BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis eceran (retailer business) yang ada di Indonesia

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pasar yang ketat ini sebuah bisnis atau perusahaan dituntut untuk

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu semakin meningkat. Banyak perusahaan yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin signifikan dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ritel modern seperti minimarket daripada pasar tradisional. strategis serta promosi yang menarik minat beli.

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suci Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang signifikan serta memberikan konstribusi positif dalam

I. PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan perekonomian dan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO)

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari, baik itu kebutuhan yang bersifat primer

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kegiatan pemasaran harus direncanakan terlebih dahulu sebelum

BAB I PENDAHULUAN. mereka memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang ada dan berusaha untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Peranan industri

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis saat ini, para pelaku bisnis harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia dihadapkan pada berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengandalkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dalam melamar pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. para peritel asing. Salah satu faktornya karena penduduk Indonesia adalah negara

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN ATAS FAKTOR PENENTU TEMPAT BELANJA TERHADAP INDOMARET DAN ALFAMART. Rangkuman Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

mengenai strategi bauran pemasaran eceran yakni keragaman produk (product

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah kegiatan menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. mudah, fasilitas, dan pelayanan yang memadai. menjadi ancaman bagi peritel lokal yang sebelumnya sudah menguasai pasar.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin meningkat dan beragam seiring dengan perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kotler (2009 ; 215) : Eceran (retailing)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tercatat menempati peringkat ketiga pasar retail terbaik di Asia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. eceran terus berkembang seiring dengan keinginan dan selera pelanggan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

involved in selling goods or services directly to final consumers for personal,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern sendiri yang baru lahir (Utami, 2006:4).Meningkatnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ekonomi global menunjukkan adanya ketidakpastian dalam perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat yang mengesankan. Badan Pusat Statistk (BPS) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2008 mencapai 6,4 % dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2007, Pertumbuhan ekonomi kumulatif semester I tahun 2008 dibandingkan dengan semester I tahun 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 6,4% (Kementerian Koodinator Perekonomian Indonesia, Jakarta, 14 Agustus 2008).. Survei yang diselenggarakan oleh BPS menunjukkan prakiraan analis ekonom di 13 perusahaan bank dan sekuritas untuk pertumbuhan kuartal II-2008 dan semester I-2008 masing-masing dengan 6,1% dan 6,0%. BPS menjelaskan bahwa selain sektor pengangkutan dan komunikasi, pertumbuhan pada triwulan II-2008 terutama terjadi dalam sektor non-tradable (konstruksi, utilitas dan perdagangan) yang telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi selama 10 tahun terakhir. Pertumbuhan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan pada semester I-2008 mencapai 5,3%. Beberapa sektor yang memproduksi barang seperti sub sektor pangan, perkebunan, industri elektronik, industri kendaraan 1

2 roda dua dan roda empat juga mengalami ekspansi selama semester I-2008 (Kementerian Koodinator Perekonomian Indonesia, Jakarta, 14 Agustus 2008). Sumber: Kementerian Koodinator Perekonomian Indonesia Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan PDB berdasarkan Tradable dan Non Tradable, 2006-2008 Demikian pula pada industri ritel di Indonesia, pada tahun 2006 adalah sebesar 14,3 persen. Jumlah itu dilihat dari total pertumbuhan pasar modern dan tradisional yang meningkat dari 1,79 unit menjadi 1,85 unit. Sementara untuk pertumbuhan tahun 2004 dan 2005, sebesar 13,8 persen dan 17,7 persen. Secara persentase, pertumbuhan ritel modern lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pertumbuhan ritel tradisional, yaitu ritel modern tumbuh 14 persen, sedangkan ritel tradisional hanya 3 persen (http://ramli31.blogspot.com). Pertumbuhan industri ritel tahun 2008 diperkirakan hanya akan tumbuh 15% atau sama dengan pertumbuhan pada tahun sebelumnya, mengingat

