Jurnal Math Educator Nusantara (JMEN)

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DAN KONVENSIONAL PADAMAHASISWA PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UST

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl.

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

PENGARUH CHALLENGE BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 GETASAN KABUPATEN SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kec. Kedungwaru Tulungagung tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini berlokasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TUNTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kelomprok kontrol pretes-postes (pre-test post-test control group

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH METODE BERBASIS PROYEK MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dikatakan kuasi eksperimen karena subjek penelitian tidak diacak sepenuhnya.

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. serta sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MTs

BAB III METODE PENELITIAN. exsperimen (eksperimen semu) dengan desain Nonequivalent Control Group

III. METODE PENELITIAN. Pringsewu yang terdiri dari enam kelas, yaitu VIII-1 sampai VIII-6 dengan ratarata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

!"#$%#& Interval Kelas =!"#$"%#$"!"#$%&'(

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN. terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi Himpunan MTs Aswaja

Jurnal Math Educator Nusantara (JMEN)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBASIS LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Kata Kunci : media pembelajaran, media Batang Napier, hasil belajar. Pendahuluan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII di SMP Negeri 12

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP SIKAP PADA MATEMATEMATIKA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS SISWA IX SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Subjek Penelitian No Kelas / Sekolah Kelompok model

Uji Perbandingan Rata-Rata

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA SMP KELAS VII

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental atau eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2013: 77) jenis

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 2015/2016, dengan pokok bahasan Lingkaran. eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

PEMBELAJARAN PERKALIAN BILANGAN 1 10 DENGAN MATEMATIKA GASING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. observasi digunakan oleh peneliti untuk mengamati kondisi sekolah meliputi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI).

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Transkripsi:

Jurnal Math Educator Nusantara (JMEN) Wahana publikasi karya tulis ilmiah di bidang pendidikan matematika ISSN : 2459-97345 Volume 03 Nomor 01 Halaman 01 57 Mei 2017 2017 Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematis Model Learning Cycle Dan Konvensional Pada Kuliah Statistika Matematika II Tri Astuti Arigiyati Prodi Pendidikan Matematika FKIP UST Email: ta.arigiyati@gmail.com Jurnal Math Educator Nusantara (JMEN) diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Matematika bekerja sama dengan LP2M UN PGRI Kediri. Jalan KH Achmad Dahlan No 76 Kediri. Alamat Web: http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/matematika Email address: jme.nusantara@unpkediri.ac.id

Tri Astuti Arigiyati, Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematis... 43 PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MODEL LEARNING CYCLE DAN KONVENSIONAL PADA KULIAH STATISTIKA MATEMATIKA II Tri Astuti Arigiyati Prodi Pendidikan Matematika FKIP UST Email: ta.arigiyati@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan penalaran matematis model pembelajaran learning cycle dan konvensional pada mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika pada kuliah Statitika Matematika II. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kemampuan penalaran matematis model pembelajaran learning cycle dan konvensioanl pada mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika pada kuliah Statitika Matematika II. Penelitian ini melibatkan dua kelas yang dibandingkan, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes yang terdiri tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Teknik analisis data meliputi uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas, uji kesamaan rata-rata, dan analisis N gain dengan menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan penalaran matematis dengan model pembelajaran learning cycle dan konvensional. Hal itu dilihat dari nilai sig dari indeks gain = 0.000 < α=0.05. Berdasarkan rata-rata kemampuan penalaran matematis menunjukkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle lebih baik dari model konvensional secara signifikan. Kata kunci: Learning Cycle, kemampuan penalaran matematis, N-gain. PENDAHULUAN Dunia pendidikan matematika dihadapkan pada rendahnya hasil belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar matematika dikarenakan banyak peserta didik yang mengganggap matematika sulit dipelajari dan karakteristik matemaika yang bersifat abstrak sehingga peserta didik mengganggap matematika menjadi momok yang menakutkan. Matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para peserta didik, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebihlebih bagi siswa yang berkesulitan belajar (Abdurahman, 2009:252). Salah satu kemampuan matematika yang dituntut dalam pembelajaran adalah kemampuan penalaran. Menurut Russeffendi (dalam Suwangsih, 2006:3) matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Menurut Shadiq (2009:14), penalaran adalah suatu kegiatan berpikir khusus, dimana terjadi suatu penarikan kesimpulan, dimana pernyataan disimpulkan dari beberapa premis. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan penalaran matematik dan kemampuan pemecahan masalah pada siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik. Indikator-indikator yang menunjukkan kemampuan penalaran matematika antara lain: mengajukan dugaan, melakukan manipulasi matematika, menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberi alasan terhadap kebenaran solusi, menarik kesimpulan dari suatu pernyataan, memeriksa kesahihan suatu argumen, menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi (Shadiq, 2009:14). Pembelajaran selama ini yang digunakan masih belum mampu mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka, dan

