Indeks Inklusi dalam Pembelajaran di Kelas yang Terdapat ABK di Sekolah Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG. Juang Sunanto, dkk

37 PELAKSANAAN SEKOLAH INKLUSI DI INDONESIA

pada saat ini muncullah paradigma baru pendidikan, dimana anak berkebutuhan

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

Jurnal Buana Pendidikan Tahun XII, No. 23. Februari 2017 PENGEMBANGAN SEKOLAH INKLUSIF DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN INDEKS FOR INCLUSION

DAFTAR ISI Elda Despalantri, 2014 Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Di SMP Negeri Kota Payakumbuh Berdasarkan Indeks Inklusif

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) di Sekolah Inklusi

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan

Landasan Pendidikan Inklusif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang melekat pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Di akhir sesi paket ini peserta dh diharapkan mampu: memahami konsep GSI memahami relevansi GSI dalam Pendidikan memahami kebijakan nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

SIKAP GURU SLB TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF. Nia Sutisna dan Indri Retnayu. Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak

MODEL & STRATEGI PEMBELAJARAN ABK DLM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal

Pelaksanaan Pendidikan Inklusi di SD Tumbuh 2 Yogyakarta

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Konsep dasar pendidikan inklusif adalah pendidikan yang mengakomodasi

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN LUAR BIASA DI INDONESIA

PENDIDIKAN PENYANDANG CACAT DARI SUDUT PANDANG MODEL PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA. Oleh: Haryanto

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya dijamin pemerintah sebagaimana tercantum dalam Pasal 31 UUD

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas metode penelitian tentang bagaimana pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan inklusif atau yang sering disebut dengan inclusive class

2016 PELAKSANAAN AKOMODASI KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA OLEH GURU DI SD NEGERI CIBAREGBEG KABUPATEN SUKABUMI

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTER) SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK

MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ABK DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asalusul,

Inklusivitas Kelas dan Hasil Belajar Peserta Didik Berkesulitan Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Penyandang Cacat dan Permasalahannya

Perkembangan Pendidikan Khusus/Pendidikan Luar Biasa di Indonesia (Development of Special

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of

A. Perspektif Historis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSIF

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN YANG RAMAH BAGI SEMUA ANAK DALAM SETTING INKLUSIF

MENUJU PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

JURNAL SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN Tahun II No.4, November 2011

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Memasuki akhir milenium kedua, pertanyaan tentang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

MODEL PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS YANG MISKIN DI PEDESAAN MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat untuk saat ini dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek

Jaringan Kerja untuk Inklusi. Didi Tarsidi Jurusan PLB, FIP, UPI, Bandung

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

PEMBELAJARAN INDIVIDUAL DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

Kata Kunci : Pendidikan Inklusi, Sekolah Inklusi, Anak Berkebutuhan Khusus.

world conference on human right: The worldconference reaffirms the obligation of states to

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. meningkatkan kemampuan empati dan disability awareness peserta didik non

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang akan dieksplorasi. SD Negeri 2 Bendan merupakan salah satu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

EVALUASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 YOGYAKARTA

Mengelola Kelas Inklusif Dengan Pembelajaran yang Ramah Oleh Mohamad Sugiarmin

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

PENDIDIKAN INKLUSIF SUATU STRATEGI MENUJU PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

Centre for Disability Research and Policy

Potensi Pendidikan Taman Kanak-kanak untuk Menyelenggarakan Pendidikan Inklusif di Kota Banjai masin

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan penelitian dan analisis hasil penelitian tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

Seminar Tingkat Tinggi Kota Inklusif

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak untuk semua anak dan hal ini telah tercantum dalam berbagai instrument internasional

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN

Transkripsi:

Riset Indeks Inklusi dalam Pembelajaran Indeks Inklusi dalam Pembelajaran di Kelas yang Terdapat ABK di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Tujuan utama penelitian ini untuk mengetahui (1) bagaimanakah keberadaan anak berkebutuhan khusus (ABK) di Sekolah Dasar yang menyelenggarakan pendidikan inklusif di Kota Bandung, (2) berapa besar indeks inklusi (index for inclusion) yang dicapai di Sekolah Dasar yang menyelenggarakan pendidikan inklusif di Kota Bandung, dan (3) berapa besar indeks inklusi di Sekolah Dasar penyelenggara pendidikan inklusif berdasarkan jumlah ABK, jumlah siswa keseluruhan di kelas, jumlah guru, dan pengalaman guru mengikuti pelatihan tentang penanganan ABK. Indeks inklusi diperoleh dengan melakukan pengamatan pada proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan 18 indikator yang dikembangkan oleh Centre for Studies on Inclusive Education. Penelitian dilakukan terhadap 10 kelas dari 4 Sekolah Dasar di Kota Bandung yang menyelenggarakan pendidikan inklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) jumlah ABK di Sekolah Dasar inklusif bervariasi dari 1 sampai 4 anak. Sedangkan jumlah siswa antara 20 dan 46. Pada umumnya kelas yang memiliki siswa ABK gurunya lebih dari satu. (2) rata-rata indeks inklusi sebesar 38,58 dengan indeks ideal 54. (3) indeks inklusi yang tinggi dicapai di kelas yang memiliki guru lebih dari satu, gurunya sering mengikuti pelatihan penanganan ABK, siswa ABK lebih banyak, dan jumlah siswa keseluruhan lebih sedikit. Rata Kunci: Indeks inklusi, Sekolah Dasar, proses pembelajaran PENDAHULUAN Pendidikan inklusif telah disepakati Kerangka Aksi tentang Pendidikan oleh banyak negara untuk diimplementasi- Kebutuhan Khusus tahun 1994. kan dalam rangka memerangi perlakuan c....,..,....,.,.,,... Strategi, metode, atau cara disknminatif di bidang pendidikan..,..,....,,.» _,,.,.,.,,.,...?,.,.. mengimplementasikan pendidikan inklusif Pendidikan inklusif didasan oleh dokumen-,....... _,,. di masing-masing negara sangat bervariasi dokumen internasional, yaitu Deklarasi /itmccpa ^ c uu i o\ tt-,tt,».»*, ««*«(UNESCO, 200; Stubbs, 2002). Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948, ^,, * wu. _,_,_ TT..,, Keberagaman implementasi ini disebabkan Konvensi PBB tentang Hak Anak tahun,.. j...,.,. inon _,... _. _ «.j, karena tiap-tiap negara memiliki budaya 1989, Deklarasi Duma tentang Pendidikan, tj- uuj r>i.j fe, _nnr, dan tradisi yang berbeda. Perbedaan untuk Semua, Jomtien tahun 1990,.,..........,.... _, " _ implementasi ini iuga teriadi di tingkat Peraturan Standar tentang Persamaan..,.,.,,, u c u.. _ b. _ provinsi, kota, bahkan sekolah. Sebenarnya Kesempatan bagi para Penyandang Cacat,.,....,, i * ^ «r,,. perbedaan cara implementasi ini tidak tahun 1993, Pernyataan Salamanca dan.,. ^ u u j a menjadi masalah asalkan pnnsip dan motivasinya sama. )Affl_Anakku» Volume 8: Nomor 2 Tahun 2009 78