3 perkiraan naiknya harga barang, namun demikian indutri ritel tetap memiliki prospek yang masih cerah di tahun 2008 (http://indocashregister.com). Perkembangan ritel modern yang pesat ini dapat menambah jumlah lapangan kerja, sehingga dapat menyerap tenaga kerja potensial, yang akhirnya dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Dalam waktu yang bersamaan, ritel modern telah menggeser peran ritel tradisional kini sebagian masyarakat perkotan telah memenuhi kebutuhan rumah tangganya dari pasar modern. Belanja di ritel modern konsumen akan merasa lebih nyaman dan memiliki varian produk yang lebih banyak. Faktor pendorong tingginya pertumbuhan ritel adalah jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah banyak, khususnya penduduk yang tinggal di perkotaan. Urbanisasi mengakibatkan semakin banyak proporsi penduduk tinggal di kota. Kegiatan belanja, terutama di pasar modern, kini sudah menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan. Bahkan, 83 persen masyarakat menganggap, belanja merupakan bagian dari hiburan (http://ramli31.blogspot.com). Situasi seperti ini mengakibatkan industri ritel modern cenderung semakin bersaing, yang ditandai dengan semakin berkembangnya outlet-outlet atau gerai-gerai baru. Ritel modern adalah ritel di mana pelayanan dilakukan sendiri oleh konsumen karena toko tidak menyediakan pramuniaga. Minimarket, supermarket, dan hipermarket termasuk dalam kategori ini. Pengertian mini market adalah ritel yang hanya memiliki satu atau dua mesin register sementara supermarket adalah ritel besar dengan jumlah mesin registernya mencapai tiga ke atas, selain itu menjual barang-barang segar seperti sayur dan daging. Hipermarket juga termasuk

4 kategori swalayan yang juga menjual barang-barang white goods seperti mesin cuci, kulkas dan televisi (www.sinarharapan.co.id). Mini market ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu mini market franchise seperti Alfamart, Indomaret dan non franchise seperti mini market lokal yang ada di sekitar lingkungan pelanggan. Mini market dewasa ini dituntut untuk memiliki kemampuan bersaing, mengingat salah satu penyebab pesatnya pertumbuhan mini market adalah sistem pendiriannya secara franchise. Mereka yang tertarik untuk berbisnis mini market cukup menyediakan lokasi toko ditambah modal sekitar Rp 300 hingga Rp 400 juta (www.korantempo.com). Penyebaran mini market franchise dalam hitungan tahun, telah menyebar ke berbagai daerah seiring dengan perubahan orientasi konsumen dalam pola berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Pertumbuhan mini market franchise yang cepat ini kemudian menimbulkan persaingan semakin bersaing antar mini market franchise dikarenakan tidak mudah mencari lokasi yang strategis, sehingga tidak mengherankan jika di satu lokasi ada lebih dari satu mini market franchise. Selain itu tidak jarang karyawan mini market franchise berkeliling dan mengedarkan brosur harga dari rumah ke rumah yang berada dekat toko dan setiap hari di depan toko memajang harga barang promosi yang lebih murah dari biasanya. Persaingan bisnis ritel di Bandung semakin dirasakan dengan berdirinya mini market franchise yang tersebar di daerah Bandung seperti Alfamart yang berbadan usaha PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) telah membuka gerainya lebih dari 2266 gerai yang tersebar di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Mini market

