FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIMBULNYA GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING PADA TENAGA KERJA DI PT

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB III METODE PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN :

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA KANTOR BANDARA DOMINI EDUARD OSOK SORONG

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PEKERJA LAUNDRY RUMAH SAKIT KOTA MAKASSAR

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF.

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

STUDI HEARING LOSS TENAGA KERJA DAN MASYARAKAT DI WILAYAH BANDARA HASANUDDIN MAKASSAR

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI PT.INKA (PERSERO) MADIUN

Unnes Journal of Public Health

Erman, D., Sukendi., Suyanto 2014:8 (2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING


Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

ABSTRAK HUBUNGAN TOTAL LAMA KERJA DENGAN STATUS PENDENGARAN PADA PENERBANG TNI AU

Suryani., Mulyadi, A., Afandi, D 2015 : 9 (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Gangguan Pendengaran pada Karyawan Tambang

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP DENYUT NADI PEKERJA SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN LAMA TINGGAL TERHADAP DERAJAT GANGGUAN PENDENGARAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN PLTD TELAGA KOTA GORONTALO

STUDI APLIKASI ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN KARYAWAN UNIT PRODUKSI PT. SEMEN TONASA

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN LAMA KERJA DENGAN PENYAKIT DERMATITIS DI KAMPUNG KRAJAN KELURAHAN MOJOSONGO KECAMATAN JEBRES SURAKARTA

PENGARUH BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN PADA KARYAWAN YANG BEKERJA DI TEMPAT MAINAN ANAK MANADO TOWN SQUARE

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan Abstrak

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PETUGAS GROUND HANDLING PT. GAPURA ANGKASA BANDARA ADI SOEMARMO BOYOLALI SKRIPSI

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PSIKOLOGIS PEKERJA DI BAGIAN WEAVING DI PT. X BATANG, JAWA TENGAH. Yuniastri Ayu Permatasari

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NOISE INDUCED HEARING LOSS DAN TINITUS PADA PEKERJA BENGKEL MESIN TERPAPAR BISING DI PT DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA

PERBEDAAN STRES KERJA PADA KARYAWAN TERPAPAR KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA BAGIAN PABRIKASI DI PG. TRANGKIL PATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

DINASTI TUNGGAL DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN MUSIK DISKOTIK DAN MASA KERJA DENGAN FUNGSI PENDENGARAN KARYAWAN DISKOTIK DI PONTIANAK TAHUN

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN LAMA TINGGAL DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA MASYARAKAT YANG TERPAPAR BISING JALAN RAYA DI SURAKARTA

KELELAHAN OTOT TANGAN PADA TENAGA KERJA ANGKUT DI GUDANG LOGISTIK SUB DIVRE BULOG KOTA MAKASSAR

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA 2010

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

HUBUNGAN FAKTOR PEMBENTUK PERILAKU DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG TELINGA PADA TENAGA KERJA DI PLTD AMPENAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. bidang penggilingan padi. Penggilingan Padi Karto terletak di Desa Bangun

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

Bagian Kesehatan Kerja FKIK UIN Alauddin Makassar 2. Bagian Kesehatan Lingkungan FKIK UIN Alauddin Makassar

ABSTRAK. tempat kerja sudah mencapai 85 db diatas 8 jam/hari. Alat pelindung pendengaran

PENGARUH PAPARAN KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI PENGOLAHAN KAYU DI PT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

BAB III METODE PENELITIAN. (PLTD) Telaga. Pemilihan lokasi bertujuan untuk melihat dampak sumber

SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA

Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

Hubungan Paparan Kebisingan Dengan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Industri Kerajinan Pandai Besi Di Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus

PENGARUH PROSES PEMESINAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA INDUSTRI OTOMOTIF

DINASTI TUNGGAL DEWI J

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

Nasution, D. E. A., Mulyadi, A., Hamidy, Y 2015: 9 (1)

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG TELINGA DI BAGIAN WEAVING PT. PRIMATEXCO INDONESIA KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN STRES KERJA PADA KARYAWAN TERPAPAR KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA BAGIAN PABRIKASI DI PG. TRANGKIL PATI

HUBUNGAN FAKTOR PENGETAHUAN KARYAWAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN WINDING

TINGKAT KEBISINGAN DAN TAJAM DENGAR PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat.

