HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

The Implementation of STI, HIV/AIDS prevention using Role Play Module towards the Direct Knowledge and Attitude of Female Sex Workers

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), penduduk usia15-24 tahun karena HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB I: PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome atau

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan, HIV/AIDS, Minat, Kondom Kepustakaan : 39 ( )

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

Keywords: Knowledge, Attitude, Action, Condom Use, Female Sex Workers with HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014 RELATIONS BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR OF HIGH RISK GROUP TOWARDS HIV-AIDS IN BANDUNG PERIOD OF 2014 Mia Maya Ulpha 1, Penny S. Martioso 2, Ronald Jonathan 3 1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, 2 Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 3 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia ABSTRAK Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah berkembang menjadi masalah kesehatan dunia. Infeksi HIV bila tidak terdiagnosis dan mendapatkan penanganan dapat asimptomatik dan berkembang menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). AIDS adalah penyakit berbahaya yang melemahkan sistem kekebalan tubuh dan berakhir dengan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku kelompok wanita penjaja seksual (WPS) yaitu salah satu kelompok risiko tinggi infeksi HIV-AIDS. Penelitian survei analitik ini dengan cross sectional design dan convenience sampling terhadap kelompok WPS beberapa lokalisasi di Kota Bandung pada periode Agustus-September 2014. Data disajikan dengan tabel distribusi dan dianalisis dengan Chi Square untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku. Tentang infeksi HIV-AIDS, 63,15% responden memiliki pengetahuan cukup, sikap 78,94% responden dan 97,36% perilaku responden adalah baik. Hasil analisis statistik terbukti adanya hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap (p-value 0,043, p <0,05), dan adanya hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan perilaku (p-value 0,008, p 0,01) dan hubungan antara sikap dengan perilaku (p-value 0,000, p 0,01). Pengetahuan tentang infeksi HIV-AIDS kelompok WPS Kota Bandung periode Agustus-September 2014 cukup, serta memiliki sikap dan perilaku baik tentang infeksi HIV-AIDS. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap, dan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan perilaku serta hubungan antara sikap dengan perilaku. Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, HIV-AIDS

ABSTRACT Human Immunodeficiency Virus have become a global health problem, the infection if left undiagnosed, can become asymptomatic, and progressed into Acquired Immuno Deficiency Syndrome or AIDS. AIDS is a lethal disease that weakens the immune system, and may eventually leads to death. This study aims to find the relations between knowledge, attitude and behavioural on Female Sex Worker (FSW), which is one of the high risk group of contracting HIV-AIDS. This was an analytical survey, with cross sectional design and convenience sampling on Female Sex Worker on few brothels in Bandung city, in the period of August through September 2014, the data was presented with distribution tabels, and was analyzed with Chi Square, to find out whether there were relations between knowledge, attitude and behaviour. On HIV-AIDS infection, 63.15% of the responders have sufficient knowledge, 78.94% of the respondens have good attitude and 97.36% of the respondens have good behavior. The result of statistical analysis had shown that there were significant differences in relation between knowledge with attitude p=0.043(p<0.05). While very significant result in relation of knowledge with behavior p=0.008 (p 0.01) and also in attitude with behavior p=0.000 (p 0.01). The study finds that the knowledge of HIV-AIDS on FSW in the city of Bandung of the period August-September 2014 is sufficient, and had good attitude and behavior on the HIV-AIDS. There were significant differences in relation between knowledge with attitude. While very significant result in relation of knowledge with behavior and also in attitude with behavior. Keyword : knowledge, attitude, behavior, HIV-AIDS PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Insidensi infeksi HIV-AIDS secara global cenderung semakin meningkat dan disertai berbagai koinfeksi yang mengakibatkan mortalitas penderita. Insidensi infeksi HIV-AIDS bagaikan fenomena gunung es yang hanya tampak puncaknya saja pada permukaan air laut, yaitu hanya sebagian kecil kasus yang teridentifikasi dan dapat penanganan tenaga kesehatan 1. United Nation Program of HIV-AIDS (UNAIDS) melaporkan bahwa pada tahun 2012 ada 3,9 juta remaja dan anak-anak pengidap HIV-AIDS, 270 ribu diantaranya adalah kasus baru dan 0,3% berusia antara 15-49 tahun, dengan angka mortalitas 220.000 orang di Asia Tenggara 2. Jumlah kumulatif kasus HIV-AIDS di Indonesia sejak 1987-September 2014 ada 150.296 orang dan AIDS 55.799 orang. Rasio infeksi HIV di Indonesia pada triwulan II, bulan Juli-September 2014 antara populasi laki-laki:perempuan 1:1 dan AIDS 2:1. Ditjen PP & PL Kemenkes RI, pada tahun 2014 melaporkan bahwa jumlah kasus HIV-AIDS di propinsi Jawa Barat menduduki urutan peringkat empat terbanyak di Indonesia setelah Papua, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Jumlah kasus HIV 13.507 kasus dan AIDS 4.191 kasus 3. Sikap dan perilaku masyarakat modern dewasa ini cenderung menganut pola hidup seks bebas yang akibatnya insidensi infeksi menular seksual (IMS) dan infeksi HIV-AIDS semakin meningkat. Wanita penjaja seksual (WPS) adalah salah satu kelompok risiko tinggi terkena infeksi