5 lainnya seperti Yomart yang merupakan pengembangan bisnis riteil dari Toserba Yogya, Indomaret yang dikelola oleh PT Indomarco Prismatama yang membuka gerai mereka pada tahun 1988 di Ancol Jakarta Utara, kemudian beroperasi ke seluruh Indonesia dengan melakukan pola kemitraan bagi masyarakat luas untuk turut serta memiliki dan mengelola sendiri gerai Indomaret, memakai sistem franchise. Selain ketiga mini market di atas mini market yang juga menggunakan sistem franchise adalah Circle K. Selain mini market franchise, banyak pula mini market non franchise yang tersebar di Bandung seperti di daerah Dago mini market yang paling dikenal adalah Toko Dago 34, Toko Taurus yang terletak di Jalan ABC, Waroong mini market yang beroperasi 24 jam yang berlokasi di jalan Bukit Dago Utara dan masih banyak mini market-mini market lainnya. Wilayah Bojonagara Bandung yang terdiri dari empat kecamatan, salah satunya Kecamatan Sukasari yang merupakan kecamatan yang memiliki potensi besar dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Kecamatan Sukasari ini merupakan daerah yang memiliki paling banyak mini market franchise di antara Kecamatan-Kecamatan lainnya, dengan jumlah mini market franchise sebanyak 22 gerai yang tersebar di empat Kelurahan, antara lain di Kelurahan Isola terdapat 5 gerai, Kelurahan Gegerkalong sebanyak 11 gerai, Kelurahan Sarijadi memiliki mini market franchise sebanyak 6 gerai dan Kelurahan Sukarasa tidak memiliki mini market, dikarenakan Kelurahan ini tidak memiliki akses jalan utama meskipun terdapat perumahan-perumahan mewah. Penjabaran dari penjelasan mini market ini dapat di lihat pada tabel 1.1 berikut.

6 Tabel 1.1 Lokasi Mini Market Franchise Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Sukasari Lokasi Mini Market Kelurahan Isola Kelurahan Gegerkalong Kelurahan Sarijadi Alfamart 5 Gerai 3 Gerai Circle K 1 Gerai 2 Gerai Indomaret 3 Gerai 2 Gerai 1 Gerai Yomart 1 Gerai 2 Gerai 2 Gerai Jumlah 5 Gerai 11 Gerai 6 Gerai Jumlah Total 22 Gerai Sumber: Berdasarkan hasil survey lapangan pra penelitian tahun 2008 Kelurahan Sukarasa Sehubungan hal tersebut Kecamatan Sukasari merupakan subjek kawasan yang akan diteliti. Pada awalnya di Kecamatan Sukasari ini hanya memiliki beberapa mini market franchise saja, tetapi kini sudah berkembang mini marketmini market franchise lainnya yang tumbuh dalam waktu relatif singkat. Hal ini di duga erat kaitannya dengan dinamika penduduk dan munculnya pemukiman baru seperti Pondok Hijau, dan Selaras Alam yang membawa implikasi kepada kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi, serta salah satu faktor lainnya yaitu jumlah penduduk. Banyaknya mini market franchise di Kecamatan Sukasari ini menyebabkan para peritel sulit untuk meningkatkan jumlah pelanggan. Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh peritel agar tetap dapat bertahan adalah melalui usaha meningkatkan loyalitas pelanggan. Usaha ini dapat menjamin kelanggengan hidup mini market dalam jangka panjang, karena biaya mendapatkan pelanggan baru jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya menjaga dan mempertahankan pelanggan yang ada. Tabel 1.2 berikut merupakan gambaran persaingan mini market yang ada di kawasan Kecamatan Sukasari Kota

7 Bandung yang ditunjukkan berdasarkan rata-rata pelanggan yang datang dalam satu bulan dan Tabel 1.3 merupakan gambaran frekuensi pelanggan berbelanja di mini market franchise di kawasan Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Tabel 1.2 Jumlah Rata-Rata Pelanggan Mini Market Franchise Per Bulan Lokasi Jumlah Mini Market Jumlah Rata-Rata Pelanggan Per Bulan Isola 5 Gerai 33.900 Gegerkalong 11 Gerai 101.700 Sarijadi 6 Gerai 76.530 Total Pelanggan Mini Market 212.130 Sumber: Berdasarkan hasil survey pra penelitian tahun 2008 Tabel 1.3 Frekuensi Pelanggan Berbelanja di Mini Market Franchise Per Bulan Lokasi Mini Market Frekuensi Pelanggan Berbelanja 1x 2x 3x >3x Indomaret Isola 1 0 5 6 6 Indomaret Isola 2 0 1 5 4 Isola Indomaret Ledeng 3 4 4 12 Yomart Isola 1 2 3 5 Circle K 0 0 0 3 Alfamart Gegerkalong Hilir 5 15 7 7 Alfamart Gegerkalong Hilir 2 1 2 2 7 Alfamart Gegerkalong Hilir 3 2 3 2 13 Alfamart KPAD 0 0 3 8 Alfamart Setiabudi 2 5 2 14 Gegerkalong Yomart Gegerkalong Hilir 0 6 6 13 Yomart Gegerkalong Hlir 2 0 3 5 9 Indomaret Gegerkalong 2 3 4 14 Indomaret Gegerkalong Hilir 2 0 0 2 9 Circle K Setiabudi 4 1 0 1 Circle K Gegerkalong 1 4 3 2 Alfamart Sarijadi 1 7 18 7 0 Alfamart Sarijadi 2 1 2 1 3 Alfamart Sarimanah 5 11 17 9 Sarijadi Indomaret 3 9 7 5 Yomart Sarijadi 1 10 7 0 0 Yomart Sarijadi 2 6 8 6 2 Sumber: Berdasarkan hasil survey pra penelitian tahun 2008

