DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2017

dokumen-dokumen yang mirip
DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 1. April 2017

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat umum dan menyebar di seluruh dunia di. mana angka prevalensinya semakin meningkat, walaupun

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

Hubungan pengetahan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies pada pemulung di tempat pembuangan akhir Sumompo Manado

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 1. Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN STATUS KARIES PADA MURID SMP NEGERI 4 TOULUAAN KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

Maria Victa Agusta R.*, Ade Ismail AK**, Muhammad Dian Firdausy*** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

HUBUNGAN PENGETAHUAN PELIHARA DIRI KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU DENGAN JUMLAH KARIES PADA ANAK PRA SEKOLAH TK PERTIWI II BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

HUBUNGAN KONSUMSI JENIS MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN KRANDON KUDUS

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU IBU DALAM MENDIDIK ANAK MENGGOSOK GIGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 1. Maret 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

Kata kunci : Pengetahuan, kesehatan gigi dan mulut, indeks def-t/dmf-t.

ABSTRAK HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN STATUS GIZI ANAK UMUR 3-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI III BADUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PERAWATAN GIGI ANAK USIA PRA SEKOLAH

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum TRI UJI RAHAYU

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh masyarakat di dunia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit pada

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

Oleh : Winda Siti Juliani ST ARTIKEL PUBLIKASI

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Molar Satu Permanen pada Murid Umur 6-12 Tahun SDN 26 Lamteumen Timur Kota Banda Aceh

Hubungan Perilaku Ibu Hamil dengan Kebersihan Gigi dan Mulut (OHI-S) Masa Kehamilan di Puskesmas Pandanwangi Malang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATFAL DESA LEBAKSIU LOR

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

PENGARUH TINGKAT SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP KARIES ANAK DI TK HANG TUAH BITUNG

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TOMY ADI NUGROHO J

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

PERBANDINGAN INDEKS KARIES ANTARA ANAK YANG MENGKONSUMSI SUSU BOTOL DENGAN TANPA BOTOL USIA 2-5 TAHUN

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 2. September 2016 PERBEDAAN INDEKS KARIES GIGI ANTARA SISWA DENGAN STATUS GIZI LEBIH DAN STATUS GIZI NORMAL

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU HAMIL DI PUSKESMAS MANTRIJERON

BAB I PENDAHULUAN. penyakit terbanyak di Indonesia (Depkes, 2014). Penduduk yang. Daerah (Riskesdas) oleh Departemen Kesehatan RI meningkat dari 23,2%

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

Transkripsi:

