atau staf pengajar, tetapi semakin lama mahasiswa belajar dalam sistem PBL, maka kemampuan SDLR-nya pun ikut meningkat,seperti yang terjadi pada mahasiswa tahun kedua dan ketiga yang memiliki tingkat SDLR baik. Self directed learning adalah sebuah proses mental yang ditujukan secara pribadi disertai dan didukung oleh kegiatan perilaku yang terlibat dalam mengidentifikasi dan mencari informasi. Pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam memfasilitasi berkembangnya self directed learning peserta didik. Dalam paradigm pembelajaran yang mendidik, pendidik sebagai fasilitator dan sumber belajar tidak hanya mentransfer pengetahuan, keterampilan, dansikap, tetapi juga harus berusaha meningkatkan self directed learning peserta didik. Self directed learning akan membuat peserta didik bertanggungjawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri dan diharapkan untuk bekerja secara mandiri atau dengan orang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi self directed learning adalah kemampuan mahasiswa mengambil inisiatif untuk bertanggungjawab terhadap pelajarannya dengan atau tanpa orang lain yang meliputi aspek: kesadaran, strategi belajar, kegiatan belajar, evaluasi, dan keterampilan interpersonal. Simpulan Perbedaan kesiapan belajar mandiri mahasiswa fakultas kedokteran berdasarkan tahun masuk universitas, pada mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat kemampuan belajar mandiri yang rendah tetapi pada tahun kedua dan ketiga memiliki tingkat yang baik. Daftar Pustaka 1. Putri DA. perbedaan self directed learning readiness pada mahasiswa pendidikan dokter fk uns semester i dan semster vii. Surakarta [skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret; 2015. 2. Chakravarthi S. Analysis of the pshychological impact of problem based learning (pbl) toward self directed learning among students in undergraduate medical education. Malaysia: Department of Phatology Faculty of Medicine International Medical University; 2010. 3. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar pendidikan profesi dokter indonesia.jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia; 2012. 4. Lidinillah DAM. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). 2012. 5. PDPT UI. Materi problem based learning (pbl). Jakarta: Universitas Indonesia; 2012. 6. Pamungkasari. Pengukuran kemampuan belajar mandiri pada mahasiswa pendidikan profesi dokter.jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 2012; 2:3. 7. Islam S.Kesiapan belajar mandiri mahasiswa ut dan siswa sma untuk belajara dengan sistem pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh di indonesia. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. 2010; 11(1):1-14 8. Fisher M. Development of a self-directed learning readiness scale for nursing education. Nursing Education Today. 2007; 21:516-25. 9. GuglielminoLM. Why self directed learning. International Journal of Self- Directed Learning.2008; 5(1): 1-14. 10. Natalia AD. Hubungan tingkat self efficacy dengan tingkat kesiapan belajar mandiri (self directed learning) untuk memasuki jenjang pendidikan siswa sma. Surabaya. 2002. 11. Sulistyaningsih W. Kesiapan bersekolah ditinjau dari jenis pendidikan pra sekolah anak dan tingkat pendidikan orang tua. Medan:Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2005; 1(1): 2 12. Ḉelik I. Social Emotional Learning skills and Educational Stress. 2015; 19;7:2 Majority Volume 5 Nomor 5 Desember 2016 30

13. Hendry GD. Ginns: readiness for selfdirected kidul kota semarang. Jurnal Promosi learning: validationof new scale Kesehatan Indonesia. 2012; 7(2):187. with medical student. Medical Teacher. 15. Aruan N. Gambaran Kesiapan Self Directed 2009; 31:918-20. Learning pada Mahasiswa Tahap 14. Presska C. Pengaruh penyuluhan Pendidikan Klinik UIN Syarif Hidayatullah kesehatan tentang kecacingan terhadap dan Faktor-Faktor yang Berhubungan. pengetahuan dan sikap siswa madrasah Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah; 2013. ibtidaiyah an nur kelurahan pedurungan 16. Tarmidi AR. Korelasi antara dukungan sosial orang tua dan self directed learning pada siswa. 2010; 37(2):216-23. Majority Volume 5 Nomor 5 Desember 2016 31