44 Jurnal Math Educator Nusantara Volume 03 Nomor 01, Mei 2017 bahkan para siswa masih enggan untuk bertanya pada guru jika mereka belum paham dengan materi yang disajikan. Hal tersebut juga dialami oleh sebagian besar mahasiswa prodi pendidikan matematika. Meskipun mereka memiliki pola pikir yang lebih baik dibandingkan dengan siswa-siswa pada tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK akan tetapi masih banyak yang mengalami kesulitan dalam penalaran matematika dan proses pemecahan masalah. Sehingga hasil belajar mahasiswa belum memenuhi standar yang telah ditentukan. Mata kuliah di program studi pendidikan matematika mengharuskan mahasiswa dapat memecahkan masalah yang ada dengan menggunakan kemampuan penalaran matematis yang mereka miliki. Sehingga mereka harus dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Atau dengan kata lain, mereka dapat mencari solusi dari permasalahan tanpa bantuan dari dosen yang bersangkutan. Agar kesulitan yang dihadapi siswa dapat diatasi, tentu dibutuhkan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran Learning Cycle. Learning Cycle adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Learning Cycle merupakan rangkaian tahapan kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Model Learning Cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study (SCIS). Menurut Santoso (dalam Qomariyah,2009:14) Siklus belajar merupakan suatu pengorganisasian yang memberikan kemudahan untuk penguasaan konsep-konsep baru dan untuk menata ulang pengetahuan mahasiswa. Thomas E. Lauer (2003: 518) dalam Agustyaningrum (2010:18) menuturkan Learning Cycle pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu exploration, concept introduction, dan concept application (E-I-A). Tiga tahap tersebut saat ini berkembang menjadi lima tahap yang dikenal dengan 5E (engagement, exploration, explanation, elaboration/extention, evaluation). Dari uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui perbedaan perbedaan kemampuan penalaran matematis mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dengan Konvensional pada mata kuliah Statistika Matematika II. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen. Menurut Danim (dalam Siregar, 2012: 104) penelitian eksperimen adalah penelitian dalam melakukan sebuah studi yang obyektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat, dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan. Penelitian ini dalam bentuk randomized pretest-posttest Control Group Design, yaitu desain kelompok kontrol pretes-postes yang melibatkan dua kelompok dan pengambilan sampel dilakukan secara acak kelas. Tabel 1. di bawah ini merupakan desain penelitian yang digunakan. Tabel 1. Desain Penelitian

Tri Astuti Arigiyati, Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematis... 45 Kelas Pre test Perlakuan Post Test Ekperimen O1 X O2 Kontrol O3 C O4 Keterangan: O1 dan O3 : Skor Pretest O2 dano4 : skor postes X : Perlakuan yang pada kelas ekperimen yaitu dengan menggunakan model Learning Cycle C : Perlakuan yang pada kelas kontrol yaitu dengan menggunakan model Konvensional Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP UST berjumlah 156 mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IV kelas B sebagai kelas kontrol yang berjumlah 37 mahasiswa dan kelas D sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 39 mahasiswa. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes untuk mengukur kemampuan penalaran matematis. Tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini sebanyak 2 kali yaitu pretes dan postes. Soal pretes diberikan untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebelum diberi perlakuan, sedangkan soal postes diberikan setelah diberi perlakuan. Tes tersebut berupa soal uraian sebanyak 4 soal untuk tes awal (pretes) dan 5 soal untuk tes akhir (postes). Tes untuk mengukur kemampuan penalaran matematika mengunakan rubrik penilaian sebagai acuan dalam penyekoran. Adapun rubrik penilaian kemampuan penalaran matematika yang digunakan adalah sebagai berikut. Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Penalaran Matematika Level Kategori 0 Bukan jawaban yang sesuai. Tidak menggunakan istilah-istilah dalam bahasan tertentu. 1 Jawaban salah, tetapi penalarannya tidak lengkap atau tidak jelas 2 Jawaban benar tetapi penalarannya tidak lengkap atau tidak jelas 3 Jawaban benar dan penalaran baik. Penjelasannya lebih lengkap dari level 2, tetapi mengandalkan pada pengetahuan konkret/ visual daripada pengetahuan abstrak. 4 Jawaban yang sempurna. Mahasiswa menggunakan pengetahuan dari bahasan tertentu. Diadaptasi dari Sa dijah (Nizar: 2007)

