BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

PERAGA BENDA KONKRIT SEMESTER I TAHUN 2010/2011

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkembang sejak dahulu. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai. maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ahmad Nurhayatna 35. Kata Kunci :Meningkatkan, Aktivitas, Hasil Belajar, Media Gambar Balok Pecahan

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KONSEP PECAHAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

selanjutnya dapat dibuat diagram di bawah ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar siswa terdiri atas dua kata, yaitu aktivitas dan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS 1 SD NEGERI TELAJUNG 03 KECAMATAN CIKARANG BARAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA. Sufiana

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II Kajian Pustaka

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Rancangan penelitian ini menggunakan metode Peneelitian Tindakan kelas. dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Bahri (dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran guru

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Senawati Nengsih

PELAKSANAAN TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Yuliaji *) yuliaji0607gmail.com

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004:22). Dari situs indramunawar.blogspot.com menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru (Indra, 2009). Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Oemar Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Ranah psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, dan koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk 4

5 dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. 2.1.2. Media Benda Konkret Menurut Blake dan Horalsen dalam Darhim (1993:5), media adalah saluran komunikasi atau perantara yang digunakan uintuk membawa atau menyampaikan sesuatu pesan, di mana perantara itu merupakan jalan atau alat untuk lalu lintas suatu pesan antara komunikator dan komunikan. Menurut Mahidjojo dalam Darhim (1993:5) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebarkan ide sehingga gagasannya sampai pada penerima. Menurut Darhim (1993:6) media pembelajaran matematika didefinisikan sebagai suatu alat peraga yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pembelajaran yang dituangkan dalam GBPP bidang studi matematika dan bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran matematika adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar untuk membantu menyampaikan materi pelajaran. Penggunaan media pendidikan didasarkan pada: a. Objek-objek matematika yang abstrak, perlu dicari upaya untuk dapat dipahami secara bertahap oleh peserta didik. b. Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan. c. Media dapat membangkitkan keingintahuan pada peserta didik. Wibawa dan Mukti (1993:54) menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penggunaan media menjadi lebih efektif, yaitu: (1) media harus digunakan di kelas dengan kondisi semenarik mungkin, (2) setiap orang dalam kelas itu harus dapat melihat media dengan mudah, (3) media harus digunakan dalam hubungannya dengan materi pelajaran lainnya, (4) siswa perlu diberi kesempatan semaksimal mungkin untuk menangani, mencoba dan mengamati media, bertanya atau membuat generalisasi, (5) upayakan objek, sampel, atau model lain yang tak ada kaitannya denga topik yang dibicarakan dialihkan dari

6 perhatian siswa, (6) bila perlu siswa dilatih untuk membuat media untuk menjabarkan suatu objek, atau prinsip yang ia pelajari. Dalam pdf Lilis Lisnawati, Widodo (2007:109) media benda konkret adalah benda-benda asli apa adanya tanpa mengalami perubahan yang dijadikan media dalam kegiatan pembelajaran. Media benda konkret sering disebut juga media benda nyata atau realita. Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya, tanpa perubahan. Dengan memanfaatkan realita dalam proses belajar siswa lebih aktif dapat mengamati, menangani, memanipulasi, mendiskusikan, dan akhirnya menjadi alat untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan sumber-sumber belajar serupa (Wibawa dan Mukti, 1993:55). Anderson (1987: 183) berpendapat bahwa objek yang sesungguhnya, atau benda model yang mirip sekali dengan benda nyatanya, akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari tugas yang menyangkut keterampilan psikomotor. Untuk mencapai hasil yang optimum dari proses belajar mengajar mengajar, salah satu hal yang sangat disarankan adalah digunakannya pula media yang bersifat langsung dalam bentuk objek nyata atau realia (Ibrahim dan Syaodih, 2010:118). Ada beberapa keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan media benda nyata ini. Ibrahim dan Syaodih (2010:119) menyatakan bahwa keuntungan menggunakan media ini antara lain (1) dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada siswa untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata dan (2) memberikan kesempatan pada siswa untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih keterampilan mereka dengan menggunakan sebanyak mungkin alat indera. Kelemahan dalam menggunakan objek nyata ini antara lain (1) membawa muridmurid ke berbagai tempat di luar sekolah kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya; (2) biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai objek nyata kadang-kadang tidak sedikit, apalagi ditambah dengan kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya; dan (3) tidak selalu dapat memberikan semua gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti

7 pembesaran, pemotongan, dan gambar bagian demi bagian, sehingga pengajaran harus didukung pula dengan media lain. Sejalan dengan Ibrahim dan Syaodih, Anderson (1987:187) menyatakan beberapa kelebihan penggunaan media benda konkret antara lain (1) dapat memberi kesempatan maksimal mungkin pada siswa untuk melaksanakan tugastugas nyata, atau tugas-tugas simulasi, dan mengurangi transfer belajar; (2) dapat memperlihatkan seluruh atau sebagian besar rangsangan yang relevan dari lingkungan kerja, dengan biaya yang sedikit; (3) memberi kesempatan pada siswa untuk mengalami dan melatih keterampilan manipulatif mereka dengan menggunakan indera peraba; dan (4) memudahkan pengukuran penilaian siswa, bila ketangkasan fisik atau keterampilan koordinasi diperlukan dalam pekerjaan. Anderson juga memiliki pendapat yang sama mengenai keterbatasan penggunaan media konkret ini, namun ia menambahkan bahwa menggunakan media konkret dalam pembelajaran akan mengakibatkan sulitnya mengontrol hasil belajar, karena konflik-konflik yang terjadi dengan pekerjaan, atau dengan lingkungan kelas. Menurut Dienes (dalam Hudoyo, 1998) bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna apabila pertama-tama disajikan kepada peserta didik dalam bentuk-bentuk konkret. Oleh karena itu betapa pentingnya pemanfaatan benda-benda konkret/alat peraga baik yang dirancang secara khusus ataupun benda-benda yang ada di lingkungan sekitar sebagai media dalam pembelajaran matematika. 2.1.3. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas. Objek matematika merupakan benda pikiran yang bersifat abstrak dan tidak dapat diamati dengan pancaindera. Objek matematika berkenaan dengan ide-ide/konsepkonsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif, konsisten dan logis. Sudjadi (1999) menyatakan bahwa keabstrakan matematika karena objek dasarnya yang berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip tersebut bersifat abstrak. Ciri keabstrakan dan ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari, sehingga banyak peserta

8 didik yang merasa kesulitan belajar matematika. Oleh karena itu perlu ada jembatan yang bisa menghubungkan antara keilmuan matematika dan pembelajaran matematika. Salah satu cara untuk menjembatani agar matematika yang bersifat abstrak tersebut mudah dipahami oleh peserta didik dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika di Sekolah Dasar diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktik kehidupan sehari-hari (Slamet Haryanto, 1994:66). Tujuan umum pembelajaran matematika di sekolah adalah: 1. Mempersiapkan agar siswa sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. 2. Mempersiapkan agar siswa dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian, tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar tersebut memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberi tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah untuk: 1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. 2. Menumbuhkan kemauan siswa, yang dialihgunakan, melalui kegiatan matematika. 3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