Riset* Indeks Inklusi dalam Pembelajaran* Pemerintah Indonesia telah berupaya mengimplementasikan pendidikan inklusif melalui berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas-dinas pendidikan di provinsi, Kota/Kabupaten. Dalam praktiknya, implementasi pendidik an inklusif menemui berbagai kendala dan tantangan. Kendala tersebut di antaranya yang sering dilaporkan adalah kesalahan pemahaman tentang konsep pendidikan inklusif, peraturan atau kebijakan yang tidak konsisten, sistem pendidikan yang tidak luwes dan sebagainya. Sejak pemerintah memperkenalkan dan mengimplementasikan pendidikan inklusif di sekolah-sekolah, wacana tentang pendidikan inklusi telah menarik perhatian banyak kalangan, khususnya para penyelenggara pendidikan. Semakin meningkatnya perhatian terhadap pendidikan inklusif tidak secara otomatis implementasinya berjalan secara lancar. Akan tetapi, berbagai pandangan dan sikap yang justru dapat menghambat implementasi pendidikan inklusi makin beragam. Oleh karena itu, pertanyaan tentang sejauh mana implementasi pendidikan inklusif di Indonesia telah terjadi patut mendapat perhatian. Keterlaksanaan pendidikan inklusif khususnya di sekolah sampai sekarang belum banyak dilaporkan. Di samping itu, implementasi pendidikan inklusif dipengaruhi juga oleh banyak faktor, misalnya kebijakan pemerintah, sumber dukungan yang ada, sikap, pengetahuan, dan pemahaman para praktisi pendidikan terhadap pendidikan inklusif. Penelitian ini bermaksud menggambarkan nilai-nilai inklusi yang telah ada di Sekolah Dasar yang memiliki siswa berkebutuhan khusus di Kota Bandung. Nilai-nilai inklusi yang dimaksud adalah praktik-praktik yang dilakukan guru selama mengajar di kelas. Nilai-nilai inklusi tersebut diamati menggunakan indeks inklusi (index for 79 JAfJl_Anakku» Volume 8: Nomor 2 Tahun 2009 inclusion) yang dikeluarkan oleh Centre for Studies on Inclusive Education (CSIE). Upaya memperkenalkan dan mencobakan pendidikan inklusif di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1980- an. Meskipun demikian, belum banyak hasil penelitian yang melaporkan tentang kualitas atau pencapaian pelaksanaan pendidikan inklusif. Sukses pelaksanaan pendidikan inklusif dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya faktor budaya, politik, sumber daya manusia (Kwon, 2005). Menurut Ainscow (2002) keterlaksanaan pendidikan inklusif dapat dievaluasi menggunakan suatu indeks yang disebut index for inclusion. Secara konseptual indeks inklusi ini dibangun dari tiga dimensi, yaitu (1) dimensi Budaya (creating inclusive cultures), (2) dimensi Kebijakan (producing inclusive policies), dan (3) dimensi Praktik (evolving inclusive practices). Setiap dimensi dibagi dalam dua seksi, yaitu: Dimensi budaya terdiri atas seksi membangun komunitas (building community) dan seksi membangun nilainilai inklusif (establishing inclusive values). Dimensi kebijakan terdiri atas seksi pengembangan tempat untuk semua (developing setting for all) dan seksi melaksanakan dukungan untuk keberagaman (organizing support for diversity). Sedangkan dimensi praktik terdiri atas seksi belajar dan bermain bersama (orchestrating play and learning) dan seksi mobilisasi sumber-sumber (mobilizing resources). Penelitian ini bermaksud (1) Mengetahui keberadaan anak berkebutuhan khusus (ABK) di Sekolah Dasar yang menyelenggarakan pendidikan inklusif di Kota Bandung?, (2) Mengetahui indeks inklusi (index for inclusion) di kelas pada Sekolah Dasar yang menyelenggarakan pendidikan inklusif di Kota Bandung?, dan (3) Mengetahui indeks inklusi di kelas pada Sekolah Dasar di Kota Bandung yang menyelenggarakan pendidikan inklusif berdasarkan jumlah ABK, jumlah siswa, jumlah guru, dan pengalaman guru mengikuti pelatihan penanganan ABK?