46 Jurnal Math Educator Nusantara Volume 03 Nomor 01, Mei 2017 Untuk menganalisis data, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap normalitas data dan homogenitas variansi pada nilai pretes kemampuan penalaran matematis. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian perbedaan rata-rata pretes untuk melihat apakah kedua kelas dalam keadaan seimbang. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematis mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji t. Sedangkan perhitungan indeks gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematis dan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa. Perhitungan tersebut diperoleh dari nilai pretes dan postes masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini, indeks gain akan digunakan apabila rata-rata postes kelas kontrol dan kelas eksperimen berbeda. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran menurut Meltzer 2002 (dalam Fauziah, 2010:4) dihitung dengan rumus g-faktor (N-Gain) dengan rumus: Keterangan : g = Gain = Skor pretes = Skor postes = = Skor maksimal Setelah diperoleh rata-rata tiap butir soal, lalu kita membandingkan data indeks gain kelompok eksperimen dan data indeks gain kelompok kontrol dengan bantuan software SPSS. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data Kemampuan Penalaran Matematika Deskripsi data nilai pretes kemampuan penalaran matematik untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Deskripsi Data Nilai Pretes Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Mean Max Min Standar deviasi Kelas Eksperimen 63.62 87.5 37.5 15.57 Kelas Kontrol 61.66 87.5 31.25 15.81 Dari tabel 3. di atas diperoleh rata-rata kelas eksperimen dengan jumlah mahasiswa 39 adalah 63.5, nilai maksimal 87.5, nilai minimal 37.5, dan simpangan baku sebesar 15.57. Sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol dengan jumlah mahasiswa 37 adalah 61.66, nilai maksimal 87.5, nilai minimal 31.25, dan simpangan baku sebesar 15.81. Sedangkan deskripsi data nilai postes kemampuan penalaran matematik untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.

Tri Astuti Arigiyati, Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematis... 47 Tabel 4. Deskripsi Data Nilai Postes Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Mean Max Min Standar deviasi Kelas Eksperimen 78.33 95 45 10.65 Kelas Kontrol 62.16 90 35 14.21 Dari tabel 4. di atas diperoleh rata-rata kelas eksperimen dengan jumlah mahasiswa 39 adalah 78.33, nilai maksimal 95, nilai minimal 45, dan simpangan baku sebesar 10.65. Sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol dengan jumlah mahasiswa 37 adalah 62.16, nilai maksimal 90, nilai minimal 35, dan simpangan baku sebesar 14.21. 2. Uji Normalitas Sebaran Data Uji Normalitas sebaran data pretes kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5. Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Kolmogorov-Smirnov a Statistic df Sig. Pretes Eksperimen 0.127 39 0.114 Kontrol 0.139 37 0.067 Dari tabel 5. dapat diperoleh nilai sig pada uji Kolmogorov Smirnov adalah 0.114 dan 0.067, dimana kedua nilai tersebut lebih dari 0.05 sehingga nilai pretes pada kelas eksperimen dan kontrol dapat disimpulkan bahwa sebaran data berdistribusi normal. Uji Normalitas sebaran data postes kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 6. Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Kolmogorov-Smirnov a Statistic df Sig. Postes Eksperimen 1.075 39 0.198 Kontrol 0.865 37 0.442 Dari tabel 6. dapat diperoleh nilai sig pada uji Kolmogorov Smirnov adalah 0.198 dan 0.442, dimana kedua nilai tersebut < 0.05 sehingga nilai postes pada kelas

