2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rizwan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa benda (tangible culture) atau budaya-budaya non-benda (intangible

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

MANFAAT STUDI FILOLOGI

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE EDISI: STEMMA

KRITIK TEKS DAN TELAAH FUNGSI NASKAH WAWACAN BIDAYATUSSALIK

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

KRITIK TEKS DAN TELAAH FUNGSI NASKAH WAWACAN BIDAYATUSSALIK. Septiyadi Sobar Barokah Saripin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesaksian tangan pertama yang disusun oleh bangsa yang bersangkutan

BAB III OBJEK, METODE, DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang. berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlahnya beratus-ratus di seluruh Indonesia. Bahasa-bahasa daerah yang menjadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap naskah menyebabkan pergeseran fungsi naskah yang dulunya biasa menjadi pegangan, sejarah leluhur, atau sejarah daerah suatu masyarakat. Khususnya untuk naskah yang masih menjadi milik pribadi yang tercecer di masyarakat, sedikitnya penelitian terhadap naskah akan menimbulkan rasa tidak memiliki terhadap naskah yang dipelihara oleh mereka. Pengetahuan tentang kondisi naskah mulai dari perawatan yang berkala dan penyimpanan yang baik dan pergeseran fungsi menyebabkan berhentinya proses penyalinan naskah. Kondisi naskah Sunda kini sulit untuk ditemukan, atau lebih tepatnya sulit dideteksi. Permasalahan yang dihadapi karena sering ditemukan kondisi naskah yang sudah tidak utuh lagi, karena kondisi fisik (material) naskah yang rusak secara alami. Hal itu menyebabkan kondisi naskah yang tidak utuh lagi, selain sebab itu, beberapa temuan juga didapatkan karena objek material naskah dimakan serangga. Naskah Sunda yang masih cukup baik kondisinya dapat ditemukan di Museum, hal itu didasari karena perawatan naskah yang berkala dan teraratur dilakukan oleh pihak Museum terhadap koleksi naskah. Apalagi, bahan naskah yang berkualitas buruk mengakibatkan naskah cepat mengalami kerusakan. Naskah Sunda yang ditemukan tidak seluruhnya menggunakan aksara Sunda Kuna dalam penulisan teksnya, melainkan ditemukan juga (banyak) menggunakan aksara Arab (Pegon) dalam penulisan/penyalinan. Dalam perjalanan sejarahnya, bangsa Indonesia pun sebenarnya (dalam hal aksara) memodifikasi dari Pallawa, Pranagari, Tamil, Arab, dan Latin. Hal itu menimbulkan perbedaan pendapat mengenai asal mula dan umur naskah, mengenai aksara Arab yang masuk dan berkembang di Indonesia pada mulanya 1

2 merupakan wahana bahasa tulis Arab dengan bahan kertas (Darsa, 1993, hlm. 3-6). Keberadaan naskah dengan aksara Arab (Pegon) yang ditemui di tanah Sunda sudah pasti ketika agama Islam masuk dan berkembang di tanah Sunda. Keterkaitan antara penyebaran agama (dakwah) dengan keadaan masyarakat sangat berkaitan erat. Kaitan yang terjalin saat itu adalah sarana dakwah yang dilakukan di tanah Sunda melalui naskah dengan pembahasan mengenai keagamaan (Islam). Agama Islam yang masuk dan dipeluk oleh masyarakat Sunda, setidaknya sedikit-demi sedikit menggeser kebiasaan tulis-menulis dan salin-menyalin yang awalnya menggunakan aksara Cacarakan dan Sunda kuna menjadi Arab (Pegon). Iskandarwassyid dan Hidayat (1993, hlm. 3-4) mengungkapkan bahwa mudahnya kemerataan dan kemantapan yang dicapai oleh aksara Arab di wilayah tanah Sunda karena masuknya ajaran agama Islam sangat merata, selain itu mudahnya penguasaan kemampuan baik membaca atau menulis Arab yang sering diaplikasikan di pesantren dan madrasah. Naskah Sunda yang menggunakan aksara Arab (Pegon) yang berbentuk wawacan tergolong sangat banyak. Penggunaan wawacan dalam naskah Sunda tidak hanya digunakan untuk kisah-kisah saja, melainkan juga ajaran keislaman, penggunaan wawacan juga bisa sebagai alat dakwah pada saat itu. Wawacan dijadikan alat dakwah di tanah Sunda tidak lepas karena saat itu, wawacan atau disebut macapat (dalam bahasa Jawa) merupakan jenis kesusastraan yang sangat digemari oleh masyarakat Sunda (Rosidi, 2005, hlm. 13-16). Keberadaan naskah di Indonesia tidak hanya menjadi koleksi Museum daerah atau Museum Nasional saja, banyak juga masyarakat yang masih menyimpan dan merawatnya. Namun, sampai saat ini yang paling banyak menyimpan naskah dalam berbagai bahasa daerah ialah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) (Mulyadi, 1994, hlm. 5). Keberadaan naskah tersebut menjadi celah bagi penelitian kebudayaan Indonesia masa lampau, khususnya bagi peneliti naskah atau filologi. Naskah yang berada di berbagai tempat penyimpanan sebagaimana dinyatakan Mulyadi di

