BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43),

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Panduan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka 2 Ibid

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

ARAHAN PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA SINGKAWANG TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kependudukan Kota di Jawa Barat Tahun Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km 2

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota pada dasarnya adalah tempat bermukim bagi suatu komunitas dalam jumlah yang besar. Namun selain tempat bermukim suatu komunitas, kota juga merupakan tempat dimana kegiatan ekonomi berputar dan juga di dalamnya terdapat pusat pemerintahan yang mengatur serta mentata kota itu sendiri. Max Webber (1966:66) mendefinisikan kota sebagai tempat pasar, sebuah permukiman pasar. Hal tersebut dipandangnya dari sisi ekonomi. Sedangkan menurut Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Menurut Branch (1995), perkembangan kota yang begitu pesat diikuti dengan adanya arus migrasi yang tinggi. Dengan samakin tingginya kepadatan penduduk dalam suatu kota maka kenyamanan untuk bermukim menjadi kurang baik. Hal tersebut memacu pertumbuhan kota-kota baru disekitar kota besar sebagai tempat tinggal alternatif. Kota baru yang memiliki fasilitas lengkap dan tertata disebut dengan kota mandiri. Pada kota mandiri, konsep permukiman masyarakat terencana dengan baik, mulai dari system pengairan, utilitas, maupun fasilitas yang tersedia di kota mandiri. Salah satu kota mandiri yang ada di Kota Tangerang Selatan adalah Bumi Serpong Damai City atau disingkat BSD City. BSD City memiliki fasilitas yang lengkap, mulai dari fasilitas pendidikan, kesehatan, ekonomi, keamanan dan rekreasi. Pada perkembangannya, kota mandiri yang sudah tertata dengan baik mengalami penurunan kualitas lingkungan yang signifikan. Menurut Soemarwoto (1985), lingkungan hidup di kota besar mempunyai kemungkinan yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor limbah rumah tangga, maupun limbah industri. Kondisi lingkungan di perkotaan tersebut dapat mengakibatkan tekanan psikologis pada masyarakatnya.

2 Metode untuk mengatasi tekanan psikologis oleh seseorang sangat beraneka ragam seprti relaksasi, rekreasi, olahraga, dan memelihara hubungan yang sehat (Yates, 1979 dalam Komarudin, 2008). Ruang terbuka hijau sangat penting untuk menunjang kebutuhan masyarakat dalam mengatasi tekanan psikologis. Kebutuhan ruang terbuka hijau sebagai ruang untuk berekreasi tidak dapat dipungkiri lagi. Berdasarkan fungsinya, ruang terbuka publik merupakan tempat bertemu dan silaturrahmi antar warga serta sebagai tempat rekreasi dengan bentuk kegiatan yang khusus seperti bermain, berolahraga dan bersantai (Ahmad, 2002:32). Tabel 1.1 Daftar RTH Yang Digunakan Untuk Berekreasi Oleh Masyarakat Luas No Nama Lokasi Wilayah 1. 2. 3. 4. Taman Kota 1 BSD City Hutan Kota Kehati Hutan Kota BSD City Taman Pulau Situ Gintung Jalan Letnan Sutopo, Tangerang Selatan Jalan Tidore, Ciputat, Tangerang Selatan, Jalan Tekno Widya, Taman Tekno, Tangerang Selatan Jalan Kertamukti, Ciputat, Tangerang Selatan 2,6 hektar 0,6 hektar 6,9 hektar 1,5 hektar Sumber : Dinas Tata Kota, Bangunan dan Permukiman Kota Tangerang Selatan Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Undang-Undang No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan RTH di kawasan perkotaan disebutkan, luasan RTH minimal 30 persen dari luas seluruh wilayah kota. Kota Tangerang Selatan dengan luas wilayah 14719 Ha, hanya memiliki ruang terbuka hijau sebesar 26,89% atau sekitar 3957 Ha. Salah satu Ruang Terbuka Hijau di Kota Tangerang Selatan yaitu Hutan Kota Bumi Serpong Damai City.