Riset Indeks Inklusi dalam Pembelajaran METODE Subjek Subjek penelitian ini adalah kelas di Sekolah Dasar yang memiliki siswa berkebutuhan khusus yang ada di Kota Bandung. Berdasarkan data di Dinas Pendidikan Kota Bandung ada sebanyak 15 kelas yang tersebar di 8 Sekolah Dasar. Oleh karena itu, yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar yang menyelenggarakan pendidikan inklusif. Dalam penelitian ini dipilih 10 kelas sebagai subjek penelitian yang diambil secara acak dari 4 Sekolah Dasar. Prosedur Data keberadaan anak berkebutuhan khusus (ABK), jumlah siswa keseluruhan, jumlah guru, dan pengalaman guru mengikuti pelatihan tentang penanganan ABK diperoleh melalui wawancara dengan guru kelas. Sedangkan indeks inklusi diperoleh dengan observasi terhadap proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan daftar observasi yang terdiri dari 18 indikator. Setiap indikator yang dengan jelas teridentifikasi diberikan skor 3, yang ragu-ragu 2, dan yang tidak teridentifikasi 1, maka skor maksimal indeks inklusi yang dicapai adalah 54. Data utama dalam penelitian ini adalah (1) indeks inklusi, (2) jumlah ABK dalam kelas, (3) jumlah siswa keseluruhan, (4) jumlah guru yang mengajar, dan (5) pengalaman guru mengikuti pelatihan penangan ABK yang semuanya merupakan data kuantitatif, maka untuk menganalisis data tersebut digunakan analisis statistik deskriptif. Secara visual, analisis indeks inklusi terhadap variabel bebas dapat digambarkan pada tabel 1. Tabel 1 Variabel Terikat (Y) dalam hubungan dengan Variabel Bebas Variabel Bebas Variabel Terikat (Y) Jumlah ABK (XI) Jumlah Siswa (X2) Jumlah Guru (X3) Pengalaman Pelatihan (X4) Indeks Inklusi (Y) Yl Y2 Y3 Y4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam kelas inklusi, ada kecenderungan bahwa jumlah ABK antara 1 dan 4 dengan guru lebih dari 1 yang terdiri dari guru kelas dengan guru khusus atau guru pembantu. Jenis ABK dengan learning disability (LD) lebih banyak ditemukan di samping anak autis dan tunagrahita (Tabel 2). Fenomena ini sesuai dengan temuan penelitian terdahulu bahwa anak-anak dengan LD dan auitis sering tidak tampak secara kasat mata (Golis, 1995), sehingga mereka tidak dikenali sejak masuk sekolah tetapi sering teridentifikasi setelah mengikuti proses pembelajaran. Peristiwa semacam ini sering kali membuat sekolah mau menerima ABK secara terpaksa pada awalnya tetapi kemudian menerima dengan motivasi yang lebih positif. )Afn_Anakku» Volume 8:Nomor 2 Tahun 2009 80

Riset»Indeks Inklusi dalam Pembelajaran Tabel 2 Jumlah Guru, Siswa Keseluruhan, dan Siswa Berkebutuhan Khusus Pada Sepuluh Kelas di SD Inklusifdi KotaBandung Kelas JmlABK Jenis ABK Jml Siswa Jml Guru K-l 2 1 Tunadaksa 34 1 K-2 2 33 2 1ASD K-3 2 1 ADHD 46 3 K-4 2 1 Tunagrahita 34 2 K-5 1 35 1 K-6 1 1 ADHD 20 1 K-7 4 1 Tunagrahita 22 6 1 Autis 1 Gifted K-8 3 Autis 20 3 LD ADHD K-9 2 2 Autis 20 4 K-10 2 1 Tunagrahita 25 4 1 ADHD i 60-50 - 40-30 - 20-10 - O - 39,4 51-6 49,8 III K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 R mil47,4 Kelas 45,2 I9,1>8 Grafik 1 Indeks Inklusi untuk Setiap Kelas dan Rata-ratanya Dari indeks inklusi maksimal 54, belum optimal. Menurut data ini, indeks ditemukan indeks tertinggi 51,6 dan inklusi tertinggi terjadi pada sekolah dengan terendah 28 dengan rata-rata 38,.58. Hal ini jumlah murid 22 orang, ABK 4 dengan guru menunjukkan bahwa inklusivitas yang 6 orang. Hal ini tampaknya jumlah guru dicapai oleh Sekolah Dasar yang yang cukup memadai menjadi faktor utama menyelenggarakan pendidikan inklusif untuk mencapai indeks inklusi yang tinggi. 81 I JAfJl_Anakku»Volume 8: Nomor 2 Tahun 2009

