PENERAPAN MODEL PEMBELAJAR AN SIKLUS BELAJAR HIPOTETIK DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAH AM AN KONSEP SISWA SMA PAD A MATERI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

dokumen-dokumen yang mirip
Taufiq and Ketang Wiyono. Departement of Phyiscs Education, Sriwijaya University

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat,

BAB II. MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR HIPOTETIK DEDUKTIF, PEMAHAMAN KONSEP, KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

DAFTAR PUSTAKA. pada Siswa SMP Kelass VIII. Tesis pada Universitas Negeri Semarang. [Online]. [9 Januari 2012].

PENGARUH MODE LEARNING CYCLE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang

C026 PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

SUATU MODEL DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP KALOR DI KELAS X SMA N 2 PEUSANGAN

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL REACT TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan menguraikan hasil penelitian pembelajaran

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA KAPITA SELEKTA MATEMATIKA

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: e-issn: Vol. 2, No 8 Agustus 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF SISWA SMK DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THREE STEP INTERVIEW

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan kemampuan dasar dalam aspek intelektual, sosial dan personal

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Sikap Siswa terhadap Matematika dan Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR HIPOTETIKAL DEDUKTIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA NEGERI 4 PINRANG

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain

Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5E TERHADAP PERUBAHAN KONSEP TENTANG HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PALU

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA SMA DALAM MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM D-Ei-Hd. Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari**, Sadijah Ahmad***

Kata kunci: Metode Discovery, Metode Problem Solving, Kemampuan Berpikir Kritis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XII PADA MATERI POKOK GELOMBANG CAHAYA DI SMA. Nur Fitriah Andriyani

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretespostes

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

Unnes Physics Education Journal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) UNTUK MEMFASILITASI PERUBAHAN KONSEPTUAL SISWA SD DALAM PEMBELAJARAN IPA

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA KONSEP DAN AKTIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Peer Instruction Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sigi

Penggunaan Inquiry Lab dalam Pembelajaran IPA Berbasis Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Dian Vitayana, Yusuf Kendek dan Fihrin Abstrak Kata Kunci :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini ditujukan pada pengembangan model pembelajaran kimia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL KOLB

OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015) ISSN:

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA, DAN GARAM

Model Pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X MA Al-khairaat Pusat Palu

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pokok Bahasan Getaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa

DESAIN MODEL GUIDED INQUIRY UNTUK EKSPLORASI KESULITAN BELAJAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SERTA KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam

MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJAR AN SIKLUS BELAJAR HIPOTETIK DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAH AM AN KONSEP SISWA SMA PAD A MATERI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Taufiq FKIP Universitas Sriwijaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan meningkatkan pemahaman konsep siswa SMA melalui penerapan model pembelajaran siklus belajar hipotetik deduktif. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi dan instrumen yang digunakan berupa tes pemahaman konsep, angket skala likert serta lembar observasi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA Semester 2 salah satu SMA Negeri yang berada di Kota Palembang pada tahun pelajaran 2008/2009 dan sampel dua kelas diambil secara acak dari tiga kelas. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pemahaman konsep keseimbangan benda tegar siswa yang menggunakan model pembelajaran siklus belajar hipotetik deduktif lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, hasil ini di dasarkan pada rata-rata N-Gain penguasaan konsep kelas eksperimen 0,72 (kriteria tinggi) dan kelas kontrol 0,32 (kriteria sedang). Guru dan siswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran siklus belajar hipotetik deduktif pada materi keseimbangan benda tegar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siklus belajar hipotetik deduktif pada materi keseimbangan benda tegar secara signifikan lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa SMA dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Kata Kunci: Model Siklus Belajar Hipotetik deduktif, Pemahaman Konsep, Keseimbangan Benda Tegar. PENDAHULUAN Menghadapi perkembangan dunia yang semakin maju masyarakat harus tanggap IPA, karena dewasa ini banyak sekali lapangan pekerjaan yang membutuhkan berbagai keterampilan tingkat tinggi, menuntut kemampuan untuk selalu dapat belajar dalam setiap perubahan, bernalar, berfikir kreatif, membuat keputusan, dan kemampuan untuk memecahkan masalah (Klausner, 1996). Oleh karena itu peningkatan mutu penguasaan IPA (fisika) di semua jenjang pendidikan harus selalu diupayakan. Para ahli pendidikan telah berusaha untuk mengembangkan berbagai model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya mata pelajaran fisika, diantaranya adalah model pembelajaran yang dilandasi pandangan konstruktivisme dari Piaget. Menurut pandangan ini, dalam proses pembelajaran siswa 507