3 Fandeli, Kaharuddin, dan Mukhlison (2004) memberikan pendapatnya tentang hutan kota, yaitu kumpulan pohon-pohon dalam kota dengan luas dan kerapatan tertentu yang mampu menciptakan iklim mikro yang berbeda di luarnya. Sedangkan definisi Hutan Kota menurut Rapat Teknis Departemen Kehutanan Tahun 1991 adalah suatu lahan bertumbuhkan pepohonan di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah Negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid yang merupakan ruang terbuka hijau pepohonan, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai Hutan Kota. Dalam Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota, menyebutkan bahwa fungsi utama Hutan kota adalah untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Hutan kota juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi masyarakat. Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.71/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kota menyebutkan bahwa Hutan Kota berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan rekreasi dan keindahan, dengan jenis pepohonan yang indah dan unik. Karakteristik pepohonannya yang indah dan atau penghasil bunga atau buah yang digemari oleh satwa, seperti burung, kupu-kupu dan sebagainya. Sehingga menciptakan suatu ekosistem flora dan fauna indah yang dapat dinikmati masyarakat perkotaan. Kenaikan standar hidup dan pendapatan, pertambahan waktu luang serta adanya stress hidup diperkotaan akan meningkatkan kebutuhan untuk berekreasi. Rekreasi merupakan bagian dari pariwisata. Berwisata juga merupakan bagian dari waktu luang. Waktu luang dapat digunakan untuk kegiatan apa saja, bermain, membaca dan lainnya, namun yang terpenting adalah berwisata. Hal tersebut dikarenakan berwisata adalah kebutuhan primer manusia (Cuellar, 1987, dalam Veal 2002). PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) bahkan menetapkan bahwa berwisata adalah hak dasar manusia, hal tersebut tercantum dalam piagam deklarasi hak asasi manusia (Hermantoro, 2011). Mathieson menjelaskan bahwa hal yang mendorong pengambilan

4 keputusan untuk berwisata adalah kebutuhan, motivasi, kesadaran, dan sikap (Mathieson & Wall, 1982). Kebutuhan Kesadaran Keinginan Penciptaan Motivasi Kepuasan Pemasaran Saran Tujuan Sumber : Mill & Morrison, 2009 Gambar 1.1 Proses pencapaian kepuasan Kebutuhan merupakan hal pokok yang dapat mendorong keinginan untuk berwisata. Secara teoritis sebuah kebutuhan akan mendorong timbulnya motivasi untuk melakukan upaya guna memaksimalkan energinya untuk mencapai kepuasan yang diinginkan (Pritchard & Ashwood, 2008). Dengan adanya Hutan Kota diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat untuk berekreasi. Lingkungan yang sejuk dan nyaman akan membuat pengunjung betah dan berlama-lama menghabiskan waktu luangnya di Hutan Kota. Endes Nurfilmarasa Dahlan (2004:146), dalam bukunya yang berjudul Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. Hutan kota juga merupakan suatu elemen penunjang yang sangat diperlukan dalam program pengembangan pariwisata. Hutan Kota Bumi Serpong Damai City atau Hutan Kota BSD City merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau yang dikelola oleh Pemkot Tangerang Selatan. Hutan Kota BSD City sering digunakan oleh masyarakat Kota Tangerang Selatan sebagai tempat untuk berekreasi. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pra penelitian di Hutan Kota BSD City, menurut hasil wawancara mengenai fungsi hutan kota sebagai sarana rekreasi kepada beberapa pengunjung, salah satunya yang bernama Bapak Kevin,