3 atas, belum seluruhnya dilakukan alih aksara dan alih bahasa pada teks naskah. Keadaan seperti itu sangat menguntungkan bagi akademisi yang ingin mengkaji naskah dan sebenarnya sudah banyak tersedia. Hanya saja, beberapa kendala akan hadir dalam setiap penelitian yang akan dilakukan baik teknis atau nonteknis. Sulitnya mengakses naskah merupakan suatu tantangan tersendiri, untuk mengakses naskah di Museum saja harus dengan perizinan. Demikian juga naskah yang menjadi koleksi perseorangan, harus dilakukan dengan pendekatan yang sangat baik, bahkan ada naskah yang hanya diperbolehkan dibaca pada saat tertentu, sehingga mengharuskan seorang peneliti mempunyai alternatif lain demi bertemu dengan naskah. Pada masa lalu untuk mengabadikan/menyimpan baik peristiwa maupun pemikiran, tidak seperti sekarang cukup hanya dengan menyimpan filenya saja. Dulu untuk menyimpan berbagai ide, gagasan atau beberapa kejadian/ peristiwa tertentu dilakukan melalui tulisan tangan dengan berbentuk naskah, atau dengan cerita yangdiceritakan secara turun temurun kepada anak-cucu. Sampai saat ini setidaknya masih bisa ditemukan sisa-sisa warisan nenek moyang berupa naskah tulisan tangan mereka pada masa itu, atau isi teks yang merupakan salinan generasi berikutnya. Naskah merupakan tulisan tangan hasil ungkapan pikiran, perasaan, dan keadaan sebagai hasil budaya pada masa lalu yang berbentuk konkret (Barried, 1985, hlm. 54). Naskah merupakan hasil warisan budaya dari masyarakat, karena bisa dilihat dari segi aksara yang digunakan, kebanyakan naskah menggunakan aksara daerah masing-masing, atau bahasa yang digunakan dalam naskah merupakan bahasa daerah yang relatif sudah jarang digunakan lagi sekarang. Tidak jarang naskah disalin karena beberapa alasan, di antaranya karena takut hilang, keinginan memiliki naskah, bahkan bisa jadi menyalin naskah dianggap sesuatu yang mengandung nilai magis. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai teks yang disalin, jika memang masih digunakan kita bisa menggali informasi sebanyak-banyaknya dari ahli pencerita/ahli syair yang membawakan naskah itu. Hal ini jika memang naskah

