PERBEDAAN SKOR WORK ENGAGEMENT PADA GURU YANG BERSERTIFIKASI DENGAN GURU YANG BELUM BERSERTIFIKASI DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DENPASAR UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN SKOR WORK ENGAGEMENT GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN DENPASAR UTARA PADA KELOMPOK MASA KERJA 1-4 TAHUN, 5-19 TAHUN, DAN LEBIH DARI 20 TAHUN

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...

Gambaran Keterikatan Kerja pada Dosen-Tetap Ditinjau dari Karakteristik Personal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... ABSTRAK...

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting,

Keywords : Work Engagement, JD-R Model, Teacher, Perfomance

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY)

Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO

Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan

PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMK NEGERI 4 PEKANBARU JURNAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PERSEPSI LINGKUNGAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA INTROVERT DAN EKSTROVERT DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN GERIATRI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG YANG MENDAPAT PERAWATAN GIGI DAN TIDAK MENDAPAT PERAWATAN GIGI

PERBEDAAN PROPORSI JUMLAH SISWA KELAS XII SMA AL ISLAM

: deskriptif, work engagement, dosen, Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Bedah khususnya Bedah Ortopedi.

ABSTRACT. The result of this study shows that the socialization of new job description doesn t enhance the level of work engagement in CV X Bandung

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

STUDI KOMPARATIF KINERJA GURU BIOLOGI YANG BELUM SERTIFIKASI DENGAN GURU BIOLOGI YANG SUDAH SERTIFIKASI PADA SMA NEGERI RAYON 01 KABUPATEN PIDIE

PENGARUH DIMENSI-DIMENSI JOB DEMANDS DAN DIMENSI-DIMENSI JOB RESOURCES TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT DI LONSUM KANTOR CABANG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun

PERBEDAAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU ANTARA YANG SUDAH DAN BELUM SERTIFIKASI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KOTA MALANG

Hubungan Employee Engagement dengan Perilaku Produktif Karyawan

ABSTRAK. konstruk dilakukan sebelum hipotesis diuji. Analisis one way-anova digunakan

KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN BANTUL. Artikel Jurnal

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJER PADA PT POS INDONESIA SURABAYA SELATAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Studio Cilaki Empat Lima Gambar 1.1 Logo Perusahaan

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. X

SKRIPSI. Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

vi Universitas Kristen Maranatha

PERBEDAAN TINGKAT STRES ANTARA GURU SEKOLAH LUAR BIASA DI SLB NEGERI SURAKARTA DENGAN GURU REGULER DI SMP NEGERI 1 SURAKARTA SKRIPSI

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tingkat penerapan PHBS

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

Abstrak. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kominfo Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Nopember

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

PERBEDAAN DEPRESI ANTARA GURU SMA BERJENIS KELAMIN PRIA YANG BEKERJA DENGAN TUGAS TAMBAHAN DAN YANG BEKERJA SECARA REGULER DI SMA NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya

UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PEMANFAATAN PELAYANAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN JAMINAN

Keywords: teacher competence and performance; organizational culture

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata-kata kunci: motivasi kerja, kepemimpinan, budaya organisasi, kepuasan kerja. Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH KEPEMIMPINAN POSITIF TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA PENGURUS BEM ULM. Skripsi. Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

KECERDASAN ADVERSITAS DAN KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. GANDUM MAS KENCANA KOTA TANGERANG

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

PENGESAHAN SKRIPSI. Dewi Nur Maharani, NIM: G , Tahun: 2016

PERBEDAAN KUALITAS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN NGAWI. Indah Rahayu Maisyaroh Burhanuddin

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS VIII SMP NAWA KARTIKA ISLAMIC BOARDING SCHOOL DENGAN SMP NEGERI 1 WONOGIRI SKRIPSI

