KECINTAAN DAN KEDEKATAN SESAMA MUKMININ

dokumen-dokumen yang mirip
Perjalanan Meraih Ridha Ar-Rahmaan

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Dimanakah Allah Subhanahu Wa Ta ala?

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif

Seorang Mukmin Bukan Orang Yang Hobi Mencela

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

Oleh : Syaikh Salim bin Ied al-hilali

Hadits-hadits Shohih Tentang

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

AL-JAMIL Yang Maha Indah

PUASA DI BULAN RAJAB

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

Manusia Dan Bermegah-Megah

Konsisten dalam kebaikan

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

HUKUM MENGUCAPKAN KATA KEKUFURAN TANPA MENGETAHUI ARTINYA ح م من تلفظ ب لمة ال فر غ مدرك معناها

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

Iman Kepada KITAB-KITAB

TAKWA DAN KEUTAMAANNYA

AL - MATIIN. Yang Maha Kokoh. حفظو هللا Oleh : Ustadz Abdullah bin Taslim al-buthoni. Publication : 1437 H_2016 M

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

Syarah Istighfar dan Taubat

Tatkala Menjenguk Orang Sakit

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

Keutamaan Membaca. Publication: 1434 H_2013 M KEUTAMAAN MEMBACA SHALAWAT. Oleh: Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

Sifat-Sifat Ibadah Yang Benar

Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. (QS. al-kautsar:2)

Bukti Cinta Kepada Nabi

Amalan Setelah Ramadhan. Penulis: Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc.

Motivasi Agar Istiqomah

Jagalah Lisan ك ب ع ا ي س ئ ىل

Petunjuk Nabi Dalam Menyebarkan Berita

Serial Bimbingan & Penyuluhan Islam

Syariat Adalah Amanah

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

Puasa Mengajarkan Mencintai Orang Miskin

Kesadaran Akan Keberadaan. Ahmad Munir

SUMPAH PALSU Sebab Masuk Neraka

DI ANTARA SIFAT-SIFAT TERPUJI ASY-SYAIKH RABI AL-MADKHALI - HAFIZHAHULLAH-

Doa dan Dzikir Seputar Musuh dan Penguasa

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Mencium Kening Ibu

Dosa Bersumpah Dengan Menyebut Selain Allah

Wallahu A lam bisshawab Wa shallallahu ala nabiyyina Muhammadin wa ala aalihi wa shahbihi wa sallam

Publication: 1435 H_2014 M. Beginilah Mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Dengan Benar

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Petunjuk Rasulullah. Ber-KOKOK

Nawaqidhul Islam: Matan dan Terjemah Pustakasyabab.blogspot.com

Perbaikan Keadaan Umat Urgensi Dan Cara Mewujudkannya

Suap Mengundang Laknat

Perkara yang Bermanfaat Bagi Seorang yang Telah Mati PERKARA YANG BERMANFAAT BAGI SEORANG YANG TELAH MATI

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com

Sifat Allah Al-Hayiyyu, Yang Maha Pemalu

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

PEMBUNUHAN KARENA KELIRU (TIDAK DISENGAJA)

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Perbuatan Dalam Waktu Singkat Namun Berdampak Besar

Allah Al-Ghalib (Maha Menang) dan An-Nashir (Maha Penolong)

IBUNYA MARAH KALAU TIDAK MERAYAKAN HARI IBU أمه ستغضب إن لم تفل بعيد الا م

Tantangan Alquran. Khutbah Pertama:

Perjalanan Meraih Ridha Ar-Rahman

Dan kemarahan itu sering menimbulkan perkara-perkara negatif, berupa perkataan maupun perbuatan yang haram.

Apakah Asal dalam Dakwah Adalah Tauqifi?