HIV-AIDS sebagai risiko profesi mereka. WPS berisiko tinggi terinfeksi HIV akibat perilaku sering berganti-ganti pasangan seksual terutama bila melakukan seks tidak tidak aman tanpa menggunakan kondom 1. Infeksi HIV adalah salah satu jenis IMS yang dapat menular melalui hubungan seksual. Individu yang terinfeksi IMS jenis lain akan lebih rentan tertular infeksi HIV. Kemkes RI tahun 2010 melaporkan bahwa risiko penularan HIV melalui hubungan seksual dapat meningkat 3-5 kali lipat pada penderita IMS, khususnya IMS yang disertai ulserasi. IMS dengan ulserasi dapat meningkatkan risiko penularan HIV hingga 300 kali lipat pada paparan yang tidak terlindung 1. Upaya penanggulangan infeksi HIV- AIDS diperlukan pengetahuan tentang infeksi HIV-AIDS secara memadai. Para kelompok WPS dan pelanggannya perlu mengetahui dan memahami apa itu infeksi HIV-AIDS, beserta gejala-gejala dan risiko yang dapat mematikan bagi penderitanya, bukan hanya sekedar tahu cara penularan dan pemakaian kondom sebagi upaya pencegahan. Pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang infeksi HIV-AIDS diharapkan sebagai langkah konkret yang positif terhadap perubahan sikap dan perilaku masyarakat agar terhindar dari risiko terinfeksi HIV-AIDS 4. Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku kelompok WPS, serta apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku WPS tentang infeksi HIV-AIDS. METODOLOGI Penelitian survei analitik dengan cross sectional design, convenience sampling menggunakan dan perangkat kuisioner untuk evaluasi pengetahuan, sikap, dan perilaku 38 responden yaitu WPS dari beberapa lokalisasi WPS di Kota Bandung periode bulan Februari-Desember 2014. Kuisioner dikelompokkan menjadi 3 kelompok, masing-masing untuk menilai tingkat pengetahuan para responden ada 14 pertanyaan, sikap 17 pertanyaan, dan perilaku 12 pertanyaan terkait infeksi HIV-AIDS. Penulis memberikan arahan terlebih dahulu kepada para responden sebelum pengisian kuisioner tentang bagaimana cara pengisiian kuisioner dan memberi kesempatan kepada responden untuk menanyakan hal-hal yang mereka belum mengerti. Kemudian kuisioner dibagikan kepada para responden untuk memilih pilihan jawaban yang telah disediakan pada setiap pertanyaan. Kuesioner yang telah diisi kemudian dikembalikan kepada penulis. Penilaian jawaban kuisioner yang dipilih oleh responden diberi nilai skor berdasarkan skala likert yaitu 1 s/d 4. Evaluasi untuk penilaian pengetahuan, sikap, dan perilaku berdasarkan skor total seluruh jawaban pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tiap komponen yaitu pengetahuan, sikap, perilaku dikelompokkan menjadi 3 kriteria baik, cukup, dan kurang dengan rentang nilai skor tertentu untuk masing-masing komponen. Rentang nilai total untuk pengetahuan dengan kriteria baik 43-56, cukup 29-42, dan kurang 14-28. Sikap baik 52-68. Sikap cukup 35-51; Sikap kurang 17-34. Perilaku baik 37-48; Perilaku cukup 25-36; Perilaku kurang 12-24. Data hasil scoring dikelompokkan berdasarkan kriteria baik, cukup, dan kurang dan disajikan pada tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya data dianalisis dengan Chi Square untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku WPS tentang infeksi HIV-AIDS dinyatakan bermakna bila p < 0,05. Penelitian ini sebelum dilaksanakan telah mendapatkan persetujuan dari komisi etik fakultas kedokteran dan rumah sakit Immanuel Bandung. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian pengetahuan, sikap, dan perilaku kelompok WPS tentang infeksi HIV-AIDS di beberapa lokalisasi di Kota Bandung didapatkan 63,15% memiliki tingkat pengetahuan dengan kriteria cukup dan 26,31% baik. Gambaran umum pengetahuan responden berdasarkan skor total pengisian kuisioner termasuk dalam kriteria cukup, tetapi bila dievaluasi berdasarkan jawaban antar individu didapatkan jawaban yang bervariasi dan ternyata masih banyak responden yang belum paham tentang apa perbedaan antara infeksi HIV dengan AIDS, serta gejala-gejala dan risiko bila terinfeksi. Hal ini dikarenakan kuisioner yang penulis gunakan adalah kuisioner standar yang berisikan pertanyaan-pertanyaan standar seputar pengetahuan tentang apa itu HIV dan IMS yang telah mereka dapatkan dari petugas yang memberikan penyuluhan kepada kelompok WPS tersebut. Pengetahuan yang mereka peroleh baru sebatas apa itu penyakit HIV dan beberapa penyakit IMS lain dan cara pencegahannya menggunakan kondom. Informasi yang lebih luas tentang gejala penyakit, serta akibatnya belum mereka dapatkan secara detail. Beberapa WPS mencari informasi tentang infeksi HIV-AIDS secara pribadi melalui media internet dan bacaan-bacaan seputar infeksi HIV-AIDS dimana mereka menginterpretasikan secara pribadi tanpa adanya arahan dari individu yang mempunyai kompetensi di bidang infeksi HIV-AIDS. Penulis ingin menyarankan untuk penelitian selanjutnya, sebelum penelitian perlu dilakukan wawancara terhadap beberapa responden untuk menggali permasalahan yang ada diseputar responden. Setelah masalah teridentifikasi maka peneliti dapat menyusun kuisioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan masalah yang ada disertai memasukkan indikator-indikator MGDs untuk evaluasi pengetahuan, sikap, dan perilaku responden. Penulis berpendapat perlu diadakan penyuluhan atau seminar seputar infeksi HIV-AIDS bagi para WPS upaya meningkatkan pengetahuan. Bila pengetahuan para WPS tentang infeksi HIV-AIDS baik diharapkan akan berdampak positif terhadap sikap dan perilaku mereka untuk menjadi lebih baik dan waspada terhadap penularan infeksi HIV-AIDS. Selain itu, isi dari penyuluhan dapat meningkatkan kesadaran mereka akan upaya-upaya pencegahan terhadap infeksi HIV-AIDS. Kegagalan penyuluhan juga dapat karena pergantian populasi WPS lama yang digantikan oleh populasi WPS baru dan mobilisasi WPS ke tempat lokalisasi lain tidak terpantau secara baik. Pembentukan peer educator (PE) diantara para WPS yang mempunyai minat untuk mengikuti dan serius ingin mengetahui tentang infeksi HIV-AIDS dan yang akan berdampak positif bagi teman sebayanya tidak berhasil dengan baik karena mereka tidak menetap di satu lokalisasi tetapi berpindah-pindah tempat. Adhitama tahun tahun 2011 pada penelitiannya yang berjudul pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa fakultas kedokteran universitas Kristen maranatha angkatan 2010 tentang infeksi HIV-AIDS dengan responden 136 mahasiswa/i Fakultas Kedoteran Universitas Kristen Maranatha Bandung mendapatkan bahwa gambaran seluruh aspek pengetahuan responden (100%) adalah cukup. MDGs mengemukakan indikator untuk menilai pengetahuan responden secara komprehensif tentang infeksi HIV. MDGs membuat kriteria penilaian responden, yaitu dianggap baik apabila responden memahami ke lima pengetahuan berikut secara benar, yaitu : (1) Menggunakan kondom dapat mencegah penularan HIV; (2) Setia dengan satu pasangan seks dapat mencegah penularan HIV; (3) Menggunakan alat makan bersama tidak menularkan HIV; (4) Gigitan nyamuk tidak dapat menularkan HIV, dan (5) Tidak bisa mengenali ODHA hanya dengan melihat saja. Hasil survey nasional STBP 2011