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

Blood Pressure and Noise (Studies to Meubel Employees at Bukir Village, Gadingrejo District, Pasuruan City)

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui undang- undang No. 13

Transkripsi:

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIMBULNYA GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING PADA TENAGA KERJA DI PT. PLN WILAYAH SULSELRABAR UNIT PLTD PEMBANGKITAN TELLO MAKASSAR A Factor That Deals With The Onset Hearing Loss Due To Noisy On Labor in PT.PLN (Persero) A Region SULSELRABAR UNIT PLTD The Generation Of TELLO MAKASSAR St. Nurmia S, Lalu Muhammad Saleh, Muhammad Rum Rahim Bagian K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar (nunu.kbongquw@gmail.com, ms_lalu 79@yahoo.com, /082194131514) ABSTRAK Penyebab gangguan pendengaran pada tenaga kerja adalah kebisingan yang dihasilkan dari kegiatan di lingkungan kerja seperti mesin industri atau mesin kendaraan yang dikemudikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan timbulnya gangguan pendengaran akibat bising pada tenaga kerja di PT. PLN Wilayah Sulsel, Sultra dan Sulbar Unit PLTD Pembangkitan Tello Makassar. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional study adalah 52 pekerja yang dipilih dengan menggunakan Exhaustive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden yang mengalami ganggguan pendengaran (23,1%). Beberapa variabel yang diteliti pada kategori umur tua yang mengalami ganggguan pendengaran yaitu 2 pekerja (33,3%) dan kategori umur muda 10 pekerja (21,7%) nilai p value = 0,612, Masa kerja baru terdapat 2 pekerja (14,3,0%) yang mengalami gangguan pendengaran dan masa kerja lama terdapat 10 orang (26,3%) nilai p value = 0,475, kategori lama kerja yang tidak memenuhi syarat yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 1 orang (11,1%) dan kategori lama kerja yang memenuhi syarat sebanyak 11 orang (25,6%) nilai p value =0,666, pekerja dengan intensitas bising melebihi NAB yang mengalami gangguan sebanyak 11 orang (29,7%) dan 1 orang (6,7%) yang intensitas bising tidak melebihi NAB nilai p value = 0,143. Terdapat 9 pekerja (39,1%) dengan penggunaan APT tidak sesuai yang mengalami gangguan pendengaran dan 3 orang dengan penggunaan APT sesuai nilai p value = 0,021, pekerja yang tingkat pengetahuan kurang yang mengalami gangguan pendengaran 4 pekerja (16,7%) dan 20 orang (83,3%) yang tingkat pengetahuan cukup nilai p value = 0,346. Berdasarkan analisis statistik diperoleh bahwa faktor yang mempengaruhi gangguan pendengaran adalah penggunaan APT sedangkan yang tidak mempengaruhi gangguan pendengaran adalah umur, masa kerja, lama kerja dan intensitas bising. Kata Kunci : Gangguan pendengaran, pekerja, intensitas bising ABSTRACT the cause of disorder of hearing on labor is the noise resulting from activities in a work environment as of machinery industries or car engine is steeered. The purpose of this research to know factors associated with the hearing loss due to noisy on labor in PT.PLN (Persero) Unit PLTD Tello Makassar generation. This is the kind of research survey analytic with the approach of cross sectional study on 52 worker as a sample of selected by using Exhaustive of Sampling. The result showed that as many as 12 respondents who experience auditory gangguan (23,1%). In some variables surveyed in single age category old experiencing audiotory gangguan namely 2 working (33,3%) and single age category young 10 working (21,7%) the value of p value= 0,612. Working time there is only 2 pekerja (14,3%) that suffer from noise-incluced hearing disoreder and the old workings there are 10 people (26,3%) the value of p value =0,0475, category long verb that does not meet the condition that suffer from noiseinduced hearing disorder as much as 1 people (11,1%) and the category of old workings that qualifies a total of 11 people (25,6%) the value of p value = 0,666% workers with their intesity noisy exceed assets which have been affected a total 11 people (29,7%) and 1 people (6,7%) that the intesity of noisy not exceed assets value p value = 0,143. There were 9 worker (39,1%) with the use of APT not appropriate that suffer from noise-induced hearing disorder and three guys with the use of APT according to the value of p value=0,021,worker who rates lacking knowledge that experienced hearing loss 4 worker (16,7%), and 20 people (83,3%) that the level of knowledge enough value p value= 0,346. Can be concluded that factor affecting noise-induced hearing disorder is the use of APT while not offecting noise-induced hearing disorder is age, working time, old working and the intesity of noisy. Keyword : noise-induced hearing disorder, workers the intesity of noisy. iii