Faidah Seputar Aqidah Dari Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Dosa Memutuskan Hubungan Kekeluargaan

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

E٤٢ J٣٣ W F : :

ADAB DAN DOA SAFAR YANG SHAHIH

Hukum Mengubah Nazar

MERAYAKAN MALAM ISRA DAN MI RAJ

Indahnya Mengikuti Sunnah

ISLAM IS THE BEST CHOICE

Adab-adab Yang Wajib di Dalam Puasa. Oleh : Abu Ukasyah

PUSAT DOWNLOAD E-BOOK ISLAM. Copyright 1439 H/ 2018 M Untuk Umat Muslim

HOMOSEKS Dosa yang Lebih Besar Dari Zina

Tips dalam Memahami Ilmu

Keutamaan Membaca dan Merenungkan AYAT AL-KURSI حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

Hukum Poligami. Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah- Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Janganlah Berlaku Zalim

BOLEHKAH MENGERASKAN BACAAN SHALAT SIRRIYAH ATAU SEBALIKNYA DAN BIMBINGAN MENGGUNAKAN PENGERAS SUARA DI MASJID

KEUTAMAAN MENGANDUNG

Pengertian Ikhlas. Syaikh Muhammad Bin Shalih al-'utsaimin. rahimahullah. Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

Banyak yang bertanya kepada saya, Bagaimana contoh bekerja dengan orientasi akhirat?

Tata Cara Sujud Tilawah

Hukum Mandi Hari Jum'at

Transkripsi:

KECINTAAN DAN KEDEKATAN SESAMA MUKMININ Oleh: Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Aalu Syaikh

Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla telah menjadikan walâyah (kedekatan dan kecintaan) di antara kaum Mukminin. Oleh karena itu, seorang Mukmin harus mencintai saudaranya sesama Mukmin dengan tulus dari dalam hatinya. Karena hati-hati mereka sama-sama mencintai Allâh, mencintai Rasul-Nya, dan tunduk pasrah kepada-nya dengan mengikuti agama Islam. Allâh Azza wa Jalla berfirman: م ع و و لو و م ه ض ع و نو ن م ؤ م لا و نو ن م ؤ م لا و Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi wali (penolong) bagi sebagian yang lain. [at-taubah/9:71] Karena seorang Mukmin mencintai saudaranya sesama Mukmin, maka dia akan menolongnya dan membela kehormatannya. Dia tidak rela saudaranya dihinakan atau direndahkan. Jika saudaranya dihinakan, dia akan tampil membelanya, karena ini merupakan konsekwensi kecintaan. Seorang Mukmin tidak akan menuduh Mukmin lainnya dengan tuduhan palsu, apalagi tuduhan itu dengan sebab kekeliruan saudaranya. Karena walâyah (kedekatan dan kecintaan) itu akan mendorongnya untuk memberikan nasehat kepada saudaranya, dia ingin saudaranya mendapatkan kebaikan sebagaimana dia menginginkan

kebaikan itu untuk dirinya. Nabi Muhammad Shallallahu alaihiوwaوsallamوbersabda: و م س ف خ و ب ح و ؤ ل ه خ و ب ح و م ت ح م ك د ع و م ؤ ؤ و ال Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai (kebaikan) untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri [HR. Bukhâri dan Muslim] Semua orang itu sering atau pernah melakukan kesalahan. Disebutkan dalam sebuah hadits: و ن ء ل ؤ ون ه خ و ه ء لو و و ن ؤ و د ل و لا و م ل ع و ل خ و نه و ى ل ح نوم ب ن و ا و س ن و ؤ و نوت ل ن لا و Dari Anas Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Semua anak cucu Adam sering berbuat salah dan sebaik-baik orang yang banyak berbuat salah adalah mereka yang banyak bertaubat." [HR. Ahmad; Tirmidzi; Ibnu Mâjah; Dârimi] Jika seorang Mukmin terjatuh dalam kesalahan, maka sepantasnya Mukmin lainnya berusaha memberinya nasehat, karena sesungguhnya hati manusia itu suka dan mudah menerima nasehat yang tulus dari hati. Tidak sebaliknya, membeberkan kesalahan tersebut di kalangan