berdasarkan pengetahuan komprehensif responden tentang HIV dalam menjawab ke lima pertanyaan yang digunakan sebagai indikator penilaian pengetahuan HIV oleh MDGs hanya 40% responden yang mampu menjawab kelima pertanyaan secara benar jadi sebanyak 60% pengetahuan komprehensif responden masih rendah. Pengetahuan komprehensif dapat dipengaruhi tingkat pendidikan, penjangkauan, materi cetakan KIE yang diterima, dan kunjungan ke layanan IMS. Dari analisis diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan WPS, semakin tinggi tingkat pengetahuan komprehensif. Namun, sebagian WPS sebanyak 55% tidak menyelesaikan pendidikan dasar. Begitu pula penjangkauan, materi cetakan KIE dan kunjungan ke tempat pelayanan IMS terbukti meningkatkan pengetahuan komprehensif. Penelitian Putra tentang pengetahuan WPS akan infeksi HIV-AIDS pada tahun 2007 mendapatkan 51,7% adalah cukup. Penelitian ini mendapatkan 78,94% responden memiliki sikap baik dan 21,05% cukup tentang infeksi HIV-AIDS. Hal ini disebabkan karena pertanyaan kuisioner diberikan kepada para responden sesuai dengan peraturan penggunaan kondom oleh yayasan yang menaungi responden. Responden pekerja spa yang dikelola dengan baik mereka dikenakan peraturan harus menggunakan kondom dan disediakan fasilitas kondom. Responden pekerja spa umumnya menunjukkan sikap baik terhadap pencegahan tertularnya infeksi HIV karena jangkauan untuk memperoleh kondom mudah. Sedangkan responden ditempat lokalisasi dengan pengelolaan tidak sebaik spa umunya kurang karena aspek untuk mendaatkan kondom tidak mendukung mereka harus membeli secara pribadi karena tidak tersedia dan harus swadaya. Penulis menyimpulkan bahwa suatu aturan yang baku tentang keharusan pemakaian kondom juga tersedianya sarana dan kemudahan mendapatkan kondom akan meningkatkan sikap responden untuk menggunakan kondom. Penelitian Ariani dan Hargono juga mendapatkan 50,6% WPS memiliki sikap yang baik tentang infeksi HIV-AIDS. Penelitian Juliastika, Korompis & Budi Ratag juga mendapatkan bahwa 64,79% WPS memiliki sikap baik. Penelitian Adhitama juga mendapatkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki sikap cukup tentang infeksi HIV-AIDS. Apabila tingkat pengetahuan WPS tentang infeksi HIV-AIDS baik, maka dapat diharapkan mereka akan memiliki sikap dan perilaku yang baik pula, bila WPS memiliki pengetahuan bahwa menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan pelanggannya dapat mencegah risiko tertular infeksi HIV-AIDS dan bila tertular dapat fatal dan mengakibatkan kematian, maka akan membentuk sikap mereka berupa kesadaran dan niat untuk tidak hanya menggunakan kondom tetapi juga melakukan pengobatan bila tertular IMS termasuk tertular infeksi HIV. Kesadaran tersebut akan memotivasi mereka agar timbul keinginan untuk memahami tentang penyakit HIV-AIDS, sehingga atas kesadarannya sendiri bersedia hadir saat penyuluhan karena keinginan untuk mendapat penambahan wawasan tentang infeksi HIV-AIDS. Penelitian ini mendapatkan 97,36% WPS memiliki baik dan 2,63% cukup. Penelitian Ariani dan Hargono, mendapati perilaku 55,2% WPS tentang infeksi HIV- AIDS adalah kurang. Penelitian Juliastika, Korompis & Budi Ratag mendapatkan bahwa 33,81% WPS memiliki perilaku baik tentang infeksi HIV-AIDS. Penelitian Adhitama mendapatkan seluruh responden WPS (100%) memiliki perilaku cukup tentang infeksi HIV-AIDS. STBP pada tahun 2011 mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran WPS akan pentingnya menggunakan kondom, yaitu