56 DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2017 HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS KARIES GIGI ANAK Tinjauan Berdasarkan Pengetahuan, Tingkat Pendidikan, dan Status Sosial di TK ABA 1 Banjarmasin Kajian di Puskesmas Kota Banjarmasin Bulan September-Oktober 2014 Risti Afiati, Rosihan Adhani, Karina Ramadhani, Sherli Diana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ABSTRACT Background: Oral health disease places the first rank among the most ten diseases in Indonesia. The main oral health problem of children is dental caries. Mother is the closest figure of pre-school children who becomes a role model for her children. The purpose of this research determined the correlation between knowledge, education, and social status of mothers and the dental caries status of students in TK ABA 1 Banjarmasin. Methods: This research used analytical survey method with cross sectional approach. There were 46 samples selected in this research by using purposive sampling method based on certain inclusion criteria. Instrument used in this research was questionnaire to measure mothers knowledge, education level, and social status. Students dental caries status was measured base on def-t index. Result: In this research, the researcher correlated the knowledge, education level, social status of the mothers and the students dental caries status index by using SPSS and Spearman test. The result revealed the correlation is negative. It shows the higher knowledge, education level, and social status of the mother, the lower were def-t index of the students. The correlational strength was < 0.8 (strong) and p value was < 0.05 which means significant correlation. Conclusion: There is a significant correlation between knowledge, education level, social status of mothers and the students dental caries status. Keywords: Mother knowledge, mother education level, mother economy status, kindergarten students ABSTRAK Latar Belakang: Penyakit kesehatan gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari 10 besar daftar penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Indonesia. Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi. Ibu sebagai orang yang terdekat dengan anak usia prasekolah memegang peranan penting sebagai model panutan yang biasanya akan diikuti oleh anaknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara pengetahuan, tingkat pendidikan dan status sosial ibu dengan status karies gigi murid di TK ABA 1 Banjarmasin. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 46 sampel, sampel ditentukan secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan langsung pada ibu dan murid di TK ABA 1 Banjarmasin yang telah memenuhi kriteria inklusi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner untuk mengukur pengetahuan, tingkat pendidikan dan status social ibu. Penilaian status karies dinilai berdasarkan indeks def-t. Hasil: Pada penelitian ini peneliti menghubungkan antara pengetahuan, pendidikan dan status sosial ibu dengan indeks karies anak, peneliti mendapatkan hasil spss dengan uji spearman menunjukkan arah korelasi negatif yaitu semakin tinggi variabel pengetahuan, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi maka semakin rendah indeks def-t anak, kekuatan korelasi < 0,8 (kekuatan korelasi kuat) dan nilai p < 0,05 yaitu korelasi bermakna. Simpulan: Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, tingkat pendidikan, dan status sosial ibu dengan status karies anak.