umum atau menumpahkan kekesalan. Di saat itulah keimanan yang ada di kalangan kaum Mukmin menjadi pengikat yang kuat, mereka akan saling melindungi dan menolong. Namun sangat disayangkan, lemahnya semangat melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan perintah Rasul-Nya telah tersebar dan merata di tengah masyarakat, sehingga sebagian majlis-majlis mereka berisi celaan dan gangguan terhadap saudara-saudara mereka sesama Mukmin. Sebagian orang yang lemah imannya, jika mendengar saudaranya terjatuh dalam kebatilan atau kesalahan, mereka menyebarkannya dan menyangka itu merupakan bentuk nasehat (ketulusan; pembelaan). Padahal, sejatinya itu bertentangan dengan konsekwensi keimanan dan konsekwensi kecintaan sesama kaum Mukminin. Ini jika yang mereka sebutkan itu benar. Lalu bagaimana jika yang dia sebutkan itu tidak benar? Bagaimana jika yang dia sebutkan itu dusta lalu disebarkan oleh banyak orang tanpa memperdulikan kehormatan saudara-saudara mereka sesama Mukmin?! Allâh Azza wa Jalla berfirman: م ث تنل و ض ت لستل نم ت ن ل لن د ك و ند ت ف ب لن ؤ ل ر خ و نو ن م ؤ م لا و نو ن م ؤ م ؤ و م ا و نو ذ ؤ و ؤ ب متل Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang Mukmin dan Mukminat tanpa kesalahan yang mereka

perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. [al-ahzâb/33: 58] Dalam ayat yang mulia ini Allâh Subhanahu wa وTa ala وmenjelaskan وbahwa orang-orang yang menyakiti kaum Mukminin dan Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. Termasuk dalam hal ini adalah menuduh dan menyebarkan berita dusta. Karena mereka hanya mendengar berita buruk, lalu disebar dan diulang-ulang. Mereka tidak memiliki bukti kongkrit. Oleh karena itu, mereka memikul dosa yang nyata, perbuatan maksiat yang nyata. Pelakunya tidak mendapatkan pahala, bahkan dia memikul dosa dan keburukan di dunia dan akhirat. Sifat yang buruk ini, maksudnya menuduh dengan tuduhan palsu terhadap orang-orang beriman, yang yang diancam dalam ayat yang agung ini, sering dilakukan manusia semenjak zaman dahulu. وdi وSyi ah وatau وRafidhah وorang وsekelompok وAda zaman dahulu dan berikutnya telah menuduh kaum Mukminin dan Mukminat yang paling tinggi keimanan mereka, yaitu para sahabat Rasûlullâh n, dengan tuduhan yang tidak pernah mereka lakukan. Ini adalah dusta dan dosa nyata, sebagaimana dinyatakan oleh Allâh Azza wa Jalla. Tuduhan ini telah tersebar di kalangan manusia di zaman dahulu dan zaman sekarang.

Ada juga sekelompok orang dari umat ini yang menuduh para Ulama mereka, padahal para Ulama ini mengiringi para sahabat dalam keimanan dan pengamalan Islam. Mereka mengikuti petunjuk Allâh Azza wa Jalla, meniti jalan Sunnah, dan mengajak kepada aqidah tauhid, aqidah as-salafus shalih. Tuduhan batil terhadap Ulama ini tersebar di masyarakat di zaman dahulu dan sekarang yang lemah imannya. Diantara mereka ada yang mengatakan berdasarkan dugaan, bukan berdasarkan suatu yang وada وKemudian و. demikian وsangka وAku و, meyakinkan orang lain di majlis itu yang mendengarnya lalu menyampaikan ke orang lain. Dia mengatakan, وlalu و, demikian وdan وdemikian وA وsi وbahwa وDiceritakan وtelah وAku و, mengatakan وdan وketiga وorang وdatang وke وyang وorang وdatang وkemudian و, demikian وmendengar وtsiqah وyang وSeorang و, mengatakan وdan وempat (terpercaya)وtelahوmemberitahukuوdemikian.وlalu datang orang kelima dan menjadikannya sebagai berita yang benar, dianggap sebuah kebenaran yang tidak bisa didiskusikan lagi. Lalu berita itu tersebar di tengah masyarakat, padahal itu adalah tuduhan dusta terhadap Ulama. وNabi وShallallahu وalaihi وwa sallam bersabda tentang ghibah:

ه خ ك و ن ل ه لك و د خ ك و Engkau menyebut saudaramu dengan apa yang dia benci. Lalu beliau ditanya: لا و ؤ ل ه ن ن د لا و م ا و خ ف و Bagaimana pendapatmu, jika apa yang aku katakan itu benar-benar ada pada saudaraku? :وmenjawabوsallamوwaوalaihi وShallallahuوBeliau و ض ت خ د ك و خ و ه ؤ و و ع و م ا و ن و ت ب ت خ د ك و د لا و ؤ ل خ و د لا و م ا و Jika apa yang engkau katakan itu benar adanya, berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak ada padanya, berarti engkau telah membuat kedustaan atasnya. [HR. Muslim, no. 2589; Tirmidzi, no. 1935; Abu Dâwud, no. 4874] Ini fakta dalam banyak majlis. Mereka membicarakan orang-orang baik, orang-orang pilihan, para Ulama yang mengajak kepada petunjuk, mengajarkan umat aqidah Salaf, mengajak agar umat

berpegang teguh dengan Islam. Mereka menuduhkan kepada para Ulama sesuatu yang tidak ada pada mereka atau tidak mereka lakukan. Dasar perkataan mereka hanyalah persangkaan semata, padahal Allâh Subhanahu waوta ala berfirman: نو ظؤ و ؤ ؤ و د ر تخن نو ت م ب لن ؤ م لن نو ذ ؤ و ض ل ل Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan) [Al-Hujurat/49: 12] Allâh Azza wa Jalla mewajibkan kaum Mukminin menjauhi persangkaan diantara mereka. Allâh juga mewajibkan kaum Mukminin menjauhi sikap saling mencela. Kalau saling mencela sesama saja terlarang, lalu bagaimana jika celaan diarahkan kepada Ulama yang وalaihi وShallallahu merupakan pewaris para Nabi. Beliau wa sallam bersabda: ة ث لن و ة ه تنل ال و م ل تةن ل ظة ث لن و ع و ن س ب لو و م ا و ن س ب لو و ة و ث ر نو م ل ن لو و م ا و ن خ و ب ظ و و ه ذ و ه ذ ك ن ؤ و نو م ل ع و Dan sesungguhnya para Ulama itu pewaris para Nabi. Para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak. [HR. Abu Dâwud no:3641; Tirmidzi no:3641; Ibnu Mâjah no: 223; Ahmad 4/196; Dârimi no: 1/98. haditn ini dinilai

hasan oleh Syaikh Salim al-hilali dalam Bahjatun Nâzhirin 2/470, hadits no: 1388] Ini sebuah fakta yang menyedihkan. Seharusnya majlis-majlis kaum Mukminin bersih dari kedustaan dan dari hal-hal yang bisa mendatangkan dosa yang nyata dan dosa besar. Kewajiban orang-orang yang beriman adalah saling menolong dan saling mencintai. Dan diantara buah kecintaan itu adalah saling menjaga kehormatan. Dan kehormatan paling tinggi yang berhak untuk dijaga adalah kehormatan Ulama umat ini. Persangkaan buruk kepada Ulama, hanya merugikan pelakunya sendiri, karena dampak buruknya akan kembali kepada pelaku. Demikian juga halnya mencela orang-orang beriman dengan sesuatu yang tidak mereka lakukan. Perilaku buruk ini juga sudah tersebar di sebagian majlismajlis. Mereka menuduh orang lain hanya dengan dasar persangkaan. Perilaku buruk ini harus dihentikan! Karena mencela orang lain dan menyebarkannya berarti mencela dirinya sendiri. Tidakkah kita dengar firman Allâh Azza wa Jalla:

س س ف ه ع و ل ن ن ال و Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri [al- Hujurat/49:11] Jika seorang Mukmin mencela saudaranya yang beriman, itu sebenarnya dia mencela dirinya sendiri, karena seorang Mukmin adalah saudara bagi Mukmin yang lain. Seharusnya, dia berusaha menjaga dan membela kehormatannya. Jika seseorang melihat atau mendengar keburukan orang lain, lalu dia menyebarkannya, berarti dia tidak peduli dosa dan akibat و, buruknya وpadahal وNabi وShallallahu alaihi wa sallam وsambil وanhu وRadhiyallahu وMu adz وkepada وbersabda memberikan isyarat kearah lidah: ه ذ ن ل ل و د ف و Tahan ini! Mu adzوradhiyallahuوanhuوbertanya: خ و س ت ه ل ع و ن ل و ن م نه ذ ا و م س ل نه و س ب ن و ل Wahai Nabi Allâh, apakah kita akan disiksa dengan sebab ucapan yang kita katakan?