pengetahuan, aksesibilitas, penjangkauan dan aturan penggunaan kondom. Populasi kelompok WPSL yang mengetahui bahwa kondom dapat mencegah penularan HIV cenderung menggunakan kondom secara konsisten. Kesadaran untuk menggunakan kondom secara konsisten ditemukan lebih banyak di kelompok WPS yang memiliki pengetahuan komprehensif dibandingkan kelompok WPSL. Adanya Kondom gratis juga berpengaruh terhadap konsistensi penggunaan kondom terkait dengan permasalahan aksestabilitas kemudahan untuk memperoleh kondom. Frekuensi kontak dengan petugas lapangan yang intensif meningkatkan konsistensi WPS untuk menggunaan kondom. Konsistensi penggunaan kondom juga dipengaruhi oleh adanya aturan wajib menggunakan kondom bagi para WPS yang bekerja di lokalisasi tersebut. Sekitar 60% WPSL mengaku menggunakan kondom karena adanya peraturan, maka konsistensi para WPS untuk menggunakan kondom dapat ditingkatkan secara optimal. Notoatmodjo mengemukakan unsur pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting dalam membentuk sikap yang kemudian akan diwujudkan dalam tindakan atau perilaku seseorang. Apabila penerimaan atau adopsi perilaku baru didasari oleh pengetahuan, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya bila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan maka tidak akan perubahan yang ada tidak akan berlangsung untuk jangka waktu lama. Semakin baik pengetahuan responden tentang infeksi HIV-AIDS, maka akan meningkatkan pengertian dan pemahaman serta kesadaran mereka yang terwujud dalam sikap, selanjutnya akan mereka praktekkan dalam perilaku sebagai upaya melakukan pencegahan terhadap paparan infeksi HIV-AIDS, antara lain dengan selalu melakukan hubungan seks secara aman dengan menggunakan kondom 4. Hasil analisis statistik menggunakan Chi Square untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap para WPS tentang infeksi HIV-AIDS dijelaskan pada tabel 1. Tabel 1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Pengetahuan Sikap Kurang Cukup Baik Baik 0 (0.0%) 1 (2.6%) 9 (23.7%) Cukup 0 (0.0%) 6 (15.8%) 18 (47.4%) Kurang 0 (0.0%) 3 (7.9%) 1 (2.6%) Chi-Square P-value 6.284 0.043 Keterangan : dikatakan signifikan jika nilai p-value ( > 0,01 - < 0,05) dikatakan sangat signifikan jika nilai p-value ( 0,01) Tabel 4.1 menggambarkan hubungan antara pengetahuan dengan sikap. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 10 orang yang memiliki pengetahuan yang baik, 1 orang diantaranya memiliki sikap yang cukup dan 9 orang diantaranya memiliki sikap yang baik. Dari 24 orang yang memiliki pengetahuan cukup, 6 orang diantaranya memiliki sikap yang cukup dan 18 orang diantaranya memiliki sikap yang baik. Dan dari 4 orang yang memiliki pengetahuan kurang, 3 orang diantaranya memiliki sikap yang cukup