57 Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2017 : 56-62 Kata-kata kunci: pengetahuan ibu, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi ibu, status karies, murid Taman Kanak-Kanak. Korespondensi: Risti Afiati, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Jalan veteran No 128, Banjarmasin, Kalsel, email: risti13afiati@gmail.com PENDAHULUAN Penyakit kesehatan gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari 10 besar daftar penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Indonesia. Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk. Ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan penyakit mulut di Indonesia yang cenderung meningkat. 1,2 Karies gigi masih jadi masalah kesehatan anak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, angka kejadian karies gigi pada anak 60% -90%. 3 Di Indonesia, prevalensi karies gigi menurut kelompok usianya, usia 3 tahun 60%, usia 4 tahun 85% dan usia 5 tahun 86,4%. hal ini menunjukkan bahwa prevalensi karies anak usia prasekolah masih cukup tinggi 4 Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari tiga provinsi yang mempunyai kesehatan gigi dan mulut yang cukup tinggi yaitu 36,1%. Banjarmasin memiliki prevalensi penduduk yang bermasalah dalam kesehatan gigi dan mulut sebanyak 38,2% dan pada anak-anak usia 5-9 tahun sebanyak 28,6% mengalami masalah gigi dan mulut. 5 Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan yang kariogenik. Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri penyebab karies yang secara kolektif disebut Streptoccocus mutans. Karies gigi banyak terjadi pada anak-anak karena anak-anak cenderung lebih menyukai makanan manis yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi. 6,7 Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sangat erat kaitannya dengan kontrol plak. Kontrol plak yang paling sederhana yang dapat kita lakukan di rumah adalah dengan cara menyikat gigi. 8 Peranan orang tua sangat penting sebagai dasar terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. 10 Green (1980) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok. Perilaku itu sendiri ditentukan oleh 3 faktor yaitu: faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri dari pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, tingkah laku, dan sosial ekonomi yang mendasari perubahan perilaku; faktor pendukung (enabling factor) terwujud dalam lingkungan fisik yang meliputi tersedia atau tidaknya fasilitas dan sarana kesehatan, faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya, keluarga, guru, teman, dan sebagainya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 11 Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 juga menyatakan penduduk yang bermasalah gigi dan mulut berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu: tidak bersekolah 27,0%, tidak tamat SD 29,2%, tamat SD 28,6%, tamat SLTP 26,9%, tamat SLTA 26,4%, dan tamat perguruan tinggi 24,8%. Masalah gigi dan mulut berdasarkan tingkat status sosial (pekerjaan) yaitu: tidak bekerja 26,5%, pegawai 26,1%, wiraswasta 28,4%, petani/nelayan/buruh 29,2%, lainnya 30,3%. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi seseorang juga mempengaruhi terhadap kesehatan gigi dan mulut orang tersebut. 9 Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak, tetapi masih banyak orangtua beranggapan bahwa gigi desidui kurang penting, karena bersifat sementara dan akan digantikan oleh gigi permanen yang dalam keadaan normal akan berada selamanya di dalam rongga mulut. Anggapan ini tentu sangat keliru mengingat peran dan fungsi gigi desidui. Pada periode gigi desidui inilah anak harus mulai diajarkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan giginya. 12 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 menyatakan bahwa hampir semua penduduk berperilaku menyikat gigi saat mandi dan sangat sedikit penduduk yang menyikat gigi setelah makan pagi. Hampir setengah penduduk Provinsi Kalimantan Selatan menyikat gigi menjelang tidur malam dan penduduk yang berperilaku benar menyikat gigi sebanyak 5,0%. Hal ini menunjukkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara merawat kesehatan gigi, seperti cara dan waktu yang baik dalam menyikat gigi 9 Pada usia sekolah, banyak kegiatan akan berpengaruh besar dalam jadwal harian anak, kebersihan pribadi rutin harus dijadwalkan. Pengembangan ideal jadwal pembersihan diri yang rutin dapat dilatih dengan rutinitas atau jadwal rutin selama periode pra sekolah. Orang tua harus tetap aktif dalam mengawasi perawatan kesehatan gigi dan mulut. Bantuan orang tua sangat diperlukan untuk membantu mengurangi atau menghilangkan plak pada gigi, pemilihan ukuran dan kehalusan bulu sikat gigi juga berperan penting dalam menjanga kesehatan mulut dan gigi anak. 10

