Miftakhul Huda, S.H., M.H

dokumen-dokumen yang mirip
Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

Penyimpangan Terhadap Ketentuan PKWT Dan Outsourcing Serta Permasalahannya Dan Kiat Penyelesaian

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada

Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN TENTANG PEMBORONGAN PEKERJAAN (OUTSOURCING)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

H U B U N G A N K E R J A

SURAT EDARAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA. Buku

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh:

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB II PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA. jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi

Kesepakatan/Perjanjian Kerja

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK

BAB II PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kerja

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

WALAIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN SERTA PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA

b. bahwo untu itu peilu ditetapkan dengcin KP-putusan Mer.teii,

BAB I KETENTUAN U M U M

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan outsourcing (= alih daya) di Indonesia. Bahkan aksi ini disambut aksi serupa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak yang terjadi atas berlakunya Permenakertrans Nomor 19

HUBUNGAN INDUSTRIAL, OUTSOURCING DAN PKWT

RINGKASAN PERBAIKAN KEDUA PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 27/PUU-IX/2011 Tentang Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Outsourching)

PERATURAN BUPATI KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

KONTRAK DAN OUTSOURCING HARUS MAKIN DIWASPADAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

KOMPETENSI dan INDIKATOR

Undang-undang No 13 tahun 2003 POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara, Pembangunan Nasional Negara Indonesia. yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu elemen penting dalam dunia usaha adalah masalah. dalam ketenagakerjaan, dan hal tersebut harus dapat diatasi secara

Model Perjanjian Kerja Yang Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Kontrak Di Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id

2, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran NCgara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60,

I. PENDAHULUAN. Indonesia salah satunya ialah dengan terus tumbuhnya jumlah angka kerja

Lex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA. Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

Perlindungan Hukum Pekerja Outsourcing Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No 27/PUU-IX/2011

BAB II TINJAUAN UMUM HUBUNGAN KERJA DAN OUTSOURCING. Dengan diadakannya perjanjian kerja maka terjalin hubungan kerja antara

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

BAB II ASPEK HUKUM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DI INDONESIA

BAB II PERJANJIAN KERJA SEBAGAI LANDASAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA. A. Pengertian dan Unsur-unsur dalam Perjanjian Kerja

BAB II KAJIAN TEORI. manajemen, outsourcing diberikan pengertian sebagai pendelegasian operasi dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DI LEMBAGA PEMERINTAHAN

* Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan yang harus ditaati dalam melakukan mogok kerja. (Pasal 139 dan Pasal 140 UUK)

BAB I PENDAHULUAN. listrik kepada pelanggan. Pada PT PLN terdapat tenaga kerja outsourcing yang ikut

BAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya atau disebut juga faktor-faktor produksi meliputi sumber

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BEBERAPA MASALAH PADA PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DAN SOLUSINYA. SUNARNO, S.H., M.Hum. Dosen Fakultas Hukum UNISRI

BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO. A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DI INDONESIA. Oleh :

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

DOKUMENTASI PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

PENERAPAN SISTEM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DI INDONESIA 1 Oleh: Falentino Tampongangoy 2

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

OUTSOURCING, DAN BERBAGAI MASALAHNYA. SOLUSINYA? Untuk ICHRP

PENERAPAN OUTSOURCING

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Lex Administratum, Vol. III/No. 6/Ags/2015

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu htm

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang. berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat,

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

Transkripsi:

Miftakhul Huda, S.H., M.H

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) Perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap Dapat mensyaratkan masa percobaan maksimal 3 bulan Masa percobaan harus tertulis jelas dalam surat perjanjian kerja Apabila perjanjian kerja dibuat secara lisan, maka dalam surat pengangkatannya harus disebutkan tentang masa percobaan. Masa percobaan yang tidak ditulis dalam perjanjian kerja atau surat pengangkatan maka ketentuan masa percobaan dianggap tidak pernah ada

Perjanjian Waktu Tertentu Perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT Syarat Umum PKWT Dibuat secara tertulis, berbahasa Indonesia dan huruf latin(pasal 57 Ayat (1)) Apabila dibuat tidak tertulis atau tidak berbahasa Indonesia atau tidak menggunakan huruf latin menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (Pasal 57 Ayat (2)) Tidak dapat mensyaratkan masa percobaan (Pasal 58 Ayat (1)) Apabila disyaratkan masa percobaan kerja, maka masa percobaan kerja yang dipersyaratkan batal demi hukum (Pasal 58 Ayat (1)) Syarat Kerja tidak boleh lebih rendah dari peraturan perundangundangan (Kepmenakertrans No: KEP.100/MEN/VI/2004 Pasal 2)