9 4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin. (Depdikbud, 1994:111-112) 2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Data hasil observasi yang dilakukan oleh Stefanus Suhartono di kelas V SD Wonotingal 01 Semarang tahun pelajaran 2002/2003, peneliti menggunakan media kartu pecahan dan diperoleh hasil sebagai berikut: tes uji coba nilai ratarata 3,7. Siklus 1 nilai lembar kerja rata-rata 8,07 nilai evaluasi rata-rata 8,11. Siklus 2 nilai lembar kerja rata-rata 8,57 nilai evaluasi rata-rata 8,46. Siklus 3 nilai lembar kerja rata-rata 9,43 nilai evaluasi rata-rata 8,46. Siklus 4 tes formatif (tes akhir) nilai rata-rata 8,64. Dari hasil tersebut terlihat peningkatkan nilai awal tes uji coba rata-rata 3,7 dan nilai tes akhir rata-rata 8,64. Lies Erna Malaiati menggunakan media konkret pada pembelajaran geometri siswa kelas V SDN 1 Tanjung Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010 hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan, hal ini dibuktikan dengan hasil pelaksanaan maksimal nilai rata-rata 4,4, namun hasil pembelajaran belum maksimal karena masih terdapat 7 siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM 70. Siklus II pelaksanaan sudah maksimal terbukti telah mencapai rata-rata 4,5. Hasil pembelajaran maksimal dibuktikan dengan ketuntasan belajar sudah mencapai 89,3% dengan nilai rata-rata 7,41 atau di atas KKM. 2.3. Kerangka Pikir Mata pelajaran matematika seringkali menjadi pelajaran yang paling ditakuti oleh hampir semua siswa begitu pula dengan orang dewasa. Maka dari itu, guru diharapkan dapat menyampaikan materi pelajaran matematika secara menarik dan mudah dipahami oleh siswa.

10 Kondisi Awal Guru belum menggunakan media dalam pembelajaran Siswa: Hasil belajar Matematika rendah Tindakan Guru menggunakan media dalam pembelajaran Siklus I Menggunakan media benda konkret Kondisi Akhir Hasil belajar Matematika meningkat Siklus II Menggunakan media benda konkret Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Pada saat kondisi sebelum tindakan, guru belum menggunakan media dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa rendah atau di bawah KKM. Kemudian dilakukan tindakan yang terdiri dari dua siklus di mana masing-masing siklus menggunakan media benda konkret. Setelah itu ditemukan kondisi akhir hasil belajar siswa mengalami peningkatan. 2.4. Hipotesis Mengacu pada landasan dan kerangka berpikir sebagaimana yang telah diuraikan, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Penggunaan media benda konkret dalam pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana kelas V SD Negeri Ngijo 01 Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kolaborasi di mana guru kelas sebagai pelaksana penelitian tindakan kelas yang dilakukan sedangkan peneliti berperan sebagai observer. 3.2. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian dilakukan pada kelas V dengan jumlah siswa 29 anak yang terdiri dari 15 anak laki-laki dan 14 anak perempuan di SD Negeri Ngijo 01 Semarang Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ngijo 01 Semarang yang berlokasi di jalan Raya Ngijo, kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang dan dilaksanakan pada bulan April 2012. Subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa yang ada di kelas V SD N Ngijo 01 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012, yaitu 29 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Hasil belajar matematika siswa kelas V masih rendah. Dari 29 anak hanya 6 yang nilainya tuntas dari KKM dan sisanya yaitu sebanyak 23 siswa mendapat nilai di bawah 65 atau belum mencapai KKM yang ditentukan. 3.3. Variabel yang Akan Diteliti Variabel penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. a. Variabel Bebas (X) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran matematika menggunakan media benda konkret. b. Variabel Terikat (Y) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika pada materi pokok menentukan jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok. 11

12 3.4. Rencana Tindakan Sesuai dengan gagasan guru maka rencana penelitian ini berupa prosedur kerja dalam penelitian tindakan yang akan ditempuh dalam dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai terdiri dari: a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Analisis dan Refleksi Rincian prosedur tindakan tiap siklus adalah sebagai berikut: 3.4.1. Siklus I Secara terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk Siklus I ini diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Kegiatan dalam tahap perencanaan berikut ini adalah: 1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah 2) Merancang rencana pembelajaran dengan kompetensi dasar menentukan jaring-jaring bangun ruang sederhana 3) Mempersiapkan media konkret yang akan digunakan 4) Menyusun evaluasi b. Pelaksanaan Skenario pembelajaran yang telah dirancang pada tahap perencanaan dilaksanakan sepenuhnya dalam tahap ini. 1) Membuka pelajaran 2) Menyampaikan materi sifat-sifat kubus dan balok dengan menggunakan media benda konkret 3) Membagi siswa dalam kelompok untuk kegiatan pembelajaran 4) Membagi lembar kerja kelompok 5) Membagi lembar evaluasi 6) Menutup pelajaran c. Analisis dan Refleksi Hasil kerja evaluasi dianalisis dan dijadikan bahan renungan serta refleksi diri oleh peneliti bersama dengan guru kelas. Kemudian hasil