4 masih digunakan, akan tetapi jika naskah sudah tidak digunakan (mati) lain ceritanya, misalkan naskah yang ada di Museum. Permasalahan lain hadir juga ketika sulitnya mendapatkan akses untuk meneliti naskah di Museum, karena peraturan yang ditetapkan setiap Museum berbeda-beda demi menjaga harta warisan yang mengandung ide/buah hasil pemikiran leluhur. Dalam meneliti sebuah naskah, terdapat beberapa masalah yang harus dihadapi, baik dalam bentuk konkret naskah ataupun isi naskah. Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian di antaranya adalah permasalahan aksara dan bahasa naskah yang sudah tidak produktif digunakan lagi sekarang. Dalam hal ini usia naskah sangat mempengaruhi aksara dan bahasa yang digunakan, karena semakin tua usia naskah maka aksara yang digunakan pun semakin jarang ditemui saat ini. Usia naskah yang sudah tidak muda lagi membuat tidak semua orang dapat membaca dan memahami isi naskah yang dihadapi. Kemudian kondisi naskah di beberapa halaman ada yang sobek atau lapuk yang disebabkan selain oleh usia naskah yang sudah tua, juga karena perawatan naskah yang kurang baik, sehingga bahan naskah dimakan serangga atau karena umur naskah yang sudah tidak muda lagi. Masalah lain yang menjadi masalah teknis dalam naskah adalah penyalinan naskah. Biasanya penyalin naskah hanya menyalin apa yang dia lihat dari naskah sebelumnya, tanpa memahami isi cerita dan kaidah-kaidah dalam penyalinan. Misalkan saja bentuk naskah puisi atau wawacan, karena setiap larik yang memiliki kaidah guru lagu dan guru wilangan yang mengharuskan pembuatan sesuai dengan kaidahnya. Keadaan penyalin yang mengantuk atau tidak menggubris kaidah sebenarnya hal itu bisa menghasilkan beberapa varian naskah. Akan tetapi semua itu merupakan sebuah kreativitas penyalin naskah (menurut filologi modern), sebuah improvisasi karena saat itu naskah merupakan anonim, sehingga semua orang bisa menambahkan atau mengurangi secara bebas. Sebagai benda budaya yang bernilai sangat tinggi, sudah seharusnya naskah diperlakukan sebaik mungkin, mulai dari perawatan hingga kajian isi naskah. Untuk tetap melestarikan dan menjaga keberadaan naskah, kajian terhadap isi naskah sangat dibutuhkan selain untuk menambah pengetahuan juga

5 sebagai bentuk memudahkan bagi sebagian banyak orang yang ingin mengetahui isi naskah dan mempunyai permasalahan seperti yang dipaparkan di atas. Tugas untuk menyelamatkan isi naskah merupakan tugas seorang filolog, selain itu juga menghadirkan sebuah teks yang terlepas dari kesalahan tulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hasil pekerjaan filologi dapat digunakan sebagai alat bantu bagi disiplin ilmu lain (Baried, 1985, hlm. 62). Naskah yang merupakan potret budaya masa lalu pasti akan mengandung banyak unsur bahasa, khususnya bahasa daerah yang kini sudah tidak dipakai lagi. Untuk naskah dalam bentuk wawacan, teks naskah dibangun atas beberapa jenis pupuh, di mana setiap pupuh memiliki karakter yang berbeda-beda dalam menyampaikan isinya. Karakter-karakter yang dibangun oleh pupuh dalam teks patut diperhatikan juga, apakah sesuai dengan pembahasan isi di dalam teks atau tidak. Naskah yang menajdi objek penelitian adalah naskah koleksi bagian perpustakaan Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang (MPGU). Naskah yang berada di MPGU belum seluruhnya diteliti, hanya beberapa naskah saja yang telah diteliti. Naskah Wawacan Pandita Sawang (selanjutnya disingkat WPS) yang diteliti merupakan salah satu naskah yang termasuk ke dalam naskah yang belum diteliti di bagian perpustakaan MPGU. Dalam hal penyimpanan dan perawatan naskah yang tersimpan di MPGU, berdasarkan informasi dari Ibu Hj. Fetty K.S, naskah disimpan di dalam lemari naskah dan disertakan juga cengkih, kamper, dan silica gel. Hal itu dilakukan untuk perawatan agar terhindar dari serangga, kutu buku, dan terhindar dari kelembaban. Untuk penggantian cengkih dan kamper diganti sekitar satu bulan sekali, sedangkan silica jel lebih lama. Pihak museum sendiri dalam waktu dekat ini akan melakukan digitalisasi terhadap naskah-naskah yang ada. Setelah melakukan digitalisasi terhadap beberapa koleksi naskah, pihak Museum akan mengadakan jemput bola untuk dapat menambah koleksi naskah yang masih tersebar di masyarakat Sumedang dan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk memudahkan pembacaan isi naskah, terutama bagi masyarakat umum yang tidak lagi memahami aksara dan tulisan