PENDAHULUAN Di dunia, menurut perkiraan WHO, 80% orang yang mengalami masalah gangguan pendengaran tinggal di negara berkembang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan yang sangat bermakna pada tahun 2001 menjadi 250 juta orang. Pada tahun 2005, WHO memperkirakan terdapat 278 juta orang menderita gangguan pendengaran, 75 140 juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. 1 Pemakaian mesin sebagai alat kerja dan mekanisasi dalam industri dapat menimbulkan kebisingan ditempat kerja. Dimana proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin, dengan begitu dampak akibat bising juga meningkat. Kebisingan ditempat kerja dapat mengganggu daya dengar pekerja, mulai dari gangguan konsentrasi, komunikasi sampai kenikmatan bekerja. Kebisingan ditempat kerja dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja berupa penurunan daya dengar kepada tenaga kerja. Penurunan daya dengar merupakan salah satu jenis penyakit yang timbul karena hubungan kerja. 2 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyanto dalam Purnama, menunjukan adanya pengaruh intensitas bising, frekuensi bising, masa kerja, dan umur terhadap penurunan daya dengar. Makin tinggi intensitas dan frekwensi kebisingan lingkungan kerja makin tinggi risiko gangguan telinga. Makin lama waktu pemaparan makin berisiko terjadi gangguan telinga. Makin lama bekerja (masa kerja) makin tinggi risiko terjadinya gangguan telinga serta makin tinggi usia (manula) secara normal kemampuan pendengaran akan menurun. Alat pelindung diri (APD) telinga berfungsi sebagai penyerap intensitas bising yang didengar telinga. 3 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widya Adriani K di PT. PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra dan Sulbar Pembangkitan Tello Makassar tahun 2011 terhadap 42 responden pada kategori intensitas kebisingan, responden pada kategori terpapar bising tinggi lebih banyak yaitu 30 orang (71,4%) dibandingkan responden pada kategori terpapar bising rendah yaitu 12 orang (28,6%). Hampir 30 juta pekerja terpapar dengan kebisingan pada lingkungannya terpapar terus menerus pada level suara 85 db(a) atau lebih dan hal ini akan menyebabkan hilangnya pendengaran pada 30 juta pekerja dan bila tidak dilindungi akan menganggu pekerjannya. Dalam hal ini seharusnya pengusaha mengurangi paparan bising dengan program perlindungan pendengaran yang merupakan bagian dari perusahaan. 4 Tes pendengaran dengan manual pure-tone audiometer merupakan pemeriksaan yang paling penting untuk mendeteksi terjadinya gangguan pendengaran. Untuk menghasilkan tes