13 analisis dan refleksi ini dijadikan dasar oleh peneliti bersama guru untuk merancang pelaksanaan Siklus II. 3.4.2. Siklus II Untuk Siklus II dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Kegiatan pada tahap ini meliputi: 1) Merancang kembali rencana pembelajaran 2) Mempersiapkan media yang diperlukan 3) Menyusun kembali lembar kerja evaluasi b. Pelaksanaan Rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan dilaksanakan sepenuhnya pada tahap ini. Kegiatan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus kedua ini adalah: 1) Membuka pelajaran 2) Menyajikan materi jaring-jaring kubus dan balok dengan menggunakan media konkret 3) membagi kelompok, bertanya jawab, diskusi, serta memberikan penugasan kepada siswa 4) Membimbing siswa dalam proses pembelajaran dan menarik kesimpulan 5) Siswa dibagikan lembar evaluasi 6) Menutup pelajaran 7) Menganalisis hasil evaluasi c. Refleksi dan Analisis Hasil kerja siswa dalam mengerjakan lembar kerja dan evaluasi didata dan dijadikan bahan untuk refleksi diri. Setelah diperoleh hasil analisis, maka peneliti bersama dengan guru membandingkan hasil analisis Siklus 1 dengan Siklus 2.

14 3.5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam mutu penelitian sehingga kecermatan dan ketelitian sangat diperlukan untuk mendapatkan data yang baik. 3.5.1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah: a. Observasi terhadap kelas V SD Negeri Ngijo 01 Semarang pada saat pembelajaran matematika. Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran pada saat proses pembelajaran. Observasi yang dilakukan tidak hanya kepada guru namun juga kepada siswa. b. Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran dan tingkat pemahaman dalam pembelajaran matematika. 3.5.2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas V dalam mata pelajaran matematika di SD Negeri Ngijo 01 Semarang setelah menggunakan media benda konkret yaitu: a. Lembar Observasi Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berupa lembar observasi guru dan lembar observasi siswa pada praktik pembelajaran terhadap penggunaan media konkret pada setiap kegiatan pembelajaran. b. Soal Evaluasi Soal evaluasi yang diberikan adalah soal evaluasi tertulis. Evaluasi ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Evaluasi ini diberikan setelah akhir pembelajaran. 3.6. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan hasil evaluasi belajar siswa.

15 Peneliti menyatakan hasil belajar matematika meningkat jika sebanyak 85% dari jumlah siswa atau sebanyak 25 siswa telah mencapai KKM. Untuk KKM yang telah ditetapkan yaitu 65. 3.7. Teknik Analisis data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes sebelum perbaikan, setelah Siklus I dan setelah Siklus II. Berdasarkan perbandingan nilai tersebut, juga akan diketahui perbandingan ketuntasan klasikal sebelum perbaikan, setelah Siklus I dan setelah Siklus II. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa dianalisis dengan cara menghitung ketuntasan belajarnya sebagai berikut: a. Menghitung rata-rata nilai Untuk menghitung rata-rata nilai menggunakan rumus: x i = Keterangan: x i x N : rata-rata nilai : jumlah seluruh nilai : jumlah siswa b. Menghitung ketuntasan belajar klasikal Persentase = x 100% Dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika seluruh populasi kelas telah tuntas belajar.