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

PERBEDAAN SKOR WORK ENGAGEMENT PADA GURU YANG BERSERTIFIKASI DENGAN GURU YANG BELUM BERSERTIFIKASI DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DENPASAR UTARA Gede Andi Aditya 1, I Nyoman Adiputra 2 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2 ABSTRAK Kinerja optimal guru tercapai apabila guru tersebut telah engaged dengan pekerjaannya. Guru akan merasa tidak terpaksa dalam menjalankan apa yang menjadi tuntutan pekerjaannya bahkan cenderung memberikan lebih dari apa yang menjadi tuntutan pekerjaannya. Kondisi ini merupakan kondisi yang ideal dipertahankan guru dalam menjalankan profesinya. Upaya yang dapat dilakukan agar guru engaged dengan pekerjaannya adalah dengan memberikan suatu pengakuan dan penghargaan. Hal ini dapat dilihat dari salah satu peraturan pemerintah yaitu pelaksanaan sertifikasi guru. Telah dilakukan penelitian observasional dengan pendekatan analitik cross-sectional pada guru di SMP Negeri se-kecamatan Denpasar Utara dengan jumlah sampel 147 orang. Data dianalisis dengan uji Mann-Whitney dengan tingkat kemaknaan 0,05. Data hasil penelitian diperoleh rata-rata skor work engagement guru yang bersertifikasi adalah 86,23 + 8,31 sedangkan rata-rata skor work engagement guru yang belum bersertifikasi adalah 79,25 + 11,93. Hasil uji komparabilitas p = 0,003, menunjukkan bahwa rata-rata skor work engagement antara guru yang bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi berbeda secara bermakna (p < 0,05). Dapat dikatakan sertifikasi menjadi salah satu variabel yang berpengaruh terhadap keterikatan kerja (work engagement) guru. Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor work engagement pada guru yang bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi dimana skor work engagement guru bersertifikasi lebih tinggi daripada guru belum bersertifikasi. Disarankan untuk dilakukan upaya regulasi oleh pemerintah agar semua guru di Indonesia bersertifikasi. Kata Kunci : Guru, Sertifikasi, Work Engagement 26

DIFFERENCE OF WORK ENGAGEMENT SCORE ON CERTIFIED TEACHER WITH UNCERTIFIED TEACHER AT PUBLIC JUNIOR HIGH SCHOOL IN NORTH DISTRICT OF DENPASAR ABSTRACT Optimum performance is achieved when teacher has been engaged with his or her work. Teacher will not feel forced to run his or her job demand and even tend to give more than his or her job demand. These are ideal condition that must be maintained in teacher profession. Efforts to do so teacher engaged with his or her work is to provide an acknowledgment and appreciation. It can be seen from one of the government's regulations implementing teacher certification. Observational studies have been conducted with a cross-sectional analytical approach to the teacher at SMP Negeri in North District of Denpasar with a sample of 147 peoples. Data were analyzed with the Mann-Whitney test with a significance level of 0.05. Research data obtained an average scores of work engagement on the certified teachers is 86.23 + 8,31 while the average scores of work engagement on uncertified teachers is 79.25 + 11,93. Comparability of test results p = 0.003, showing that the average scores of work engagement among certified teachers and uncertified teachers significantly different (p <0.05). It can be said certification is one of the variables that affect the work engagement on teacher. It was concluded that there are differences in the average scores of work engagement on certified teacher with uncertified teacher, where work engagement scores on certified teacher is higher than uncertified teacher. It is recommended for government to certify all teachers in Indonesia. Keyword : Teacher, Certification, Work Engagement I. PENDAHULUAN Saat ini kualifikasi yang wajib dimiliki oleh seluruh bangsa agar mampu bersaing dalam kompetisi global adalah memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, tidak hanya di formal akademis, tetapi juga memiliki pengetahuan dan keahlian dalam bidang tertentu. Hal ini berarti perbaikan segala aspek dan komponen dalam pendidikan menjadi prioritas utama dan salah satunya adalah keberadaan guru (Ardiansyah, 2013). Guru berada pada posisi yang strategis bagi seluruh upaya reformasi pendidikan yang berorientasi pada pencapaian kualitas (Ardiansyah, 2013). Kinerja guru yang optimal merupakan modal dasar dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia pada tatanan pendidikan formal. Tugas dan tanggung jawab yang besar menuntut 27