audiometri yang optimal dibutuhkan ruang kedap suara yang memadai, peralatan audiometer yang sudah dikalibrasi, dan operator yang terlatih. Seperti yang diketahui bahwa generator pembangkit tenaga listrik adalah salah satu peralatan industri yang menghasilkan intensitas bising yang cukup tinggi yang memungkinkan terjadinya gangguan pendengaran pada pekerja, khususnya pada pekerja di PT. PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra dan Sulbar Unit PLTD Pembangkitan Tello Makassar Tahun 2012. Hal inilah yang memperkuat dasar peneliti ingin melakukan penelitian di PT. PLN (Persero) Unit PLTD Pembangkitan Tello Wilayah Sulsel, Sultra dan Sulbar. 3 Berdasarkan data dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi gangguan pendengaran pada tenaga kerja. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di PT.PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar di Unit PLTD (Pembangkitan Listrik Tenaga Diesel) Tello Makassar pada tangal 02 Juli-20 Juli 2012 Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 56 responden pegawai terdiri dari 29 orang dan outsourching terdiri dari 27 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode exhaustive sampling. Data Primer, data mengenai umur, masa kerja, lama kerja dan penggunaan alat pelindung telinga diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden dan menggunakan kuesioner dan mengenai intensitas bising diperoleh melalui pengukuran langsung dengan menggunakan Sound Level Meter yang akan disesuaikan hasil mapping lokasi bising. Data Sekunder, ata sekunder diperoleh dari hasil pemeriksaan audiometri tenaga kerja dari PT PLN (Persero) Unit PLTD Pembangkitan Tello Wilayah Sulselrabar Makassar Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan program komputer. Model analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Data yang telah dianalisis menggunakan uji Chi Square disajikan dalam bentuk table dan narasi kemudian dilakukan uji statistik.

HASIL Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas umur, tingkat pendidikan, dan unit kerja responden diketahui melalui instrumen berupa kuesioner. Pengambilan data menggunakan kuesioner ini dilakukan dengan cara wawancara langsung, menunjukkan bahwa dari total 52 responden diperoleh persentase tertinggi pada kelompok umur muda ( 40 tahun) yaitu sebanyak 46 responden atau 88,7% ( Tabel 1 ). Untuk tingkat pendidikan responden yang tertinggi terdapat pada tingkat SMA yaitu sebanyak 33 orang (63,5%) dan yang terendah berada pada tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak satu orang (1,9%). Dan untuk unit kerja responden, diperoleh persentase tertinggi pada unit kerja operator yaitu sebanyak 32 responden atau 60,4% ( Tabel 1 ). Variabel penggunaan APT ditentukan melalui hasil pengamatan langsung terhadap responden dan untuk penentuan gangguan pendengaran oleh pekerja diukur menggunakan alat audiometri. Intensitas bising menunjukkan bahwa lebih banyak unit kerja yang melebihi intensitas bising (>85 dba) yakni dengan jumlah tenaga kerja 37 orang (71,2%) dibanding dengan unit kerja yang tidak mellebihi NAB intensitas bising yakni dengan jumlah tenaga kerja 15 orang (28,8%) ( Tabel 2 ). Lama Kerja menunjukkan bahwa tenaga kerja dengan lama kerja 8jam/ memenuhi syarat, lebih banyak yakni sebanyak 43 orang (83%) dibandingkan dengan tenaga kerja dengan lama kerja yang tidak memenuhi syarat yakni hanya 9 orang (17%) ( Tabel 2 ). Masa Kerja menunjukkan bahwa sebanyak 38 pekerja dengan masa kerja baru ( 5 tahun) atau 73,6% dan terdapat 14 pekerja dengan masa kerja Lama (>5tahun) atau 26,4% ( Tabel 2 ). Penggunaan APT menunjukkan bahwa responden dengan penggunaan APT yang sesuai lebih banyak yakni sebanyak 29 orang atau sebesar 54,7% dibandingkan dengan responden dengan penggunaan APT yang tidak sesuai yakni 23 orang atau 45,3% ( Tabel 2 ). Umur menunjukkan bahwa dari total 52 responden diperoleh persentase tertinggi pada kelompok umur muda ( 40 tahun) yaitu sebanyak 46 responden atau 88,7% ( Tabel 2 ). Gangguan Pendengaran menunjukkan bahwa dari 52 responden diperoleh presentase tertinggi pada responden yang tidak mengalami gangguan pendengaran (<26 db) yaitu sebanyak 40 responden atau 76,9% ( Tabel 2 ).