Afiati : Hubungan Perilaku Ibu Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi 58 Data dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin menyatakan bahwa keseluruhan kasus baru masalah gigi dari 26 puskesmas di Banjarmasin tahun 2014 mencapai angka 46.654 dan kasus gigi anak dalam periode Januari-Desember 2014 mencapai angka 9.488 kasus baru. Daerah Kayu Tangi memiliki kasus bermasalah gigi dan mulut cukup banyak. Berdasarkan data Dinas Kota Banjarmasin, di Puskesmas Kayu Tangi pada periode Januari-Desember 2014 terdapat jumlah kunjungan kasus baru sebanyak 2063 kasus. 13 Hal tersebut menunjukkan tingginya masalah gigi di daerah Kayu Tangi. Banyak terdapat lembaga pendidikan di daerah sekitar Kayu Tangi, salah satunya TK ABA 1 Banjarmasin terletak di Jalan Sungai Miai Luar Banjarmasin Utara. Tujuan penelitian ini untuk melihat apakah terdapat hubungan antara pengetahuan, tingkat pendidikan, dan status sosial ibu dengan status karies murid TK ABA 1 Banjarmasin. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, alat diagnostik, nierbeken, masker, handscoon. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alcohol 70%, tisu dan air mineral, lembar informed concent, lembar penilaian indeks def-t, lembar kuisioner. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi TK ABA 1 Banjarmasin. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, total sample sebanyak 46 murid dengan kriteria inklusinya adalah Siswasiswi di TK ABA 1 Banjarmasin dengan usia 5-6 tahun, orang tua murid (ibu) TK ABA 1 Banjarmasin, Bersedia dijadikan sampel, Keadaan umum baik. Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang pemeliharaan gigi dan mulut, tingkat pendidikan dan status sosial ibu, dan tingkat karies gigi anak. Pengumpulan data dilakukan langsung pada ibu dan murid di TK ABA 1 Banjarmasin yang telah memenuhi kriteria inklusi. Data penelitian berupa data primer, yaitu berdasarkan hasil penelitian dan data pengetahuan ibu yang didapat dari hasil kuesioner dan data tingkat karies gigi anak diperoleh dengan memeriksa rongga mulut anak yang hasilnya ditulis dalam lembar penilaian def-t. Kategori def-t menurut WHO yaitu Sangat rendah = 0,0-1,1, Rendah = 1,2-2,6, Moderat = 2,7 4,4, Tinggi = 4,5 6,5, Sangat tinggi = > 6,6. Penilaian pengetahuan ibu dengan menggunakan kuesioner dengan penilaian teori Arikunto yaitu Rendah : bila nilai jawaban yang benar kurang dari 60%, Sedang : bila nilai jawaban yang benar 60%- 75%, Tinggi : bila nilai jawaban yang benar lebih dari 75%. Analisis data menggunakan uji Spearman, sebagai pengujian untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada TK aisyiyah bustanul athfal 1 Banjarmasin pada bulan agustus 2015. Hasil penelitian hubungan perilaku ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi anak. Dari 66 jumlah siswa TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1sebanyak 46 siswa memenuhi kriteria inklusi peneliti, dan didapatkan hasil : 1. Pengetahuan Pemeriksaan dilakukan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 memeriksa indeks plak awal anak dan dilakukan pembagian kuesioner kepada ibu dari responden. Dari kuesioner didapatkan hasil pengetahuan ibu di TK Aisyiyah Bustanul athfal 1 yaitu: ibu yang berpengetahuan rendah terhadap kesehatan gigi dan mulut anak sebanyak 15 orang, ibu berpengetahuan sedang tentang kesehatan gigi dan mulut anak sebanyak 18 orang dan yang berpengetahuan tinggi terhadap kesehatan gigi dan mulut anak sebanyak 13 orang. Gambar 1 Pengetahuan ibu di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin. 2. Tingkat Pendidikan Pada kuesioner juga ditanyakan tingkat pendidikan ibu dari murid TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin, didapatkan hasil ibu yang tingkat pendidikannya rendah yaitu tamat SD sebanyak 8 orang, ibu yang tingkat pendidikannya sedang yaitu tamat SLTP sebanyak 7 orang, ibu yang tingkat pendidikannya tinggi yaitu tamat SLTA sebanyak 20 orang, dan ibu yang tingkat pendidikannya sangat tinggi yaitu lulus dari perguruan tinggi sebanyak 11 orang.

