PENGARUH PRESTISE LOKASI TUTURAN TERHADAP RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL Kurniawati., S.Pd., M.Pd.

dokumen-dokumen yang mirip
RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Manusia tidak terlepas dari bahasa, baik untuk mengungkapkan gagasan,

PROSEDUR. Sosiolinguistik IN329. Dr. Andoyo Sastromiharjo, MPd. Afi Fadlilah, S.S., M.Hum.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa. Melalui bahasa seseorang dapat mengetahui hakikat manusia. Dengan

VARIASI BAHASA. oleh. F P B S Universitas Pendidikan Indonesia

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dipakai dalam interaksi antara dua orang atau lebih dan dapat

SILABUS SOSIOLINGUISTIK BIL008. Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd.

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS

SILABI. I. Identitas Mata Kuliah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

Pengertian Universal dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang berlaku dan harus pandai memilih kata-kata yang tepat agar apa

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi. Selain itu, dalam membangun pertumbuhan mental seseorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA PENGGUNAANNYA DALAM RANAH SOSIOLINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHSA DAN SENI SILABUS MATA KULIAH

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

MODUL. BAHASA dan SASTRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi dan keotonomiannya sendiri, sedangkan kode-kode lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada

PENGANTAR. 1. Pengertian Sosiolinguistik 2. Masalah Yang Dikaji Sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.

PERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat. Bahasa memiliki peran dan

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow

BENTUK-BENTUK CAMPUR KODE DI KALANGAN REMAJA MASJID DESA BILUANGO ARTIKEL OLEH ETON AYUBA NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

BAB I PENDAHULUAN. Univesitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lain. Penggunaan suatu kode tergantung pada partisipan, situasi, topik, dan tujuan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. beberapa konsep yaitu sosiolinguistik, ragam bahasa, dan bahasa gaul.

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sumarsono (2015 : 130), Waria adalah (Singkatan dari wanita-pria)

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendiri bangsa Indonesia menyadari betul akan ancaman perpecahan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat

BAHASA INDONESIA; SEBUAH PIJINKAH? Restu Sukesti Balai Bahasa Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn:

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program AN ANALYSIS OF HOW LEARNERS OF INDONESIAN

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan bahasa untuk bekerjasama. Bahasa itu digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang pernah diteliti antara lain sebagai berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia dapat memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial dalam upaya berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai masyarakat sosial dituntut untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Khusnul Khotimah, 2013

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

STUDI KASUS SIKAP BERBAHASA INDONESIA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

Kemajemukan sistem sosial budaya masyarakat juga tercermin. Bab BAHASA DAN DIALEK DALAM MASYARAKAT

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

PENGAJARAN DIALEK DAERAH DALAM PENGAJARAN BIPA PENTING ATAU TIDAK PENTING?

BAB 1 PENDAHULUAN. situs yang memuat komunitas para backpacker dari seluruh penjuru dunia serta

BAB I PENDAHULUAN. bahasa juga mempengaruhi pikiran manusia itu sendiri. Ilmu Sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

Transkripsi:

PENGARUH PRESTISE LOKASI TUTURAN TERHADAP RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL Kurniawati., S.Pd., M.Pd. Abstrak Penggunaan bahasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah penutur, lawan tutur, lokasi, dan waktu terjadinya tuturan. Faktor faktor tersebut menyebabkan perbedaan penggunaan bahasa yang dikenal dengan sebutan variasi atau ragam bahasa.ragam bahasa yang digunakan kelompok penutur remaja menunjukkan identitas diri mereka. Usia puber merupakan masa pencarian identitas bagi para remaja. Ragam bahasa merupakan salah satu identitas yang ada pada diri remaja, termasuk remaja puteri. Dalam penggunaan ragam bahasa, nilai prestise lokasi tuturan sangat menentukan pemilihan ragam bahasa yang mereka gunakan. PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat universal. Dalam penggunaan bahasa terdapat perbedaaanperbedaan penggunaan bahasa yang dikenal dengan sebutan ragam bahasa. Penggunaan ragam bahasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor geografis dan sosial. Fishman (1972:2 3) menyebutkan faktor faktor tersebut di antaranya adalah usia, jenis kelamin, hubungan kekeluargaan, jabatan, status ekonomi, pendidikan, peristiwa sosial, tempat, waktu, topik, tujuan, dan tingkat keakraban. Suatu ragam bahasa memiliki keadaan yang tidak tetap dan dapat berubah dalam kurun waktu tertentu. Suatu variasi/ragam bahasa yang pada mulanya bersifat regional dalam kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi bersifat sosial. Pada dasarnya semua variasi dalam bahasa apa pun dapat mengalami perubahan, tidak terkecuali dalam bahasa Indonesia. Masyarakat tutur dan variasi bahasa merupakan suatu sistem yang saling melengkapi. Variasi bahasa dapat digolongkan berdasarkan letak geografis, latar belakang sosial, fungsi, dan waktu. Pada dasarnya variasi bahasa terdiri atas dialek geografis, idiolek, sosiolek, fungsiolek dan kronolek. Sosiolek dapat dimaknai sebagai suatu variasi bahasa yang berkaitan dengan status sosial penutur. Variasi ini berkaitan dengan pekerjaan, latar belakang pendidikan, usia, ras, kasta, jenis kelamin, suku bangsa, tingkat ekonomi, dsb. Variasi bahasa jenis ini memiliki cakupan yang cukup luas. Usia dan jenis kelamin penutur merupakan unsur sosiolek. Penutur berdasarkan jenis kelamin terdiri dari pria dan wanita. Sementara berdasarkan tingkatan usia, penutur terbagi atas balita, anak anak, remaja, dewasa, dan manula. HUBUNGAN BAHASA DAN USIA Usia merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi penggunaan bahasa.labov (1972, dalam Fishman

1972) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia terhadap penggunaan bahasa. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi usia penutur maka semakin banyak kata yang dikuasainya dan semakin baik pemahamannya dalam struktur bahasa. Penggunaan bahasa berdasarkan usia menyebabkan perbedaan pada para penuturnya. Perbedaan tersebut tampak pada perbendaharaan kata, pemahaman struktur bahasa, maupun topik pembicaraannya. Penutur anak anak memiliki ciri khas dalam tuturannya pada tataran fonologi, sintaksis dan leksikon yang baik. Lingkungan sosial anak anak pada umumnya tidak jauh dari lingkungan keluarga yang menyebabkan ragam bahasa anak anak lebih bersifat arbitrer karena adanya sifat permisif yang tinggi di lingkungannya. Kaum remaja memiliki ragam bahasa yang menunjukkan identitas mereka sebagai remaja, yaitu berupa ragam slang. Penalosa (1980:124 125) menyatakan bahwa penutr remaja lebih senang menggunakan kosata dalam ragam slang, misalnya mereka lebih suka mengatakan that's cool daripada O.K. Ragam bahasa ini cukup beragam, di antaranya ada yang dikenal dengan sebutan bahasa prokem dan bahasa gaul. Ragam bahasa ini cukup menonjol dalam bentuk kosakata/diksi dan makna. Ragam bahasa selalu mengalami perubahan seiring perjalanan waktu dan dipengaruhi oleh trend yang ada di kalangan pengguna bahasa. Sebagai contoh, pada dekade 1970 terdapat suatu kosakata slang (bahasa prokem) wakuncar (waktu kunjung pacar), pada dekade 1980 berubah menjadi apel/malam mingguan, dan pada dekade 2000 an berubah menjadi dating. Ketiga kata tersebut pada dasarnya memiliki makna yang sama namun mengalami perubahan bentuk. Kosakata ragam slang dalam bahasa Indonesia ada yang berasal dari suatu dialek geografis, bahasa daerah, bahasa asing maupun kosakata hasil pembentukan baru. Kata lu (kamu), gue (saya), bokap (ayah), dan nyokap (ibu) berasal dari bahasa Betawi yang kemudian diadopsi menjadi bahasa prokem. Kata keukeuh (bersikap keras dalam mempertahankan prinsip/keinginan) yang merupakan kosakata bahasa Sunda kini marak digunakan di kalangan remaja terutama yang berasal dari kalangan selebriti. Beberapa dekade yang lalu tidak dikenal bentuk pe de ka te (pendekatan), jutek (judes), bete (bosan), bucheri (bule cat sendiri), bokis (bohong), titi dije (hati hati di jalan), dan te o pe be ge te (top banget), namun pada saat ini bentuk bentuk tersebut banyak digunakan kalangan penutur remaja. Bentuk bentuk tersebut merupakan ragam slang yang cukup bergengsi di kalangan remaja. Penutur dewasa memiliki ciri khas sendiri dalam karakteristik penggunaan bahasanya. Ragam bahasa yang mereka gunakan menunjukkan kedewasaannya. HUBUNGAN BAHASA DAN JENIS KELAMIN Kelompok penutur pria dan wanita dalam bermasyarakat berinteraksi