48 Jurnal Math Educator Nusantara Volume 03 Nomor 01, Mei 2017 eksperimen dan kontrol dapat disimpulkan bahwa sebaran data berdistribusi normal. 3. Uji Homogenitas Uji Homogenitas variansi data pretes kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Pretes Equal variances assumed Tabel 7. Uji Homogenitas Variansi data Pretes Levene's Test for Equality of Variances F Sig. 0.180 0.672 Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan menggunakan uji levene pada data pretes kemampuan penalaran matematis diperoleh nilai sig = 0.672 > α = 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama atau homogen. Uji Homogenitas variansi data postes kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 8. Uji Homogenitas Variansi data Postes Levene's Test for Equality of Variances F Sig. Postes Equal variances assumed 3.424 0.068 Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan menggunakan uji levene pada data postes kemampuan penalaran matematis diperoleh nilai sig = 0.068 > α = 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians kedua kelas sama atau homogen. 4. Uji Keseimbangan Rata-rata Uji keseimbangan rata-rata pada data pretes kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 9. Uji Keseimbangan Rata-Rata t df sig.

Tri Astuti Arigiyati, Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematis... 49 Pretes Equal variances assumed 0.640 74 0.524 Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai sig=0.524> α= 0.05, sehingga dapat dikatakan kedua kelas dalam keadaan seimbang. Dari analisis data pretes kemampuan penalaran matematis menunjukkan kondisi sebelum diberikan perlakuan kedua kelas sampel mempunyai pengetahuan yang sama sehingga dapat diberi perlakuan yang berbeda. Setelah diberikan perlakuan pada kelas tersebut kemudian diberikan postest (tes akhir). Tidak adanya perbedaan kemampuan penalaran matematis disini terjadi karena saat menjawab soal mereka tidak mengerjakannya dengan sungguh-sungguh, mereka malah lebih banyak bertanya kepada teman disebelahnya, hal ini bisa terjadi karena mereka belum mempelajari materi yang mereka kerjakan. Akan tetapi, jika mahasiswa tersebut bisa mengaitkan materi yang ada dalam soal pretest tersebut dengan pengetahuan yang telah mereka dapat sebelumnya maka mahasiswa akan bisa menjawab soal tersebut tanpa harus bertanya kepada temannya. Uji keseimbangan rata-rata pada data postes kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 10. Uji Keseimbangan Rata-Rata t df sig. postes Equal variances assumed 5.630 74 0.000 Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai sig=0.000<0.05, sehingga dapat dikatakan kedua kelas dalam keadaan tidak seimbang atau mempunyai rata-rata yang berbeda. Dari analisis data postes kemampuan penalaran matematis menunjukkan kondisi setelah diberikan perlakuan yang berbeda kedua kelas sampel mempunyai pengetahuan yang tidak sama sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan penalaran matematis kedua kelas berbeda secara nyata. Dengan adanya perubahan strategi belajar memberikan pengaruh yang baik bagi hasil belajar mahasiswa. Ini terbukti dengan naiknya hasil posttest siswa. Ini artinya terjadi suatu proses yang dinamakan proses belajar. Menurut Sudjana (dalam Juniati dkk, 2011: 161-185) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai proses belajar ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sifat dan tingkah lakunya, daya penerimanya dan pada individu, oleh sebab itu belajar adalah proses aktif. 5. Pengujian Hipotesis (Uji Kesamaan Rata-rata Indeks Gain) Setelah pemberian perlakuan, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan postest. Postes untuk tes kemampuan penalaran matematis merupakan soal

