BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

BAB VII PENUTUP. Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendapat ulama Banjar terhadap akad nikah tidak tercatat secara resmi di

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

PEDOMAN PENETAPAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : U-596/MUI/X/1997 Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah :

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

BAB V PENUTUP. maka penulis dapat menarik kesimpulan mengenai Rekonstruksi Undang-Undang. No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan kesimpulan yang

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

PENGENALAN KANDUNGAN HASIL PEMBELAJARAN CTU263 9/11/2013 CTU 263 ISLAM DAN PENGURUSAN. Maruwiah Ahmat 1

A. Latar Belakang Masalah

Homaidi Hamid, S. Ag., M.Ag. Ushul Fiqh

Muhammadiyah Sebagai. Gerakan Tajdid

Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A

BAB VI PENUTUP. 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut:

Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS UNY KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB III VASEKTOMI DALAM PERSPEKTIF MAJELIS ULAMA INDONESIA. menghimpun para ulama, zu ama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

URGENSI REFORMASI HUKUM ISLAM DI INDONESIA

BAB V PENUTUP. atas, penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut: Nomor:415/Pdt.P/2010/PA.Kab.Mlg, keduanya memberikan hubungan anakbapak

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

pertama, Iman dan Ketaatan dari subyek amal. Dalam konteks zakat

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

SILABUS PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. A. Kaitan Logika Formal dalam metode kebahasaan Ushul Fiqh. hukum yang terinci dalam berbagai cabangnya. Sedangkan Ushul Fiqh

BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

ISTINBATH HUKUM TERHADAP UPAH MENGAJAR AL-QUR'AN (ANALISIS PENDAPAT FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER)

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

SUMBER HUKUM ISLAM 1

BAGI PEJABAT NEGARA PENERIMA GRATIFIKASI YANG MELAPORKAN DIRI KEPADA KPK BERDASARKAN HUKUM POSITIF DAN FIKIH JINAYAH

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD4013 USUL FIQH (Minggu 1)

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri

BAB V PENUTUP. bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

RISALAH KEDUDUKAN AL- ADAH WA AL- URF DALAM BANGUNAN HUKUM ISLAM

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

BAB V PENUTUP. Dari uraian yang telah penulis paparkan, setidaknya penulis mencatat

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB V KESIMPULAN DAN CADANGAN


BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

KONSEP & KAEDAH DASAR FIQIH MUAMMALAH MAALIYAH SESI II : ACHMAD ZAKY

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disebut sebagai penelitian kepustakaan (library

Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH

MAQASHID SYARI AH (SUATU PERBANDINGAN) MARYANI, S. Ag, MHI ABSTRAK

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,

STUDI ANALISIS TERHADAP FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) JAWA TIMUR TENTANG : PENCURIAN ALIRAN LISTRIK & PENCEMARAN AIR SUNGAI DI SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

ABSTRAK. Perlindungan Hukum terhadap Anak Luar Kawin dalam Perspektif Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Islam. Dalam kajian yang lebih luas dan sistematis, zakat bagian

FATWA EKONOMI SYARIAH DI INDONESIA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebelum khamr dilarang, Al-Qur'an menggambarkan betapa buruknya khamr

POLITIK HUKUM ISLAM DALAM REGULASI JAMINAN PRODUK HALAL ( Kajian UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal)

BAB IV ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB V PENUTUP. yang berbeda. Muhammadiyah yang menampilkan diri sebagai organisasi. kehidupan serta sumber ajaran. Pada sisi ini, Muhammadiyah banyak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

BAB II TINJAUAN UMUM MUI, NU DAN METODE HUKUM, SERTA KONSEP DENDA DALAM ISLAM

L u t h f i R a z i q

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara tuntas. Bahkan, adakalanya aturan hukum itu tidak lengkap dan tidak

SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM

ISTIHSAN DAN PEMBARUAN DALAM HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

I. PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu hikmah

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB IV ANALISIS ISTINBATH HUKUM FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER TENTANG UPAH MENGAJARKAN AL- QUR'AN. A. PerbandinganFuqahaKlasikdanFuqahaKontemporer

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Al-Mushlih, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, Darul Haq, Jakarta, 2004, hlm.90.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia, ada

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG URF. Konsep Islam sebagai Agama wahyu mempunyai doktrin-doktrin ajaran