belajar membangun pengetahuannya sendiri dan memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah (Dahar, 1989). Salah satu strategi mengajar yang menggunakan pandangan konstruktivisme adalah model pembelajaran siklus belajar (learning cycle). Siklus belajar ( learning cycle) hipotetik deduktif belajar hipotetik deduktif (hypothetical-deductive), dalam siklus siswa belajar mulai dengan pernyataan berupa pertanyaan mengapa?. Siswa diminta untuk merumuskan kemungkinan jawaban (hipotesis) atas pernyataan tersebut. Kemudian siswa diminta untuk menurunkan konsekuensikonsekuensi logis dari hipotesis dan merencanakan serta melakukan eksperimen (eksplorasi). Analisis hasil eksperimen menyebabkan beberapa hipotesis ditolak, sedang yang lainnya diterima (pengenalan konsep). Akhirnya konsep-konsep yang relevan dan pola-pola penalaran yang terlibat dan didiskusikan, diterapkan pada situasi yang lain (aplikasi konsep). Perumusan secara eksplisit dan pengujian hipotesis melalui perbandingan deduksi logis dengan hasil empiris merupakan hal yang diperlukan dalam pemikiran hipotesis deduktif (Lawson, 1989). Penelitian terhadap pembelajaran model siklus belajar, untuk mengetahui perubahan konseptual IPA yang didasarkan pada pendekatan konstruktivisme telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, diantaranya oleh Hulya Yilmaz, Pinar Huyuguzel Cavas (2004), melaporkan hasil penelitiannya bahwa penerapan siklus belajar lebih berhasil dibanding siswa yang diajarkan dengan pendekatan tradisional. Terdapat juga perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok mengenai mereka terhadap sain setelah perlakuan. sikap Metode siklus belajar sain menghasilkan sikap-sikap yang lebih positif terhadap sains dibandingkan dengan metode tradisional. Selanjutnya Salih Ates (2005), melaporkan hasil penelitiannya bahwa metode siklus belajar terbukti secara statistik signifikan untuk mengajarkan banyak konsep dan beberapa aspek yang menyangkut rangkaian hambatan DC tetapi bukan untuk mengajarkan konservasi arus dan menjelaskan aspek-aspek mikroskopis dari arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Pada tahun 2007, Paul Williams mempublikasikan hasil penelitiannya bahwa memasukan siklus belajar kedalam petunjuk mengajar telah terbukti menjadi metode yang efektif untuk merubah konsepsi fisik siswa pada pokok bahasan hukum Newton. Selain dari jurnal diatas, penelitian yang dilakukan oleh Tatang (2005), tentang penerapan model siklus belajar pada konsep getaran dan gelombang, menunjukkan model siklus belajar dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. 508

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan penguasaan konsep siswa melalui model siklus belajar hipotetik deduktif pada materi keseimbangan benda tegar. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan eksperimen semu, menggunakan eqivalent control group design (Sugiono, 2008), dalam desain ini terdapat dua kelas dari tiga kelas, yaitu kelas eksperimen dan kontrol yang dipilih secara acak, sedangkan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI pada SMA Negeri di Kota Palembang. Data penelitian berupa data kuantitatif, yaitu skor pretes dan postes pemahaman konsep sebelum dan setelah pembelajaran, data kualitatif berupa tanggapan siswa dan guru yang diperoleh melalui angket, dan observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil tes awal, tes akhir dan N-Gain (gain yang dinormalisasi) pemahaman konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada gambar 1. Gambar 1. Perbandingan Rata-rata Skor Tes Awal, Tes Akhir dan N-Gain Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan perolehan data skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-Gain pada gambar 1, diketahui bahwa skor rata-rata tes awal siswa kelas eksperimen sebesar 5,96 (27 % dari skor ideal), sementara skor rata-rata tes awal siswa kelas kontrol sebesar 8,53 (39 % dari skor ideal). Hasil analisis berdasarkan perolehan data skor 509

rata-rata tes akhir pada kedua kelas didapatkan bahwa skor rata-rata tes akhir kelas eksperimen sebesar 17,47 (79 % dari skor ideal), sementara perolehan rata-rata skor tes akhir kelas kontrol sebesar 12,95 (59 % dari skor ideal). Perolehan rata-rata N-Gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,72 dan kelas kontrol sebesar 0,32. Rata-rata N-Gain untuk kelas eksperimen termasuk kategori tinggi dan N-Gain kelas kontrol termasuk kategori sedang. Berdasarkan gambar 4.1 terlihat bahwa rata-rata N-Gain untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata N-Gain kelas kontrol Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Komponen Pemahaman konsep Peningkatan konsep berdasarkan komponen pemahaman konsep dapat ditunjukkan pada gambar 2. Gambar 2. Perbandingan Rata-rata N-Gain Komponen Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan gambar 2 menunjukkan bahwa N-Gain tertinggi untuk kelas eksperimen pada tingkat interpretasi sebesar 0,74 (74 %) dengan kategori tinggi sedangkan pada tingkat translasi dan ekstrapolasi tidak jauh berbeda yaitu sebesar 0,71 (71 %) dan 0,70 (70%) dengan kategori tinggi. Sementara N-Gain untuk kelas kontrol yang tertinggi pada tingkat interpretasi sebesar 0,36 ( 36%) dengan kategori sedang, sedangkan pada tingkat translasi sebesar 0,28 (28%) dengan kategori rendah, serta tingkat aplikasi sebesar 0,29 (29%) dengan kategori rendah. 510

Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Label Konsep Materi keseimbangan benda tegar yang bahas dalam penelitian ini terdiri dari delapan label konsep yaitu keseimbangan partikel, keseimbangan benda tegar (2 dimensi), lengan momen, momen gaya, titik pusat berat, titik pusat massa, keseimbangan netral dan keseimbangan labil. Perbandingan N-Gain untuk setiap label konsep dapat dilhat pada gambar 3. Keterangan : LK1= Keseimbangan Partikel ; LK2=Keseimbangan Benda Tegar (2 dimensi); LK3= Lengan Momen; LK4 = Momen Gaya; LK5 = Titik Pusat Berat; LK6 = Titik Pusat Massa; LK7 = Keseimbangan Netral; LK8= Gambar 3. Perbandingan N-Gain Pemahaman Konsep untuk setiap Label konsep antara Kelas Eksperimen dan Kelas Control Gambar 3 di atas memperlihatkan N-Gain tertinggi kelas eksperimen pada label konsep keseimbangan benda tegar (2 dimensi) dan keseimbangan labil sebesar 0,71 (71%) dengan kategori tinggi dan terendah pada label konsep lengan momen sebesar 0,26 (26%) dengan kategori rendah. Sementara pada kelas kontrol N-Gain tertinggi pada label konsep titik pusat massa sebesar 0,34 (34%) dengan kategori sedang dan terendah pada label konsep momen gaya sebesar 0,16 (16%) dengan kategori rendah. Dengan demikian prosentase peningkatan pemahaman konsep setiap label konsep keseimbangan benda tegar pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol. Untuk mengetahui signifikansi peningkatan pemahaman konsep digunanakan uji statistik parametrik (uji t dengan α = 0,05) menggunakan Independent Samples t- Test, menunjukkan hasil t h itung = 17,402 > t tabel = 1,664, sehingga dapat disimpulkan peningkatan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran 511

siklus belajar hipotetik deduktif lebih besar dari siswa yang mengggunakan model pembelajaran konvensional. Secara umum jika ditinjau dari perbandingan rata-rata N-Gain untuk tiap komponen pemahaman konsep (translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi) dan label konsep menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan model siklus belajar hipotetik deduktif dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep keseimbangan benda tegar dibanding kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Model siklus belajar hipotetik deduktif yang diterapkan pada kelas eksperimen melibatkan siswa untuk melatih kemampuannya dalam merumuskan hipotesis melalui kegiatan percobaan, dan pengamatan secara langsung yang menjadi dasar dari kekuatan sains (Liliasari, 2005). Selain itu, siswa dilatih melalui pengalaman tidak langsung untuk menafsirkan data-data yang dihasilkan pada fase pengenalan konsep untuk membuat kesimpulan guna membuktikan hipotesis yang dibuatnya. Berdasarkan pengalaman tidak langsung ini akan membimbing siswa untuk belajar berfikir hipotesis deduktif (Liliasari, 2005), sehingga setelah melalui proses pembelajaran ini siswa dapat memahami konsep yang di pelajarinya. Tingkat pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol, hal ini ada kaitannya dengan penerapan pembelajaran model siklus hipotetik deduktif. Menurut Lawson (1988) model siklus belajar dapat membangun seperangkat konsep yang bermakna dan berguna dalam sistem konseptual, karena model pembelajaran ini melibatkan pembentukan m akna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar, sehingga siswa dapat memahami konsep yang dipelajari dalam arti siswa memiliki kemampuan untuk memaknai ilmu pengetahuan secara ilmiah baik secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas Siswa dan Guru pada Pembelajaran Siklus Belajar Hipotetik Deduktif Hasil observasi menunjukkan bahwa peranan guru sebagai pusat pembelajaran mulai berkurang. Guru lebih berfungsi sebagai fasilitator, mengarahkan dan memotivasi siswa selama proses pembelajaran, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Dengan melakukan pembelajaran dengan fase-fase siklus belajar hipotetik deduktif menyebabkan siswa lebih mudah menguasai konsep. Fase-fase dalam pembelajaran melibatkan siswa berinteraksi langsung dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme oleh 512