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT Jenis PKWT 1. PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara 2. PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman 3. PKWT untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru 4. Perjanjian Kerja Harian Lepas

PKWT Untuk Pekerjaan Yang Sekali Selesai Atau Sementara Arti : PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu Paling lama 3 tahun Ketentuan : Apabila selesai sebelum 3 tahun, maka PKWT putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan Harus dicantumkan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai Dapat dilakukan pembaharuan setelah tenggang 30 hari

PKWT Untuk Pekerjaan Yang Bersifat Musiman Arti : PKWT yang didasarkan atas pekerjaan yang pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca Ketentuan : Hanya dapat dilakukan untuk satu jenis pekerjaan pada musim tertentu, atau; Pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu Pekerjaan yang dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu merupakan pekerjaan tambahan Tidak dapat dilakukan pembaharuan

PKWT Untuk Pekerjaan Yang Berhubungan Dengan Produk Baru Arti: PKWT yang didasarkan atas pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan Ketentuan : Dilakukan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun Dapat diperpanjang satu kali paling lama 1 tahun Tidak dapat dilakukan pembaharuan Hanya untuk pekerjaan di luar kegiatan atau di luar pekerjaan yang biasa dilakukan perusahaan

Perjanjian Kerja Harian Lepas Arti : Perjanjian yang didasarkan pada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran Ketentuan: Pekerja/buruh bekerja kurang dari 21 hari dalam 1 bulan Dalam hal pekerja/buruh bekerja 21 hari atau lebih selama 3 bulan berturut-turut atau lebih maka perjanjian kerja berubah mejadi PKWTT Dikecualikan dari ketentuan jangka waktu PKWT pada umumnya

Penyerahan Sebagian Pekerjaan Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dapat dilakukan melalui : 1. Perjanjian Pemborongan Pekerjaan 2. Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja/buruh (outsourcing)

Perjanjian Pemborongan Arti : Perjanjan antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan yang memuat hak dan kewajiban para pihak

Perjanjian Pemborongan Syarat : 1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan. 2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan, dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang cara melaksanakan pekerjaan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan 3. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan. 4. Tidak menghambat proses produksi secara langsung apabila tidak dilakukan oleh perusahaan pemberi pekerjaan.

Perjanjian Pemborongan Ketentuan : Harus dibuat alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan sesuai sektor usaha masing-masing yang dibuoat oleh Asosiasi Sektor Usaha Jenis pekerjaan penunjang yang akan diserahkan kepada perusahaan penerima pemborongan harus dilaporkan ke disnaker kota untuk diterbitkan bukti pelaporan Perusahaan penerima pemborongan harus berbentuk badan hukum, memiliki tanda daftar perusahaan, memiliki izin usaha dan memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan.

Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh Arti : Perjanjan antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang memuat hak dan kewajiban para pihak

Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh Syarat : 1. Harus merupakan kegiatan jasa penunjang atau tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. 2. Kegiatannya meliputi (terbatas pada) : a.usaha pelayanan kebersihan (cleaning service) b.usaha penyediaan makanan bagi pekerja (catering) c.usaha tenaga pengamanan (security/satpam) d.usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan e.usaha penyediaan angkutan bagi pekerja

Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh Ketentuan : Dibuat secara tertulis Perusahaan penyedia jasa pekerja/ buruh dilarang menyerahkan pelaksanaan sebagian atau seluruh pekerjaan yang diperjanjikan kepada perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh lain (disubkan) Perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penyedia jasa pekerja harus didaftarkan. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dikenakan sanksi pencabutan izin operasional perusahaan penyedia jasa pekerja.

Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh Syarat Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja 1. Berbentuk PT 2. Memiliki tanda daftar perusahaan 3. Memiliki izin usaha 4. Memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan 5. Memiliki izin operasional 6. Mempunyai kantor dan alamat tetap 7. Memiliki NPWP atas nama perusahaan 8. Membuat perjanjian kerja secara tertulis dengan pekerja dan dilaporkan 9. Dalam perjanjian kerja memuat ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak pekerja dalam hubungan kerja sebagaimana peraturan perundang-undangan