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. muamalah, diatur dalam fiqh muamalah. Fiqh muamalah merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. bank tidak dikenal dan sekarang ada. Maka persoalan baru dalam fiqh

Transkripsi:

BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut : 1. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang zakat, Sejak tahun 1982-2012, secara umum ditipologikan menjadi tiga tipologi dengan rumusan sebagai berikut : Pertama, fatwa sumber-sumber zakat meliputi: Fatwa tentang zakat penghasilan (2003) dan fatwa tentang hukum zakat atas yang haram (2011). Kedua, fatwa asnaf-asnaf zakat meliputi : Fatwa tentang amil zakat (2011) dan fatwa tentang pemberian zakat untuk beasiswa (1996). Ketiga, fatwa tentang pengelolaan zakat meliputi : Fatwa tentang intensifikasi pelaksanaan zakat (1982), fatwa mentasharrufkan dana zakat kegiatan produktif dan kemaslahatan umum (1982), fatwa penggunaan zakat untuk istismar/inventasi (2003), fatwa penyaluran harta zakat dalam bentuk asset kelolaan (2003), fatwa penarikan pemeliharaan dan penyaluran harta zakat (2011). Dilihat dari rentang waktu yang cukup panjang tersebut, fatwa-fatwa zakat Indonesia tumbuh dan berkembang, namun realitasnya fatwa-fatwa tersebut belum menjawab kebutuhan kebutuhan hukum perzakatan Indonesia secara menyeluruh. Salah satu faktor permasalahan ini disebabkan kurang dikembangkannya metodologi (ushul fikih) yang bersifat konteks (empiris) dan mengakomodasi kontekstualisasi mazhab. Artinya hampir secara menyeluruh fatwa-fatwa zakat sejak tahun 1982 2011 tidak dikembangkan dalam kontekstualisasi mazhab dan maqashid al-syariah, metodologi yang digunakan terdiri dari Alquran, hadis, pendapat ulama dan kaidah kaidah fikih. Meskipun mengakomodasi pendapat ulama, hanya berorientasi kepada metodologi fikih mazhab asy- 287

288 Syafii saja. Apabila dikorelasikan dengan teori hubungan ushul fikih dengan fikih adalah dua hal yang segaris, ushul fikih merupakan metode berpikir mujtahid (fuqaha mufti) dalam menguraikan berpikir logis, sistematis dan filosofis, sehingga tidak menimbulkan kekeliruan dalam beristinbath dan berijtihad. Oleh karena itu metodologi kontekstualisasi mazhab dan maqashid al-syariah adalah metodologi yang tepat dalam pengembangan fatwa-fatwa fikih zakat Indonesia ke depan. Mengutip pendapat Hasan al-turabi dalam Tajdid ushul al-fiqh mendorong untuk mengembangkan dari ushul fikih al-taqlidi sebuah teori hukum yang selama ini berorientasi teks yang merupakan format lama menuju ushul fikih al-maqashidi sebuah teori hukum dengan pendekatan realitas tujuan hukum itu sendiri. Oleh karenanya pengembangan ushul fikih adalah sebuah keharusan. Bagi Indonesia sebagai salah satu negara yang mayoritas muslim, tuntutan pembaruan ushul fikih adalah sebuah kemestian. Ketika fikih harus berhadapan dengan realitas zaman yang berbeda, ada keharusan untuk menghidupkan ijtihad model baru dengan format fikih yang berbeda dari mainstream perkembangan fikih sebelumnya. Termasuk dalam ini adalah fikih zakat yang secara realitas menuntut adanya fikih zakat ke Indonesiaan yang diakomodasikan oleh ushul fikih baru sebagai sebuah metodologi. Pertimbangan ini diletakkan atas dasar pemikiran : (1). Munculnya persoalan hukum baru di bidang zakat dalam konteks ke Indonesiaan belum terakomodasi dalam fikih klasik. (2). Fatwa-fatwa hukum zakat di Indonesia yang dituangkan dalam kitab fikih atau fatwa-fatwa lembaga keagamaan masih mengakomodasi fatwa-fatwa dengan metodologi fikih klasik yang cenderung kepada fikih mazhab tertentu (3). Fatwa-fatwa hukum zakat di Indonesia masih terbatas, ada anggapan bahwa persoalan zakat adalah persoalan yang final. 2. Urgensi dirumuskannya metodologi istinbath fikih zakat Indonesia, dapat dilihat sebagai berikut : Pertama, sebagai pembaruan metodologi fikih zakat Indonesia yang selama ini cenderung kepada metodologi mazhab tertentu Kedua, merespon kebutuhan hukum fikih zakat kontemporer yang