seorang guru untuk memberikan mutu dan kompetensi yang besar agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik (Wibowo, dkk., 2010). Seseorang yang sudah bekerja dapat menampilkan performa kerja yang optimal apabila terlibat dalam pekerjaannya. Tidak terpaksa menjalankan apa yang menjadi tuntutan pekerjaannya dan cenderung memberikan lebih dari apa yang menjadi tuntutan pekerjaannya, hal ini merupakan suatu indikasi bahwa individu tersebut terikat (engaged) dengan pekerjaan (work) nya (Puspita, 2013). Keterikatan kerja (work engagement) merupakan aspek yang yang digunakan, kemauan untuk memberikan usaha yang bisa dipertimbangkan, tidak gampang menyerah dan menunjukkan ketekunan ketika menghadapi kesulitan. Dedikasi (dedication) merupakan suatu kondisi ketika pekerja mempunyai keterlibatan yang kuat dengan pekerjaannya dan munculnya perasaan tertantang, antusias, dan merasa bahwa pekerjaan yang dilakukannya tersebut dapat memberikan inspirasi yang signifikan bagi dirinya baik secara sosial maupun personal. Penyerapan terhadap pekerjaan (absorption) yang dicirikan oleh penuhnya konsentrasi dan kesenangan hati yang amat sangat meliputi emosi positif, keterlibatan sehingga mengalami kesulitan untuk penuh dalam melakukan pekerjaan dan dikarakteristikkan oleh tiga dimensi utama, yaitu semangat (vigor), dedikasi (dedication), serta penyerapan terhadap pekerjaan (absorption) (Schaufeli & Salanova, 2007). Semangat (vigor) yang didefinisikan sebagai besarnya energi lepas dari pekerjaannya dan merasakan bahwa waktu berlalu sangat cepat selama bekerja (Bakker & Demerouti, 2008). Tentunya kondisi ini merupakan kondisi ideal yang harus dipertahankan seorang guru dalam menjalankan profesinya. 28

Salah satu cara efektif untuk mempertahankan seseorang engaged dengan pekerjaannya adalah bahwa mereka diapresiasi (Hedger, 2007). Kurangnya penghargaan dan pengakuan akan menyebabkan seseorang tidak betah, oleh karena itu pengakuan dan penghargaan merupakan faktor penting bagi engagement (Saks, 2006). Karena itu diperlukan adanya suatu penghargaan maupun pengakuan terhadap guru untuk memperlihatkan bahwa mereka diapresiasi atas kinerja dan pengabdian terhadap profesinya. Saat ini adanya pengakuan dan penghargaan terhadap guru dapat dilihat dari salah satu peraturan yang dibuat oleh pemerintah yaitu pelaksanaan sertifikasi guru. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab XVI Pasal 61 ayat (3) menyatakan bahwa sertifikasi merupakan sertifikat kompetensi yang diberikan setelah lulus uji kompetensi oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi sebagai suatu pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu. Sebagai penghargaannya pemerintah akan memberikan tunjangan profesi setara gaji pokok (UU No. 14, 2005). II. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional (noneksperimental) dengan pendekatan analitik cross-sectional untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor work engagement pada guru yang bersertifikasi dengan yang belum bersertifikasi di SMP Negeri Se- Kecamatan Denpasar Utara, yang meliputi SMPN 2 Denpasar, SMPN 3 Denpasar, SMPN 4 Denpasar, SMPN 5 Denpasar, SMPN 10 Denpasar, dan SMPN 12 Denpasar. Berdasarkan rumus besar sampel (Sastroasmoro & Ismael, 2008), kriteria inklusi, dan dengan teknik consecutive 29

sampling didapatkan sampel untuk penelitian ini sejumlah 147 responden. Instrumen yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner UWES (Utrecth Work Engagement Scale) untuk mengukur skor work engagement pada guru. Dalam lembar kuesioner terdapat identitas responden, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan nomor induk pegawai. Kuesioner UWES memiliki 17 pertanyaan yang ditandai dengan tiga aspek, yaitu: kekuatan/vigor (6 pertanyaan), dedikasi/dedication (5 pertanyaan), pengabdian/absorption (6 pertanyaan), dengan pilihan jawaban dari tidak pernah, hampir tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, sangat sering, dan selalu dengan skor 0 sampai 6. Setelah kuesioner diisi, skor dari masing-masing pertanyaan akan diakumulasi. Responden yang memenuhi kriteria inklusi diberikan penjelasan tentang manfaat dan tujuan penelitian. Apabila responden bersedia menjadi subjek penelitian, maka diminta menandatangani informed consent dan jika tidak bersedia peneliti tidak memaksa dan akan menghormati hak responden. Responden diberikan lembar kuesioner UWES untuk mengukur skor work engagement. Data yang telah terkumpul ditabulasi ke dalam program SPSS 20.0 dan dilakukan analisis data. III. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian didapatkan sejumlah 147 responden, dimana sejumlah 116 responden adalah guru sudah sertifikasi dan 31 responden adalah guru belum sertifikasi. Adapun karakteristik sampel meliputi umur, jenis kelamin, dan latar belakang pendidikan disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. 30