59 Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2017: 56-62 Gambar 2 Tingkat pendidikan ibu di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin. 3. Status Sosial Pada kuesioner juga ditanyakan pendapatan perbulan orang tua murid, bertujuan untuk mengetahui pendapatan orangtua yang menunjang untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak. Didapatkan hasil untuk pendapatan > 1 juta sebanyak 5 orang, pendapatan 1-2 juta sebanyak 20 orang, pendapatan >2-3 juta sebanyak 16 orang, pendapatan >3-5 juta sebanyak 3 orang, dan pendapatan > 5 juta sebanyak 1 orang. Gambar 3 Pendapatan Per bulan orang tua di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin. 4. Hubungan Pengetahuan, Tingkat Pendidikan dan Status Sosial dengan def-t anak. Pengetahuan ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang berpengetahuan rendah dan indeks def-t anaknya tinggi sebanyak 1 orang dan sangat tinggi sebanyak 14 orang, ibu yang berpengetahuan sedang dan indeks deft anaknya sangat rendah 1 orang, rendah 1 orang, sedang 3 orang, tinggi 3 orang sangat tinggi 11 orang, ibu yang berpengetahuan tinggi dan indeks def-t anaknya sangat rendah 4 orang, rendah 3 orang, sedang 4 orang, tinggi 1orang. didapatkan hasil arah korelasi 0,765, tanda (-) menunjukkan semakin tinggi pengetahuan ibu semakin rendah indeks def-t anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin, kekuatan korelasi 0,6 yaitu < 0,8 (kekuatan korelasi kuat), dan nilai p 0,01 yaitu < 0,05 menunjukkan korelasi bermakna. Hal tersebut kemungkinan terjadi disebabkan karena sebagian besar ibu yang berada di sekitar daerah tersebut kurang atau juga tidak mengikuti kegiatan penyuluhan tentang kesehatan dan juga kemungkinan ibu tersebut tidak dapat menerima dengan baik penjelasan yang dijelaskan dari penyuluhan tentang kesehatan yang diberikan, sehingga kurangnya pengetahaun ibu tentang kesehatan gigi dan mulut. Sesuai dengan teori green yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang adalah pengetahuan yang termasuk dalam faktor predisposisi. 11 Hasil penelitian tingkat pendidikan ibu dengan indeks def-t anak didapatkan hasil tingkat pendidikan ibu yang rendah yaitu lulusan SD dan indeks def-t anaknya sangat tinggi berjumlah 8 orang, pendidikan ibu sedang yaitu lulusan SMP/sederajat dan indeks def-t anaknya sangat tinggi berjumlah 8 orang, pendidikan ibu tinggi yaitu lulusan SLTA/sederajat dan indeks def-t anaknya sangat rendah 1 orang, rendah 2 orang, moderat 7 orang, tinggi 3 orang sangat tinggi 6 orang. Ibu yang berpendidikan sangat tinggi yaitu minimal pernah menempuh pendidikan tinggi dan def-t anaknya sangat redah berjumlah 4 orang, rendah 2 orang, moderat 3 orang, tinggi 1 orang, dan sangat tinggi 1 orang. Gambar 5 Diagram Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Indeks def-t Anak. Gambar 4 Diagram Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Indeks def-t Anak. Pada hasil spss dengan uji spearman hubungan pengetahuan ibu dengan indeks def-t anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin, Pada hasil spss dengan uji spearman hubungan tingkat pendidikan ibu dengan indeks def-t anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin, didapatkan hasil arah korelasi 0,663, tanda (-) menunjukkan semakin tinggi pendidikan ibu semakin rendah indeks def-t anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin, kekuatan korelasi 0,6 yaitu < 0,8 (kekuatan korelasi kuat), dan nilai p 0,01 yaitu < 0,05 menunjukkan korelasi bermakna. Hal tersebut kemungkinan terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu

Afiati : Hubungan Perilaku Ibu Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi 60 tentang kesehatan gigi dan mulut, karena tingkat pendidikan yang kurang, sehingga kemungkinan tidak dapat menerima dengan baik penjelasan yang dijelaskan oleh pihak kesehatan, sehingga ibu kurang memperhatikan kesehatan dan perawatan gigi anaknya. Sesuai dengan teori Notoatmojo yang menyatakan bahwa ketika seseorang berada pada tingkat pengetahuan yang lebih tinggi maka perhatian akan kesehatan gigi akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya, ketika seseorang memiliki pengetahuan yang kurang, maka perhatian dan perawatan gigi juga rendah. 13 Hasil penelitian status sosial ekonomi orang tua dengan indeks def-t anaknya yang berpenghasilan < 1 juta / bulan indeks def-t anaknya sangat tinggi sebanyak 5 orang, penghasilan 1-2 juta/ bulan indeks def-t anaknya moderat 1 orang, tinggi 2 orang, sangat tinggi 18 orang, penghasilan > 2-3 juta/ bulan dan indeks def-t anaknya sangat rendah 3 orang, rendah 4 orang, moderat 8 orang, penghasilan >3-5 juta /bulan dan indeks def-t anaknya sangat rendah 1 orang, moderat 1 orang, sangat tinggi 1 orang, dan penghasilan > 5 juta/ bulan indeks def-t anaknya sangat rendah 1 orang. Gambar 6 Diagram Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Indeks def-t Anak. Pada hasil spss dengan uji spearman hubungan status sosial ekonomi orang tua murid dengan indeks def-t anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin, didapatkan hasil arah korelasi 0,791, tanda (-) menunjukkan semakin tinggi status sosial orang tua semakin rendah indeks def-t anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Banjarmasin, kekuatan korelasi 0,6 yaitu < 0,8 (kekuatan korelasi kuat), dan nilai p 0,01 yaitu < 0,05 menunjukkan korelasi bermakna. Hal tersebut kemungkinan terjadi disebabkan karena kurangnya pendapatan orang tua untuk menghidupi kehidupan sehari-hari, sehingga untuk hal pemeliharaan kesehatan menjadi hal yang kurang diperhatikan. Sesuai dengan teori Notoatmojo yang menyatakan bahwa Status ekonomi atau status sosial dan tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku hidup sehat pada seseorang. Pendapatan mempunyai pengaruh langsung pada perawatan medis, jika pendapatan meningkat biaya untuk perawatan kesehatan pun ikut meningkat. Orang dengan status ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah cenderung mengabaikan perilaku hidup sehat. 11 PEMBAHASAN 1.Tingkat Pengetahuan Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya suatu perilaku. Seseorang dikatakan kurang pengetahuan apabila dalam suatu kondisi ia tidak mampu mengenal, menjelaskan, dan menganalisis suatu keadaan. Green dalam Notoatmodjo (2012) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan oleh 3 faktor. Faktor predisposisi yang terdiri dari pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, tingkah laku, dan sosial ekonomi yang mendasari perubahan perilaku. Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik yang meliputi tersedia atau tidaknya fasilitas dan sarana kesehatan, misalnya: puskesmas, obat-obatan, dan lain sebagainya. Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya, keluarga, guru, teman, dan sebagainya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 11 2.Tingkat Pendidikan dan Status Sosial Pendidikan kesehatan dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi faktor perilaku sebagai penyebab timbulnya masalah kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat menambah pengetahuan seseorang tentang cara memelihara kesehatan dan adanya perubahan perilaku yang tidak menguntungkan kesehatan menjadi perilaku yang menguntungkan kesehatan. 14 Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup sehat. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan dan perilaku yang baik tentang kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. 14 Dalam teorinya, Notoatmodjo menyebutkan bahwa ketika seseorang berada pada tingkat pengetahuan yang lebih tinggi maka perhatian akan kesehatan gigi akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya, ketika seseorang memiliki pengetahuan yang kurang, maka perhatian dan perawatan gigi juga rendah. 13 Status ekonomi atau status sosial dan tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku hidup sehat pada seseorang. Pendapatan mempunyai pengaruh langsung pada perawatan medis, jika pendapatan meningkat biaya untuk perawatan kesehatan pun ikut meningkat. Orang dengan status ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah cenderung mengabaikan perilaku hidup sehat. Anak anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung berada pada