Ausubel (Poedjiadi, 2003) bahwa dalam mengajarkan ilmu pengetahuan perlu dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya dan kejadian lain yang telah diketahuinya sehingga setiap individu dapat membangun pengetahuannya dengan lebih bermakna. Tanggapan Siswa dan Guru Terhadap Model Pembelajaran Siklus Belajar Hipotetik Deduktif Model pembelajaran yang diterapkan menurut siswa sangat menyenangkan sehingga siswa menjadi lebih senang untuk belajar dan menginginkan agar dapat diterapkan pada pembelajaran materi yang lain. Siswa setuju bahwa bimbingan guru melalui lembar kerja siswa (LKS) yang digunakan dalam pembelajaran model siklus belajar hipotetik deduktif sangat membantu siswa dalam memahami konsep. Fase-fase dalam model siklus belajar hipotetik deduktif dapat memfasilitasi siswa untuk memahami konsep dan kerja sama siswa dalam kelompok. Umumnya siswa juga setuju bahwa dengan diberikan kesempatan untuk bertanya, memberi tanggapan, dan presentasi yang diberikan kepada siswa dapat melatih siswa untuk berani memberikan gagasan, berpendapat, berdiskusi, dan mengaplikasikan konsep dalam menyelesaikan permasalahan, serta aktif dalam pembelajaran. Keunggulan dan Kelemahan Model siklus Belajar Hipotetik Deduktif Keunggulan model siklus belajar hipotetik deduktif yaitu pembelajaran berpusat pada siswa sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Fase-fase dalam model pembelajaran menyebabkan siswa lebih mudah memahami konsep, dapat lebih meningkatkan aktivitas siswa, menciptakan antusias siswa dalam belajar, serta memotivasi siswa untuk berpikir kreatif dan punya rasa ingin tahu tentang konsep fisika lainnya. Hal yang menarik lainnya dari model s iklus belajar hipotetik deduktif adalah siswa dapat dilibatkan langsung dalam hal mencari pengetahuan sendiri dengan bekal pengetahuan awal yang dimilikinya. Kelemahan dari model pembelajaran siklus belajar hipotetik deduktif yaitu kurang terbiasanya guru dalam menerapkan model pembelajaran dan kurang terbiasanya siswa belajar dalam kelompok. 513

KESIMPULAN Peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi keseimbangan benda tegar yang menggunakan model pembelajaran siklus belajar hipotetik deduktif lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Guru dan siswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran siklus belajar hipotetik deduktif sedangkan keunggulan model siklus belajar hipotetik deduktif yaitu siswa dapat dilibatkan langsung dalam hal mencari pengetahuan sendiri dengan bekal pengetahuan awal yang dimilikinya, siswa lebih aktif dalam pembelajaran, lebih mudah memahami konsep, meningkatkan aktivitas siswa, menciptakan antusias siswa dalam belajar, serta memotivasi siswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu tentang konsep. Kelemahan dari model pembelajaran siklus belajar hipotetik deduktif yaitu kurang terbiasanya guru dalam menerapkan model pembelajaran dan kurang terbiasanya siswa dalam melaks anakan praktikum dan belajar dalam kelompok. DAFT AR PUSTAKA Bloom, B.S. (1979). Taxonomy of Educational Objectives, The Classification of Educational Goals, Hand Book 1: Cognitive Domain. USA : Longman Inc. Dahar, R.W (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta Erlangga Hulya Yilmaz, Pinar Huyuguzel Cavas (2004). The Effect of The 4-E Learning Cycle Methode on Students Understanding of Electricity. University Faculty of Education, Departement of Primary Education, Bornova-Izmir Journal of Turkish Science Education, Vol 3, No.1. Klausner, R.D. (Cahir). (1996). National Science Education Standard. : National Academy Press. Washington DC Lawson, A. E. (1988). Three Types of Learning Cycles : A Better way to Teach Science, Paper Presented at The Annual Convention of The National Assosiation for Research in Science Teaching, Lake Ozark. MO. Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Naskah Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan IPA pada Fakultas PMIPA UPI : Bandung. Poedjiadi, A. ( 2005). Pendidikan Sains dan Pembangunan Moral Bangsa. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. 514

Salih Ates, University Izzet Baysal, Golkoy-Bolu. (2005). The Effect of Learning Cycle on College Students Understanding of Different Aspect in Resistive DC Circuits. Turkey Electronic Journal Of Science Education, Vol9, No. 4 Paul Williams. (2007). Implementing Interactive Lecture Demonstrations (ILDs) With a Classroom Response System. Department of Physics, Austin Community College Physics Workshop for The 21 st Century Project. Santoso S, (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sugiono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Tatang. (2005). Penerapan Model Learning Cycle untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas II SMA pada Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang. Tesis SPs UPI Bandung: Tdiak Diterbitkan. 515