Tabel 1. Distribusi Umur No. Variabel Rata-rata Simpang Baku Rentangan 1 Umur 47,41 10,941 22-60 Berdasarkan Tabel 1 didapatkan bahwa variasi umur guru berkisar antara 22-60 tahun dengan rata-rata 47,41 ± 10,941 tahun. Tabel 2. Frekuensi Jenis Kelamin dan Pendidikan Frekuensi Persen Jenis Kelamin Laki-laki 46 31% Perempuan 101 69% Pendidikan D4/S1 126 86% Diatas S1 21 14% Berdasarkan Tabel 2 jumlah sampel terbanyak adalah perempuan (69%) dan sisanya adalah laki-laki (31%). Latar belakang pendidikan setingkat D4/S1 sebanyak 86% dan diatas S1 sebanyak 14 %. Tabel 3. Data Work Engagement Hasil Uji Normalitas Variabel Sertifikasi Rerata ± Simpang Baku p* Work engagement Sudah 86,23 ± 8,31 0,003 *data berdistribusi normal p > 0,05 Belum 79,25 ± 11,93 0,160 31

Hasil uji normalitas pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai p work engagement pada kelompok sudah sertifikasi adalah 0,003, sedangkan nilai p work engagement pada kelompok belum sertifikasi adalah 0,160. Karena pada satu kelompok memiliki nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai total skor data work engagement tidak berdistribusi normal. Tabel 4. Hasil Analisis Uji Mann-Whitney Rerata ± Simpang Jumlah Sampel Baku p Work engagement guru bersertifikasi 116 86,23 ± 8,31 Work engagement guru belum sertifikasi 31 79,25 ± 11,93 0,003 Berdasarkan Tabel 4 diperoleh rata-rata skor work engagement guru bersertifikasi adalah 86,23 + 8,31 dan rata-rata skor work engagement guru yang belum bersertifikasi adalah 79,25 + 11,93. Karena data tidak berdistribusi normal, uji komparabilitas yang dilakukan dengan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2011) dan didapatkan p = 0,003. IV. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji komparabilitas dengan menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan rerata skor work engagement guru bersertifikasi adalah 86,23 sedangkan rerata skor work engagement guru belum sertifikasi adalah 79,25 dengan besar koefisien p = 0,003 (p < 0,05). Artinya, terdapat perbedaan secara bermakna rerata skor work engagement antara kelompok guru yang 32

bersertifikasi dengan kelompok guru yang belum sertifikasi, dimana skor work engagement guru bersertifikasi lebih tinggi daripada guru belum sertifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa sertifikasi menjadi salah satu faktor yang menjadikan guru lebih terikat (engaged) dengan pekerjaannya. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, sertifikasi merupakan pemberian sertifikat sebagai suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada guru. Pasal 16 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengatur bahwa guru yang memiliki sertifikat, sebagai penghargaannya pemerintah akan memberikan tunjangan profesi. Saks (2006) berpendapat bahwa seseorang akan lebih engaged dengan pekerjaannya apabila mereka mendapatkan penghargaan dan pengakuan terhadap performansi mereka. Pengakuan dan penghargaan merupakan faktor penting bagi engagement. Hewitt (dalam Mujiasih & Ratnaningsih, 2012) juga mengemukakan bahwa engagement dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah penghargaan (total rewards), kondisi perusahaan (company practices), kualitas kehidupan (quality of life), kesempatan (opportunities), aktivitas pekerjaan yang dihadapi (work) dan orang lain di sekitar pekerjaan (people). Keenam hal tersebut berhubungan dengan work engagement yang tinggi. Dalam model JD-R disebutkan bahwa ada dua hal utama yang mempengaruhi work engagement yaitu job demands dan job resources. Job demands adalah inisiator dari proses perbaikan kesehatan dan job resources adalah inisiator dari proses motivasi. Selama ini hampir sebagian besar studi menunjukkan bahwa job resources lebih penting dalam menentukan work engagement seseorang (Handari- Adiputra, 2013), dimana faktor dukungan sosial dalam job resources, 33