dan 1 orang diantaranya memiliki sikap yang baik. Hasil analisis Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap responden tentang infeksi HIV-AIDS, dimana didapatkan p-value 0,043 (<0,05). Jadi tingkat pengetahuan WPS mempengaruhi sikap mereka terhadap infeksi HIV-AIDS. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dan perilaku WPS tentang infeksi HIV-AIDS menggunakan Chi Square dijelaskan pada tabel 2. Tabel 2. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Pengetahuan Perilaku kurang Cukup Baik Baik 0 (0.0%) 1 (2.6%) 9 (23.7%) Cukup 0 (0.0%) 3 (7.9%) 21 (55.3%) Kurang 0 (0.0%) 3 (7.9%) 1 (2.6%) Chi-Square P-value 9.553 0.008 Keterangan : dikatakan signifikan jika nilai p-value (> 0,01 - < 0,05) dikatakan sangat signifikan nilai p-value ( 0,01) Tabel diatas menggambarkan hubungan antara pengetahuan dengan perilaku. Berdasarkan table diatas dapat dilihat dari 10 orang yang memiliki pengetahuan yang baik, 1 orang diantaranya memiliki perilaku yang cukup dan 9 orang diantaranya memiliki perilaku yang baik. Dari 24 orang yang memiliki pengetahuan cukup, 3 orang diantaranya memiliki perilaku yang cukup dan 21 orang diantaranya memiliki perilaku yang baik. Dan dari 4 orang yang memiliki pengetahuan kurang, 3 orang diantaranya memiliki perilaku yang cukup dan 1 orang diantaranya memiliki perilaku yang baik. Hasil analisis Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan perilaku responden tentang infeksi HIV-AIDS, dimana didapatkan p-value 0,008 ( 0,01). Jadi tingkat pengetahuan WPS mempengaruhi perilaku mereka terhadap infeksi HIV-AIDS. Hasil analisis hubungan antara perilaku dengan sikap WPS tentang infeksi HIV- AIDS menggunakan Chi Square dijelaskan pada tabel 3. Tabel 3. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku perilaku Sikap Kurang Cukup Baik Baik 0 (0.0%) 4 (10.5%) 27 (71.1%) cukup 0 (0.0%) 6 (15.8%) 1 (2.6%) Kurang 0 (0.0%) 0 (0.0%) 0 (0.0%) Chi-Square P-value 15.613 0.000 Keterangan : dikatakan signifikan jika nilai p-value (> 0,01 - < 0,05)