Dari data tersebut, bahwa dari 52 responden yang berada pada kelompok umur tua adalah 2 orang (33,3%) yang mengalami gangguan pendengaran dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 4 orang (66,7%) dan pada kelompok umur muda yang mengalami gangguan pendengaran adalah 10 orang (21,7%) dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 40 orang (76,9%). Hasil analisis statristik dengan uji Fisher s Exact didapatkan nilai p value = 0,612 > 0,05. Interpretasinya adalah Ha diterima dan Ho ditolak sehingga tidak ada hubungan antara umur dengan gangguan pendengaran ( Tabel 3 ). Masa Kerja Responden dari total 52 responden yang berada pada kelompok masa kerja lama 2 orang (14,3%) yang mengalami gangguan pendengaran dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 12 orang (85,7%) dan pada kelompok masa kerja baru yang mengalami gangguan pendengaran adalah 12 orang (85,7%) dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 28 orang (73,7%). Hasil analisis statistik dengan uji Fisher s Exact didapatkan nilai p value = 0,475 > 0,05. Interpretasinya adalah Ha diterima dan Ho ditolak sehingga tidak ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran(tabel 3). Hubungan antara lama kerja dengan gangguan pendengaran bahwa bahwa dari 52 responden yang berada pada kelompok lama kerja yang tidak memenuhi syarat 1 orang (11,1%) yang mengalami gangguan pendengaran dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 8 orang (88,9%) dan pada kelompok lama kerja memenuhi syarat yang mengalami gangguan pendengaran adalah 11 orang (25,6%) dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 32 orang (74,4%). Hasil analisis statistik dengan uji Fisher s Exact didapatkan nilai p value = 0,666 > 0,05. Interpretasinya adalah Ha diterima dan Ho ditolak sehingga tidak ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran ( Tabel 3 ). Hubungan antara intensitas bising dengan gangguan pendengaran menunjukkan bahwa dari 52 responden yang berada pada kelompok intensitas bising yang melebihi NAB 11 orang (29,7%) yang mengalami gangguan pendengaran dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 26 orang (70,3%) dan pada kelompok intensitas bising tidak melebihi NAB yang mengalami gangguan pendengaran adalah 1 orang (6,7%) dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 14 orang (93,3%). Hasil analisis statistik dengan uji Fisher s Exact didapatkan nilai p value = 0,143 > 0,05. Interpretasinya adalah Ha diterima dan Ho ditolak sehingga tidak ada hubungan antara intensitas bising dengan gangguan pendengaran (Tabel 3 ).

Dari 52 responden yang berada pada kelompok penggunaan APT yang tidak sesuai 9 orang (39,1%) yang mengalami gangguan pendengaran dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 14 orang (60,9%) dan pada kelompok penggunaan APT sesuai yang mengalami gangguan pendengaran adalah 3 orang (10,3%) dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 26 orang (89,7%). Hasil analisis statistik dengan uji Continuity Corection didapatkan nilai p value = 0,021 < 0,05. Interpretasinya adalah Ha ditolak dan Ho diterima sehingga ada hubungan antara penggunaan APT dengan gangguan pendengaran ( Tabel 3 ). PEMBAHASAN Dari uji Fisher s Exact, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan gangguan pendengaran pada tenaga kerja PT PLN (Persero) Unit PLTD Wilayah SULSELRABAR. Hal ini berarti bahwa setiap tenaga kerja yang berumur 40 tahun dalam hal ini digolongkan dalam usia muda maupun > 40 tahun yang digolongkan dalam usia tua, memiliki resiko yang sama untuk mengalami gangguan pendengaran apabila bekerja dilingkungan bising. Hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Filiana pada karyawan Factory I-III PT. Maruki Internasional Indonesia Makassar bahwa tidak ada hubungan umur dengan gangguan pendengaran. 14 Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa secara umum semakin bertambahnya umur seseorang maka akan diikuti dengan penurunan tajam penglihatan, penurunan pendengaran, kecepatan membedakan sesuatu menjadi lamban, lamban dalam membuat keputusan dan kemampuan mengingat jangka pendek. 15 Menurut WHO, pada umumnya gangguan pendengaran yang disebabkan oleh bising timbul setelah bertahun-tahun paparan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 14 responden yang masa kerjanya lama (>5 tahun) hanya 2 orang (14,3%) yang mengalami gangguan pendengaran, dan dari 38 tenaga kerja yang masa kerjanya baru ( 5 tahun) ada 10 orang (26,3%) yang mengalami gangguan pendengaran. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang mengalami gangguan pendengaran dengan masa kerja baru ( 5 tahun). Dari uji Fisher s Exact, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara masa merja dengan timbulnya gangguan pendengaran pada tenaga kerja. Hal ini berarti bahwa setiap responden yang masa kerjanya lama (>5 tahun) maupun yang masa kerjanya ( 5 tahun), memiliki resiko yang sama untuk mengalami gangguan pendengaran apabila bekerja dilingkungan bising. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa Tuli Akibat Bising (TAB)/Noise Induced Loss (NIHL)