antara yang satu dengan yang lainnya dalam berbagai bentuk komunikasi. Dalam pembicaraan tampak perbedaan akan terlihat perbedaan dalam hal topik pembicaraan, suasana pembicaraan maupun pemilihan kata yang digunaakan. Perbedaan antara bahasa pria dan wanita terletak dalam bentuk pengucapan dan tatabahasa. Perbedaan jenis kelamin menyebabkan terjadinya perbedaan ragam bahasa antara pria dan wanita. Secara biologis dan psikologis pengaktifan hemisfir kiri dan kanan otak manusia antara pria dan wanita dapat menentukan perbedaan penggunaan ragam bahasa. Pada umumnya kaum wanita lebih mengoptimalkan sisi afektif dibandingkan dengan kaum pria. Sementara kaum pria lebih mengoptimalkan sisi kognitif dibandingkan derngan kaum wanita. Studi sosiologi menunjukkan bahwa kaum wanita pada umumnya lebih tertarik dalam membicarakan masalah sosial daripada pria. Dalam hal ini mereka lebih peka terhadap pengertian yang terdapat dalam variabel variabel kebahasaan yang berhubungan dengan kelas sosial. Variasi bahasa yang berhubungan dengan jenis kelamin merupakan suatu fenomena sosial karena hal ini berhubungan dengan sikap masyarakat. Kedua kelompok penutur ini memiliki perenan yang yang berbeda dalam masyarakat. Hal ini baik secara langsung maupun tidak langsung membentuk pola sikap mereka dalam berbahasa. PENGGUNAAN RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KEDAI JAJANAN DAN WARALABA Sebagai manusia, semua penutur yang berasal dari jenis kelamin dan tingkatan usia apa pun dapat mengungkapkan apa saja yang ada dalam pikiran dan perasaannya dengan menggunakan bahasa, baik dalam percakapan formal maupun nonfolmal dan situasi dan temapat apapun, begitu pula dengan remaja puteri. Dalam situasi santai adakalanya mereka berkumpul di kedai jajanan ataupun di waralaba. Pada dasarnya baik kedai makanan maupun waralaba memiliki fungsi yang sama, tetapi berbeda dari segi prestise. Waralaba dianggap memiliki nilai gengsi yang lebih tinggi daripada kedai jajanan. Faktor penyebabnya di antaranya adlah jenis makanan yang turut menentukan harga makanan yang berpengaruh terhadap daya beli konsumen. Pada umumnya waralaba lebih banyak dikunjungi oleh konsumen dari kalangan menengah ke atas, dibandingkan dengan kedai makanan. Nilai prestise yang dimiliki kedua jenis tempat ini mempengaruhi pemilihan dan penggunaan ragam bahasa remaja puteri. Kedai bakso dan es campur dikunjungi oleh semu lapisan masyarakat termasuk remaja puteri terutama yang berasal dari kalangan menengah ke bawah. Ragam bahasa yang digunakan remaja puteri di tempat ini cenderung mengalami percampuran variasi antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah (bahasa Sunda). Dalam berkomunikasi mereka cenderung lebih bebas dalam