Beliau menjawab: ه خ ه ع وؤ م ل ل ح و و له ض ع و ل ح نوم لة و ن نوم لن و ه ح و ه ل و و ؤ م ل ل ؤ ل و ث ه ل ت ل و و ف م ت ض ع و و م د ل ك م ال و Kasihan وengkau وhai Mu adz! Adakah yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka pada wajahwajah mereka atau hidung-hidung mereka selain hasilhasil (akibat-akibat buruk) lidah mereka?. [Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, no: 2616; Ibnu Mâjah, no: 3872; Ahmad 5/230, 236, 237, 245; dll; Dishahihkan oleh و: noو, Shaghîrوal-Jâmi ish Syaikh al-albâni dalam Shahîh 5126 dan Irwâ'ul Ghalîl, no. 413] Oleh karena itu barang siapa mendengar tentang sesuatu, tetapi dia belum memastikan kebenarannya, maka jangan sekali-kali dia membicarakannya. Karena menjaga kehormatan seorang Mukmin hukumnya wajib. Jika dia mendengar tentang sesuatu dan sudah memastikan kebenarannya, maka dia tidak boleh menyebarkannya dan menyampaikan kepada orang lain. Dia berkewajiban memberi nasehat secara rahasia. Karena jika dosa-dosa itu disebarkan di tengah masyarakat, maka mereka akan meremehkannya. Sehingga menyebarkan beritanya akan lebih mempermudah tersebarnya perbuatan dosa tersebut setelah sebelumnya disebarkan dengan perbuatan.

Hendaklah kita memperhatikan masalah besar ini. Yaitu masalah memberikan nasehat kepada kaum Mukminin. Memberikan nasehat dengan tetap menjaga kehormatan mereka, membimbing dan mengarahkannya untuk melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan kebaikan. Hendaklah kita menjaga kehormatan para Ulama. Karena jika para Ulama dicela, maka perkataan mereka tidak akan didengar. Kedudukan mereka yang mulia sebagai pembimbing, pemberi fatwa dan juru dakwah akan hilang. Karena tabi'at umumnya orang, jika ada orang lain yang memiliki reputasi buruk, maka mereka tidak akan mendengar perkataannya. Oleh karena itu, kita berkewajiban menjaga kehormatan para Ulama kita dari hal-hal buruk yang mereka sebarkan. Bukan hanya para Ulama, bahkan kita juga wajib menjaga kehormatan seluruh kaum Mukminin sesuai dengan kedudukannya di dalam keimanan, sesuai dengan kedudukannya di dalam melaksanakan perintah Allâh dan perintah RasulNya. Ini merupakan perkara penting. Janganlah kita isi majlis kita dengan desas-desus, وkitaوjikaوyangو, berkataوlainوorang و, berkataوtelahوfulan perhatikan, perkataan itu menyakiti kaum Mukminin dengan sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan. Kita memohon kepada Allâh Yang Maha Agung agar mensucikan lidah kita dan pendengaran kita. Dan agar menjadikan kita termasuk orang-orang yang mengucapkan perkataan yang haq dan termasuk orang-

orang berhati bersih yang selalu husnuz zhan (berbaik sangka) terhadap seluruh kaum Muslimin. Aku mohon وdanو,( kemuliaanو; kehormatan )وafaf و, ketaqwaanو, petunjuk kecukupan kepada Allâh untukku dan untuk kalian semua. Wallahu a'lam (DisadurوolehوAbuوIsma ilوmuslimوal-atsari, dari khutbah وyang وSyaikhوAaluوAzizوAbdulوbinوShalihوSyaikhوjum at berjudulو WalayatulوMukmin ) [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XV/1433H/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]