Riset Indeks Inklusidalam Pembelajaran SO.7 50-35,55 40-1 J 30 20 10 ABK1-2 ABK3-4 S25 :>25 Jumlah ABK Jumlah Siswa 48,06 GUFIU1-2 GURU3 GURU>3 0 <s >s Jumlah Guru Jumlah Mengikuti Pelatihan Grafik 2 Indeks inklusi berdasarkan jumlah ABK, siswa keseluruhan, jumlah guru, dan pengalaman mengikuti pelatihan Indeks inklusi pada kelas dengan jumlah ABK lebih banyak lebih tinggi dari pada jumlah ABK lebih sedikit. Sedangkan kelas dengan jumlah siswa keseluruhan lebih sedikit indeks inklusi lebih tinggi. Indeks inklusi tertinggi dicapai oleh kelas dengan jumlah guru lebih banyak serta pada kelas yang dengan guru yang lebih banyak mengikuti pelatihan. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor jumlah ABK, siswa keseluruhan, jumlah guru, dan keikutsertaan pelatihan berdampak pada pencapaian indeks inklusi dalam pembelajaran di kelas. 3 i 2,5 2 1,5 1 0,5 0 11 E I3 I4 I5 I6 I7 I8 19 110 111 112 113 114 115 116 117 118 Indikator Grafik 3 Indikator yang Mendapat Tinggi untuk Rata-rata }AfIl_Anakku» Volume 8:Nomor 2 Tahun 2009 82