8 Berdasarkan data dalam tabel di atas memberikan ilustrasi bahwa jumlah pelanggan dan frekuensi berbelanja di mini market tertentu pada umumnya menunjukkan situasi variatif yang ditetapkan sebagai subjek penelitian karena erat kaitannya dengan loyalitas tidak seperti halnya dengan konsumen. Di sisi lain tabel tersebut memberikan indikasi pula bahwa lokasi Gegerkalong menunjukkan jumlah mini market franchise dengan rata-rata pelanggan perbulan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. Hal ini bisa dipahami secara geografis bahwa Gegerkalong dilewati oleh jalan utama, sehingga sangat memungkinkan untuk dijadikan pusat perbelanjaan. Tumbuh kembangnya mini market franchise tersebut sedikit banyaknya mempengaruhi mini market franchise yang sudah berdiri sebelumnya, terutama lagi apabila lokasinya berdekatan yang menuntut perlunya peningkatan daya saing yang pada akhirnya akan berdampak pada loyalitas pelanggan. Dengan demikian, jika kemampuan daya saing tidak ditingkatkan dan tidak adanya pemeliharaan pelanggan yang sudah ada, maka eksistensi mini market franchise tersebut akan terancam. Sehubungan dengan itu diungkap oleh Omar dan Chang dan Tu dalam Hatane Semuel, Jurnal Manajemen Pemasaran, 1, (2), 53-64 bahwa: Jika kepuasan pelanggan terwujud maka loyalitas pada toko juga dapat terwujud. Selain itu ditekankan bahwa loyalitas pada toko adalah faktor penting dalam kesuksesan perdagangan eceran dan kemampuan toko untuk bertahan. Selain itu pada era pasar modern saat ini, loyalitas terhadap sebuat toko dapat ditentukan langsung oleh ekspektasi pelanggan terhadap produk dan jasa yang ditawarkan, atau juga aplikasi bauran pemasaran eceran yang diterapkan.

9 Di sisi lain hasil penelitian Bob Foster dalam penelitiannya yang dimuat dalam jurnal (terlampir) bahwa Bauran penjualan eceran dan hubungan pelanggan berpengaruh secara signifikan terhadap ekuitas merek, keunggulan bersaing, dan loyalitas pelanggan. Berdasarkan pernyataan diatas loyalitas pelanggan dapat dibentuk melalui penetapan strategi keunggulan bersaing suatu mini market franchise di mana salah satu penetapatan strategi keunggulan bersaing adalah dengan membentuk nilai pelanggan (customer value). Penciptaan nilai tersebut merupakan perbandingan antara manfaat pelanggan total dengan biaya pelanggan total. Penetapan strategi keunggulan bersaing yang sesuai dengan tuntutan pelanggan akan menghasilkan nilai pelanggan yang superior (superior customer value). Penciptaan nilai superior dalam mini market, dapat dilakukan dengan menyediakan produk-produk yang bermutu, memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan, karyawan yang memiliki kemampuan melayani dengan baik, dan lokasi yang strategis yang dapat dijangkau oleh sarana transportasi yang ada. Selain itu, peritel dapat menarik dan mempertahankan loyalitas pelanggannya, seperti halnya memudahkan pelanggan untuk mengenal tempat barang yang disediakan, kemudahan dalam melakukan transaksi, penetapan harga yang sesuai, memberikan suasana gerai yang menarik, kecakapan para karyawannya, menyediakan produk yang bervariatif. Langkah-langkah tersebut termasuk ke dalam strategi yang terpadu yang dikenal dengan istilah bauran pemasaran ritel (retail marketing mix) yang terdiri dari (1) Lokasi (Store Location); (2) Pelayanan (Operating Procedures); (3) Produk yang ditawarkan