289 terus dinamis, berdasarkan perubahan sosial, tuntutan modernisasi hukum dan pengembangan ijtihad. Ketiga, penyatuan khilafiyah yang selama ini terus menerus terjadi dan tidak memberikan manfaat dalam pengembangan fikih zakat Indonesia. Keempat, efektivitas pengelolaan zakat Indonesia yang ditransformasikan dalam regulasi dan sistem ekonomi Islam di Indonesia. 3. Metodologi istinbath fikih zakat Indonesia dimaksudkan disini, adalah sebuah konstruk ushul fikih baru dengan metodologi kontekstualisasi mazhab dan maqashid al-syariah. Kontekstualisasi mazhab adalah ijtihad yang didasarkan upaya kepada mengakomodasikan semua mazhab yang sesuai dengan konteks keindonesiaan. Teori hukum dikembangkan kontekstualisasi mazhab mulai dari Alquran sebagai sumber dasar, alsunnah, al-ijma, al-qiyas, qaul shahabiy, al-istihsan, maslahah almursalah, istishab, al-urf dan sadd al-dzariat. Sedangkan maqashid alsyariah adalah memprioritaskan pendapat ulama atau melakukan ijtihad baru pada pertimbangan tujuan syariah. Penggunaan maqashid al-syariah dimaksud sesungguhnya berbasis kontekstualisasi mazhab tersebut yakni : Alquran sebagai sumber dasar, al-sunnah, al-ijma, al-qiyas, qaul shahabiy, al-istihsan, maslahah al-mursalah, istishab, al-urf dan sadd aldzariat. Dalil-dalil ini dibangun atas prinsip kaidah-kaidah fikih yang disebut al-kulliyat al-khamsah terdiri dari : (1). Semua pekerjaan tergantung niatnya ( ). االمور بمقاصدها (2). Keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan keraguan (.(اليقين ال يزال بالشك (3). Kesulitan mendatangkan الضرار ( dihilangkan (4). Kemudratan harus.(المشقة تجلب التيسير ( kemudahan ). Kemudian kaidah fikih العادة محكمة ( hukum (5). Adat bisa menjadi.(يزال banyak melahirkan teori-teori yang juga bersentuhan dengan fikih zakat Indonesia seperti : Kaidah memudahkan dan menghilangkan kesukaran (al-tasyr wa raf al-haraj), kaidah perubahan fatwa karena perubahan masa (taqhyir al-fatwa bi tahaqyyur zaman memposisikan kebutuhan pada posisi darurat (Tanzil al-hajjah manzilat al-dharurah), kaidah-kaidah kebiasaan (al-urf), mempertimbangkan akibat-akibat hukum (al-nazhr ila