Riset Indeks Inklusi dalam Pembelajaran JuangSunanto Dalam instrumen untuk menggali indeks inklusi memiliki 18 indikator. Masing-masing indikator tersebut adalah: indikator 1 perencanaan, indikator 2 saling berkomunikasi, indikator 3 partisipasi, indikator 4 pemahaman perbedaan, indikator 5 aktivitas yang melecehkan anak, indikator 6 keterlibatan anak, indikator 7 kerja sama, indikator 8 penilaian, indikator 9 saling menghormati, indikator 10 aktivitas kegiatan berpasangan, indikator 11 bantuan pengajaran, indikator 12 mengambil bagian, indikator 13 pengaturan kelas, indikator 14 sumber pelajaran, indikator 15 perbedaan sebagai sumber, indikator 16 pemanfaatan sumber ahli, indikator 17 pengembangan sumber, dan indikator 18 pemanfaatan sumber. Grafik 3 menunjukkan bahwa indikator 3, 6, dan 9, yaitu tentang partisipasi anak, keterlibatan anak dalam kegiatan, dan saling menghormati mendapat skor tertinggi. Sementara itu indikator yang mendapat skor terendah adalah indikator 10 dan 16, yaitu indikator yang terkait dengan kegiatan berpasangan dan penggunaan sumber daya ahli. Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 10 kelas yang menyelenggarakan pendidikan inklusi, jumlah ABK bervariasi dari 1 sampai 4, di mana kelas dengan 2 ABK paling banyak ditemukan. Sedangkan jumlah siswa keseluruhan paling sedikit 20 dan paling banyak 46. Pada umumnya kelas yang memiliki ABK gurunya lebih dari satu, yaitu satu guru utama dibantu oleh asisten atau guru khusus, namun beberapa kelas gurunya hanya satu. Jika dalam kelas ada ABK, keadaan yang paling ideal jika ada guru kelas dan guru khusus. Guru khusus ini sebaiknya guru yang memiliki latar belakang pendidikan luar biasa (PLB) yang bertindak sebagai guru konsultan bagi guru kelas. Banyak negara di Eropa dan Amerika mewajibkan setiap sekolah yang memiliki siswa ABK menyediakan guru khusus. Akhir-akhir ini di Indonesia ada kecenderungan sekolah yang memiliki siswa ABK mulai menyediakan guru khusus yang umumnya terjadi di sekolah swasta. Ketersediaan guru khusus ini ada yang disediakan oleh sekolah sendiri ada pula yang disediakan oleh orangtua. Pada penelitian ini ditemukan rata-rata indeks inklusi sebesar 38,58 dengan indeks ideal 54. Hal ini menunjukkan bahwa indeks inklusi tertinggi baru mencapai 71,4%. Banyaknya guru yang mengajar turut mempengaruhi pencapaian indeks inklusi, di mana jumlah guru yang lebih banyak mencapai indeks inklusi yang lebih tinggi. Di samping itu, pencapaian indeks inklusi tinggi juga terjadi pada guru yang te lebih banyak mengikuti pelatihan tentang penanganan ABK. Sementara itu, indeks inklusi lebih tinggi dicapai oleh kelas yang memiliki ABK lebih banyak. Sebaliknya pada kelas yang jumlah siswa keseluruhannya lebih sedikit indeks inklusi lebih tinggi dari pada kelas yang jumlah siswa keseluruhannya lebih sedikit. Kelas yang memiliki jumlah guru lebih banyak indeks inklusinya lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang memiliki jumlah guru sedikit. Fenomena ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah guru lebih dari satu menyebabkan perhatian khusus pada ABK lebih baik sehingga memungkinkan ABK dapat berpartisipasi dalam kegiatan belajar dan berpartisipasi secara optimal di kelas. Kelas yang memiliki guru dengan pengalaman mengikuti pelatihan tentang penanganan ABK yang lebih banyak indeks inklusinya lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan pelatihan memberikan dampak pada guru untuk menerapkan prinsip-prinsip pendidikan inklusif dalam proses pembelajaran di kelas. Efektivitas pelatihan untuk mengubah perilaku seseorang dapat dijelaskan dengan perubahan sikap seseorang di mana sikap memiliki tiga aspek yaitu, aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan diberikan 83 JAffl_Anakku»Volume 8: Nomor 2 Tahun 2009

Riset Indeks Inklusi dalam Pembelajaran informasi yang benar pengetahuan seseorang Indikator yang membentuk indeks menjadi benar, dengan pengetahuan yang inklusi dalam penelitian ini terdiri dari 18 benar mempengaruhi seseorang untuk indikator. Indikator yang mendapat skor berbuat benar pula. Dengan argumen ini, tertinggi atau sering terjadi di dalam kelas dapat diduga guru yang mengikuti pelatihan adalah indikator yang terkait dengan menyebabkan mereka menerapkan prinsip- partisipasi, keterlibatan anak dalam belajar, prinsip pendidikan inklusif yang benar. dan saling menghormati. DAFTAR PUSTAKA Booth, T. and Ainscow, M. (2002). Indexfor Kwon, H. (2005). Inclusion in South Korea: Inclusion. Developing Learning and The current situation and future Participation in School, London: directions. International Journal of CSIE. Disability, Development and Golis, S. A. at al (1995) Inclusion in Education, 52, 1,59-68. Elementary Schools: A Survey and Stubbs, S. (2002). Inclusive Education policy Analysis. A peer-reviewed Where There are Few Resources. Oslo: scholarly electronic Journal, The Atlas Alliance. education policy Analysis archives. UNESC0 (2002) Qpen FUe on lndmive ' ' Education. Support Materials for Managers and Administrators. JAf/l_Anakku» Volume 8 : Nomor 2 Tahun 2009 84