10 (Merchandise); (4) Harga (Pricing); (5) Suasana Toko (Store Atmosfer); (6) Karyawan (Customer Service); (7) Metode promosi (Promotional Methods). Bauran pemasaran ritel ini merupakan suatu langkah strategis yang dilakukan oleh peritel untuk mendekatkan produk atau jasa kepada pelanggan langsung serta dirasakan secara langsung oleh pelanggan, sehingga akan memberikan kepuasan bagi pelanggan yang dapat menjadikan pelanggan tersebut menjadi loyal. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Bauran Pemasaran Ritel Terhadap Nilai Pelanggan serta Dampaknya pada Loyalitas Pelanggan di Kawasan Kecamatan Sukasari Kota Bandung 1.2 Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang penelitian sebagaimana telah dipaparkan dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran Kinerja Bauran Pemasaran Ritel Mini Market Franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung? 2. Bagaimana gambaran Nilai Pelanggan Mini Market Franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung? 3. Bagaimana gambaran Loyalitas Pelanggan Mini Market Franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung?

11 4. Bagaimana pengaruh Kinerja Bauran Pemasaran Ritel terhadap Nilai Pelanggan Mini Market Franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung? 5. Bagaimana pengaruh Kinerja Bauran Pemasaran Ritel terhadap Loyalitas Pelanggan Mini Market Franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung? 6. Bagaimana pengaruh Nilai Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan Mini Market Franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung? 7. Bagaimana pengaruh Kinerja Bauran Pemasaran Ritel terhadap Nilai Pelanggan serta dampaknya pada Loyalitas Pelanggan Mini Market Franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Memperoleh temuan mengenai Kinerja Bauran Pemasaran yang dilaksanakan mini market franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung. 2. Memperoleh temuan mengenai Nilai Pelanggan yang diberikan mini market franchise di kawasan Kecamatan Sukasari Bandung 3. Memperoleh temuan mengenai posisi Loyalitas Pelanggan mini market franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung. 4. Mendeskripsikan positif tidaknya pengaruh Kinerja Bauran Pemasaran Ritel terhadap Nilai Pelanggan Mini Market Franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung.

12 5. Mendeskripsikan positif tidaknya pengaruh Kinerja Bauran Pemasaran Ritel terhadap Loyalitas Pelanggan Mini Market Franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung. 6. Mendeskripsikan positif tidaknya pengaruh Nilai Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan Mini Market Franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung. 7. Mendeskripsikan besarnya pengaruh positif tidaknya Kinerja Bauran Pemasaran Ritel terhadap Nilai Pelanggan serta dampaknya terhadap Loyalitas Pelanggan Mini Market Franchise di Kawasan Kecamatan Sukasari Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademik (Teoritik) 1. Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pemasaran terutama pada bidang strategi pemasaran, pengembangan konsep perilaku pelanggan. 2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran serta sebagai bahan masukan bagi peneliti lebih lanjut yang berminat meneliti topik atau tema berkenaan dengan permasalahan yang menjadi pokok bahasan penelitian ini, misalnya Pengaruh Ekspektasi Pelanggan Terhadap Ekuitas Merek serta Dampaknya pada Loyalitas Pelanggan.

13 1.4.2 Kegunaan Praktisi (Empirik) 1. Diharapkan bermanfaat sebagai bahan kajian bagi semua pihak para pengusaha ritel dalam memahami perilaku pelanggannya. 2. Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam menyusun strategi bersaing antar para pengusaha mini market. 3. Diharapkan dapat dijadikan bahan kajian/pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait dalam rangka pengambilan keputusan kebijakan.