290 al-maalat) memposisikan masyarakat umum pada posisi hakim (Tanzil aljamaah manzilat al-qadhi). Dengan demikian kaidah ini merupakan landasan operasional dari fikih zakat Indonesia dengan kasus-kasus hukum zakat yang muncul. 4. Relevansi dari fatwa-fatwa zakat MUI selama ini belum tampak menjawab kebutuhan fikih zakat Indonesia. Fatwa-fatwa yang ada belum diletakkan dalam sistematika metodologi yang sistematis. Ukuran sebuah fatwa yang sistematis didasarkan kepada teori penetapan fatwa MUI itu sendiri sebagai pedoman dalam berfatwa, didasarkan pada Alquran, sunnah (hadis), ijma dan qiyas serta dalil-dalil yang muktabar. Kemudian penjelasan metode yang digunakan sebelum fatwa ditetapkan, hendaklah ditinjau lebih dahulu pendapat para imam mazhab dan ulama yang mu tabar tentang masalah yang akan difatwakan tersebut, secara seksama berikut dalil-dalilnya. Masalah yang telah jelas hukumnya hendaklah disampaikan sebagaimana adanya. Dalam masalah yang menjadi khilafiyah di kalangan mazhab, maka: (1). Penetapan fatwa didasarkan pada hasil usaha penemuan titik temu di antara pendapat-pendapat ulama mazhab melalui metode al-jam u wa al-taufiq. (2) Jika usaha penemuan titik temu tidak berhasil dilakukan, penetapan fatwa didasarkan pada hasil tarjih melalui metode muqaranah dengan kaidah ushul fikih muqaran. Dalam masalah yang tidak ditemukan pendapatnya hukumnya di kalangan mazhab, penetapan fatwa didasarkan pada hasil ijtihad jama i (kolektif melalui metode bayani, ta lili (qiyasi, istihsani, ilhaqi) istislahi dan sadd al-zariah. Penetapan fatwa harus senantiasa memperhatikan kemaslahatan umum (mashalih ammah) dan maqashid al-syariah Justru dalil-dalil yang ada dalam fatwa zakat MUI, tidak ditegaskan pada metode pengembangan ijtihad yang sesungguhnya menjadi basis kontekstualisasi mazhab dan maqashid al-syariah, selain corak dominan mazhab tertentu (asy-syafii) yang cukup kental mewarnai. Ini dipandang tidak mengakomodasi sebagai metodologi menjawab kebutuhan fikih zakat Indonesia. Pada aplikasinya seiring dengan pertumbuhan dan

291 perkembangan zakat di Indonesia kontekstualisasi mazhab dan maqashid al-syariah adalah sebuah keharusan untuk diletakkan sebagai sebuah metodologi fikih zakat Indonesia. Keharusan ini diukur dengan teori modernisasi hukum, teori perubahan sosial, teori hubungan ushul fikih dan fikih dan serta maqashid al-syariah. Ada dua hal yang harus menjadi pertimbangan dalam mengaplikasikan kontekstualisasi mazhab dan maqashid syariah : Pertama, reinterpretasi terhadap makna-makna dari lafaz nash dengan perluasan makna, sehingga menyentuh kebutuhan hukum yang diinginkan, seperti pemaknaan asnaf zakat dan sumber zakat yang disesuaikan dengan perubahan sosial, pertukaran daerah dan perkembangan potensi nilai-nilai ekonomis masyarakat. Kedua, konsiderasi kebutuhan dan manfaat. gagasan aplikasi metodologi, sesungguhnya tidaklah bermaksud meruntuhkan segala kerangka hukum dari ushul fikih zakat yang berkembang Indonesia, tetapi merumuskan format baru dalam bentuk kontekstualisai teori dari berbagai mazhab yang ada di Indonesia serta mempertimbangkan realitas sosial, adat dan budaya Indonesia yang berkembang. Begitu banyak persoalan hukum zakat di Indonesia belum terjawab dan ini menjadi sebuah kebutuhan. Ukuran kebutuhan itu terlihat dari adanya tuntutan fatwa yang muncul dalam perbincangan yang hangat mulai dari media, berbagai tulisan dialog dan lainnya. Di samping itu kebutuhan hukum yang dimaksud menjadi materi penting baik secara normatif maupun secara yuridis formal. Secara normatif dimaksudkan fatwa tersebut menjadi informasi pengamalan dalam kehidupan umat Islam Indonesia. Sedangkan kebutuhan yuridis formal, fatwa-fatwa yang berkembang dapat menjadi materi penting untuk diadopsi dalam pengembangan fikih dan perundangundangan di Indonesia, sebagaimana fatwa-fatwa di luar hukum zakat. Terdapat beberapa fatwa penting yang seharusnya difatwakan dan menjadi kebutuhan dari fikih zakat Indonesia yang belum difatwakan. Dalam tulisan ini dikategorikan kepada tiga bentuk. (1). Kebutuhan terhadap penggalian dan penetapan hukum dari pengembangan sumber-sumber