diakibatkan oleh pemaparan lingkungan kerja yang bising dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun. Masa kerja pada umumnya dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang yang bekerja di area dengan intensitas bising yang tinggi mengalami gangguan pendengaran berupa penurunan daya dengar, namun adanya rotasi kerja yang dilakukan secara rutin dalam di PT. PLN dapat mengurangi resiko mengalami gangguan pendengaran pada pera tenaga kerja sehingga masa kerja menjadi tidak berpengaruh terhadap gangguan pendengaran yang dialami oleh tenaga kerja tersebut. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawaty Malapiang yang dilakukan di PT. Sermani Steel Coorporation Makassar yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran yang dialami oleh tenaga kerja bagian produksi di PT Sermani Steel Coorporation Makassar, karena terjadinya rotasi pada beberapa bagian di unit produksi sehingga masa kerja tidak mempengaruhi pendengaran tenaga kerja. 16 Lama kerja menurut Undang-undang Ketenagakerjaan yaitu 8 jam/hari. Semakin lama berada dalam lingkungan bising, maka akan semakin berbahaya bagi pendengaran atau makin cepat menderita TAB (Tuli Akibat Bising). Hal ini berarti peluang pekerja untuk mengalami gangguan pendengaran semakin tinggi pula apabila tidak memenuhi ketetapan atau standar kebisingan yang berhubung dengan lama kerja. Berdasarkan hasil uji statistik tidak adanya hubungan, dimana dengan hasil pengukuran intensitas bising dengan menggunakan alat Sound Level Meter, diketahui bahwa sebanyak 52 responden terpapar kebisingan yang melebihi NAB (> 85dB) sehingga lama kerja responden seharusnya < 8 jam/hari. Intensitas bising adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran,terutama apabila intensitas bising tersebut melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan yaitu 85dB untuk 8 jam per hari, yang berarti bahwa semakin tinggi paparan intensitas bising yang diterima oleh setiap pekerja maka semakin tinggi pula kecendrungan pekerja tersebut untuk mengalami gangguan pendengaran. Dari uji Fisher s Exact, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara intensitas bising dengan timbulnya gangguan pendengaran pada tenaga kerja. Hal ini berbeda dengan teori, dalam lingkungan industry semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan

kebisingan yang dialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang akan ditimbulkan pada para pekerja tersebut. 5 Alat pelindung telinga merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi tingkat kebisingan yang diterima oleh tenaga kerja sehingga akan mengurangi tingkat kerusakan telinga (penurunan daya dengar). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara penggunaan APT dengan gangguan pendengaran pada tenaga kerja. Hal ini terjadi karena penggunaan APT dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku pekerja dalam mengguanakan APT sepenuhnya, hanya kadang-kadang atau sama sekali tidak mengguanakan sewaktu bekerja. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara penggunaan APT dengan gangguan pendengaran pada pekerja. Tidak ada hubungan antara umur, masa kerja, lama kerja, intensitas bising dengan gangguan pendengaran pada para pekerja di unit PLTD PT. PLN Pembangkitan Tello. Agar lebih memperhatikan lama kerja yang diperkenankan sesuai pemaparan intensitas bising. Untuk lama kerja 8 jam/hari hanya boleh terpapar bising 85 db, sedangkan untuk intensitas bising > 85 db maka jam kerjanya harus < 8 jam/hari. Memperhatikan kualitas alat pelindung telinga para tenaga kerja. Memberikan pelatihan kepada karyawan sesering mungkin mengenai dampak dari kebisingan terhadap kesehatan dan memantau intensitas kebisingan di lingkungan kerja secara rutin.apabila memungkinkan, sebaiknya ruang istirahat/ makan ditempatkan di area yang tidak terpapar bising agar tenaga kerja tidak terlalu terpapar bising.