salah satunya dapat berupa dukungan penghargaan (Sarafino, 2002). Penghargaan menurut Ivancevich dkk. (2007) diklasifikasikan menjadi kategori ekstrinsik. Pada kategori ekstrinsik terdapat penghargaan finansial dan interpersonal. Penghargaan finansial dapat berupa gaji, upah, dan tunjangan seperti pusat penitipan anak, pusat kebugaran, dan perawatan medis. Penghargaan interpersonal dapat berupa status dan pengakuan. Dengan demikian pemberian pengakuan dan penghargaan oleh pemerintah kepada guru, yaitu berupa sertifikasi dapat menjadikan guru lebih engaged dengan pekerjaannya. Adanya tunjangan hidup di hari tua serta imbalan yang lebih tinggi untuk menjaga kualitas kehidupannya, mempengaruhi guru engaged dengan pekerjaannya. Sagala (dalam; Sholihah & Sholeh, 2013) juga menyebutkan dengan sertifikasi, seorang guru akan meningkatkan kemampuan dan keterlibatannya dalam melaksanakan tugas sebagai guru. SIMPULAN Terdapat perbedaan rata-rata skor work engagement pada guru yang bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi dimana skor work engagement guru bersertifikasi lebih tinggi daripada guru belum sertifikasi. Perbedaan ini bermakna signifikan secara statistik, dibuktikan dengan uji Mann-Whitney, p < 0,05. Dengan demikian dapat disarankan adanya upaya regulasi oleh pemerintah agar semua guru di Indonesia bersertifikasi. 34

DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah, J. 2013. Peningkatan Kompetensi Guru Bidang Pendidikan di Kabupaten Tana Tidung. e-journal Pemerintahan Integratif. Vol. 1 (1): 38-50. Bakker, A. B. & Demerouti, E. 2008. Towards a model of work engagement. Career development international. Vol. 13 (3): 209-223. Dahlan, M. S. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke-5. Jakarta: Salemba Medika. Handari-Adiputra, L. M. I. S. 2013. Ergo-Psikofisiologi Menurunkan Respon Fisiologis, Meningkatkan Kesigapan, Kemampuan Kerja dan Work Engagement Karyawan Bagian Akutansi Hotel Bali Hyatt di Denpasar. (disertasi). Denpasar : Universitas Udayana. Hedger, A. 2007. Five ways to strengthen your engagement and retention strategies. Workforce Management. 86: 31-37. Ivancevich, J. M., Robert K., Matteson, M. T. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga. Mujiasih, E. & Ratnaningsih, I. Z. 2012. Meningkatkan Work Engagement Melalui Gaya Kepemimpinan Tranformasional dan Budaya Organisasi. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Puspita, M. D. 2012. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Makna Kerja sebagai Panggilan (Calling) dengan Keterikatan Kerja. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 1 (1). Saks, A. M. 2006. Antecedents and consequences of employee engagement. Journal of Managerial Psychology. Vol. 21: 600-619. Sarafino, E. P. 2002. Health Psychology Biopsychosocial Interactions. 4 th Ed. United State: John Wiley & Sons, Inc. 35

Sastroasmoro, S. & Ismael, S. 2011. Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto. Schaufeli, W. B., & Salanova, M. 2007. Work Engagement: An Emerging Psychological Concept and Its Implication for Organizational. Managing Social and Ethical Issues In Organizational. p. 135-177. Sholihah, R. & Sholeh, M. 2013. Kompetensi Guru Pasca Sertifikasi Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Undang-Undang No.14 Tahun 2005. Guru dan Dosen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Wibowo, D. M., Ediati, A., Masykur, A. M. 2010. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kinerja Guru SMA Negeri 2 Ngawi. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.. di Minu 24 Darussalam Kumalasa 36