6 pada naskah. Melalui penelitian ini, setelah dialihaksara ke dalam aksara latin dan alih bahasa ke dalam bahasa Indonesia diharapkan semakin banyak yang dapat membacanya. Naskah WPS merupakan naskah jamak, di antaranya dalam bentuk gubahan wawacan yang sempat digemari di abad 19 oleh masyarakat Sunda, sehingga tidak heran jika naskah WPS ini banyak ditemukan di tanah Sunda. Wawacan awalnya berasal dari sastra Jawa, tetapi sangat digemari masyarakat sunda pada masa itu (Danasasmita, 2001, hlm. 171). Aspek kebahasaan yang terdapat dalam naskah WPS ini juga menjadi hal yang mendapat perhatian lebih, tidak hanya bahasa Sunda saja yang ada (dominan) di dalam naskah ini, melainkan juga terdapat bahasa Jawa, Indonesia dan serapan dari bahasa Arab. Tidak hanya aspek kebahasaan saja, melainkan juga kandungan/isi dari naskah WPS juga mengandung ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran-ajaran Islam yang terkandung dalam teks WPS tidak hanya mengungkap hubungan vertikal saja, melainkan juga hubungan horizontal yang kaya dengan pesan moral. Penelitian terhadap Naskah Wawacan Pandita Sawang, telah dilakukan oleh Agus Suherman dalam bentuk Tesis Pascasarjana Unpad (2011), dengan tujuh buah naskah WPS yang tersebar dari berbagai daerah di Jawa Barat. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Suherman menghasilakn suntingan teks yang mendekati teks aslinya dengan naskah yang berasal dari Anda, Kabupaten Bandung Barat sebagai landasan karena berdasarkan perbandingan naskah yang dilakukan, naskah yang dipilih (menjadi landasan) lebih unggul dari naskah lainnya. Metode penelitian yang dilakukan oleh Agus Suherman dalam penelitiannya adalah metode landasan, karena terdapat satu naskah yang lebih unggul daripada naskah lainnya. Setelah dilakukan perbandingan, digunakan 3 naskah sebagai dasar edisi dengan naskah yang besaral dari Anda, Kabupaten Bandung Barat digunakan sebagai landasannya, dan 2 naskah yang berasal dari Endos, Cilawu-Garut dan naskah EFEO/KBN-804 (1324) digunakan sebagai penyaksinya.

7 Naskah WPS yang menjadi objek penelitian kali ini berbeda dengan naskah WPS yang telah diteliti sebelumnya. Hal ini merujuk pada data-data katalog penelitian naskah Sunda. Naskah sebagai hasil kebudayaan masyarakat yang masih ditulis dengan tangan merupakan hasil pemikiran/rekaman pada saat itu. Dalam setiap naskah yang berisi mengenai kisah nabi-nabi atau yang membahas mengenai agama, merupakan dakwah pada saat itu (setelah Islam masuk). Pemilihan naskah sebagai alat untuk dakwah dengan bentuk wawacan yang sering ditemui, hal ini disebabkan karena masyarakat Sunda saat itu memang menggandrungi bentuk wawacan. Proses penurunan naskah dari yang satu ke yang lain berlangsung secara bertahap dan ditulis dengan tangan, hal itu bisa mendasari hadirnya varian-varian naskah lain yang tersebar di berbagai daerah. Secara isi pun, akan ada beberapa perbedaan atau persamaan dalam setiap naskah dengan judul (baik teks atau umum) yang sama. Secara struktur teks, karena isinya merupakan bentuk keagamaan, maka bentuk puisi/pupuh (karena berbentuk wawacan) yang membangun teks merupakan pupuh yang berkarakter nasihat, keagungan, atau saling mencintai (dalam hal ini saling mengingatkan). Naskah yang menjadi koleksi bagian perpustakaan Museum Prabu Geusan Ulun ini masih dalam keadaan baik, baik dari segi fisik naskah dan isinya dapat dibaca. Selain karena usia naskah yang tidak terlalu (berumur) tua, perawatan yang relatif baik juga berdampak pada kondisi fisik naskah yang juga bisa dikatakan masih baik dan masih bisa dibaca dengan jelas. Akan tetapi, ada beberapa halaman yang sobek, sehingga beberapa pembahasan (isi) terpotong. Seperti halnya permasalahan yang dihadapi dalam peneltian filologi lainnya, penelitian terhadap naskah WPS pun terdapat permasalahan, yaitu aksara dan bahasa yang kini sudah tidak produktif lagi. Hal itu membuat tidak semua orang paham akan bahasa dan aksara yang tertulis di dalam naskah. Dalam naskah WPS, setidaknya ada beberapa hal yang dianggap menjadi ciri khas. Pertama penggunaan bahasa dalam naskah, naskah WPS ini dominan menggunakan bahasa Sunda, dalam hal tertentu beberapa kosakata yang menggunakan bahasa Jawa dan serapan dari bahasa Arab. Naskah WPS merupakan naskah yang berisi tentang