292 zakat yang harus diinterpretasi dengan perluasan makna disesuaikan dengan konsep fikih zakat Indonesia. (2). Reinterpretasi dalam perluasan makna terhadap term asnaf-asnaf zakat berbasis kebutuhan dan kemanfaatan. (3). Kebutuhan hukum dalam mengakomodasikan aspek pengelolaan zakat yang terdiri dari : Pengelolaan zakat oleh negara, model zakat yang mengurangi pajak, sanksi terhadap muzakki, pengembangan model penyaluran zakat produktif, sinergitas antara BAZNAS-LAZ dan lainnya. Kebutuhan-kebutuhan hukum ini harus diletakkan melalui kontekstualisasi dalil mazhab dan maqashid al-syariah sebagai sebuah pendekatan dan aplikasi. B. Saran - Saran 1. Kontribusi penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pengembangan metodologi hukum Islam Indonesia yang selama ini belum terlihat secara sistematis. Terlebih lagi penegasan terhadap urgensi kontekstualisasi mazhab dan maqashid al-syariah sebagai metodologi. Kepada Majelis Uiama Indonesia dan lembaga lembaga fikih lainnya, metodologi ini dapat diadopsi sebagai pengembangan ushul fikih untuk fikih zakat Indonesia, sehingga kebutuhan hukum perzakatan Indonesia dapat disesuaikan dengan perubahan sosial yang ada. 2. Hasil penelitian ini secara tidak langsung memberikan kontribusi kepada lembaga pengelolaan zakat di Indonesia seperti BAZNAS dan LAZ. Kedua lembaga ini merupakan lembaga yang mempunyai otoritas dan concern terhadap pengembangan perzakatan di Indonesia baik dari segi manajemen pengelolaan maupun aspek fikihnya seperti penggalian dan pengembangan hukum potensi-potensi sumber zakat. Reinterpretasi pengembangan asnaf-asnaf zakat dan lainnya yang akan disesuaikan dengan konteks keindonesiaan yang harus diletakkan melalui pendekatan kontekstualisasi mazhab dan maqashid al-syariah. 3. Fikih Zakat Indonesia merupakan khazanah keilmuan yang penting untuk dikembangkan, apalagi dilihat dari potensi zakat di Indonesia cukup besar

293 yang tentu pula memberikan kontribusi besar baik kepada masyarakat maupun negara. secara ekonomi, sosial dan politik. Pada aspek pengembangannya perlu dilakukan pengkajian secara mendalam yang dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia seperti UIN, IAIN dan STAIN, yang selama ini belum disentuh secara komprehensif. Sudah seharusnya pengkajian fikih zakat Indonesia dan metodologinya merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari Lembaga Pendidikan yang dimaksud. 4. Penelitian ini juga diharapkan memberikan kontribusi kepada Lembaga Pendidikan Pesantren. Dalam konteks Indonesia ushul fikih sebagai metodologi sekaligus epistemologi hukum Islam belum diterapkan menjadi kegiatan ijtihad yang membudaya. Ini terlihat dari pemahaman masyarakat terutama di kalangan pesantren tradisional di mana saja, sebagai basis pendidikan agama di Indonesia. Pengkajian hukum Islam lebih banyak didalami secara materil dan kurang menitik beratkan aspek metodologi ushul fikihnya, meskipun diajarkan kitab-kitab ushul fikih, namun tidak diikuti follow-up dalam bentuk kegiatan yang lebih aplikatif. Karena pemahaman yang berkembang penerapan ushul fikih dalam masalah furuiyah dipandang sebagai kegiatan ijtihad, sementara sebahagian masih memahami pintu ijtihad sudah tertutup, artinya tidak ada lagi orang yang memiliki otoritas melakukan hal itu, sehingga penguasaan ilmu masih terbatas secara materilnya saja. Disinilah peran pesantren sangat di harapkan untuk penguatan fikih dan ushul fikih sebagai bagian dari pengembangan hukum Islam di Indonesia 5. Penelitian ini perlu pengembangan lebih lanjut dan terukur lebih tajam secara metodologis, misalnya untuk mengakomodir kasus-kasus hukum zakat yang menyeluruh dengan berbagai pendekatan, sehingga diletakkan kepada metodologi fikih zakat sesuai dengan konteks fikih zakat Indonesia. Hubungan fikih dan ushul fikih sebagai metodologi istinbath hukum adalah dua hal yang saling membutuhkan. Kebutuhan hukum zakat Indonesia akan terjawab bila mempunyai metodologi yang jelas

294 sesuai dengan metodologi kebutuhan saat ini. Oleh karenanya penelitian lanjutan dalam bidang ini cukup terbuka untuk dikembangkan.