artian tidak terlalu memperhatikan aspek prestise suatu ragam bahasa. Pada umumnya mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam kolokial yang mengalami interferensi dari bahasa Sunda ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Bentuk bentuk tuturan mereka banyak yang menyerupai bentuk berikut: Di tukang bakso atuh mani malu. Ih, jorok sekali budak teh. Urang enggak mau dahar tahu. Mau tahun baru atuh beli terompet. Berbeda dengan penggunaan bahasa di kedai jajanan, penggunaan ragam bahasa penutur remaja puteri di waralaba menghindari bentuk interferensi dari bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia. Mereka lebih mengedepankan bentuk slang dan kolokial dalam bahasa Indonesia,di antaranya yaitu: Gile, pas nelepon bokapnya yang ngangkat. Nyokap bokapnya masih mudik. Kamu mau jadi ceweknya? Katanya sih, kalo jalan jalan atau kemping dia enggak mau ngajak anak cewek. Penghindaran bentuk interferensi dalam tataran kosakata bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia banyak dilakukan penutur di waralaba. Ragam slang dan kolokial dalam bahasa Indonesia dipandang sebagai suatu ragam bahasa yang bergengsi. Nilai prestise yang dimiliki waralaba mendorong penutur untuk menggunakan ragam bahasa (dalam hal ini ragam slang dan kolokial) yang memiliki gengsi juga. Sikap berbahasa yang mereka tunjukkan tidak hanya dalam bentuk pemilihan kosakata melainkan juga dalam hal aksen/logat. Aksen/logat yang mereka gunakan cenderung dipaksakan untuk lebih mendekati dialek Jakarta daripada dialek Jawa Barat walaupun pada dasarnya mereka tidak bisa menghilangkan dialek setempat. Hal ini berbeda dengan sikap yang ditunjukkan penutur remaja puteri di kedai jajanan, aksen/logat mereka lebih kental dengan aksen Jawa Barat. PENUTUP Nilai prestise suatu lokasi tuturan turut mempengaruhi pemilihan dan penggunaan eagam bahasa. Semakin tinggi nilai gengsi suatu tempat penur, lebvih mengoptimalkan penggunaan ragam slang dan kolokial dalam bahasa Indonesia, namun menghindari bentuk interferensi dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia. Penggunaan ragam bahasa merupakan fenomena yang selalu muncul dalam komunikasi berbahasa. Pada dasarnya semua manusia mengalami perkembangan mental mulai dari usia bayi hingga manula. Faktor perkembangan mental tidak dapat dipisahkan dari perkembangan bahasa dan pemilihan ragam bahasa. Realita pemilihan dan penggunaan bahasa di kalangan bahasa seringkali dianggap sebagai penyakit perusak bahasa namun hal ini pada dasarnya merupakan sesuatu yang sulit dihindari karena manusia bukan hanya merupakan makhluk biologis melainkan

juga merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan masyarakat di sekitarnya. Kehidupan manusia dipengaruhi oleh faktor budaya, yang di antaranya adalah bahasa. Di era globalisasi ini komunikasi antarmanusia terjalin begitu luas sehingga percampuran budaya, termasuk bahasa di dalamnya terjadi secara alami dan sulit untuk dihindari. Setidaknya kemajuan iptek dan interaksi antar budaya dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran secara umum, dan khususnya untuk pembelajaran bahasa agar bahasa Indonesia dapat dipertahankan eksistensinya di segala kalangan masyarakat secara baik dan benar. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta:Rineka Cipta. Fishman, Joshua.1972. The Sociology of Language. Massachusetts: Newburry House Publishers. Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar.Jakarta:Gramedia.. Pateda, Mansoer.1987.Sosiolinguistik. Bandung:Angkasa. Penalosa, Fernando.1980. Introduction to the Sociology of Language. Cambridge:Newburry House Publisher. Rusyana, Yus.1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV.Diponegoro. Trudgill, Peter.1974. Sociolinguistics an Introduction. Baltimore: Penguin Book. Wardhaugh, Ronald.1996.An Introduction to Sociolinguistics. New York: Basil Blackwell.