8 ajaran keagamaan, dalam hal ini ajaran agama Islam yang menjadi pokok pembahasan dalam naskah WPS. Penelitian ini memfokuskan kepada edisi teks naskah WPS, karena selain untuk memudahkan dalam memahami teks yang terkandung di dalamnya, juga untuk tetap mempertahankan isi teks WPS yang diteliti. Selain itu, penelitian ini juga akan melakukan tinjauan kandungan isi yang terdapat dalam teks WPS. Berhubung naskah WPS merupakan salah satu naskah jenis keagamaan yang tersebar di beberapa daerah Jawa Barat, dengan bentuk wawacan yang digemari pada masa itu. Maka penelitian ini berusaha mengungkap konsep/ajaran keagamaan seperti apa yang terkandung dalam teks WPS. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam penelitian, yaitu: 1. Terdapat satu halaman yang sobek, sehingga pembahasan isi di dalam naskah tidak lengkap. 2. Kualitas kertas yang kurang baik, sehingga tinta dalam naskah pudar dan peneliti sulit membaca teks pada beberapa bagian dalam naskah. 3. Aksara naskah yang menggunakan aksara Arab (Pegon) dan Latin, sehingga tidak semua orang bisa memahaminya. 4. Terdapat teks tambahan lain dalam naskah WPS, sehingga sulit menidentifikasi teks tersebut. 5. Penyimpanan naskah di Museum yang sulit untuk diakses, sehinga tidak semua orang bisa mengakses naskah tersebut dan terabaikan. 6. Terdapat banyak naskah WPS di Jawa Barat, penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya. 1.3 Batasan Masalah Dalam meneliti naskah ini berhubungan dengan luasnya kajian di dalamnya, maka penelitian ini dibatasi agar dapat menghasilkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang jelas. Penelitian ini memfokuskan pada upaya kritik teks untuk mendapatkan gambaran kesalahan tulis dan bentuk penyimpangan

9 redaksional, kemudian memperbaikinya sehingga dihasilkan edisi teks yang bisa dipahami dan mengungkap nilai-nilai yang terkandung dalam naskah WPS. 1.4 Rumusan Masalah Dari hasil pemaparan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kesalahan tulis dan penyimpangan redaksional yang terdapat dalam naskah WPS? 2. Bagaimana edisi teks dan terjemahan naskah yang WPS yang mudah dibaca dan dipahami? 3. Bagaimana tinjauan kandungan isi naskah WPS? 1.5 Tujuan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka dapat diperoleh tujuan penelitian ini sebagai berikut; 1. Mendeskripsikan kesalahan tulis dalam naskah WPS. 2. Menyajikan edisi teks dan terjemahan naskah WPS yang mudah dibaca dan dipahami. 3. Mendeskripsikan hasil tinjauan kandungan isi naskah WPS. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai naskah yang masih banyak berada di masyarakat. Selanjutnya dapat menambahkan penelitian naskah WPS khususnya yang sudah pernah dilakukan penelitian terhadap WPS meskipun dengan naskah yang berbeda karena naskah WPS ini merupakan naskah jamak. Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah mudah untuk memahami naskah WPS ini karena menggunakan bahasa yang sudah disesuaikan dengan pembaca dan kondisi kini. Selain itu pembaca juga akan mengetahui kekayaan budaya di Nusantara ini.

10 1.7 Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini adalah; bab I pendahuluan, berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II kajian pustaka berisi mengenai teori-teori yang relevan untuk menunjang penelitian, berisi mengenai penelitian terdahulu, naskah WPS menjadi objek penelitian, kritik teks, terjemahan, wawacan, dan tasawuf. Bab III metode penelitian berisi mengenai deskripsi objek penelitian dan studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, metode penelitian yang dilakukan, metode kajian filologi yang diterapkan, teknik penelitian, prosedur penelitian, definisi operasional, dan kerangka berpikir penelitian. Bab IV temuan dan pembahasan berisi mengenai analisis kualitatif dan kuantitatif teks WPS, bentuk-bentuk penyimpangan yang terjadi dalam teks WPS, hasil edisi teks dan terjemahan teks WPS, dan tinjauan kandungan isi naskah WPS. Bab V berisi mengenai simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut lain.