5 beliau menjawab fungsi rekreasinya belum bisa dimnafaatkan dengan maksimal, kegiatan rekreasinya juga kurang menarik dan sedikit yang bisa dilakukan, waktu untuk berkunjungnya jadi sebentar. Dari hasil wawancara tersebut sementara dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi adanya ketidakpuasan pengunjung di Hutan Kota BSD City adalah manfaat rekreasi yang belum dapat dirasakan atau didapatkan dengan maksimal oleh pengunjung. Berdasarkan pada pemaparan tersebut, peneliti bermaksud untuk menganalisis kepuasan pengunjung di Hutan Kota BSD City ditinjau dari fungsi Hutan Kota yaitu yaitu sebagai fungsi rekreasi masyarakat, sehingga mampu memenuhui kebutuhan berkreasi masyarakat perkotaan di Kota Tangerang Selatan. Untuk itu kajian ilmiah ini diberi judul: ANALISIS KEPUASAN PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI REKREASI DI HUTAN KOTA BUMI SERPONG DAMAI CITY KOTA TANGERANG SELATAN B. Identifikasi Masalah Pada uraian sebelumnya disebutkan bahwa kenaikan standar hidup serta adanya tekanan hidup diperkotaan akan meningkatkan kebutuhan untuk berekreasi. Sebuah kebutuhan akan mendorong timbulnya motivasi untuk melakukan upaya guna memaksimalkan energinya untuk mencapai kepuasan yang diinginkan. Salah satu tujuan dibuatnya Hutan Kota BSD City yaitu dapat menampung kebutuhan masyarakat akan adanya ruang terbuka hijau sebagai tempat untuk mengisi waktu luang di Kota Tangerang Selatan. Maka dari itu, dibutuhkan kajian ilmiah untuk mengetahui keefektifitasan fungsi rekreasi dengan mengidentifikasi tingkat kepuasan pengunjung di Hutan Kota BSD City. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

6 1. Bagaimana tingkat kepentingan (Importance Performance) fungsi rekreasi menurut pengunjung di Hutan Kota BSD City Kota Tangerang Selatan? 2. Bagaimana tingkat kinerja (Perceived Performance) fungsi rekreasi menurut pengunjung di Hutan Kota BSD City Kota Tangerang Selatan? 3. Bagaimana tingkat kepuasan wisatawan terhadap fungsi rekreasi di Hutan Kota BSD City Kota Tangerang Selatan? D. Tujuan Penelitian Adapun mengenai tujuan dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi mengenai: 1. Mengidentifikasi pendapat pengunjung terhadap tingkat kepentingan fungsi rekreasi di Hutan Kota BSD City Kota Tangerang Selatan. 2. Mengidentifikasi pendapat pengunjung terhadap tingkat kinerja fungsi rekreasi di Hutan Kota BSD City Kota Tangerang Selatan. 3. Menganalisis tingkat kepuasan pengunjung terhadap fungsi rekreasi di Hutan Kota BSD City Kota Tangerang Selatan. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah kajian kepariwisataan pada khususnya dan kajian keilmuan pada umumnya, baik berupa teori, generalisasi, konsep, maupun prinsip serta memberikan ilmu yang jauh lagi bagi peneliti. 2. Manfaat Praktis Manfaat bagi masyarakat, pengelola, dan pemerintah daerah setempat. Selain itu penelitian ini bermanfaat untuk : a) Sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan program pembangunan hutan kota di Tangerang Selatan b) Sebagai syarat menempuh program sarjana S-1 Manajemen Resort dan Leisure

7 c) Sebagai masukan untuk pemerintah Tangerang Selatan dalam mengembangkan hutan kota sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat. F. Sistematika Penulisan Penulisan ini terdiri atas 5 (lima) bab. Uraian yang akan disajikan pada setiap bab adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikann Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan penelitian, Metode Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini terdapat kajian pustaka, yaitu uraian mengenai teori-teori relevan yang dijadikan sebagai landasan dalam penelitian ini, dan kerangka pemikiran. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan metode-metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis pengolahan data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan gambaran umum lokasi penelitian, pengolahan dan pembahasan atas penelitian berdasarkan teori dan data yang di dapat melalui survey atau observasi lapangan, wawancara, studi kepustakaan dan studi dokumentasi.

8 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini terdapat uraian mengenai simpulan dan saran serta rekomendasi terhadap pembahasan dari penelitian yang dilakukan.