DAFTAR PUSTAKA 1. Budiono. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang : Universitas Diponegoro; 2003 2. Roestam, A.W. Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja. http://www.telmed.fkumi.net, diakses 25 Maret 2012 3. WHO. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : Diktat Kedokteran; 1995 4. WHO. Deafness and Hearing Imprairment. Diktat Kedokteran. 2010; 27 (3) 5. Dwi, P, Sasongko. Kebisingan Lingkungan. Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro; 2000 6. Harrianto. Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku kedokteran EGC; 2009 7. Suma mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto; 2009 8. Tarwaka. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Surakarta: Harapan Press; 2008 9. Tambunan. Kebisingan di Tempat Kerja. Yogyakarta: Andi; 2005 10. Wahyu, A. Higiene Perusahaan. Makassar: Jurusan Kesehatan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin; 2003 11. Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2011 12. Tarwaka dan Sudiajeng, L. Ergonomi Untuk Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press; 2004 13. Notoatmodjo dan Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005 14. Filiana, Bella. Faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya gangguan pendengaran akibat bising pada tenaga kerja factory 1-3 [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2006 15. Yuni, Tri. Pengaruh kebisingan terhadap kelelahan pada tenaga kerja industry pengolahan kayu bruntung perum [Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang; 2006 16. Mallapiang, F. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pendengaran tenaga kerja akibat bising pada unit produksi PT. Sermani Steel Coorporation Makassar [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2008

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden Pada Pekerja Unit PLTD Pembangkitan Tello Makassar Karakteristik Responden Umur (Tahun) Tua Muda Tingkat Pendidikan SD SMP SMA D1 D3 S1 Unit Kerja Hermes Harliskon Operator Cleaning Service n (52) (%) 6 46 1 5 33 3 4 6 7 4 32 9 11,3 88,7 1,9 9,4 63,5 5,8 7,7 11,5 15,1 7,5 60,4 17 Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Bising, Lama Kerja,Masa Kerja, Penggunaan APT, Umur, dan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Unit PLTD Pembangkitan Tello Makassar Variabel Diteliti Jumlah (n) Persentase (%) Intensitas Bising Melebihi NAB 37 71.2 Tidak Melebihi NAB 15 28.8 Lama Kerja Tidak Memenuhi Syarat (>8 jam) 9 17 Memenuhi Syarat ( 8jam) 43 83 Masa Kerja Lama (>5tahun) 14 26.4 Baru ( 5 tahun) 38 73.6 Penggunaan APT Tidak Sesuai 23 45.3 Sesuai 29 54.7 Sumber Umur (Tahun) : Data Primer, 2012 Tua 6 11,3 Muda 46 88,7 Gangguan Pendengaran Terganggu ( 26 db) 12 23.1 Tidak Terganggu (<26 db) 40 76.9 Sumber : Data Primer,2012

Tabel 3. Umur, Masa Kerja, Lama Kerja, Intensitas Bising, dan Penggunaan APT Hubungannya Dengan GAngguan Pendengaran Pada Pekerja Unit PLTD Pembangkitan Tello Makassar Variabel Bebas Gangguan Pendengaran Total Nilap p Sumber :Data Primer, 2012 Positif Negatif N % n % N % Umur 0.612 Tua 2 33.3 4 66.7 6 100 Muda 10 21.7 36 78.3 46 100 Masa Kerja 0.475 Baru 2 14.3 12 85.7 14 100 Lama 10 26.3 28 73.7 38 100 Lama Kerja 0.666 Tidak Memenuhi Syarat 1 11.1 8 88.9 9 100 Memenuhi Syarat 11 25.6 32 74.4 43 100 Intensitas Bising 0.143 Melebihi NAB 11 29.7 26 70.3 37 100 Tidak Melebihi NAB 1 6.7 14 93.3 15 100 Pengunaan APT 0.014 Tidak Sesuai 9 39.1 14 60.9 23 100 Sesuai 3 10.3 26 89.7 29 100