dikatakan sangat signifikan nilai p-value ( 0,01) Tabel 3 menjelaskan tentang hubungan sikap dengan perilaku. Tabel 3 menyatakan ada 31 orang yang memiliki perilaku baik, dimana 4 orang diantaranya memiliki sikap yang cukup dan 27 orang memiliki sikap baik. Dari 7 orang yang memiliki perilaku cukup, 6 orang memiliki sikap cukup dan 1 orang baik. Hasil analisis Chi Square menunjukkan terdapat hubungan sangat signifikan antara sikap dengan perilaku responden tentang infeksi HIV-AIDS, dengan p-value 0,000 ( 0,01). Jadi sikap WPS mempengaruhi perilaku mereka terhadap infeksi HIV- AIDS. SIMPULAN Simpulan hasil penelitian Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kelompok Risiko Tinggi tentang HIV- AIDS di Kota Bandung tahun 2014 yaitu wanita penjaja seksual (WPS) di Kota Bandung Tahun 2014, yaitu : Gambaran secara umum kelompok WPS di kota Bandung memiliki pengetahuan yang cukup, sikap dan perilaku baik akan infeksi HIV-AIDS Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap WPS tentang infeksi HIV-AIDS. Ada hubungan yang sangat signifikakn antara pengetahuan dengan perilaku dan sikap dengan perilaku WPS terhadap infeksi HIV-AIDS. 1. 2. 3. 4. DAFTAR PUSTAKA Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan Penularan HIV-AIDS dan IMS bagi Kabupaten/Kota Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2010. UNAIDS. UNAIDS Web Site. [Online].; 2013. Available from: http://www.unaids.org/sites/default/files /en/media/unaids/contentassets/. Ditjen PP & PL. Spiritia Web Site. [Online].; 2014. Available from: http://spiritia.or.id/stats/statcurr.php?la ng=id. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Jakarta: PT Rineka Cipta; 2012.