50 Jurnal Math Educator Nusantara Volume 03 Nomor 01, Mei 2017 Statistika Matematika II. Postes dilaksanakan selama 90 menit dengan 5 soal dalam bentuk uraian. Tujuan dari pemberian postes adalah untuk memperoleh indeks gain (pencapaian). Dari perhitungan tabel 11 data Indeks Gain di bawah ini diperoleh rata-rata kelas eksperimen adalah 0.362 dan simpangan baku sebesar 0.243. Sedangkan Kelas kontrol diperoleh rata-rata sebesar -0.031 dan simpangan baku sebesar 0.279. Ini artinya indeks gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Tabel. 11. Deskripsi Data Indeks Gain Gai n kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean eksperimen 39 0.36 0.24 0.04 kontrol 37-0.05 0.28 0.05 Selanjutnya data indeks gain kelas ekperimen dan kontrol dianalisis dengan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t sebagai uji lanjutan. a. Uji normalitas Tabel 12. Uji Normalitas Data Indeks Gain Kelas Kolmogorov-Smirnov a Statistic df Asymp. Sig Gain Eksperimen 1.301 39 0.068 Kontrol 1.198 37 0.113 Berdasarkan tabel 12 diperoleh nilai asymp.sig kelas ekperimen dan kelas kontrol > 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa data indeks gain menyebar mengikuti distribusi normal. b. Uji Homogenitas Homogenitas variansi data Indeks Gain kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 13. Uji Homogenitas Variansi data indeks Gain Levene's Test for Equality of Variances F Sig. Gain Equal variances assumed 0.194 0.661 Pada tabel 13 dapat diperoleh nilai sig 0.661>α=0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama atau homogen. c. Uji t

Tri Astuti Arigiyati, Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematis... 51 Uji t merupaka uji lanjutan yang digunakan untuk mengetahui data berbeda signifikan atau tidak antara kedua kelas tersebut. Uji t pada data indeks gain kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 14. Uji t data gain t df sig. Gain Equal variances assumed 6.919 77 0.000 Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai sig=0.000 < α= 0.05, sehingga dapat dikatakan kedua kelas dalam keadaan berbeda secara signifikan. Ini artinya kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan penalaran matematis yang berbeda pada mata kuliah Statistika Matematika II. Dari kesimpulan tersebut dapat diyakini bahwa model pembelajaran Learning Cycle lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran dengan model Learning Cycle mendorong mahasiswa lebih aktif, kreatif, dan kritis sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika pada mata kuliah Statistika Matematika II. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kemampuan penalaran matematika mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dan model pembelajaran Konvensional. Hal itu dapat dilihat hasil uji t dari nilai sig = 0.000 < α=0.05 dan dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Learning Cycle lebih baik dibandingkan model konvensional, hal itu dilihat dari rata-rata indeks gain model pembelajaran Learning Cycle sebesar 0.362 lebih tinggi dibandingkan rata-rata indeks gain model pembelajaran konvensional sebesar -0.031. Dengan memperhatikan kesimpulan yang terdapat pada penelitian di atas, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Mahasiswa dalam memahami konsep atau materi kuliah untuk selalu berusaha berlatih dan terampil dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Kebiasaan mengerjakan soal-soal secara runtut dan sistematis harus selalu dilakukan, hal ini dapat mendorong mahasiswa lebih memahami materi. (2) Dalam proses belajar mengajar dosen hendaknya memilih model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis mahasiswanya. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Agustyaningrum, Nina. (2010). Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IXB SMP Negeri 2 Sleman. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika UNY. Yogyakarta: tidak diterbitkan

52 Jurnal Math Educator Nusantara Volume 03 Nomor 01, Mei 2017 Fauziah, Ana. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Melalui Strategi REACT. Jurnal Forum Kependidikan, Volume 30, Nomor 1. Juniati, Marlina, Dian. (2011). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model NHT Pada Materi Gerak Tumbuhan di Kelas VIII SMP SEI Kampar. Jurnal Lecture, Volume 02, Nomor 02 Agustus 2011 (161-185). Nizar, Ahmad. (2007). Kontribusi Matematika dalam Membangun Daya Nalar dan Komunikasi Siswa. Balikpapan: Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 2 Nomor 2. Qomariyah, Nurul. (2009). Skripsi: Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Model Siklus Belajar (learning cycle)5 -E. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA. Malang: Tidak Diterbitkan Shadiq, Fadjar. (2009). Kemahiran Matematika. Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur Pengembangan Matematika SMA Jenjang Lanjut. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Siregar, Sofyan. (2012). Metode Penelian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Suwangsih dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.