61 Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2017 : 56-62 resiko karies yang parah. Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial ekonomi tinggi dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. 15 3.Hubungan pengetahun, tingkat pendidikan dan status sosial terhadap indeks karies gigi anak. Pada penelitian ini peneliti menghubungkan antara pengetahuan, pendidikan dan status sosial ibu dengan indeks karies anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 peneliti mendapatkan hasil uji spearman menunjukkan arah korelasi negatif yaitu semakin tinggi variabel A semakin rendah variabel B, kekuatan korelasi < 0,8 (kekuatan korelasi kuat), dan nilai p < 0,05 yaitu korelasi bermakna. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara perilaku dan pemanfaatan pelayanan yang tersedia. Menurut penelitian James Pontunuwu (2013) menjelaskan bahwa pengetahuan yang tepat memengaruhi perilaku kesehatan dalam meningkatkan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Sebaliknya pengetahuan yang kurang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut termasuk karies. Faktor sosial ekonomi orang tua berhubungan dengan status kesehatan gigi anak mereka. Penelitian lain yang mendukung teori ini dilakukan oleh Duraiswamy, Kumar, Daqli dkk di daerah Udaipur, India (2008) menjelaskan bahwa faktor sosial ekonomi dan pengetahuan yang tepat mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang dalam meningkatkan kesehatan, termasuk gigi dan mulut anak. 16 Teori yang dikemukakan oleh Widastra maupun Anggraini (2006) didukung oleh teori Lawrence Green (1980) mengenai perilaku kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan oleh 3 faktor yaitu, faktor predisposisi yang terdiri dari pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, tingkah laku, dan sosial ekonomi yang mendasari perubahan perilaku; faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik yang meliputi tersedia atau tidaknya fasilitas dan sarana kesehatan. Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya, keluarga, guru, teman, dan sebagainya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 11 Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Perilaku Ibu Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Anak, dapat ditarik kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, tingkat pendidikan dan status sosial dengan indeks def-t anak yaitu kekuatan korelasi kuat, arah korelasi pengetahuan -0,765, tingkat pendidikan -0,663, status sosial ekonomi -0,791, tanda (-) menunjukkan semakin tinggi variabel pengetahuan, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi maka semakin rendah indeks def-t anak dan nilai signifikansi p = 0,001 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0,005). DAFTAR PUSTAKA 1. Sumanti V, Widarsa T, Duarsa DP. Faktor yang berhubungan dengan partisipasi orangtua dalam perawatan kesehatan gigi anak di puskesmas Tangallalang I. Yogyakarta: Public Healt and Preventive Archive 2013; 1(1): 19-20. 2. Antasari S, Liliwali. Pengaruh Frekuensi menyikat gigi terhadap tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi SDN di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi KKalimantan Timur. Dentika Dent J 2005; 10 (1) : 22-27 3. Sinaga Anni. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam mencegah karies gigi anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Babakan Sari Bandung 2013, Hal 13. 4. World Health Organization. Media Centre Oral Health April 2012; (online),(http://www.who.int/mediacentre/fact sheets/fs318/en/.html,diakses 19 Februari 2015. Hal 23 5. Kementrian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar 2013. Badan Penelitian dan Perkembangan Kesehatan 2013, Hal 155. 6. Worotitjan Indri, Mintjelungan Christy N, Gunawan P. Pengalaman karies gigi serta pola makan dan minum pada anak sekolah dasar di Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoang Utara. Jurnal e-gigi (eg), 2013 1(1) hal 59-68. 7. Sumini, Amikasari Bibi, Nurhayati Devi. Hubungan konsumsi makanan manis dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah di TK B RA Muslimat PSM Tegalrejodesa Semen Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan. Jurnal Delima Harapan, 2014 Vol 3(2) hal 20-27. 8. Putri IN. Efek penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan demonstrasi cara menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak pada murid kelas VI SD. Makassar : FKG UNHAS.2012, hal 28. 9. Laporan Hasil Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Perhubungan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2013, hal 128. 10. Pinkam JR, et al. Pediatric Dentistry: Infancy through Adolescence, 5e (PEDIATRIC DENTISTRY) 5 th Edition. 2013, hal 41.

Afiati : Hubungan Perilaku Ibu Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi 62 11. Mabruroh N, Oedijani. Pengaruh edukasi menggunakan Kartu Indikator Karies Anak (KIKA) terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung di Kelurahan Randusari Semarang. Jurnal Media Medika Muda Tahun 2013 hal 1. 12. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. 2012, hal 55. 13. Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Data Kunjungan balai pengobatan gigi puskesmas tahun 2014. Hal 67 14. Retnaningsih Ekowati. Akses Layanan Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2013, hal 10 15. Azwar Azrul. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta: PT Sastra Hudaya. 1983, hal 27-29. 16. Puntonuwu James, et al. Gambaran Status KAries Anak SD Kelurahan Kinilow 1 Kecamatan Tomohon Utara. Manado; FKG Universitas Sam Ratulangi Manado.2014. Hal 3